You are on page 1of 15

LAPORAN KELOMPOK PROBLEM BASED LEARNING

KETUBAN PECAH DINI


Disusun untuk memenuhi tugas Blok Reproduksi

Oleh:
Irfan Marsuq Wahyu R.

135070201111002

Dwi Kurnia Sari

135070201111003

Puput Lifvaria Panta A.

135070201111004

Adelita Dwi Aprilia

135070201111005

Wahyuni

135070201111006

Ratna Juwita

135070201111007

Zahirotul Ilmi

135070201111008

Ni Putu Ika Purnamawati

135070201111009

Siska Puji Lestari

135070201111019

Hasnah Cholida Sani

135070201111020

KELOMPOK 5 REGULER

PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2015
1. DEFINISI KETUBAN PECAH DINI

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tandatanda persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu.
Sebagian ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan aterm lebih dari 37
minggu, sedangkan kurang dari 36 minggu tidak terlalu banyak (Manuaba,
2009).
Ketuban pecah dini (KPD) adalah keadaan pecahnya selaput ketuban
sebelum persalinan. Bila KPD terjadi sebelum usia kehamilan (UK) 37 minggu
maka disebut KPD pada kehamilan premature (Prawirohardjo, 2008)
2. KLASIFIKASI KETUBAN PECAH DINI
Ketuban pecah dini (Premature Rupture of Membranes/PROM) mengacu
pada pasien yang melampaui usia kehamilan 37 minggu dan ditampilkan
dengan adanya pecah ketuban (Rupture of Membranes/ROM) sebelum awal
persalinan. Ketuban pecah dini preterm (Preterm Premature Rupture of
Membranes/PPROM)

adalah

pecahnya

ketuban

sebelum

kehamilan

37

minggu. Dan ketuban pecah berkepanjangan adalah setiap pecahnya


ketuban yang berlangsung selama lebih dari 24 jam dan lebih dahulu pecah
pada awal persalinan (Hamilton C, 2010).
a. Ketuban pecah dini preterm (PPROM)
Yaitu ketuban pecah dini yang terjadi pada usia kehamilan kurang dari 37
minggu. Keadaan ini jarang terjadi, angka kejadiannya diprediksi sekitar
2%. Pecahnya ketuban kemungkinan memiliki berbagai penyebab, namun
banyak yang percaya infeksi intrauterin menjadi salah satu predisposisi
utama (Gomes dan rekan, 1997; Mercer, 2003). Sebuah tinjauan ilmiah
penyebab PPROM diidentifikasi penyebab potensial banyak dalam kasus
tertentu. Ini termasuk penurunan umum dalam kekuatan perenggangan
membran amnion, cacat lokal pada membran amnion, penurunan kolagen
cairan ketuban dan perubahan dalam struktur kolagen, iritabilitas uterus,
apoptosis, degredasi kolagen, dan perenggangan membran. Pada jaringan
Maternal-Fetal Medicine Unit (MFMU) menemukan bahwa faktor resiko
PPROM

adalam

PPROM

sebelumnya,

fibronektin

janin

positif

pada

kehamilan 23 minggu dan lahir rahim pendek (<25 mm) pada umur
kehamilan 23 minggu. Untuk tatalaksananya dirawat di RS, penundaan
persalinan, pemberian antibiotik (Manuaba, 2001).
b. Ketuban pecah dini aterm (PROM)
Yaitu ketuban pecah dini yang terjadi diatas usia kehamilan 37 minggu.
Kejadiann ketuban pecah dini juga bisa terjadi pada pembukaan kala 1

pada fase aselerasi. KPD terjadi ketika kejadiannya pada waktu sebelum
serviks ibu membuka selebar 5 cm pada multiparagravida dan 3 cm pada
primiparagravida. Pada PROM penyebabnya mungkin karena melemahnya
membran amnion secara fisiologis. Kondisi klinis seperti inkompetensi
serviks dan polihidramnion telah diidentifikasi sebagai faktor resiko yang
jelas dalam beberapa kasus KPD. Untuk penangannya melalui seksio
sesarea (Syaifuddin, 2002).
c. PROM prolong
Penjelasannya hampir sama dengan PROM, hanya saja maksud dari
prolong disini adalah mengacu pada tanda-tanda persalinan yang muncul
setelah 12 jam.
3. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO KETUBAN PECAH DINI
a. Peningkatan tekanan intra uterin: tekanan intrauterine yang meninggi
atau meningkat secara berlebihan dapat menyebabkan terjadinya ketuban
pecah dini, misalnya :
- Trauma: hubungan seksual, pemeriksaan dalam amniosintesis
- Gemelli (kehamilan kembar): pada kehamilan gemelli terjadi distensi
uterus yang berlebihan, sehingga menimbulkan adanya ketegangan
rahim secara berlebihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi
rahim yang lebih besar dan kantung (selaput ketuban) relative kecil
sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga
-

