You are on page 1of 5

Di seluruh dunia, masalah pada sistim perkemihan mencapai 45,15/100.

000, dimana insiden


tertinggi pada wanita. Walaupun dapat terjadi pada semua usia, gangguan pada sistim perkemihan
umumnya terjadi pada populasi lanjut usia. Mortalitas sebelum usia 30 tahun relatif rendah, setelah
usia 30 tahun meningkat tajam. Rasio kelamin mortalitas adalah 2,59. (Strayer, Darlene A & Tanja
Schub, 2006).
Di Indonesia, masalah penyakit sistem perkemihan yang terbanyak adalah disfungsi kandung
kemih dengan masalah klinis inkontinensia urin (UI), retensi urin (UR) dan ISK yang masuk dalam posisi
40 peringkat utama penyebab kematian, rawat inap dan rawat jalan pada pusat layanan kesehatan
selama tahun 2004. Jumlah klien yang keluar rawat inap di rumah sakit di Indonesia dengan diagnosis
disfungsi kandung kemih pada tahun 2006 sebanyak 22.165 klien, sedangkan kasus baru pada rawat
jalan sebanyak 14.053 kasus. (Ditjen Bina Yanmedik, 2008).

1. oleh pemerintah pusat atau nasional, dan internasional.


Jadi pelayanan kesehatan adalah subsistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya
adalah
promotif (memelihara dan meningkatkan kesehatan),
preventif (pencegahan), kuratif (penyembuhan), dan
rehabilitasi (pemulihan)

Sistem terbentuk dari subsistem yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi.
Subsistem ini terdiri dari Input, Proses, Output, Dampak, Umpan Balik dan Lingkungan.
1.Input
Merupakan subsistem yang akan memberikan segala masukan untuk berfungsinya
sebuah sistem.
Input sistem pelayanan kesehatan : potensi masyarakat, tenaga & sarana kesehatan, dsb.
2.Proses
Kegiatan yang mengubah sebuah masukan menjadi sebuah hasil yang diharapkan dari
sistem tersebut.
Proses dalam pelayanan kesehatan: berbagai kegiatan dalam pelayanan kesehatan.
3.Output
Merupakan hasil yang diperoleh dari sebuah proses.
Output pelayanan kesehatan : pelayanan yang berkualitas dan terjangkau sehingga
masyarakat sembuh dan sehat.
4.Dampak
Merupakan akibat dari output atau hasil suatu sistem, terjadi dalam waktu yang relatif
lama.

Damapk sistem Pelayanan kesehatan : masyarakat sehat, angka kesakitan dan kematian
menurun.
5.Umpan Balik
Merupakan suatu hasil yang sekaligus menjadi masukan. Terjadi dari sebuah sistem
yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi.
Umpan balik dalam pelayanan kesesahatan : kualitas tenaga kesehatan.
6.Lingkungan
Semua keadaan di luar sistem tetapi dapat mempengaruhi pelayanan kesehatan.

Bentuk Pelayanan Kesehatan


1). Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (Primer)
Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan
masyarakat yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau promosi kesehatan. Oleh
karena itu jumlah kelompok ini dalam suatu populasi sangat besar (lebih kurang 85 %).
Pelayanan yang diperlukan oleh kelompok ini bersifat pelayanan kesehatan dasar.
Contohnya : Puskesmas,Puskesmas keliling, klinik.
2). Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua (Sekunder)
Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan oleh kelompok masyarakat yang memerlukan
perawatan inap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer.
Contoh : Rumah Sakit tipe C dan Rumah Sakit tipe D dan memerlukan tersedianya tenagatenaga spesialis.
3) Pelayanan Kesehatan Tingkat Ketiga (Tersier)
Pelayanan kesehatan ini diperlukan untuk kelompok masyarakat atau pasien yang
sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder. Pelayanan sudah kompleks
dan memerlukan tenaga-tenaga super spesialis
Contohnya: Rumah Sakit tipe A dan Rumah sakit tipe B.
Dalam suatu sistem pelayanan kesehatan, ketiga strata atau jenis pelayanan tersebut
tidak berdiri sendiri-sendiri namun berada didalam suatu sistem dan saling berhubungan.
Apabila pelayanan kesehatan primer tidak dapat melakukan tindakan medis tingkat primer
maka ia menyerahkan tanggung jawab tersebut ke tingkat pelayanan diatasnya, demikian
seterusnya. Penyerahan tanggung jawab dari satu pelayanan kesehatan ke pelayanan
kesehatan yang lain ini disebut rujukan.

