Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
MUSA ROMADHON
0506120710
Oleh:
MUSA ROMADHON
0506120710
Oleh:
MUSA ROMADHON
0506120710
Menyetujui:
Mengetahui :
KETUA PROGRAM STUDI
AGROTEKNOLOGI
Ir. ARDIAN
NIP. 19600809 198703 1 002
KATA PENGANTAR
puji syukur kehadirat allah swt atas rahmat dan hidayah-nya, sehingga penulis
untuk semua rekan-rekan yang telah membantu penulis dalam penyelesaian usulan
Musa Romadhon
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... iii
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang................................................................................. 1
1.2. Tujuan .............................................................................................. 3
1.3. Hipotesis........................................................................................... 3
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
yang dapat merusak atau menurunkan hasil tanaman pada semua jenis tanaman
tanaman.
tanaman tersebut. Tidak semua herbivora tergolong hama, karena tidak semua
yang pada kondisi normal hanya menimbulkan kerusakan yang tidak serius pada
tanaman budidaya, tetapi jika terjadi ledakan populasinya baru akan menyebabkan
penurunan secara nyata. Ledakan populasi hama ini dapat terjadi karena keadaan
iklim atau kesalahan pengelolaan oleh manusia. Sebagain besar hama tanaman
termasuk dalam kelas serangga. Paling tidak terdapat 700.000 spesies serangga
dan mungkin hanya sedikit tanaman yang dapat selamat dari spesies – spesies
Kendala yang sering dihadapkan oleh petani adalah keberadaan hama yang
menyerang tanaman hortikultura pada tanaman sawi yaitu ulat krop kubis
dikenal juga sebagai hama yang sangat rakusdan larva terutama memakan daun-
daun yang masih muda, tetapi juga dapat menyerang daun yang agak tua dan
kemudian menuju kebagian titik tumbuh sehingga bagian titik tumbuh habis,
akibatnya pembentukan krop akan terhambat atau terhenti. Kerusakan yang
stadia pertumbuhannya sangat rentan terhadap serangan hama, terutama hama ulat
bahwa dampak negatif yang di timbulkan akibat penggunaan pestisida yang tidak
bijaksana antara lain adalah terjadinya resistensi hama, resurgensi hama sasaran
Selain itu kandungan pestisida pada sayuran sangat tinggi sehingga sangat cukup
Indiyani dan Gothama (1999) melanjutkan untuk mengatasi hal tersebut telah
diperkirakan lebih dari 500 spesies cendawan berasosiasi dengan serangga dan
tanaman hotikultura.
1.3. Hipotesis
hama yang menyerang tanaman dari famili Brassicacea (Cruciferae) seperti kol,
seperti Philipina, Guam, Australia bagian Utara, Afrika Selatan, Malaysia dan
Indonesia.
Asal daerah hama ini tidak diketahui dengan jelas, namun hama ini
diketahui telah ada di Indonesia sejak awal abad ke-20. Sedangkan di Sulawesi
diletakkan berkelompok pada bagian bawah daun sawi. Pada awalnya telur
berwarna hijau muda, jernih dan mengkilap namun pada saat akan menetas warna
telur berubah menjadi coklat muda dengan bintik hitam ditengahnya (Suyanto,
1994).
Seekor betina dapat meletakkan 11 sampai 18 kelompok telur dan setiap
kelompok telur terdapat 30 sampai 80 butir. Jadi selama hidupnya ngengat dapat
Larva yang baru keluar dari telur yang baru menetas berbentuk selinder,
berwarna kuning muda pucat agak transparan dengan kepala berwarna hitam dan
kebanyakan hijau dengan garis dorsal warna coklat muda.Pada bagian dorsal
terdapat garis yang berwarna hijau muda pada bagian lateral warna lebih tua dan
ada rambut dari kitin berwarna hitam, bagian abdomen berwarna kuning dan ada
juga yang berwarna hijau dengan tiga baris warna lebih muda dan dengan garis
bagian bawah daun.Setelah besar larva masuk ke dalam krop dan merusak titik
tumbuh atau daun-daun muda yang sedang membentuk.Larva yang baru menetas
berwarna hijau kekuningan dengan kepala berwarna coklat, namun setelah ulat
tumbuh sempurna warnanya warnanya coklat sampai hijau gelap dengan garis-
instar adalah 2 hari sampai 3 hari (Suyanto, 1994). Larva muda memakan daun
epidermis kering. Setelah mencapai instar ketiga larva memencar dan menyerang
daun bagian lebih dalam menggerek ke dalam krop dan menghancurkan titik
tumbuh.Ulat krop dapat menyerang sejak fase awal pra pembentukan krop (0 –
49) hari setelah tanam (hst) sampai fase pembentukan krop (49 - 85 hst)
oleh kokon yang terbungkus oleh partikel tanah (Suyanto, 1994).Panjang pupa
berkisar 8,5 – 10,5 mm, berbentuk selinder, warna hijau muda dan coklat muda.