mengakibatkan selaput ketuban tipis dan pecah


Makrosomi: berat badan neonates lebih dari 4000gr. Kehamilan
dengan makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat
dan menyebabkan tekanan pada intrauterine bertambah sehingga

menekan selaput ketuban


Hidramnion atau polihidramnion
Adalah keadaan dimana jumlah cairan amnion >2000mL. Uterus
dapat mengandung cairan dalam jumlah yang sangat banyak. Ada
dau macam hidramnion:
Hidramnion kronis adalah peningkatan jumlah cairan amnion

terjadi secara berangsur-angsur


Hidramnion akut, volume tersebut meningkat tiba-tiba dan uterus
akan mengalami distensi nyata dalam waktu beberapa hari saja

(Saifudin, 2006)
b. Perilaku merokok: kandungan zat berbahaya di dalam rokok bisa
mengakibatkan terkikisnya membrane kolagen
c. Inkompetensi serviks (leher rahim)

Adanya kelainan pada otot-otot leher atau leher rahim (serviks) yang
terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit membuka ditengah-tengah
kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin yang semakin
besar (Saifudin. 2006)
d. Kelainan letak janin dan rahim
Misalnya pada letak sungsang dan letak lintang, karena tidak ada bagian
terendah yang menutupi pintu atas panggul yang dapat menghalangi
tekanan terhadap membrane bagian bawah.
e. Kemungkinan kesempitan panggul
Bagian terendah belum masuk PAP (sepalopelvic disproporsi).
f. Penyakit Infeksi (Koroamniotitis)
Adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme yang
meyebabkan

infeksi

selaput

ketuban.

Biasanya

disebabkan

oleh

penyebaran organisme vagina ke atas. Infeksi yang terjadi menyebabkan


terjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk
proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah (Saifudin, 2006)
g. Defisiensi vitamin C
Vitamin C diperlukan untuk pembentukkan dan pemeliharaan jaringan
kolagen. Selaput ketuban (yang dibentuk oleh jaringan kolagen) akan
mempunyai elastisitas yang berbeda tergantung kadar vitamin C dalam
darah ibu.
h. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23
minggu
i. Riwayat KPD
Pengalaman yang pernah dialami oleh ibu bersalin dengan kejadian KPD
dapat berpengaruh besar pada ibu jika menghadapi kondisi kehamilan.
Riwayat KPD sebelumnya beresiko 2-4x mengalami ketuban pecah dini
kembali.

Patogenesis

penurunan

kandungan

terjadinya

KPD

kolagen

dalam

secara

singkat

membran

ialah

sehingga

akibat
memicu

terjadinya ketuban pecah dini dan ketuban pecah preterm. Wanita yang
pernah mengalami KPD pada kehamilan atau menjelang persalinan maka
pada kehamilan berikutnya akan lebih beresiko dari pada wanita yang
tidak pernah mengalami KPD sebelumnya karena komposisi membran
yang menjadi rapuh dan kandungan kolagen yang semakin menurun pada
kehamilan berikutnya (Helen, 2008).
j. Paritas

Paritas adalah banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu dari anak pertama
sampai dengan anak terakhir. Adapun pembagian paritas yaitu primipara,
multipara, dan grande multipara. Primipara adalah seorang wanita yang
baru pertama kali melahirkan, dimana janin mancapai usia kehamilan 28
minggu

atau

lebih.

Multipara

adalah

seorang

wanita

yang

telah

mengalami kehamilan dengan usia kehamilan minimal 28 minggu dan


telah melahirkan buah kehamilanya 2 kali atau lebih. Sedangkan grande
multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami hamil dengan
usia

kehamilan

minimal

28

minggu

dan

telah

melahirkan

buah

kehamilannya lebih dari 5 kali (Wikjosastro, 2007).