Aspek Hukum :
Tindakan pengjhilangabn nyawa merupakan tindakan pidana dan tidak
dibenarkan dalam undang-undang yang tertulis dalam KUHP pidana. KUHP

pidana hanya melihat paar praktisi kesehatan termasuk perawat sebagai


pelaku utama dalam euthanasia. Euthanasia dianggap sebagai suatu
pembunuhan berencana, atau dengan sengaja menghilangkan nyawa
seseorang. Sehingga dalam aspek hukum, praktisi kesehatan selalu dalam
pihak yang dipersalahkan dalam tindakan euthanasia, tanpa melihat latar
belakang dilakukannya tindakan tersebut atas permintaan pasien itu sendiri
atau keluarganya, untuk mengurangi penderitaan pasien dalam keadaan
sekarat atau rasa sakit yang hebat sebelum diketahui pengobatannya.
B. Aspek Hak Asasi :
Hak asasi manusia selalu dikaitkan dengan hak hidup, damai dan
sebagainya. Tapi tidak tercantum dengan jelas adanya hak seseorang untuk
mati. Mati sepertinya justru dihubungkan dengan pelanggaran hak asasi
manusia. Sebetulnya dengan dianutnya hak untuk hidup layak dan
sebagainya, secara tidak langsung seharusnya terbesit adanya hak untuk
mati.
C. Aspek Ilmu Pengetahuan :
Ditinjau dari segi ilmu pengetahuan, praktisi kesehatan dapat
memperkirakan kemungkinan keberhasilan upaya tindakan medis untuk
mancapai kesembuhan ataupun pengurangan penderitaan pasien. Apabila
secara ilmu kedokteran hampir tidak mungkin untuk mendapat kesembuhan
ataupun pengurangan penderitaan, seseorang tidak boleh mengajukan
haknya untuk tidak diperpanjang lagi hidupnya.
D. Aspek Agama :
Kelahiran dan kematian merukan hak dari Tuhan, sehingga tidak ada
seorangpun didunia ini yang mempunyai hak untuk memperpanjang atau
memperpendek hidupnya sendiri. Pernyatan ini menurut ahli agama secara
tegas melarang tindakan euthanasia apapun alasannya. Tenaga kesehatan
termasuk perawat yang melakukan pesanan dokter bisa dikategorikan
melakukan dosa besar melawan kehendak Tuhan yaitu memperpendek umur.
Orang yang menghendaki euthanasia, walaupun dengan penuh penderitaan
bahkan kadang-kadang dalam keadaan sekarat dapat dikategorikan putus
asa, sedangkan putus asa tidak diperkenankan di hadapan Tuhan
B. Sistem Rujukan
Menurut SK Menteri Kesehatan RI No 32 tahun 1972 sistem rujukan adalah suatu
sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung
jawab timbal balik terhadap satu kasus masalah kesehatan secara vertical dalam arti dari unit
yang berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horizontal dalam arti

antar unit-unit yang setingkat kemampuanya. Dari batasan tersebut dapat dilihat bahwa hal
yang dirujuk bukan hanya pasien saja tapi juga masalah-masalah kesehatan lain, teknologi,
sarana, bahan-bahan laboratorium, dan sebagainya. Disamping itu rujukan tidak berarti berasal
dari fasilitas yang lebih rendah ke fasilitas yang lebih tinggi tetapi juga dapat dilakukan diantara
fasilitas-fasilitas kesehatan yang setingkat.
Tujuan
Tujuan rujukan adalah dihasilkannya pemerataan upaya kesehatan dalam rangka
penyelesaian masalah kesehatan secara berdaya dan berhasil guna.
Tujuan Sistem Rujukan adalah agar pasien mendapatkan pertolongan pada fasilitas
pelayanan kesehatan yang lebih mampu sehingga jiwanya dapat terselamatkan, dengan
demikian dapat menurunkan angka kematian.
Jenis Rujukan
Sistim Kesehatan Nasional membedakannya menjadi dua macam yaitu:
1). Rujukan Kesehatan
Rujukan ini berkaitan dengan upaya pelayanan kesehatan dalam pencegahan penyakit
dan peningkatan derajat kesehatan. Rujukan ini dibedakan menjadi tiga yaitu :
Rujukan teknologi
Rujukan sarana
Rujukan Operasional

1.
2.
3.
4.
5.

2). Rujukan Medik


Rujukan ini berkaitan dengan upaya pelayanan kedokteran dalam penyembuhan
penyakit serta pemulihan kesehatan. Rujukan medic terdiri dari penderita, pengetahuan, dan
bahan laboratorium :
Transfer of patient : konsultasi penderita untuk keperluan diagnostic, pengobatan, tindakan
operatif dll.
Transfer of knowledge : pengiriman tenaga kesehatan yang lebih kompeten atau ahli untuk
meningkatkan mutu layanan setempat.
Transfer of specimen : pengiriman bahan untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih
lengkap.

Jalur Rujukan
Dalam kaitan ini jalur rujukan untuk kasus gawat darurat dapat dilaksanakan sebagai berikut :
Dari kader dapat langsung merujuk ke Puskesmas Pembantu, Pondok bersalin atau Bidan
Desa, Puskesmas Rawat Inap, dan Rumah sakit pemerintah atau swasta.
Dari posyandu dapat langsung menuju ke Puskesmas Pembantu, Pondok bersalin atau Bidan
Desa, Puskesmas Rawat Inap, dan Rumah sakit pemerintah atau swasta.
Dari Puskesmas Pembantu dapat langsung merujuk ke Rumah Sakit tipe D/C atau Rumah
Sakit Swasta
Dari Praktik dr. swasta, Praktik bidan, Praktik perawat, Puskesmas, RB, BP dapat langsung
merujuk ke Rumah Sakit tipe D/C atau Rumah Sakit Swasta
Dari Rumah Sakit tipe D/C bila tidak bisa menangani dapat langsung merujuk ke Rumah Sakit
tipe A/B

You might also like