You are on page 1of 24

BAB I

PENDAHULUAN

Resep adalah permintaan tertulis dari seorang preskriber pada apoteker untuk
membuatkan dan menyerahkan obat dalam bentuk sediaan tertentu pada seorang pasien. Untuk
dapat membuat resep yang baik dan rasional, seorang dokter harus mempelajari kesesuaian sifat
obat meliputi farmakokinetik, farmakodinamik, toksikologi, interaksi antar obat, dosis regimen
dan lain-lain yang berhubungan dengan kondisi pasien. Resep adalah dokumen legal sebagai
sarana komunikasi dari dokter dan penyedia obat untuk memberikan obat kepada pasien dengan
kebutuhan medis yang telah ditentukan.
Resep harus ditulis secara jelas dan mudah dimengerti. Harus dihindari penulisan resep
yang menimbulkan ketidakjelasan, keraguan atau salah pengertian mengenai nama obat serta
takaran yang diberikan. Adalah kebiasaan tidak benar untuk menulis resep secara tidak jelas
seperti yang sering terjadi saat ini.
Resep harus memuat unsure-unsur informasi tentang pasien, pengobatan yang diberikan
dan siapa pasiennya. Informasi tentang pasien mencakup nama, jenis kelamin dan umur. Di
beberapa unit kesehatan negara tertentu, diagnosis juga sering ditulis dalam resep. Ini
memungkinkan dilakukan pengecekan ulang oleh pemberi obat. Informasi mengenai obat
mencakup nama obat (sebaiknya nama generik, kecuali kalau diperlukan nama dagang), bentuk
sediaan, kekuatan sediaan, cara dan aturan pakai, serta jumlah satuan yang diinginkan. Informasi
mengenai dokter mencakup nama dokter, alamat dan keahlian, nomor ijin dokter atau izin
praktek. Beberapa pesan khusus kalau perlu ditulis secara jelas, misalnya diminum beberapa jam
sebelum makan, diminum saat perut kosong, dan sebagainya. Resep harus memuat tanda tangan
dokter secara resmi.
Resep bukanlah tindakan terakhir dokter untuk pasien melainkan, setelah dokter menulis
resep, maka langkah selanjutnya adalah memberikan informasi dan peringatan pada pasien,
kemudian memantau hasil terapi yang dilakukan pada pasien. Tanggung jawab seorang dokter
dalam penulisan resep merupakan pencerminan profesionalisme seorang dokter dan juga
merupakan bentuk tanggung jawab seorang hamba Allah SWT.

BAB II

CONTOH RESEP

Di bawah ini adalah contoh resep yang di analisa:

BAB III

ANALISA RESEP

Unsur-unsur analisa resep meliputi:


1; Identitas dokter
Nama, nomor surat ijin praktek, alamat praktek dan rumah dokter penulis resep serta
dapat dilengkapi dengan nomor telepon dan hari serta jam praktek.
2; Nama kota dan tanggal.
Hal ini diperlukan dalam hal pelayanan resep berkaitan dengan persyaratan dalam
perundang-undangan.
3; Superscriptio
Bagian ini adalah kelengkapan dalam resep dokter. Ditulis dengan symbol R/
(recipe=harap di ambil) biasanya juga sudah tercetak dalam blangko resep terletak di sisi kiri atas
hanya tercetak satu R/ jadi apabila diberikan lebih dari satu formula resep harus dituliskan R/
lagi.
4; Inscriptio
Bagian ini adalah inti resep dokter, berisi nama obat, kekuatan dan jumlah obat yang
diperlukan. Penulisan nama obat menggunakan nama generik, nama standar atau nama paten.
Penulisan jumlah dan kekuatan obat dalam satuan berat dan volume dalam sistem metrik
(mg,g,ml,l) dan dengan angka arab. Penulisan jumlah obat dalam satuan biji (tablet, kapsul,
botol, bungkus, dll) dengan angka romawi.
5; Subscriptio
Bagian ini mencantumkan bentuk sediaan obat dan jumlahnya. Cara penulisan (dengan
singkatan bahasa latin) tergantung dari macam formula resep yang digunakan.
6; Signatura
Bagian ini berisi informasi tentang aturan penggunaan obat untuk pasien yaitu meliputi
frekwensi, jumlah obat dan saat diminum obat, untuk setiap hari serta informasi lain-lain yang
mungkin diberikan. Symbol yang di gunakan adalah (signatura=tandailah) walaupun aturan
penggunaan obat oleh pasien sudah di tulis dalam
resep, dokter berkewajiban menjelaskan secara lisan pada pasien secara lengkap saat
menyerahkan resep.
7; Penutup
Sebagai penutup adalah dengan ditulisnya tanda tangan atau paraf dokter penulis resep.
Ini adalah sarat syrat resep untuk dilayani oleh apotek. Bila resep mengandung obat narkotika
maka harus dibubuhkan tanda tangan. Untuk obat golongan yang lain cukup paraf saja
8; Identitas pasien

