Professional Documents
Culture Documents
PENYULUHAN PERTANIAN
Disusun oleh:
Nama
NIM
: 115040101111106
Kelas
: A Agribisnis
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga saya berhasil menyelesaikan
Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul
PENYULUHAN
PERTANIAN
harapkan
demi
kesempurnaan
makalah
ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istilah penyuluhan pertama kali dipublikasikan oleh James Stuart (18671868) dari Trinity College (Cambrigde) pada saat memberikan ceramah kepada
perkumpulan wanita dan pekerja pria di Inggris Utara. Pada Tahun 1873 Secara
resmi sistem penyuluhan diterapkan di Cambridge, kemudian diikuti Universitas
London (1876) dan Universitas Oxfor (1878) dan menjelang tahun 1880 gerakan
penyuluhan mulai melebarkan sayapnya ke luar kampus (van den Ban & Hawkins,
1999).
Di Indonesia kegiatan penyuluhan pertanian mulai dikembangkan sejak tahun
1905
bersamaan
dengan
dibukanya
Departemen
Pertanian
(Department
dilanjutkan dengan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) dengan metode Latihan dan
Kunjungan (Mardikanto, 2009). Penyuluh sebagai ujung tombak pembangunan
pertanian di era Bimas telah memberikan kontribusi yang nyata dalam
meningkatkan produksi pertanian khususnya produksi padi, sehingga pada tahun
1984 pemerintah Republik Indonesia memperoleh penghargaan dari FAO sebagai
Negara yang berhasil mencapai swasembada beras.
Memasuki dasawarsa 1990-an semakin dirasakan menurunnya peran
penyuluhan pertanian di Indonesia yang dikelola pemerintah (Departemen
Pertanian). Hal ini terjadi karena selain terjadi perubahan struktur organisasi
penyuluhan, juga semakin banyak pihak-pihak yang melakukan penyuluhan
pertanian (perguruan tinggi, swasta, LSM dll) serta semakin beragamnya sumber-
sumber informasi/inovasi yang mudah diakses oleh petani. Pada tahun 1995 terjadi
perubahan struktur kelembagaan penyuluhan pertanian melalui SKB MendagriMentan tentang pembentukan Balai Informasi Penyuluhan Pertanian (BIPP) di
setiap Kabupaten. Namun demikian, kinerja kelembagaan ini pun banyak menuai
kritik karena dianggap kurang berkoordinasi dengan dinas-dinas teknis terkait
Mardikanto (2009). Kondisi seperti ini semakin diperburuk dengan diberlakukannya
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, dimana peran
penyuluh pertanian dalam mendukung program pembangunan pertanian mengalami
penurunan yang sangat drastis.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menguraikan tentang
studi kasus dalam penyuluhan pertanian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Penyuluh Pertanian
Berdasarkan Undang undang Nomor 16 Tahun 2006, penyuluh pertanian,
penyuluh perikanan, atau penyuluh kehutanan, baik penyuluh PNS, swasta maupun
swadaya yang selanjutnya disebut penyuluh adalah perorangan warga Negara Indonesia
yang melakukan kegiatan penyuluhan. Sedangkan Penyuluh pertanian sebagaimana
disebutkan dalam Surat Keputusan Bersama Mendagri-Mentan Nomor : 54 Tahun 1996
dan Nomor : 301/Kpts/LP.120/4/96 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Penyuluhan
Pertanian, bahwa Penyuluh Pertanian adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas
melakukan kegiatan penyuluhan pertanian secara penuh oleh pejabat yang berwenang
pada satuan organisasi lingkup pertanian. Berkaitan dengan penyuluhan sebagai
pendidikan non-formal di bidang pertanian, penyuluh pertanian tidak lain sebagai
aparatur pertanian yang berfungsi sebagai pendidik non formal pada masyarakat petaninelayan/pedesaan.
Menurut
Abbas
(1999)
bahwa
penyuluh
pertanian
dapat
penyuluhan yang benar serta metode penyuluhan yang tepat dan manajemen penyuluhan
yang polivalen.
Menurut Rogers dan Shoemaker (1971) bahwa, penyuluh berperan dalam
berbagai hal yakni: (1) mengembangkan kebutuhan untuk berubah, (2) membina
hubungan untuk perubahan, (3) mengidentifikasi dan menganalisa masalah, (4)
menumbuhkan rencana perubahan pada sasaran, (5) merencanakan rencana perubahan,
dan (6) menstabilkan perubahan sehingga sasaran mampu mengembangkan dirinya.