4. EPIDEMIOLOGI KETUBAN PECAH DINI
Menurut hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2002-2003, angka kematian ibu di Indonesia sebesar 307 per 1000 kelahiran
hidup atau setiap jam terdapat 2 orang ibu bersalin meninggal karena
berbagai sebab. Salah satu penyebab langsung kematian ibu adalah karena
infeksi sebesar 20-25% dalam 100.000 kelahiran hidup dan KPD merupakan
penyebab

paling

sering

menimbulkan

infeksi

pada

saat

mendekati

persalinan. Diantaranya 65% kematian terjadi akibat komplikasi ketuban


pecah dini. Prevalensi KPD berkisar antara 3-18 % dari seluruh kehamilan.
Saat kehamilan aterm, 8-10 % wanita mengalami KPD dan 30-40 % dari
kasus KPD merupakan kehamilan preterm atau sekitar 1,7% dari seluruh
kehamilan. KPD diduga dapat berulang pada kehamilan berikutnya. Hal ini
juga berkaitan dengan meningkatnya risiko morbiditas pada ibu maupun
janin.
5. PATOFISIOLOGI KETUBAN PECAH DINI
(terlampir)
6. MANIFESTASI KLINIS KETUBAN PECAH DINI
Tanda dan gejala pada kehamilan yang mengalami KPD adalah
keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban
berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih
merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan
ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran.
Tetapi bila anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di
bawah biasanya mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara.
Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin

bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi (Manuaba,


2009).
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK KETUBAN PECAH DINI
Pemeriksaan dengan spekulum
a. Pemeriksaan dengan spekulum pada KPD untuk mengambil sampel cairan
ketuban di forviks posterior dan mengambil sampel cairan untuk kultur
dan pemeriksaan bakteriologis.
- Tes nitrazin
Yaitu dengan memeriksa kadar keasaman cairan vagina. Jika kertas
lakmus merah berubah menjadi biru menunjukan adanya cairan
ketuban (alkalis), PH normal vagina yaitu 4,5-5,3 tidak terjadi
perubahan warna (kuning) dan apabila terdapat cairan ketuban, maka
PH menjadi 7,0-7,5 (Practical Guide to High Risk Pregnancy and
Delivery). Tempatkan sepotong kertas nitrazin pada mata pisau
-

speculum setelah menarik spekulum dari vagina (Midwifery, 2004)


Test Ferning / Test Pakis
Dengan meneteskan cairan ketuban pada kertas objek dan dibiarkan
kering.

Pemeriksaan

menunjukkan

kristal

cairan

amnion

dan

gambaran daun pakis. Diagnosis ketuban pecah dini dapat 100%


diakui apabila tes cairan vagina memberikan hasil test positif untuk
Test Nitrazin dan Test Ferning (Practical Guide to High Risk Pregnancy
-

and Delivery)
Pemeriksaan dalam spekulum juga digunakan untuk melihat porsio
masih tertutup atau sudah terbuka. Adakah air ketuban mengalir dari

porsio dan perhatikan warnanya.


Pada kehamilan aterm dapat

dilakukan

periksa

dalam

untuk

menentukan besar pembukaan


b. Amniocentesis melalui pemeriksaan ini, akan diperoleh cairan amnion
yang tidak terkontaminasi, kemudian dilakukan pemeriksaan kultur.
Pemeriksaan ini merupakan indicator terbaik untuk chorioamnionitis
(Reece, 2007)
c. Pemeriksaan leukosit darah bila meningkat > 15.000/mm 3 kemungkinan
ada infeksi
d. Kardiotokografi untuk menentukan ada tidaknya kegawatan janin secara
dini atau memantau kesejahteraan janin. Jika ada infeksi intrauterin atau
peningkatan suhu, denyut jantung janin akan meningkat.
e. USG

Pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk menentukan indeks cairan


amnion, usia kehamilan, letak janin, letak plasenta, gradasi plasenta serta
jumlah

air ketuban. Selain itu, untuk mengetahui aktivitas janin,

pengukuran berat badan janin, detak jantung janin, kelainan congenital


atau deformitas (Soewarto S., 2009)
8. PENATALAKSANAAN KETUBAN PECAH DINI
a. Konservatif (Prawirohardjo, 2008):
- Rawat di rumah sakit
- Berikan antibiotik (ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisin bila tidak
-

tahan dengan ampisilin dan metronidazole 2 x 500 mg selama 7 hari)


Jika umur kehamilan < 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban

masih keluar atau sampai air ketuban tidak lagi keluar


Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi,
tes busa negatif berikan deksametason, observasi tanda-tanda

infeksi, dan kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu


Jika usia kehamilan 32-37 mingguu, sudah inpartu, tidak ada infeksi,
berikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24

jam
Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, berikan antibiotik dan
lakukan induksi, nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda

tanda infeksi intrauterin).