Bagian ini umumnya sudah tercetak dalam blangko resep (tertulis pro dan umur) nama
pasien ditulis di bagian pro. Jika pasien adalah anak-anak atau lansia maka perlu di tulis
umurnya. Bila dokter mencantumkan alamat pasien ini akan menguntungkan untuk memudahkan
penelusuran alamat jika terjadi kesalahan dalam pelayanan obat.
Resep rasional
Resep merupakan perwujudan terapi yang akan diberikan oleh dokter kepada
penderitayang memerlukan. Penulisan resep yang rasional berpedoman pada falsafah lima
tepat yaitu tepat obat,tepat dosis, tepat BSO, tepat cara dan waktu pemberian, dan tepat
penderita.
Oeh karenanya pada penulisan resep:
1;
Nama obat ditulis dengan nomenklatur internasional seperti yang tercantum dalam
INNatau dalam FI, dipilih sesuai tujuan terapi, sifat oat dan kondisi penderita.
2;
Dosis obat ditetapkan secara individual, sehingga perlu dihitung secara seksama, baik
untuk orang dewasa, orang tua atau lansia, anak maupun pada obesitas dan malnutrisi.
3;
BSO yang dipilih perlu mengacu pada kepentingan penderita, tujuan terapi dan
spesifikasi BSO itu sendiri (disamping perlu diperhatikan pula sifat obat yang dipilih)
4;
Cara dan waktu pemberian termasuk juga lama pemberian, ditetapkan dengan jelas dan
dipahami oleh penderita, agar meningkatkan ketaatan penderita dalam menggunakan obat
5;
Kondisi penderita meliputi keadaan fisik, ekonomi dan social perlu diperhatikan agar
peningkatan ketaatan pasien dan tujuan terapi tercapai..

BAB IV
PEMBAHASAN RESEP

IV.1. Analisa resep


1; Identitas dokter
dr. Sri Astuti
SIP.KP.01.01.IV.1.01.0870
Praktek:

Rumah:

Jl.Kesehatan No.17 B, Kaliurang

Jl.Manokwari No.5

Telp. 0274-896448

Condong Catur,Sleman
Telp.0274-387264

Pembahasan:
Pembuatan identitas dokter adalah benar karena sesuai dengan aturan penulisan
identitas dokter yang meliputi, nama, nomor surat ijin praktek, alamat praktek dan rumah
dokter penulis resep.
Tetapi pada blangko resep kurang dan akan lebih baik bila dapat dilengkapi
dengan hari serta jam praktek dokter. Karena dapat memudahkan pasien mengetahui jam
kunjungan pasien berikutnya apabila sakit lagi.
Kepentingan penulisan identitas adalah untuk mengantisipasi jika terdapat hal
yang meragukan, apoteker akan mudah mengkonfirmasikannya pada preskriber.
2; Nama kota dan tanggal
Yogyakarta, 8 Januari 06
5

Pembahasan:
Penulisan bagian ini adalah benar. Dan hal ini diperlukan dalam hal pelayanan
resep berkaitan dengan persyaratan dalam perundang-undangan.

3; Superscriptio
R/

amoksan mg 150
Clorpheniramin mg 1
Prednisone mg 1
M f pulv. dtd XV
3dd I

Pembahasan:
Tanda R/ yang di tulis di sebelah kiri kertas resep sudah ada sebagaimana
mestinya. Tanda R/ disini berarti recipe atau ambilkan, penulisannya harus diberi garis
tanda penutup untuk satu R/ atau tanda pemisah di antara R/ untuk lebih dari dua R/ dan
paraf atau tandatangan pada setiap R/.
Penulisan R/ pada resep ini kurang tepat karena resep ini memliki 2 jenis obat
yaitu resep untuk obat causative dan untuk simptomatik, maka seharusnya ada 2 buah R/
untuk masing-masing jenis formula obat.
4; Inscriptio
Pembahasan:
a; Nama obat (nama generik,nama standar, nama paten)
Amoksan
Nama generik: amoksisilin
Nama standar : amoksisilin
Nama paten

: abamox ( kresna karya), abdimox ( tunggal idaman),

alphamox ( pharma Apex ), amobiotik (bernofarm), amosine (Mugi), amoxil


( smith kline Beecham Phamaceytical Indonesia ), amoksan (sanbe), bannoxilin
(darya varia), bimoxyl (bima mitra)
Parasetamol
Nama generik : parasetamol
6

Nama standar : parasetamol


Nama paten

: Afebrin (Konimex), Afidol (Afiat), Afitamol (Artois),

Alphamol (pharmacy Apex), Biogesic (Medifarma), Bobotan (Yahi Utama), Bodrex (Tempo),
Calapol (Glaxo Wellcome Indonesia), Calorex (Konimex), Casetamol (Lucas Djaya), Citomol
(Ciubros), Contratemp (Mugi), Darcemol (darya Varia), dan masih banyak lagi.
Clobazam
Nama Generik : Clobazam
Nama Paten

: Frisium (Hoechst Marion Roussel Indonesia)

Vitamin B1
Nama generik : vitamin B1
Nama paten

: Ajitab (Meta Ratna), Arobion (Darya Varia), Artoneuron

(Artopharma), Betamin (Samco Farma), Biwan (Global).