1.2 Kinerja Penyuluh Pertanian
Disahkannya Undang-undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan di sisi lain memberikan kepastian hukum tentang
peran penyuluhan di berbagai bidang (pertanian, perikanan dan kehutanan), tetapi di sisi
lain juga menyisakan permasalahan mendasar seperti penyiapan sumberdaya manusia
penyuluh. Sumberdaya Manusia yang handal akan mampu meningkatkan kinerja
pelayanan kepada masyarakat.
Sumberdaya manusia merupakan salah satu faktor kunci dalam reformasi
ekonomi, yaitu menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas dan memiliki
keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam menghadapi persaingan global yang
selama ini terabaikan. Dalam kaitan itu ada dua hal yang penting yang menyangkut
kondisi sumberdaya manusia pertanian di daerah yang perlu mendapatkan perhatian
yaitu sumberdaya petugas dan sumberdaya petani. Kedua sumberdaya tersebut
merupakan pelaku dan pelaksana yang mensukseskan program pembangunan pertanian.
Penyuluh adalah salah satu unsur penting yang diakui peranannya dalam
memajukan pertanian di Indonesia. Penyuluh yang siap dan memiliki kemampuan
dengan sendirinya berpengaruh pada kinerjanya. Kinerja adalah prestasi yang dicapai
karyawan dalam melaksanakan suatu pekerjaan dalam suatu organisasi. Agar dapat
memberikan umpan balik bagi karyawan maupun organisasi, maka perlu dilakukan
penilaian atas prestasi tersebut. Kinerja seorang penyuluh dapat dilihat dari dua sudut
pandang; pertama bahwa kinerja merupakan fungsi dari karakteristik individu,
karakteristik tersebut merupakan variabel penting yang mempengaruhi perilaku
seseorang termasuk penyuluh pertanian; Kedua bahwa kinerja penyuluh pertanian
merupakan
pengaruhpengaruh
dari
situasional
diantaranya
terjadi
perbedaan
Tersusunnya data peta wilayah untuk pengembangan teknologi spesifik lokasi, (4)
Terdesiminasinya
informasi
teknologi
pertanian
secara
merata,
(5) Tumbuh
kembangnya keberdayaan dan kemandirian pelaku utama dan pelaku usaha, (6)
Terwujudnya kemitraan pelaku utama dan pelaku usaha yang menguntungkan, (7)
Terwujudnya akses pelaku utama dan pelaku usaha ke lembaga keuangan, informasi,
dan sarana produksi, (8) Meningkatnya produktivitas agribisnis komoditas unggulan di
wilayahnya, dan (9) Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan pelaku utama.
Berdasarkan pada berbagai pendapat dan teori tentang kinerja penyuluh tersebut,
maka disintesakan/ disimpulkan bahwa kinerja penyuluh hasil kerja yang dicapai
seorang penyuluh sesuai dengan tugas pokok dan fungsi penyuluh. Dalam penenlitian
ini tingkat kinerja penyuluh yang diukur meliputi; tingkat kinerja dalam perencanaan
penyuluhan, pelaksanaan penyuluhan, pengevaluasian penyuluhan, inisiatif, kreativitas,
kerjasama (mitra kerja), dan kinerja dalam membangun komunikasi.
1.3 Strategi Penyuluhan Pertanian
Desain strategi penyelenggaraan penyuluhan pertanian adalah langkahlangkah
atau tindakan tertentu yang dilaksanakan demi tercapainya suatu tujuan atau sasaran
yang dikehendaki. Penetapan strategi penyuluhan pertanian yang dijalankan selama ini
terlihat adanya kelemahan, karena penetapan strategi hanya memusatkan pada
kegiatannya untuk menyuluh pelaku utama yaitu petani dan keluarganya. Padahal,
keberhasilan penyuluhan seringkali ditentukan oleh kualitas penyuluh, dukungan
banyak pihak dan persepsi pimpinan wilayah selaku penguasa tunggal sebagai
administrator pemerintahan dan pembangunan.
Roling (Sumardjo, 1999) mendefenisikan penyuluhan sebagai suatu intervensi
komunikasi oleh suatu lembaga untuk menimbulkan perubahan perilaku. Sebagai suatu
bentuk intervensi (intervention), maka penyuluhan merupakan suatu upaya sistematis
melalui penerapan strategi dengan mengkondisikan sumberdaya bagi berlangsungnya
proses sosial, perubahan orientasi sehingga mengarahkan proses pada dorongan
terjadinya perubahan yang dikehendaki bersama. Berdasarkan konsep intervensi sebagai
penerapan strategi, maka penyuluhan adalah sesuatu yang dipikirkan, direncanakan,
diprogramkan, dirancang secara sistematis, dan diarahkan pada suatu tujuan dan
aktivitas yang disengaja.
