Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Debora Christianingtyas
08.321.0122
08.321.0127
Ketut Yastrini
08.321.0143
08.321.0151
08.321.0227
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Penilaian awal korban cedera kritis akibat cedera multipel merupakan
tugas yang menantang, dan tiap menit bisa berarti hidup atau mati. Sistem
Pelayanan Tanggap Darurat ditujukan untuk mencegah kematian dini (early)
karena trauma yang bisa terjadi dalam beberapa menit hingga beberapa jam sejak
cedera (kematian segera karena trauma, immediate, terjadi saat trauma. Perawatan
kritis, intensif, ditujukan untuk menghambat resiko kecacatan dan bahkan
kematian. Hal ini bisa saja terjadi karena trauma yang terjadi dalam beberapa hari
hingga beberapa minggu setelah trauma tidak mendapatkan penanganan yang
optimal. Berdasarkan kasus diatas, penilaian awal merupakan salah satu item
kegawatdaruratan yang sangat mutlak harus dilakukan untuk mengurangi resiko
kecacatan, bahkan kematian.
Pada penelitian Canadian selama 5 tahun yang diakui oleh unit trauma,
96,3% mendukung terjadinya trauma tumpul, sisanya 3,7% cedera dengan
mekanisme penetrasi. Penyebab trauma tumpul berhubungan dengan kecelakaan
lalu lintas (70%), bunuh diri (10%), jatuh (8%), pembunuhan (7%), dan lain-lain
(5%). Banyak kejadian tersebut yang akhirnya menuju kedalam kegawatdaruratan.
Berdasarkan penelitian diatas, seorang tenaga kesehatan harus mampu
melakukan tindakan medis yang tepat dan cepat untuk mengatasinya. Melalui
protocol-protokol yang berlaku, seorang tenaga kesehatan harus mampu
melakukan penilaian awal, sehingga mampu memberikan tindakan yang tepat
sesuai dengan tujuan penilaian awal. Tujuan penilaian awal adalah untuk
menstabilkan pasien, mengidentifikasi cedera / kelainan pengancam jiwa dan
untuk memulai tindakan sesuai, serta untuk mengatur kecepatan dan efisiensi
tindakan definitif atau transfer kefasilitas sesuai. Oleh karena itu tenaga medis,
tujuan
dari
penulisan
makalah
ini
adalah
untuk
1.5 METODE
Dalam penyusunan makalah ini, metode yang kami gunakan yaitu
metode kepustakaan dengan mencari dan mengumpulkan data-data yang
berhubungan baik melalui media internet maupun materi kuliah yang
diberikan oleh dosen pembimbing/pengajar.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian initial assessment
Initial Assessment adalah proses penilaian yang cepat dan
pengelolaan yang tepat guna menghindari kematian pada pasien gawat
darurat. Pengertian luas initial assessment adalah proses evaluasi secara
tepat pada penderita gawat darurat yang langsung diikuti dengan tindakan
resusitasi. Secara terbatas pengertian initial assessment adalah meliputi
tindakan triase sampai dengan survey sekunder. Initial assessment harus
dilakukan dengan urutan yang benar supaya diperoleh hasil yang
maksimal meski demikian dalam praktek sehari-hari dapat berlangsung
secara simultan
Initial assessment adalah untuk memprioritaskan pasien dan
menberikan penanganan segera. Informasi digunakan untuk membuat
keputusan tentang intervensi kritis dan waktu yang dicapai. Ketika
melakukan pengkajian, pasien harus aman dan dilakukan secara cepat dan
tepat dengan mengkaji tingkat kesadaran (Level Of Consciousness) dan
pengkajian ABC (Airway, Breathing, Circulation), pengkajian ini
dilakukan pada pasien memerlukan tindakan penanganan segera dan pada
pasien yang terancam nyawanya. (John Emory Campbell, 2004 : 26)
Penilaian awal ini intinya adalah :
1. Primary survey, yaitu penanganan ABCDE dan resusitasi. Disini dicari
keadaan yang mengancam nyawa, dan apabila menemukan harus
dilakukan resusitasi.
2. Secondary survey, yaitu head to toe atau pemeriksaan yang teliti dari
ujung kepala sampai kaki
3. Penanganan definitive atau menetap
Survei primer maupun sekunder harus selalu diulang-ulang untuk
menentukan adanya keadaan penurunan penderita, dan memberikan
resusitasi dimana diperlukan.