Nama obat sudah dituliskan dengan benar.
b; Sediaan obat
captopril tab mg 25 no X
Pembahasan:
Dalam resep sediaan bahan obat (BSO) untuk captopril dalam resep adalah dalam
bentuk tablet, dan karena penulisan resep dalam bentuk baku maka penulisan
tab setelah nama obat, sedangkan pada penulisan yang tidak baku penulisan
tab ditulis di awal nama obat menjadi:

Tab captopril 25 mg no.X

Bentuk sediaan, kekuatan dan kemasan yang tersedia di pasaran menurut ISO
2005 adalah bentuk tablet 12.5 mg, 25 mg, 50 mg, jadi penulisan resep adalah
benar karena kaptopril hanya tersedia dalam bentuk tablet.
Parasetamol mg 350
Clobazam

mg 5

Vitamin B1 mg 100
Pembahasan :
Dalam resep sediaan bahan obat (BSO) untuk parasetamol, clobazam, vitamin B1
untuk yang dibuat campuran atau diracik untuk dibuat kapsul dapat diberikan
sesuai kebutuhan. Jadi untuk sediaan racikan kapsul tergantung berapa mg yang
dibutuhkan.

c; Kekuatan obat (mg,g,ml,l)


captopril tab mg 25 no X
Pembahasan:
Kekuatan obat dalam resep adalah tepat karena ditulis dalam bentuk baku maka
satuan milligram dituliskan lebih dahulu baru kemudian nominal kekuatannya.
Pada penulisan yang tidak baku akan dituliskan nominal kekuatan obat lebih
dahulu baru kemudian satuan kekuatannya menjadi: tab captopril 25 mg no.X
Berdasarkan dosis penggunaan kaptopril untuk penderita hipertensi adalah 12.5
mg 3x1 sehari, atau 25 mg 2x1 sehari. Pengobatan diberikan selama dua minggu
dan apabila tidak ada perubahan pada pasien maka dosis dapat dinaikan menjadi
2x50 mg atau 25 mg 3x1 sehari. Jadi penulisan kekuatan obat dalam resep adalah
benar sesuai dengan indikasi dan dosis untuk penderita hipertensi.
Parasetamol mg 350
Clobazam

mg 5

Vitamin B1 mg 100
Pembahasan:
Kekuatan obat dalam resep adalah tepat karena ditulis dalam bentuk baku maka
satuan milligram dituliskan lebih dahulu baru kemudian nominal kekuatannya.
Pada penulisan yang tidak baku akan dituliskan nominal kekuatan obat lebih
dahulu baru kemudian satuan kekuatannya menjadi: Parasetamol 350 mg
Clobazam

5 mg

Vitamin B1 100 mg
d; Jumlah obat (angka romawi)
R/ captopril tab mg 25 no X
2dd
Pembahasan:
Jumlah obat dalam resep harus ditulis dengan jelas dan dalam bentuk
huruf romawi. Jadi penulisan jumlah banyaknya obat adalah tepat karena
dituliskan singkatan nomero dan ditulis dalam huruf romawi.

Jumlah obat yang dituliskan pada resep adalah tidak tepat karena

pengobatan

dengan hipertensi minimal untuk dua minggu. Jadi pemberian kaptopril haruslah
berjumlah 28 tablet. Walau begitu pasien harus kontrol 1 minggu sekali untuk itu
dibutuhkan 14 tablet, jadi penulisannya adalah:

R/ captopril tab mg 25 no

XIV
5; Subscriptio
a; Bentuk sediaan obat
Pada resep obat ini telah sesuai dengan kaidah penulisan resep.
b; Jumlah sediaan obat
Pembahasan:
Pada resep ini sediaan dalam bentuk tablet dan kapsul. Informasinya kurang jelas.
Misalnya pemberian Captopril dasisnya dituliskan 2 kali sehari tetapi tidak
disebutkan sekali minum berapa jumlah tabletnya. Selain itu tidak diberi
keterangan apakah meminumnya sesudah mkan, sebelum makan, sebelum tidur,
pagi hari, atau yang lainnya. Seharusnya captopril diberikan 1-2 jam sebelum
makan. Sedangkan untuk dasis pertama diberikan sebelum tidur.
Pada resep yang kedua diberikan dalam sediaan kapsul. Informasinya ada yang
kurang yaitu kapan saja waktu harus minum obatnya. Untuk jumlah sediaan
obatnya sudah dicantumkan.
6; Signatura
a; Frekwensi minum obat
R/ captopril tab mg 25 no X
2dd
Penulisan aturan pakai adalah tepat karena ditulis setelah tanda signature
dan mencantumkan waktu meminum obatnya yang harus ditulis dengan
singkatan latin. Yang berarti dua kali per hari untuk captopril
penulisan frekwensi minum obat untuk obat kaptopril adalah tepat untuk dosis 25
mg adalah 2x1 sehari, sedangkan bila dosis yang dipakai adalah 12.5 mg maka
frekwensi obatnya adalah 3x1 sehari, jadi penulisan frekwensi obat adalah tepat.
R/ Parasetamol mg 350

