You are on page 1of 3

Berita

Rapor merah di bidang kependudukan dan keluarga berencana (KKB) menjadi pekerjaan
rumah yang harus diselesaikan secara sungguh-sungguh oleh pemerintah pusat, pemerintah
daerah, dan seluruh stakeholder. Salah satu masalah yang mendesak mendapatkan solusi
yakni angka kematian ibu dan bayi.

Sesuai hasil survei demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 yang akan diumumkan
kepada masyarakat luas pada akhir September nanti, angka kematian ibu di Indonesia
mencapai 359 meninggal dunia per 100.000 ibu hamil/melahirkan. Masih tingginya angka
kematian ibu melahirkan itu sangat memprihatinkan karena fakta itu tertinggi di kawasan Asia
Tenggara (ASEAN).

Singapura mencatat paling rendah angka ibu hamil/melahirkan, hanya 3 ibu meninggal per
100.000 ibu melahirkan. Kemudian disusul Malaysia (5 ibu meninggal/100.000 ibu melahirkan),
Thailand (8-10/ 100.000), Vietnam (50/ 100.000).

"Hasil SDKI 2012 yang menunjukkan angka ibu meninggal dunia ternyata masih sangat tinggi.
Fakta ini memprihatinkan kita semua. Bayangkan, ada lebih kurang 14.000 ibu yang meninggal
karena melahirkan setiap tahun. Tentu banyak sekali anak-anak dan keluarga yang tidak
terurus oleh ibunya," kata Plt Deputi Pelatihan, Penelitian, dan Pengembangan (Latbang)
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), DR Wendy Hartanto, saat
menyampaikan hasil survei demografi dan kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 2012 di kantor
BKKBN Pusat, Jalan Permata I, Halim Perdanakusuma, Kamis (19/9).

Paparan hasil SDKI itu menyambut peringatan Hari Kontrasepsi Sedunia 2013 pada 26
September nanti. Tampil sebagai pembicara lainnya Deputi BKKBN Julianto Witjaksono.

1/3

Berita

Lebih lanjut Wendy mengatakan, kasus ibu meninggal dunia lebih banyak terjadi di daerah
perdesaan Indonesia Timur. Seperti di Provinsi Papua dan Papua Barat, Maluku, dan Sulawesi.
"Khusus di Papua, kasus ibu meninggal dunia di usia produktif mencapai 1.000 per tahun," ujar
Wendy Hartanto.

Sementara itu, Dr Julianto menegaskan, pekerjaan rumah (PR) masalah kependudukan yang
mendesak ditangani sungguh-sungguh dan terkoodinasi secara maksimal oleh seluruh lembaga
terkait, yakni laju pertumbuhan penduduk Indonesia yang masih tinggi. Ihwal angka kelahiran
anak masih terjadi stagnasi yakni 1,9 persen. Padahal target pemerintah dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) hanya 1,1 persen.

"Kegagalan pencapaian mencegah pertumbuhan penduduk itu antara lain karena faktor sistem
pemerintahan desentralisasi, di mana baru 11 provinsi di Indonesia yang memiliki Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Provinsi (BKKBP). Saat ini BKKBN hanya bisa
menjangkau BKKBP di tingkat provinsi. Tak bisa menjangkau sampai kabupaten/kota," kata
Julianto Witjaksono.

Di era otonomi daerah sekarang ini, sekitar 480 pemda kabupaten/kota lemah manajemen
kelembagaan kependudukan dan keluarga berencana (KKB). Kemudian lemahnya kendali
peran serta dan partisipasi masyarakat, kendali operasional pelaksana KB, kendali sistem
pencatatan dan pelaporan, dan sistem pengendali informasi logistik. (Yon P)

sumber: http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=334999

2/3

Berita

3/3

You might also like