B. Komponen Initial Assessment
Proses initial assessment meliputi antara lain :
1. Persiapan penderita
2. Triage
3.
4.
5.
6.
7.
Survey primer
Resusitasi
Pemeriksaan penunjang untuk survey sekunder
Pengawasan dan evaluasi ulang
Terapi definitive
terlebih dahulu.
Mass Casualities
Musibah missal dengan jumlah penderita dan beratnya perlukaan
melampaui kemampuan Rumah Sakit. Dalam keadaan ini yang
akan
dilayani
terlebih
dahulu
adalah
penderita
dengan
Pada tahap ini harus dicari keadaan yang mengancam nyawa, tetapi
sebelum memegang penderita trauma selalu harus proteksi diri terlebih
dahulu untuk menghindari tertular penyaklit seperti hepatitis dan
AIDS. Alat proteksi diri yang diperlukan diantaranya adalah :
a. Sarung tangan
b. Kaca mata terutama apabila penderita menyemburkan darah
c. Apron ,digunakan untuk melindungi pakaian sendiri
d. Sepatu
Tindakan resusitasi untuk menyelamatkan harus segera dikerjakan
apabila dijumpai kegawatan pada survey primer meliputi penilaian :
a.
Airway
Adalah mempertahankan jalan nafas. Hal ini dapat
dikerjakan dengan teknik manual ataupun menggunakan alat bantu
(pipa orofaring, pipa endotracheal). Tindakan ini mungkin akan
banyak memanipulasi leher sehingga harus diperhatikan untuk
menjaga stabilitas tulang leher. Pada penderita yang masih sadar
dapat dipakai nasofaringeal airway. Bila penderita tidak sadar dan
tidak ada refleks batuk (gag refleks) dapat dipakai orofaringeal
airway.
b. Breathing
Adalah
berlangsung
menjaga
dengan
pernafasan
baik.
Setiap
atau
ventilasi
penderita
trauma
dapat
berat
bersama
dengan
e.
gangguan neurologis
Environment atau Exposure
Adalah pemeriksaan pada se.luruh tubuh penderita untuk
melihat jejas atau tanda-tanda kegawatan yang mungkin tidak
terlihat dengan menjaga supaya tidak terjadi hipotermi. Selama
survey primer ini keadaan yang mengancam nyawa harus dikenali
dan resusitasinya dilakukan pada saat itu juga. Resusitasi yang
agresif dan pengelolaan yang cepat dari keadaan yang mengancam
nyawa merupakan hal yang mutlak bila ingin penderita tetap hidup.
Prioritas penanganan kegawatan dilakukan berdasarkan urutan
diatas, namun bila memungkinkan dapat juga dilakukan secara
simultan. Prioritas penanganan untuk pasien usia muda maupun
usia lanjut adalah sama. Salah satu perbedaanya adalah bahwa
pada usia muda ukuran organ relative lebih kecil dan fungsinya
belum berkembang secara maksimal. Pada ibu hamil, prioritas
tetap sama, hanya proses kehamilan membuat proses fisiologis
10
11
12
baik. Pertukaran gas yang terjadi pada saat bernafas adalah mutlak
untuk pertukaran oksigen dan karbondioksida dari tubuh.
Ada iga hal yang harus dilakukan dalam breathing, yaitu
1) Nilai apakah brathing baik (look, listen, feel)
2) Ventilasi tambahan apabila breathing kurang adekuat
3) Selalu berikan oksigen
Untuk menilai pernafasan petugas yang berpengalaman dalam
hitungan detik dapat menilai apakah pernafasan baik atau tidak.
Penderita yang dapat berbicara kalimat panjang tanpa adanya kesan
sesak, umumnya breathingnya baik.
Pernafasan yang baik adalah pernafasan yang memenuhi kriteria,
antara lain :
1) Frekuensi normal (dewasa rata-rata 20, anak 30,bayi 40)
2) Tidak ada gejala dan tanda sesak
3) Pada pemeriksaan fisik baik
Lakukan pemeriksaan fisik dengan cara sebagai berikut :
1) Lihat dada penderita dengan membuka untuk melihat
pernafasan yang baik. Lihat apakah ada jejas, luka terbuka, dan
ekspansi kedua paru.
2) Auskultasi dilakukan untuk memastikan masuknya udara ke
dalam kedua paru dengan mendengarkan bising nafas (jangan
lupa sekaligus memeriksa jantung)
3) Perkusi dilakukan untuk menilai adanya udara (hipersonor),
atau darah (dull) dalam rongga pleura.