Clobazam mg 5
Vitamin B1 mg 100
m f l a caps dtd no X
3dd caps 1
Penulisan aturan pakai adalah tepat karena ditulis setelah tanda signature
dan mencantumkan waktu meminum obatnya yang harus ditulis dengan
singkatan latin. Yang berarti tiga kali per hari untuk kapsul atau formula di
atas.
b; Jumlah obat
Pembahasan
Pada resep captopril tidak disebutkan berapa tablet yang harus diminum dalam
sekali minum. Sehingga hal ini dapat membuat bingung atau kerancuan bagi
apoteker maupun pasien. Hal ini dapat berakibat fatal, jika pasien meminum lebih
dari dua tablet dalam satu kali minum karena maksimum dalam sehari adalah 100
mg.
Apabila resep ditulis dalam bentuk formula maka hukumnya adalah wajib untuk
mencantumkan jumlah sediaan obat yang dibuat karena berhubungan dengan
dosis obat. Pada resep ini sudah dicantumkan jumlah sediaan obatnya dan berapa
kapsul dalam sekali minum.
c; Saat minum obat
R/ captopril tab mg 25 no X
2dd
Pembahasan
Dalam resep tidak dicantumkan saat obat paling baik untuk meminumnya. Hal ini
dirasa kurang baik karena pasien akan merasa binggung kapankah saat terbaik
pasien dapat meminum obat apakah setelah makan atau sebelum makan. Dan
apabila dilakukan sebelum dan setelah makan berapa lamakah waktu jeda antara
sebelum dan setelah makan dengan saat konsumsi obatnya.

10

Padahal cara penggunaan captopril adalah juga satu jam sebelum makan, karena
obat tersebut akan terhambat penyerapannya apabila ada makanan dalam saluran
pencernaan. Seharusnya penulisannya adalah:
R/ captopril tab mg 25 no X
2dd tab I a.c
R/ Parasetamol mg 350
Clobazam mg 5
Vitamin B1 mg 100
m f l a caps dtd no X
3 dd caps 1
Pembahasan
Dalam resep tidak dicantumkan saat obat paling baik untuk meminumnya. Hal ini
dirasa kurang baik karena pasien akan merasa binggung kapankah saat terbaik
pasien dapat meminum obat apakah setelah makan atau sebelum makan. Dan
apabila dilakukan sebelum dan setelah makan berapa lamakah waktu jeda antara
sebelum dan setelah makan dengan saat konsumsi obatnya.
7; Penutup
R/ captopril tab mg 25 no X
2dd
R/ Parasetamol mg 350
Clobazam mg 5
Vitamin B1 mg 100
m f l a caps dtd no X
3dd caps 1
Pembahasan:
Jika lebih dari satu R/ dalam satu kertas resep, maka harus dipisahkan dengan tanda
, tiap R/ diparaf atau ditandatangani.
Pada resep terdapat 2 R/ dan tiap R/ sudah dipisahkan dengan tanda pinggir kanan.
Namun sebaiknya paraf harus jelas, pada paraf yang tertera ini sudah jelas. Paraf sangat

11

penting peranannya agar pihak apoteker atau pihak penerima resep tersebut tidak timbul
keraguan. Dan alangkah jauh lebih baiknya apabila ruang kosong di bawah kertas resep
diberi tanda penutup. Hal ini untuk menjaga kemungkinan ada orang-orang tertentu
yang akan menuliskan resep baru untuk keperluannya sendiri. Hal ini adalah penting
dilakukan apabila jarak antara resep terakhir dengan identitas pasien cukup jauh. Tanda
penutup dapat berupa bentuk-bentuk seperti:

8; Identitas pasien
Pro

: Ny. Zaenab

Umur : 45 th
Pembahasan:
Pada penulisan umur dan nama adalah sudah tepat sesuai dengan kaidah penulisan
resep, tetapi alangkah lebih baik jika pada bagian identitas pasien di sertakan juga
keterangan mengenai berat badan pasien.
Pencantuman umur dan berat badan diperlukan untuk mengkalkulasi apakah dosis
obat yang ditulis pada resep sudah sesuai dengan umur dan berat badan si pasien.
Di bawah umur pasien sebaiknya juga dicantumkan alamat atau nomer telepon
pasien . pencantuman alamat atau no telepon ini penting dalam keadaan darurat
(misalalnya salah obat) pasien akan langsung dapat dihubungi.
Alamat pasien pada resep juga akan mengurangi kesalahan atau tertukar dengan
pasien lain apabila dalam waktu yang sama ada pasien dengan identitas yang kebetulan
sama.

IV.2. Penggunaan Kombinasi Obat


Penggunaan obat meliputi interaksi farmakokinetik dan farmakodinamik serta
farmasetika,yaitu:
1; Captopril
Mekanisme kerja