Pada usia kehamilan 32-37 minggu berikan steroid untuk memacu
kematangan paru janin, dan bila memungkinkan periksa kadar lesitin
dan spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis
tunggal selama 2 hari, deksametason IM 5 mg setiap 6 jam selama 4

kali.
b. Aktif (Prawirohardjo, 2008):
- Kehamilan lebih dari 37 minggu induksi dengan oksitosin. Bila gagal
seksio sesarea. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan dosis tinggi dan
persalinan diakhiri
- Bila skor pelvik < 5 lakukan pematangan serviks, kemudian induksi.

Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea. Bila skor
pelvik > 5 induksi perlasinan
c. Penatalaksanaan berdasarkan BBJ:
- Usia Kehamilan 26-31 Minggu:
Pertolongan persalinan dengan
-

BB

dianjurkan dengan seksio sesarea


Usia Kehamilan antara 31-33 Minggu:

janin

kurang

dari

2000

Umumnya BB janin sudah sekitar 2000 g sehingga sudah sangat


mungkin tertolong (Manuaba, 2007)
9. KOMPLIKASI KETUBAN PECAH DINI
KPD dapat menimbulkan komplikasi baik terhadap janin maupun terhadap ibu
a. Terhadap janin
- Infeksi intrauterine
Walaupun ibu belum menunjukkan tanda infeksi, tetapi janin telah
mengalami infeksi, karena infeksi intrauterine lebih dulu terjadi
-

(amnionitis) sebelum tanda dan gejala infeksi pada ibu muncul


Tali pusat menumbung (melilit leher janin, maupun komprsi tali pusat
sehingga suplai oksigen ke janin menurun yang dapat menimbulkan

kematian bayi)
Kelahiran premature
Amniotic band syndrome
Cacat bawaan pada janin dan pertumbuhan janin terganggu akibat
oligohidramnion (cairan amnion kurang dari normal)
Syndrome distress pernapasan. Komplikasi paling sering terjadi

pada KPD sebelum usia 37 minggu adalah sindrom distress


pernapasan, yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir

b. Terhadap ibu
Karena jalan lahir telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal,
apalagi apabila terlalu sering dilakukan pemeriksaan dalam. Selain itu
dapat

dijumpai

infeksi

puerpuralis

(saat

nifas),

peritonitis,

serta

septikemia. Ibu akan merasa lelah akibat partus menjadi lama. Hal
tersebut dapat meningkatkan angka kematian dan morbiditas ibu.
c. Terhadap kehamilan dan persalinan
- Dapat terjadi persalinan kapan saja, terjadi kelahiran preterm
- Abruption placenta, karena adanya penurunan yang progresif pada
-

permukaan intra uterin


Prolaps tali pusat dapat terjadi (sering terjadi pada presentasi letak

bokong atau letak lintang)


Oligohydramnion, dry labor
Partus lama
Perdarahan pada saat persalinan

10.
ASUHAN KEPERAWATAN KETUBAN PECAH DINI
Pengkajian Keperawatan
A. Identitas Klien
Nama
: Ny.P
Usia
: 25 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
B. Status Kesehatan Saat Ini
Keluhan utama
: Klien datang ke RS dengan keluhan keluar cairan
berwarna keruh merembes dari jalan lahir
Lama keluhan
: sejak kemarin pagi
Kualitas keluhan
: tidak terkaji
Faktor pencetus
: tidak terkaji
Faktor pemberat
: jarang kontrol kehamilan
Upaya yang telah dilakukan : tiduran sepanjang hari
Diagnosa Medis
: Ketuban Pecah Dini
C. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Ny.P usia 25 tahun, G1 P0000 Ab000 usia kehamilan 37 minggu keluar cairan
berwarna keruh merembes dari jalan lahir sejak kemarin pagi. Sejak
keluar cairan pasien tidak berani beraktivitas berat, pasien hanya tiduran
sepanjang hari. Pasien mengeluh badannya demam. Pasien tidak
merasakan adanya his. Pasien jarang kontrol kehamilan ke Puskesmas.
D. Riwayat kehamilan
- G1 P0000 Ab000
- Pasien hamil pertama dengan riwayat tidak pernah hamil sebelumnya
dan tidak pernah mengalami abortus
E. Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum : pasien tampak tegang, penurunan konsentrasi,
-

pucat, dan gelisah


TTV
: TD 120/80 mmHg, N 98x/menit, RR 18x/menit,

Suhu 37,50 C, DJJ=120x/menit


- Pasien tidak merasakan adanya his
F. Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan cairan amnion menunjukkan pH netral dan warna
keruh
Analisa Data
N
O
1.