cahaya dan aktif pada malam hari. Hanya terbang pada siang hari bila ada
berwarna abu-abu dengan bintik-bintik warna kelabu pucat dan sepanjang tepi
sayap agak gelap. Panjang sayap imago jantan berkisar antara 20 mm sampai 25
1994).
hidup serangga ini pada ketinggian 250 m dpl yaitu 22 hari sampai 30.Siklus
banyak ditemukan pada kelembaban yang tinggi dan dataran tinggi pada daerah
tropis dengan tingkat kerusakan yang ditimbullkan sangat tinggi.Pada curah hujan
binotalis Zell serta tingkat kerusakan sawi yang paling rendah terjadi pada musim
hujan. Jadi curah hujan juga berpengaruh terhadap penekanan populasi
Crocidolomia binotalis.
tanaman dan umumnya memiliki banyak karakteristik sama. Beberapa genus yang
hifa yang berwarna putih sedangkan yang terserang Nomuraea hifa berwarna
hijau.
mortalitas mencapai 100% (Prayogo et al. 2002) namun juga Nomuraea rileyi
dilaporkan merupakan salah satu agen hayati yang potensial untuk mengendalikan
hama dari ordo Lepidoptera, walaupun juga mampu menginfeksi serangga dari
ordo lain (Ignofo 1981; Suryawan dan Carner 1993 dalam Suparjiyem, 2006).
Salah satu hasil penelitian yang dilakukan oleh Mohamed dkk. (1978) dalam
Heliothis zea, dalam waktu 1 minggu mengakibatkan mortalitas larva sebesar 71-
80%.
hijau, tetapi miselia yang tumbuh terlebih dahulu membentuk konidia berwarna
putih. Karena jamur inperfek dapat ditumbuhkan pada media buatan dan
seringkali relatif patogenik, maka jamur ini digunakan dalam pengendalian hayati
sebagai insektisida mikroba.Infeksi jamur ini pada tubuh inang dicirikan oleh
seluruh permukaan tubuh inang, biasanya warna berubah menjadi hijau muda atau
Baru Panam. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan dimulai dari Maret
binotalis Zell) instar II, tanaman sawi jenis , stater Cendawan Entomopatogen
1000 ml, kotak penetasan C. binotalis, pinset, kotak plastik atau stoples sebagai
tempat aplikasi cendawan entomopatogen pada hama C. binotalis, kain tile atau
kain kassa warna hitam, gelas ukur, baskom, kantong plastik tahan panas
percobaan, setiap unit percobaan terdiri dari 10 ekor larva instar II.
Konsentrasi Nomuraea rileyi dalam mengendalikan hama tanaman sawi
adalah 2-3 g/l (Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah), maka dalam penelitian
k0 : 0 (kontrol)
k1 : 1 g/ l
k2 : 2 g/ l
k3 : 3 g/ l
k4 : 4 g/ l
k5 : 5 g/l
Yij =μ + τi + εij
Dimana :
εij = Pengaruh galat pada satuan percobaan pada perlakuan N. rileyi ke-i
dilanjutkan dengan uji lanjut DNMRT (Duncan’s New Multiple Range Test) pada
taraf 5%.
3.4. Pelaksanaan Penelitian
naungan. Setelah bibit sawi berumur tujuh hari, bibit di pindahkan ke bedengan
Hama uji diperoleh dari areal pertanaman sawi Jalan Kartama. Larva
yang homogen. Larva yang digunakan dalam penelitian sejumlah 10 larva instar II
tiap perlakuan.