12

Captopril adalah obat anti hipertensi dan efektif dalam penanganan gagal jantung dengan
cara supresi sistem rennin-angiotensin-aldosteron.
Rennin adalah enzim yang dihasilkan oleh ginjal dan bekerja pada globulin plasma untuk
memproduksi angiotensinogen I yang bersifat inaktif. ACE akan merubah angiotensi I menjadi
angiotensin II yang bersifat aktif dan sekresi aldosteron dalam korteks adrenal.
Peningkatan sekresi aldosteron akan meningkatkan ginjal meretensi natrium dan cairan,
serta mensekresi kalium.
Dalam kerjanya captopril akan menghambat kerja ACE, akibat pembentukan angiotensin
II terhambat, timbul vasodilatasi, penurunan sekresi aldosteron sehingga ginjal mensekresi
natrium dan cairan serta mensekresi kalium.
Keadaan ini akan menyebabkan penurunan tekanan darah dan beban jantung, baik
afterload maupun preload sehingga terjadi peningkatan kerja jantung. Vasodilatasi yang timbul
tidak menimbulkan refleksi takikardia.
Indikasi
Untuk hipertensi berat hingga sedang, atau hipertensi ringan sampai sedang dan
hipertensi berat yang resisten terhadap pengobatan lain. Kombinasi dengan tiazid akan
memberikan efek adiktif, sedangkan kombinasi dengan beta bloker akan memberikan efek
kurang adiktif. Penggunaan sediaan kombinasi penghambat ACE dengan tiazid seharusnya
dicadangkan seharusnya dicadangkan bagi pasien yang tekanan darahnya tidak responsive
terhadap diuretika tiazid atau penghambat ACE saja.
Untuk gagal jantung yang cukup tidak responsive atau tidak dapat di kontrol dengan
diuretic dan digitalis dalam hal ini pemberian captopril diberikan bersama diuretic dan digitalis.
Dosis
Captopril harus diberikan satu jam sebelum makan. Dosisnya sangat bergantung dari
kebutuhan penderita individu. Dewasa untuk hipertensi, dosis awal: 12.5 mg tiga kali sehari.
Bila setelah dua linggu tekanan darah masih belum memuaskan maka dosis dapat ditingkatkan
menjadi 25 mg tiga kali sehari. Bila setelah dua munggu lagi tekanan darah masih belum
terkontrol ditambahkan obat diuretic golongan tiazide misalnya hidroklorotiazid 25 mg setiap
hari.
Dosis diuretik mungkin dapat ditingkatkan dalam interval satu sampai dua minggu.
Mdosis captopriluntuk hipertensi per hari tidak boleh lebih dari 450 mg.

13

Untuk gagal jantung 12.5-25 mg tiga kali sehari, diberikan bersama diuretikdan digitalis,
dari awal terapi harus dilakukan pengawasan medik secara ketat. Untuk penderita gangguan
fungsi ginjal dosis perlu dikurangi disesuaikan dengan klirens kreatinin penderita.
Kontra indikasi
Penderita yang hypersensitive dengan kaptopril atau penghambat ACE lainya misalnya
pasien dengan angiodema selama pengobatan dengan penghambat ACE lainya
Captopril juga di kontraindikasikan untuk penderita dengan interaksi obat, alcohol, obat
anti inflamasi terutama indometasin, suplemen potassium atau obat yang mengandung
potassium, obat-obat berefek hipotensi.
Efek samping
Captopril menimbulkan proteinuria lebih dari 1 gram sehari pada 0.5% penderit dan 1.2%
penderita dengan penyakit ginjal. Dapat terjadi sindroma nefrotik serta glomerulopati membran
pada penderit hipertensi. Karena proteinuria biasanya terjadi dalam waktu delapan bulan
pengobatan.
Neutropenia atau agranulositosis terjadi pada kira-kira 0.4% penderita. Efek ini terutama
terjadi pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal. Neutropeni muncul dalan waktu 1-3 bulan
pengobatan. Dan pengobatan harus dihentikan sebelum penderita terkena penyakit infeksi.
Penderita dengan resiko tinggi harus dilakukan HJL sebelum pengobatan, setiap dua minggu
selama tiga bulan pertama pengobatan dan secara periodic. Pada penderita yang mengalami
tanda-tanda infeksi akut pemberian captoril harus segera dihentikan karena merupakan petunjuk
adanya netropeni.
Hipotensi dapat terjadi dari1-1.5 jam setelah dosis pertama dan beberapa dosis berikutnya
tetapi biasanya tidak menimbulkan gejala atau hanya menimbulkan rasa pusing yang ringan.
Tetapi bila mengalami kehilangan cairan misalnya karena pemberian diuretik, diet rendah garam,
dialysis, muntah, diare, dehidrasi, maka hipotensi menjadi lebih berat.
Maka pengobatan dengan kaptopril perlu dilakukan pengawasan medik yang ketat,
terutama pada penderita gagal jantung yang umumnya mempunyai tensi yang normal atau
rendah. Hipotensi berat dapat diatasi dengan infus garam faal atau dengan menurunkan dosis
captopril atau diuretiknya.
Sering terjadi ras dan pruritus kadang-kadang terjadi demam dan eosinofilia. Efek
tersebut biasanya ringan dan menghilang setelah beberapa hari setelah dosis diturunkan.

