You are on page 1of 50

REHABILITASI MEDIK

PADA STROKE
Oleh :
Dr. Budi Rahardjo, Sp.KFR
SMF ORTHO REHABILITASI MEDIK
RSD Dr. SOEBANDI JEMBER

STROKE atau gangguan pembuluh


darah otak merupakan masalah
medik yang sering dijumpai
Gangguan neurologik ini terjadi
mendadak dan cepat, disebabkan
gangguan peredaran darah otak ,
merupakan kedaruratan medis
dan dapat terjadi kematian
kecacatan / disabilitas

Rehabilitasi ( WHO )
Ialah semua tindakan yang
bertujuan untuk mengurangi
dampak disabilitas / handicap
agar PENCA dapat berintegrasi
di masyarakat

RUSK , memberi batasan


rehabilitasi sebagai suatu
program yang di disain untuk
memungkinkan seseorang yang
mengalami disabilitas, sakit
kronik dalam tahap konvalesens
untuk dapat hidup dan bekerja
semaksimal mungkin dengan
kapasitas yang dimilikinya

Rehabilitasi penderita stroke


adalah salah satu diantara
program penatalaksanaan
penyakit dengan tantangan besar.
Seringkali kita tak bisa menjawab
pertanyaan penderita dan
keluarga , Apakah masih bisa
berjalan normal lagi dan kembali
bekerja ?

Diagnose stroke tidak sukar :


Separuh badan lumpuh
Bicara pelo & wajah perot dsb
Meskipun stroke sudah diobati
Tek. Darah stabil
Cholesterol normal
Gula darah terkontrol
Belum puas bila YBS belum dapat
menggerakkan tangan dan belum
dapat jalan
Tak spontan membawa kesembuhan
fungsional

Liss , mengatakan bahwa dengan


pelayanan Rehabilitasi yang tepat
maka :
80 % dari mereka yang tetap
hidup dapat berjalan tanpa
bantuan
70 % dapat melakukan aktivitas
mengurus diri sendiri
dan 30 % dapat kembali bekerja

Prinsip Rehabilitasi Medik pada


Stroke ialah mengusahakan agar
sedapat mungkin penderita tidak
bergantung pada orang lain
Ukuran keberhasilan bukan hanya
banyaknya jiwa tertolong, tapi
berapa banyak penderita yang
dapat kembali berfungsi lagi di
masyarakat

Derajat kemampuan fungsional dinilai


berdasarkan keterbatasan kemampuan
seseorang dalam melaksanakan kegiatan
sehari hari :
Mandiri
mandiri dalam perawatan diri tanpa tergantung
pada alat bantu, modifikasi lingkungan, dan
bantuan orang lain
Derajat Cacat 1
mampu melaksanakan aktifitas kegiatan sehari
hari dan mempertahankan sikap dengan tidak
mengalami kesulitan tanpa alat bantu

Derajat Cacat 2
mampu melaksanakan aktifitas kegiatan sehari
hari dan mempertahankan sikap dengan
bantuan alat bantu
Derajat Cacat 3
mampu melaksanakan aktifitas kegiatan sehari
hari, sebagian memerlukan bantuan orang lain
dengan alat bantu atau tanpa alat bantu
Derajat Cacat 4
mampu melaksanakan aktifitas kegiatan sehari
hari dengan bantuan penuh dari orang lain

Derajat Cacat 5
tidak mampu melakukan aktifitas
kegiatan sehari hari dan
tergantung penuh kepada orang
lain serta tersedianya lingkungan
khusus
Derajat Cacat 6
tidak mampu penuh melakukan
aktifitas kegiatan sehari hari
meskipun dibantu penuh orang lain

Setelah Lesi Susunan Saraf Pusat


Terjadi proses penyembuhan anatomis,
pemulihan neurologik, tidak secara
langsung diikuti dengan pemulihan
fungsional
Latihan rehabilitasi diperlukan untuk
meningkatkan derajad fungsional
semaksimal mungkin, sesuai status
neurologis penderita
Perlu program latihan :
Re-leaning melalui
1.Memberi stimulasi sebanyak mungkin
2.Belajar lagi pengaturan posisi dan
gerak

Penyembuhan atau hasil akhir stroke


berhubungan erat dengan beberapa faktor :