BAB III
PEMBAHASAN
memadai
untuk
dapat
memahami
permasalahan
mereka,
mengatasi
hal
demikian
dengan
membantu
petani
pendapat
belum
suatu asosiasi petani. Contoh: Asosiasi petani tebu jawa tengah, Asosiasi
petani tebu Jawa timur, dan lain-lain sehingga petani tebu tersebut
menjadi kuat. Selain petani penyuluh juga harus membentuk asosiasi
penyuluh sehingga kuat untuk mempejuangkan nasib petani. Tanpa
berkelompok petani dan penyuluh tidak ada artinya.
c. Kegiatan Penyuluhan Kurang Terorganisasi
Kurang terorganisasinya penyuluhan secara baik. Contoh: pada jaman
BIMAS dikeluarkan SK Mendagri-Mentan tahun 1985 tentang pembentukan
BPP (Balai Penyuluhan Pertanian) sehingga penyuluh pertanian berada di
BPP. Kemudian tahun 1992 penyuluh berda di dinas-dinas sehingga BPP di
bagi-bagi sesuai dengan dinas yang ada. Tahun 1996 dikeluarkan SK
Mendagri-Mentan tentang pembentukan BIPP (Balai Informasi Penyuluhan
Pertanian). Belum selesai BIPP dibentuk sudah digulirkannya UU No. 22
tahun 1999 tentang Otonomi Daerah. Kurangnya pengorganisasian kegiatan
penyuluhan menyebabkan kurangnya keberhasilan penyuluhan pertanian.
d. Kegiatan Penyuluhan Tidak Berjalan dengan Baik
Kegiatan penyuluhan akan berjalan dengan baik bila: pasar, teknologi,
input, intensitas produksi (harga yang layak) dan transportasi desa mencapai
keadaan maksimum. Bagaimana membangun pertanian yang baik bila 80 %
masalah berada di luar petani. Kegiatan penyuluhan tidak efektif apabila
kelima masalah diatas tidak diatasi.
e. Kelembagaan Penyuluhan belum Tertata dengan Baik
Selama ini kegiatan penyuluhan lebih dilaksanakan oleh lembaga
penerangan yang bertanggung jawab untuk menjembatani kebijakan
pemerintah agar sampai kepada rakyat. Seharusnya penyuluhan lebih
mendidik petani agar dapat memecahkan masalahnya sendiri. Organisasi
penyuluhan yang sekarang ini ingin menyampaikan kebijakan yang
sebenarnya dilakukan oleh lembaga penerangan.
f. Terdapat Penyimpangan Tujuan Organisasi Penyuluhan
Organisasi penyuluhan bertujuan untuk memecahkan masalah yang
dihadapi petani. Penyuluh harus memainkan peranan bagaimana petani
terlibat dalam kegiatan penyuluhan. Tujuan kegiatan yang terjadi sekarang
ini sangat jauh dari harapan.
Kenyataan
Harapan
-
Bertujuan
meningkatkan
Bertujuan
memecahkan
produktivitas
Parsial
Semata-mata penyuluhan
Agen pemerintah
Terpusat
Bekerja
dalam
skala
nasional
Semata-mata
pengetahuan
Diarahkan
alih
masalah
Holistik
Pelayanan terpadu
Bantuan sendiri berdasarkan
organisasi swasta
Tidak terpusat, partisipatif
Bekerja dalam wilayah kecil
Menghasilkan pengetahuan
Tidak diarahkan
yang
berbau
perkotaan,
tetapi
tidak
beralasan
jika
tidak
selalu
benar,
karena
cara
bertani
yang
tidak
penyuluhan
pertanian
yang
dapat
meningkatkan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini yakni:
1.
baik
bagi
Daftar Pustaka
Subejo. 2002. Penyuluhan Pertanian Indonesia: Isu Privatisasi dan Implikasinya.
Jurnal Agro Ekonomi Vol. 9 (2). Desember 2002. p: 27-36. Jurusan Sosial
Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian UGM, Yogyakarta.
Padmowihardjo, Soedijanto. 2001. Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian dalam
Pembangunan Sistem dan Usaha Agribisnis. Departemen Pertanian.
Jakarta.