14

Terjadi perubahan rasa yang biasanya terjadi dalam tiga bulan pertama dan akan
menghilang meski obat diteruskan. Dapat menyebabkan nyeri dada dan spasme otot walau tidak
dominan.
Retensi kalium ringan sering terjadi terutama pada penderita gangguan ginjal, sehingga
perlu diuretik yang meretensi kalium seperti amiloride dan pemberianya harus dilakukan dengan
hati-hati.
Peringatan dan perhatian
Penggunaan pada wanita hamil kegunaanya masih belum terbukti. Haru diberikan dengan
hati-hati pada wanita menyusui, perlu dihentikan pemberian ASI karena ditemukan kadarnya
dalam ASI lebih tinggi daripada kadarnya dalam ibu.
Pemberian pada anak-anak masih belum diketahui keamanannya, sehingga obat ini hanya
diberikan bila tidak ada obat lain yang efektif. Pemakaian pada lanjut usia hati-hati karena
sensitifitasnya terhadap efek hipotensif. Hati-hati pada pemberian penderita penyakit ginjal.
Pengobatan harap dihentikan bila terjadi gejala angiodema, seperti bengkak mulut, mata,
bibir, lidah, laring, juga sukar menelan, sukar bernafas dan serak. Harus dikonsultasikan dengan
dokter bila menggunakan suplemen potassium dan garam-garam potassium. Pemakaian obat
penghambat ACE pada kehamilan dapat menyebabkan gangguan pada kelainan organpada fetus
dan neonatus, bahkan dapat menyebabkan kematian.
Apabila ketika memakai obat ini wanita itu hamil maka pemberian harus dihentikan
dengan segera. Karena dapat menakibatkan gangguan seperti hipotensi, hipoplasi tengkorak
neonatus, anuria, gagal ginjal, dan kematian.
Juga dapat terjadi ologohidramnion, deformasi kraniofasial, perkembangan paru
hipoplasi, kelahiran premature, perkembangan retardasi intra uteri. Bayi yang semasa
kehamilanya sang ibi mrnggunakan captopril maka harus diobservasi mengenai apabila terjadi
oligouria dan hipotensi serta hiperkalemia.
2; Parasetamol (asetaminofen)
Mekanisme kerja
Asetaminofen (parasetamol) merupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik yang
telah digunakan sejak tahun 1893. efek antipiretik ditimbulkan oleh gugus aminobenzen.
Asetaminofen di Indonesia lebih dikenal dengan nama parasetamol, dan tersedia sebagai obat

15

bebas. Walau demikian, laporan kerusakan fatal hepar akibat overdosis akut perlu diperhatikan.
Tetapi perlu diperhatikan pemakai maupun dokter bahwa efek anti-inflamasi parasetamol hampir
tidak ada.
Efek analgesik parasetamol serupa dengan salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi
nyeri ringan sampai sedang. Parasetamol menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang
diduga juga berdasarkan efek sentral sepertisalisilat.
Efek anti-inflamasinya sangat lemah, oleh karena itu parasetamol tidak digunakan
sebagai antireumatik. Parasetamol merupakan penghambat biosintesis prostaglandin yang lemah.
Efek iritasi,erosi, dan perdarahan lambung tidak terlihat pada obat ini, demikian juga gangguan
pernapasan dan keseimbangan asam basa.
Indikasi
Penggunaan parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik. Sebagai analgesik,
parasetamol sebaiknya tidak diberikan terlalu lama karena kemungkinan menimbulkan nefropati
analgesik. Jika dosis terapi tidak memberi manfaat, biasanya dosis lebih besar tidak menolong.
Penggunaannya untuk meredakan demam tidak seluas penggunaannya sebagai analgesik.
Dosis
Oral : 0,5-1 g tiap 4-6 jam hingga maksimum 4 g sehari. Anak 2 bulan 60 mg pada
demam paskaimunisasi, sebaliknya di bawah usia 3 bulan (hanya dengan nasehat dokter) : 10
mg/kg (5 mg/ kg bila terkena sakit kuning). 3 bulan 1 tahun 60-120 mg ; 1-5 tahun 120-250 mg
; dosis- dosis ini boleh diulang tiap 4-6 jam bila diperlukan (maksimum sebanyak 4 dosis dalam
24 jam).
Efek samping
Reaksi alergi terhadap derivate para-aminofenol jarang terjadi. Manifestasinya
berupaeritem atau urtikaria dan gejala yang lebih berat berupa demam dan lesi pada mukosa.
Pada dosis terapi, kadang-kadang timbul peningkatan ringan enzim hati tanpa ikterus
ikterus, keadaan ini irreversibel bila obat dihentikan. Pada dosis yang lebih besar, dapat timbul

16

pusing, mudah terangsang, dan disorientasi. Pemakaian 15 gram asetaminofen dapat berakibat
fatal, kematian disebabkan oleh hepatotoksisitas yang berat dengan nekrosis tubulus ginjal akut.
Gejala dini kerusakan hati meliputi mual, muntah, diare, dan nyeri abdomen. Pengobatan
sangat tidak memuaskan dibandingkan terapi kelebihan dosis aspirin. Di samping terapi suportif,
tindakan yang terbukti menggembirakan adalah sifat gugusan sulfhidril yang dapat menetralisasi
metabolit toksik. Untuk tujuan ini digunakan asetilsistein.
Pada asetaminofen jarang ditemukan anemia hemolitik dan methemoglobinemia. Nefritis
interstitialis dan nekrosis papiler tidak terjadi pada asetaminofen.
3; Clobazam
Cara kerja
Clobazam termasuk dalam golongan benzodiazepin yang mempunyai mekanisme aksi
dalam dalam potensinya menghambat neuron layaknya GABA. Clobazam terikat pada saluran
molekul klorida yang fungsinya sebagai resptor GABA tetapi bukan pada tempat pengikatan
GABA sendiri.
Indikasi
Ansietas dan kondisi psikoneurotik yang menertai kecemasan. Selain itu clobazam juga
dilaporkan dapat sebagai pelemas otot karena kejang otot oleh berbagai sebab.
Dosis
Dosis yang disarankan 20 mg sehari. Jika dibutuhkan dosis dapat dinaikkan samapai 30
mg sehari.
Untuk dosis ansietas 20-30 mg/hari dalam dosis terbagi atau dosis tunggal sebelum tidur,
dinaikkan pada ansietas yang berat (pasien rawat inap) sampai dosis maksimal 60 mg/hari dalam
dosis terbagi. Usia lanjut atau debil 10-15 mg/hari, anak diatas 3 tahun tidak lebih dari setengah
dosis dewasa.
Kontraindikasi