Penyebab stroke
Beratnya stroke
Lokasi stroke
Usia penderita
Motivasi penderita, kepribadian premorbid
dan mood
Keluarga penderita
Sistim sosioekonomi penderita dan keluarga
Defisit neurologis yang khusus
Waktu, awal, lamanya dan intensitas
pemberian terapi rehabilitasi
Tim rehabilitasi

Tim Rehabilitasi
Dokter Spesialis Rehabilitasi Medis /
Dokter Umum terlatih
Fisioterapis
Terapis Okupasi
Terapis Wicara
Ortotis Prostetis
Psikolog
Perawat Rehabilitasi Medis
Petugas Sosial Medik
Rohaniawan

Masalah pada Penderita Stroke


Fisik :
- Kesukaran ambulasi (berjalan)
- Kesukaran berkomunikasi
- Tidak dapat merawat diri
- Kesulitan bergerak (pekerjaan)
Psikis :
- Rasa malu
- Rendah diri
- Tidak dapat menerima kenyataan
- Tidak mau sesuaikan dengan kecacatan
- Intelegensia menurun

Fisioterapis
Berhubungan dengan gangguan
motorik dan sensorik
Memperbaiki / memelihara luas
gerak sendi
Melatih / memperkuat otot
Memperbaiki koordinasi dan
keseimbangan
Meningkatkan kemampuan
fungsional dalam aktifitas
transfer dan ambulasi
Mengurangi spastisitas

Okupasi Terapis
Berhubungan dengan
bagaimana gangguan yang ada
mempengaruhi ADL
Antara lain cara makan, cara
berpakaian, membersihkan diri,
menulis dan lain-lain
Arahkan penderita pada latihan
kerja bila terpaksa alih
pekerjaan

Terapis Wicara
Bertugas mengevaluasi
problem-problem komunikasi,
gangguan menelan
Disartri
Aphasia
Disphagia

Psikolog
Memberikan evaluasi keadaan
psikologis penderita, membantu
penderita dan keluarga
mengatasi fase-fase psikologis

Petugas Sosial Medik ( PSM )


Bertugas mengadakan penilaian
terhadap kebutuhan penderita
dan keluarganya selama di
rumah sakit, di rumah dan di
masyarakat serta sumber daya
yang dipunyai penderita dan
keluarga

Ortotik - prostetik

Bila diperlukan alat bantu :


Tripod
Tongkat
Walker
Splint
dll

Problema Penderita Stroke


Setiap penderita stroke
mempunyai problem yang
berbeda, namun ada beberapa
problem yang dasar
pengobatannya kurang lebih
sama
1. Spastisitas
2. Hilangnya pola gerakan
3. Gangguan sensorik

Spastisitas :
Problema spastisitas pada stroke
merupakan hambatan utama dalam
pemulihan fungsi yang pertama tama
harus diatasi
Terapi yang paling penting adalah
terapi fisik yang teratur berupa
peregangan ( stretching exercise )
Peran perawat sangat menentukan dan
kunci keberhasilan rehabilitasi
penderita stroke

Hilangnya Pola Gerakan


Mekanisme reflex postural normal
terdiri dari reaksi tegak dan
keseimbangan yang berkembang
sejak bayi menjadi hilang
Penderita tidak ingat bagaimana
cara gerak sebelumnya pada sisi
yang terkena

Gangguan Sensorik
Faktor penting dalam koordinasi
gerakan normal
Kontrol gerakan, permulaan dan
pengaturan gerak
Tergantung kepada pesan masukan
reseptor-reseptor sendi, kapsul
sendi, tendon dan otot
Indera penglihatan, pendengaran
dan kulit

PENDEKATAN REHABILITASI STROKE


Pola Tradisional
(Rehabilitasi kompensasi atau pola
pendekatan unilateral)
Sisi sehat dioptimalkan untuk
mengkompensasi sisi sehat
Akan timbul kondisi asimetri
Penderita stroke dengan postur dan
pola jalan yang khas

2. POLA NEURO DEVELOPMENTAL ATAU


POLA PENDEKATAN BILATERAL
Seaktif mungkin mengikut sertakan
sisi yang sakit pada segala kegiatan
Pemakaian sisi sakit merupakan input
sensoris yang besar sehingga saraf sisi
yang sakit tetap siaga dan
memungkinkan kesembuhan yang lebih
baik