DATA
DS:
- Pasien datang ke
RS dengan
keluhan keluar
cairan berwarna

ETIOLOGI

MASALAH

Beberapa faktor resiko

KEPERAWATAN
Resiko gangguan

hubungan ibu-janin

Memengaruhi pembentukan
dan pemeliharaan kolagen,
selaput amnion kurang optimal

keruh merembes
dari jalan lahir

Selaput ketuban mudah pecah

sejak kemarin

pagi
DO:

Cairan amnion merembes


keluar melalui jalan lahir

- Hasil pemeriksaan

cairan manion

Ketuban pecah dini

menunjukkan pH
netral dan
warnanya keruh
- Berdasarkan
anamnesa
perawat, pasien
mengatakan
jarang kontrol
kehamilan
2.

DS:
- Pasien mengeluh

Penurunan transpor oksigen

Kegawatan pada janin

Resiko kematian janin

Resiko gangguan hubungan


ibu-janin
Faktor resiko

kelainan cairan

Pembentukan dan

dari jalan lahir

pemeliharaan kolagen

sejak kemarin

pagi,
- Pasien mengeluh
demam
DO:
- Meriksaan amnion:
pH normal warna
keruh
- Pasien jarang
control kehamilan
- Suhu 37oC

Selaput amnion kurang


optimal

Selaput ketuban pecah dini

Cairan merembes dari jalan


lahir (warna keruh)

Oligohidramnion

Tidak ada perlindungan janin

Mudahnya mikroorganisme

Resiko infeksi

masuk secara asenden

3.

DS:
- Pasien mengatakan
sejak keluar

Resiko infeksi
Infeksi, polihidramnion, serviks
inkompeten

cairan dari jalan

Melemahnya selaput ketuban

lahir Ny. P tidak

dan meningkatnya tekanan

berani
beraktivitas

intra uterin

berat, pasien

Klien jarang kontrol kehamilan

hanya tiduran

sepanjang hari.
- Pasien mengatakan

Ketuban pecah dini

jarang kontrol
kehamilan ke
puskesmas
- G1 P0000 Ab000
DO:
- Pasien tampak
tegang,
penurunan

Ansietas

Keluar cairan ketuban dari


jalan lahir

Perubahan pada kondisi


kesehatan klien

Ansietas

konsentrasi,
pucat, dan
gelisah

Prioritas Diagnosa
1. Resiko gangguan hubungan ibu-janin berhubungan dengan penyulit
kehamilan (ketuban pecah dini) yang ditandai dengan pasien mengeluh
keluar cairan berwarna keruh merembes dari jalan lahir sejak kemarin
pagi
2. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak
adekuat (pecah ketuban dini) yang ditandai dengan klien mengeluh keluar
cairan berwarna keruh merembes dari jalan lahir sejak kemarin pagi

3. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan yang ditandai


dengan pasien tampak gelisah, penurunan konsentrasi, tampak tegang
dan pucat
Rencana Keperawatan
Diagnosa 1
Resiko gangguan hubungan

ibu-janin

berhubungan

dengan

penyulit

kehamilan (ketuban pecah dini) yang ditandai dengan pasien mengeluh


keluar cairan berwarna keruh merembes dari jalan lahir sejak kemarin pagi
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
menunjukkan penurunan jumlah cairan yang keluar dari jalan
lahir
Kriteria hasil : Sesuai indikator NOC
NOC: Fetal Status: Intrapartum
No

Indikator

2 3

4 5

.
1.

DJJ (120-160)

2.

Warna cairan amnion

3.

Jumlah cairan amnion

NOC: Maternal Status: Intrapartum


No

Indikator

2 3

4 5

.
1.

Frekuensi

2.

kandungan

3.

Intensitas

4.

kandungan

5.