13
4) hematothorak massif
Kelainan-kelainan
diatas
harus
segera
ditangani
untuk
menghindari kematian.
Apabila pernafasan tidak adekuat harus dilakukan bantuan
pernafasan (assisted ventilation). Di UGD sebaiknya membantu
pernafasan adalah dengan memakai Bag Valve (Ambu Bag),
ataupun ventilator.
Berikan oksigen, apabila diperlukan konsentrasi oksigen yang
tinggi dengan memakai rebreathing atau non rebreathing mask,
atau dengan kanul (berikan 5 sampai dengan 6 liter per menit).
c. Circulation dengan kontrol perdarah atau Circulation dan
Hemorahage Control
Perdarahan merupakan sebab utama trauma kematian pasca
bedah yang mungkin dapat diatasi dengan terapi yang cepat dan
tepat dirumah sakit.
Syok pada penderita trauma harus dianggap disebabkan oleh
hipovelemia, sampai terbukti sebaliknya. Dengan demikian maka
diperlukan penilaian yang cepat dari status hemodinamik penderita.
Reaksi tubuh terhadap hilangnya cairan (perdarahan) dapat
berbeda :
1) Pada orang tua kemampauan kompensasi sudah jauh berkurang
sehingga tindakan resusitasi harus segera diberikan
2) Pada usia dini kompensasi sangat besar sehingga tanda-tanda
kegagalan sirkulasi muncul lambat.
3) Pada olah ragawan daya kompensasi lebih besar daripada orang
biasa dengan ciri khas lebih jarang terjadi takikardi meskipun
dlama kondisi hipovolemia.
Resusitasi cairan diberikan berdasarkan derajat syok yang
terjadi , dari derajat syok dan responnya terhadap resusitasi cairan,
14
dua
pemeriksaan
dalam
hitungan
detik
dapat
15
a) Perdarahan Eksternal
Perdarahan eksternal dikendalikan dengan penekanan
langsung pada luka. Jarang diperlukan penjahitan untuk
mengendalikan perdarahan luar. Torniket jangan dipakai,
karena apabila dipasang secara benar (diatas tekanan
sistolik) justru akan merusak jaringan karena menyebabkan
iskemia distal dari torniket. Pemakaian hemostat (di klem)
memerlukan waktu dan dapat merusak jaringan sekitar
seperti saraf dan pembuluh darah.
b) Perdarahan internal
(1)
(2)
(3)
(4)
16
17
kesadaran
adapat
disingkirkan,
pikirkan
adanya
sangat
cepat
(the
patien
who
talks
and
dies),
18
19
Pemakaian
kateter
urin
dan
lambung
harus
20
21
22
23
denyut
nadi
distal
dari
fraktur,
pada
saat
24
8)
Bagian punggung
Memeriksa punggung dilakukan dengan log roll (memiringkan
penderita dengan tetap menjaga kesegarisan tubuh). Pada saat ini
dapat dilakukan pemeriksaan punggung.
5.
Re-Evaluasi Penderita
Penilaian ulang penderita dengan mencatat, melaporkan setiap
perubahan pada kondisi penderita dan respon terhadap resusitasi.
Monitoring dari tanda vital dan jumlah urin mutlak dilakukan. Jangan
lakukan pemeriksaan yang tidak perlu apabila penderita akan dirujuk
ke Rumah Sakit lainnya.
25
c.
d.
e.
f.
dan
tangan?
g. Pengkajian bagian belakang (lakukan selama memindahkan pasien
ke backbroad)
Apakah ada perubahan bentuk, memar, lecet, robek, luka tusuk,
luka bakar, nyeri tekan, luka goresan, bengkak pada pasien
h.
i.
j.
k.
dibagian belakang?
Keputusan
1) Apakah situasinya dalam keadaan kritis?
2) Adakah intervensi yang dilakukan segera?
Riwayat
1) Apakah ada riwayat penyakit terdahulu ?
2) Apakah ada riwayat alergi ?
3) Ada riwayat pengobatan terdahulu ?
4) Intake terakhir ?
5) Proses mekanisme injury ?
Vital sign
Apakah vital sign abnormal ?
Disability
1) Dilakukan segera jika terjadi perubahan status mental ?
2) Apakah pupilnya seimbang dan peka terhadap rangsang ?
3) Bagaimana dengan tingkat kesadaran (GCS) ?