17

Pasien dengan depresi SSP (koma), psikotik dan depresi mental, gangguan pernapasan,
reaksi hipersensitivitas terhadap clobazam, trisemester pertama pada kehamilan, Miastenia
Gravis.
Perhatian
Penggunaan dari clobazam harus dihentikan pada pasien dengan kerusakan fungsi ginjal,
gangguan hati, dan pasien yang sedang menjalani pengobatan depresi SSP. Dosis tinggi dan
penggunaan jangka panjang harus dihindari karena akan menyebabkan ketergantungan obat.
Penggunaan harus diperhatikan pada pasien yang mengalami kelemahan otot (Miastenia
Gravis), ataksia spinal dan serebral, intoksikasi alcohol akut, memakai agen hipnotik, analgesic,
neuroleptik, antidepresan.
Efek samping
Mulut dan tenggorokan kering, disuria, retensi urine, disartria, ataxia, vertigo, dizziness,
depresi mental, gangguan gastrointestinal, takikardi, palpitasi.
Kerusakan atau gangguan pernapasan, fatigue, konstipasi, mual, bingung, drowsiness.
Reaksi kulit (erupsi kulit, urtikaria), penurunan libido. Penggunaan jangka pnjang dan dalam
dosis yang tinggi dapat menyebabkan abnormalitas yang reversibel yaitu disfungsi gerak,
penurunan berat badan, gangguan visual, dan disartria.
4; Vitamin B1
Cara kerja
Tiamin (vit B1) merupakan kompleks molekul organic yang mengandung satu inti tiazol
dan pirimidin. Dalam badan zat ini akan diubah menjadi tiamin pirofosfat (tiamin-PP). Pada
dosis kecil atau dosis terapi tiamin tidak memperlihatkan efek farmakodinamik yang nyata. Pada
pemberian IV secara tepat dapat terjadi efek langsung pada pembuluh darah perifer berupa
vasodilatasi ringan, disertai penurunan tekanan darah yang bersifat sementara. Meskipun tiamin
berperan dalam metabolisme karbohidrat, pemberian dosis besar tidak mempengaruhi kadar gula
darah. Dosis toksik pada hewan coba adalah 125-350 mg/kgBB secara IV dan kira-kira 40
kalinya untuk pemberian oral. Pada manusia efek toksik setelah pemberian parenteral biasanya
terjadi karena reaksi alergi.

18

Tiamin pirofosfat adalah bentuk aktif tiamin yang berfungsi sebagai koenzim dalam
karboksilasi asam piruvat dan asam ketoglutarat. Peningkatan kadar asam piruvat dalam darah
merupakan salah satu tanda defisiensi tiamin.
Indikasi
Tiamin HCL (vitamin B1, aneurin HCL) tersedia dalam bentuk tablet 5-500 mg, larutan
steril 100-200 mg untuk penggunaan parenteral, dan eliksir mengandung 2-25 mg tiamin tiap ml.
Tiamin diindikasikan pada pencegahan dan pengobatan defisiensi tiamin dengan dosis 25 mg/hari dan 5-10 mg tiga kali sehari untuk pengobatan defisiensi. Dosis lebih besar parenteral
dianjurkan untuk kasus berat akan tetapi respons tidak meningkat dengan dosis lebih dari 30
mg/hari. Tindakan pencegahan dilakukan pada penderita dengan gangguan absorbsi, misalnya
pada diare kronik, atau pada keadaan dengan kecepatan metabolisme yang meningkat.
Tiamin berguna untuk pengobatan berbagai neuritis yang disebabkan oleh defisiensi
tiamin, misalnya :
1; Neuritis alkoholik yang terjadi karena sumber kalori hanya alkohol saja.
2; Wanita hamil yang kurang gizi.
3; Penderita emesis gravidarium.
Pada trigeminal neuralgia, neuritis yang menyertai anemia, penyakit infeksi dan
pemakaian obat tertentu, pemberian tiamin kadang-kadang dapat memberikan perbaikan. Tiamin
juga digunakan untuk pengobatan penyakit jantung dan gangguan saluran cerna yang dasarnya
defisiensi tiamin.
Efek samping
Tiamin tidak menimbulkan efek samping bila diberikan per oral dan bila kelebihan tiamin
cepat diekskresi melalui urine. Meskipun jarang reaksi anafilaktoid dapat terjadi setelah
pemberian IV dosis besar pada penderita yang sensitif dan beberapa di antaranya bersifat fatal.
Kesimpulan
1; Jadi dari hasil pembahasan penggunaan obat meliputi interaksi farmakokinetik dan
farmakodinamik serta farmasetika maka dapat diambil kesimpulan obat yang tertulis
dalam resep adalah obat-obatan untuk penderita hipertensi.Dari obat hasil yang ingin
didapatkan yaitu penurunan tekanan darah.