TATA LAKSANA REHABILITASI


Bukan merupakan bagian terpisah dari
tata laksana perawatan stroke
Dimulai sesegera mungkin sesudah
prosedur diagnostik ditegakkan dan
terapi fase akut dilaksanakan (medikal
atau surgikal)
Program Rehabilitasi Medik harus
dirancang spesifik untuk setiap
penderita

Fase Akut ( Pasif )


Mencegah Komplikasi Immobilisasi lama
Program :
Positioning
Pengaturan posisi melawan pola
spastisitas yang akan timbul kemudian

Positioning

Positioning

Latihan Luas Gerak Sendi


Pada ekstrimitas yang sakit
Luas gerak sendi penuh secara pasif
3 kali perhari
Turning Tiap 2 Jam
Ubah posisi tiap 2 jam
Mencegah terjadinya ulkus dekubitus
Latihan nafas

Fase Sub Akut ( Aktif )


Bila medis telah stabil
1. Mobilisasi
a. Latihan luas gerak sendi bertahap dari
pasif ke aktif tergantung kekuatan otot
Latihan penguatan sisi yang sakit
maupun posisi sehat
Latihan rolling kekiri dan kekanan
Latihan bridging
Latihan menggerakkan anggota gerak
tubuh keatas dan kebawah

Mobilisasi
b. Fase duduk

Latihan duduk

Latihan keseimbangan duduk

Latihan toleransi duduk

Mobilisasi
c. Fase berdiri

Latihan berdiri

Latihan toleransi berdiri

Latihan keseimbangan berdiri

Dapat diberikan long leg brace


bila lutut tidak dapat ekstensi
penuh

Mobilisasi
d. Fase jalan

Jalan ditempat

Latihan jalan

Fase Sub Akut


2. Aktivitas hidup sehari hari
3. Fasilitasi lengan dan tangan
dengan memperhatikan posisi
kepala tegak dan tungkai
4. Komunikasi

Disartria

Afasia

Penyulit
1. Spastisitas
2. Subluksasi bahu
3. Gangguan kandung kencing
4. Gangguan menelan

Spastisitas

Pada fase pemulihan neurologik terjadi


progresivitas pada anggota gerak yang
lumpuh dari keadaan flaksid ke spastik

Ditandai oleh peningkatan tahanan


terhadap peregangan pasif akibat
hipereksitabilitas reflek regang dinamik

Tidak selalu menggangu, berguna untuk


berdiri dan jalan
Tx :
Positioning
Latihan peregangan
Terapi modalitas
Medikamentosa seperti Baclofen, sodium
dantrolen, diazepam dan botox

Dysphagia

Hilangnya reflek untuk menelan


Fase oral
Fase pharyngeal
Fase oesephageal
Anamnesa :
Sulit mengunyah makanan
Sulit menelan makanan baik padat atau cair
Ngeces ( drolling )
Tersedak waktu menelan
Resiko tinggi terjadinya aspirasi
Pemberian secara enteral dengan Nasogastric
tube

Tx
Stimulasi untuk meningkatkan arousal
Modifikasi konsistensi makanan dan kekentalan
cairan
latihan

Sub Luksasi Bahu


Kekuatan otot-otot bahu
menurun, deltoid dan supra
spinatus
Gravitasi lengan
Peregangan kapsul sendi
Tx
Proper position lengan
Axillary sling
Fasilitasi latihan luas gerak
sendi aktif
Modalitas terapi

Gangguan Kandung Kencing


Retentio Urie
Indwelling kateter atau kateterisasi
berkala
Incontinence Urie
Meningkatnya kontraksi yang tidak
bisa di hambat karena hilangnya
refleks inhibisi dari pusat
Tx
Kateterisasi berkala
Penguatan otot-otot dasar panggul
(Pelvic floor exercise)
Medikamentosa

Ringkasan
Stroke merupakan salah satu penyebab
kecacatan dan disabilitas yang berat
Rehabilitasi terhadap stroke harus
dimulai sejak dini untuk mengurangi
kecacatan di lakukan secara team
work
Program Rehabilitasi Medik yang
adekwat akan menentukan
keberhasilan rehabilitasi dan
kemandirian penderita
Rehabilitasi Medik tidak mengubah
defisit neurologis tetapi mengurangi /
memperbaiki defisit fungsional

You might also like