Apakah ada tanda tanda herniasisasicerebral (tidak sadar,
keterlambatan reflek pupil, hipertensi, bradikardi, posturing) ?
(John Emory Campbell, 2004 : 41)
26
2. Ongoing Exam
Dibawah ini informasi yang perlu dilakukan pada masing-masing
langkah
a. Subjektif Changes
Apakah anda merasakan nyaman atau tidak nyaman sekarang?
b. Status Mental
1)
2)
3)
Jika ada perubahan status mental brapa nilai GCS nya sekarang
?
2)
Jika ada luka bakar pada daerah muka pasien, apakah ada
cedera inhalasi ?
2)
3)
4)
e. Leher
1)
2)
3)
f. Dada
1) Apakah suara napas pasien abnormal ?
2) Jika suara napas pasien tidak seimbang, apakah hipersonor atau
dallness ?
3) Apakah bunyi jantung pasien normal atau adanya murmur ?
g. Abdomen (jika ada kemungkinan cedera pada abdomen)
1) Adakah nyeri tekan pada abdomen ?
27
28
Abrasions,
Penetrations
Burn,
Tenderness,
29
Penetrations
Burn,
Tenderness,
Lacerations,
Penetrations
Burn,
Tenderness,
Lacerations,
Penetrations-Burn,
Tenderness,
Lacerations,
Penetrations
Burn,
Tenderness,
Lacerations,
30
TINDAKAN
1. Scene size-up
a. Keamanan
b. Jumlah pasien
silang
d. Mekanisme injury
khusus
4. Kemungkinan
injuri
yang
cocok
2. Kesan umum
a. Umur,
jenis
kelamin,
berat
badan
b. Posisi
(disekitarnya,
posisi
mayor
yang
nyata;
perdarahan mayor.
3. Tingkat kesadaran
a. Kewaspadaan
terhadap suara
atau
respon
31
4. Jalan nafas
a. Snoring
b. Gurgling
2. Suction
c. Stridor
d. Silence
nafas
4. Coba untuk melakukan ventilasi
jika
tidak
berhasil
lakukan
maneuver
Heimlich
5. Pernafasan
a. Tidak ada nafas
b. <10 x per menit
c. Volume tidal rendah
d. Kesulitan bernafas
e. Normal atau cepat
penggunaan
oksigen
32
6. Nadi Radialis
a. Tidak Ada
b. Ada
c. Bradikardi
3. Pertimbangkan
d. Takikardi
adanya
spinal
ketenangan
mengurangi
untuk
kecepatan
nadi,
pertimbangkan syok
7. Nadi karotis
a.Tidak ada
b. Ada
c. Bradikardi
d. Takikardi
adanya
spinal
8. Kulit
a. Warna dan keadaan
b. Pucat, dingin, lembab
1. Pertimbangkan syok
2. Berikan 100% oksigen
c. Cyanosis
9. Perdarahan Mayor
Penekanan
langsung,
pembalutan
dengan tekanan.
33
34
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Initial Assesment adalah proses penilaian yang cepat dan
pengelolaan yang tepat guna menghindari kematian pada pasien gawat
darurat. Initial assessment secara luas adalah proses evaluasi secara cepat
pada penderita gawat darurat yang langsung diikuti dengan tindakan
resusitasi. Penilaian dan resusitasi dilakukan berdasarkan prioritas
kegawatan pada penderita berdasarkan adanya gangguan pada jalan napas
(Airway), pernapasan (Breathing) dan sirkulasi (circulation). Proses
penilaian awal, pada dasarnya meliputi antara lain :
1. Primary survey
Primary survey adalah penanganan yang dilakukan pertama, yang telah
di ATLS yang mencakup konteks bahasan ABCDE. ABCDE adalah
Airway, Breathing, Circulation, Disability, Exposure.
2. Secondary Survey
Meliputi penanganan pemeriksaan fisik head to toe, bila menemukan
pasien yang saat secondary survey mengalami progress yang buruk,
maka kembali lakukan primary survey.
3. Penanganan Definitif (menetap)
Adalah penanganan yang diberikan kepada klien yang telah melewati
masa yang akut, setelah primary survey dan secondary survey.
B. SARAN
Penanganan awal (initial assesment) adalah hal mutlak yang harus
dipahami oleh tenaga kesehatan kegawatdaruratan. Oleh sebab itu, para
tenaga
kesehatan,
dimanapun
berada,
harus
memahami
konsep
35
36