19

2; Pemberian Clobazam disini adalah untuk membantu menurunkan tekanan darah dengan
mekanisme kerja merelaksasi otot volunter yang berkontraksi. Dengan relaksasi ini
diharapkan tekanan yang pembuluh darah dapat terkurangi. Dengan tekanan yang
berkurang sehingga aliran darah dapat menjadi lebih lancar dan kontraksi pembuluh
darah dapat tertanggulangi dan tekanan darah dapat sedikit mengalami penurunan.
3; Clobazam juga dilaporkan dapat menurunkan kontraktilitas jantung dan tonus vaskular
oleh karena Clobazam mempunyai efek penekanan sentral. Sehingga hal ini dapat
menurunkan tekanan darah.
4;

Clobazam juga dapat digunakan untuk mengatasi efek captopril yaitu adanya spasme
otot.

5; Parasetamol disini berfungsi sebagai analgesik karena efek dari captopril (nyeri dada dan
nyeri kepala) maupun untuk mengatasi rasa sakit yang memang sudah diderita pasien
karena pengaruh penyakitnya yang menyebabkan rasa sakit pada tubuhnya.
6; Vitamin B1 disini berperan juga untuk menurunkan tekanan darah dengan pengaruhnya
yaitu vasodilatasi ringan.
7; Sebernanya obat-obatan tersebut adalah bukan obat utama untuk penderita hipertensi
terutama lansia. Karena pengobatan utama pada lansia adalah golongan diuretika seperti
tiazid, obat-obatan dalam resep tersebut diberikan apabila pada pasien terdapat gangguan
pada jantung dan tidak dapat di berikan pengobatan dengan diuretika
8; Karena strategi pengobatan untuk menurunkan tekanan darah yang paling baik adalah:
1; Terapi tanpa obat
2; Terapi diuretik
3; Terapi beta bloker
4; Terapi penghambat ACE
5; Terapi Ca antagonis
6; Terapi obat-obatan lain seperti vasodilator, alfa bloker, dan obat yang bekerja sentral.

20

BAB V
KESIMPULAN
1; Resep adalah sebuah permintaan seorang preskriber atau dokter kepada dispenser atau
apoteker di apotek untuk membuatkan obat tertentu kepada orang yang membawa resep
tersebut
2; Resep harus di tulis secara jelas dan dapat dimengerti

21

3; Resep bukanlah tindakan terakhir seorang dokter kepada pasiennya melainkan salah satu
langkah untuk selanjutnya dapat memberikan informasi dan peringatan serta memantau
hasil terapi.
4; Penulisan identitas dokter adalah sudah tepat, tetapi alangkah lebih baik jika dicantumkan
hari dan jam praktek dokter.
5; Penulisan kota dan tanggal adalah sudah tepat.
6; Penulisan superscriptio adalah tepat karena ada tanda R/ pada tiap resep.
7; Bagian inscriptio adalah tepat dalam penulisan nama obat, sediaan obat, kekuatan obat
dan jumlah obat, hanya ada kesalahan dalam penentuan jumlah obat.
8; Bagian signatura adalah tepat pada penulisan frekwensi minum obat dan jumlah obat
yang diminum dalam sekali konsumsi tetapi tidak terdapat penulisan cara penggunaan
obatnya.
9; Penulisan identitas pasien adalah sudah baik tetapi alangkah lebih baiknya lagi apabila
dicantumkan juga berat badan dan alamat pasien yang berguna pada keadaan darurat
yang berhubungan dengan pasien.
10; Kemungkinan diagnosis pasien dari resep adalah hipertensi yang tidak bisa diberikan
pengobatan dengan diuretika ataupun dengan beta bloker.

BAB VI
LAMPIRAN REVISI RESEP
dr. Sri Astuti
SIP.KP.01.01.IV.1.01.0870
Praktek:

Rumah:

Jl.Kesehatan No.17 B, Kaliurang

Jl.Manokwari No.5

22

Telp. 0274-896448

Condong Catur,Sleman
Telp.0274-387264
Yogyakarta, 8 Januari 06

R/ captopril tab mg 25 no XIV


2dd tab I
R/ Parasetamol mg 350
Clobazam mg 5
Vitamin B1 mg 100
m f l a caps dtd no X
3dd caps I
Pro : Ny. Zaenab
Umur : 45 tahun

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2005. Mims annual Full Prescribing Information. 16th ed. Jakarta : United Business
Media (CMP).
Bustami, Z.S. (penerjemah), 1998. Pedoman Penulisan Resep. Bandung : Penerbit ITB.

23

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal POM. 2000. Informatorium Obat
Nasional Indonesia 2000. Jakarta :Sagung Seto.
Ganiswara, S.G. (editor utama), 1995. Farmakologi dan Terapi. Ed 4. Jakarta : FKUI.
Katzung, B.G., 1997. Farmakologi Dasar dan Klinik. Ed VI. Jakarta : EGC.
www.medscape.com/drugrefference/catapres_oral/dosage/uses/warning.htm
www.medscape.com/drugrefference/cataptopril_oral/dosage/uses/warning.htm

24

You might also like