Durasi kontraksi kandungan

6.

Tekanan darah

7.

Nadi radial

kontraksi

kontraksi

Suhu
Status kognitif
NIC: Labor Induksi
1. Monitor TTV janin sebelum Induksi
2. Tentukan indikasi dilakukan induksi

3. Monitor efek samping penggunaan obat insuksi untuk serviks


4. Kolaborasi dalam pemberian oksitosin IV dengan dokter
5. Monitor efek samping dan keberhasilan induksi
Diagnosa 2
Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak
adekuat (pecah ketuban dini) yang ditandai dengan klien mengeluh keluar
cairan berwarna keruh merembes dari jalan lahir sejak kemarin pagi
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
resiko infeksi terkendali atau terkontrol
Kriteria hasil : Sesuai indicator NOC
NOC: Risk Control: Infection Proses
No
1.

Indikator
Mengembangkan efektif strategi control

2.

resiko

3.

Mengatur strategi control resiko

4.

Menghindari paparan ancaman infeksi

5.

Mengakui

6.

kesehatan

7.

Monitor status kesehatan

ada

perubahan

status

Mengetahui faktor resiko personal


Monitor secara menyeluruh terhadap
status kesehatan
NIC: Infection Control
1. Ajarkan cara cuci tangan
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
3. Kolaborasikan pemberian antibioyik
4. Ajarkan pasien tanda dan gejala infeksi dan kapan harus melapor ke
petugas kesehatan
5. Beritahu tanda-tanda infeksi
6. Anjurkan pasien dan keluarga mengetahui cara mencegah infeksi (mis:
vulva hygine)
7. Anjurkan untuk klien agar banyak minum air putih
Diagnosa 3
Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan yang ditandai
dengan pasien tampak gelisah, penurunan konsentrasi, tampak tegang dan
pucat

Tujuan

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 2x24

jam ansietas klien teratasi


Kriteria hasil : Sesuai dengan skala NOC
NOC: Anxiety Level
No

Indikator

2 3

4 5

.
1.

Gelisah

2.

Penurunan konsentrasi

3.

Ungkapan ketakutan

4.

Wajah tegan

5. Pucat
NIC: Anxiety Reduction

1. Kaji tanda verbal dan non verbal dari ansietas


2. Menggunakan ketenangan, pendekatan menenangkan
3. Menjelaskan semua prosedur yang akan dilakukan meliputi sensasi yang
bisa dirasakan
4. Tetap dengan pasien untuk mempromosikan keamanan dan menurunkan
ketakutan
5. Mendorong keluarga untuk tetap dengan pasien
6. Membantu pasien untuk menjelaskan deskripsi realistik kejadian yang
dapat terjadi
7. Memastikan kemampuan decision making pasien
8. Mengidentifikasi ketika level kecemasan berubah
9. Menyediakan informasi yang faktual mengenai diagnosis, treatmen dan
prognosis
10.Mendengarkan aktif
11.Mendorong pasien mengungkapkan perasaan, persepsi, dan ketakutan
pasien
12.Membantu pasien mengidentifikasi situasi yang menyebabkan ansietas
13.Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, Ida Bagus Gede. 1998. Sinopsis Obstetry Jilid I. Jakarta: EGC
Manuaba, I.B.G. 2009. Buku Ajar Patologi Obtetri, Jakarta: EGC
Manuaba I.B.G. 2010. Gawat Darurat, Obstetri Ginekologi dan Onstetri Ginekologi
Sosial untuk Profesi Bidan. Jakarta: EGC

Manuaba. I. B. G. 2001. Ketuban Pecah Dini dalam Kapita Selekta Penatalaksanaan


Obtetri Ginekologi dan KB. Hal: 221-225. Jakarta: EGC
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC
Reece, E.A MD et al; Clinic Obstetric The Fetus & Mother 3 rd edition : Prelabor
rupture of the membranes; Blackwell Publishing 2007; 1130-1173
Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
Dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP
Soewarto S. 2009. Ketuban Pecah Dini. In Prawirohardjo S. (ed.) ilmu kebidanan.
Bagian Ketiga: Patologi Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan Bayi Baru Lahir. Edisi
Keempat. Cetakan Kedua. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.Pp 67782
Wiknjosastro H,. ILMU KEBIDANAN. Edisi III, yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, jakarta, 2007
Varney, Helen. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4. Jakarta: EGC

You might also like