Badan Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Pekanbaru yang berasal dari
lokal Riau yang diperoleh dari ulat grayak yang terinfeksi di tanaman padi di
Damardjati, 1998 dalam Suparjiyem, dkk (2006) beras merupakan media yang
memiliki nutrisi yang lebih baik dari pada jagung dan dedak dengan kandungan
Medium beras yang akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan media
dicuci bersih kemudian ditiriskan dan direbus hingga 1/3 masak. Beras yang telah
sebanyak 100 gr. Setelah itu dikukus hingga 3/4 masak selama 10 sampai 15 menit.
Kemudian medium beras yang telah dikemas selanjutnya disterilkan dengan cara
selama10-20 menit. Inokulasi isolat N. rileyi kedalam medium tersebut yang steril
tempat medium beras dilipat dengan posisi vertikal terhadap dasar kantong plastik
Setelah itu medium beras di inkubasi pada rak-rak dengan suhu kamar.
3.4.4. Pembuatan Formulasi Cendawan Entomopatogen N. rileyi
2 minggu setelah masa inkubasi pada medium beras telah dapat digunakan.
Cendawan N. rileyi yang diambil sesuai dengan konsentrasi perlakuan yaitu 1gr,
2g, 3g, 4g dan 5g di campur dengan air sebanyak 1000 ml kemudian diaduk
selama 1 menit setelah itu disaring, ditambahkan sedikit gula (sebagai bahan
per perlakuan dalam stoples bersih, dan diberi daun sawi segar non pestisida
sebagai pakan dari larva, kemudian disemprot dengan larutan N. rileyi sesuai
perlakuan. Daun sawi diganti setiap hari dengan daun sawi yang segar non
pestisida. Saat aplikasi perlakuan, Hands sprayer sering dikocok agar larutan
tidak mengendap.
3.5. Pengamatan
untuk mematikan paling awal salah satu larva uji. Penghitungan dimulai pada hari
hari setelah diberi perlakuan. Persentase mortalitas harian larva dihitung dengan
formula:
X-Y
× 100 0 0
M= X
M = Persentase mortalitas harian larva
X = Jumlah larva yang di uji
Y = Jumlah larva uji yang masih hidup
Pengamatan dilakukan dengan menghitung semua jenis larva uji yang mati
N N
P= ×100 % ×100 %
n n
P = Persentase mortalitas larva kumulatif
N = Pertambahan larva uji yang mati secara kumulatif
n = Jumlah awal larva uji (10 ekor)
dihitung pada hari ke dua, empat, enam, delapan, sepuluh, dan dua belas setelah
Atom. 2009. Karakteristik Ulat Titik Tumbuh pada Tanaman Sawi (Crocidolomia
binotalis). http://anafzhu.blogspot.com/2009/06/kumbang-phyllotreta-
crucipirae.html. diakses taggal 17 Februari 2010
Herminanto, 1995.Hama Ulat krop kubis Kubis Plutella xylostella L. dan Upaya
Pengendaliannya.http://plantprot.blogspot.com/2009_05_01_archive.html/
Diakses 25 Agustus 2009
Nazar Amrizal, 1997. Pengaruh Tingkat Umur Biakan Jamur Nomuraea rieyi
Terhadap Kematian Dasynus piperis China Pada Tanaman Lada.
Prosiding.Hal. 87-90. Seminar Nasional “Tantangan Entomologi Pada
Abad XII” :Bogor.
Pracaya. 1991. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta : PT. Penebar Swadaya.
Surachman E dan Suryanto WA, 2007. Hama Tanaman Pangan, Hortikulturan dan
Perkebunan Masalah dan Solusinya, Kanisius. Yogyakarta
Keterangan :
P0 = Tanpa Perlakuan (kontrol)
P1 = konsentrasi CEP 15gr/lt
P2 = konsentrasi CEP 20gr/lt
P3 = konsentrasi CEP 25gr/lt
P4 = konsentrasi CEP 30gr/lt
P5 = konsentrasi CEP 35gr/lt
1,2,3,4 = Ulangan