You are on page 1of 24

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmatNya lah saya dapat menyelesaikan makalah geomorfologi ini.
Tujuan dari pembuatan makalah ini sendiri adalah untuk memenuhi tugas kelas
Geomorfologi. Dalam hal ini, saya membahas tentang pengertian geomorphology itu sendiri
dan bentang alam yang terbentuk. Dalam pembahasan topik-topik tersebut, saya
menggunakan beberapa referensi untuk membuat pembahasan peta tersebut lebih akurat,
yaitu dari beberapa halaman internet. Untuk bab peta topografi dan geologi foto, saya
menggunakan keyword lain yaitu peta topografi dan geologi foto. Untuk keyword
geomorphology, bentang alam, dan peta topografi saya menggunakan pencarian google
halaman 8 sesuai nomor absen saya. Namun, untuk keyword geologi foto saya menggunakan
pencarian google halaman 1 karena pada halaman 8 topiknya tidak relevan. Saya berharap
makalah ini dapat memberikan pengetahuan dan penjalasan mengenai pengertian dan konsep
dari geomorfologi dan bentang alam yang terbentuk di muka bumi.
Saya juga ingin mengucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah Geomorfologi,
Bapak Afiat Anugrahadi, teman-teman, serta berbagai pihak yang telah membantu saya dalam
penyelesaian makalah geomorfologi ini. Saya menyadari bahwa makalah ini masih memiliki
berbagai kekurangan, maka dari itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun
agar nantinya makalah ini bisa lebih akurat. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat, dan
terima kasih.

Jakarta, Desember 2015

Gusti Ngurah Agung Prabawa

BAB I
PENDAHULUAN

Geomorphology is the study of landforms; from their origin and evolution to the
processes that continue to shape them. The term is derived from the Greek geo, meaning
earth, and morphe, meaning form. Geomorphologists seek to understand landform history and
dynamics, and predict future changes through a combination of field observation, physical
experiments, and modeling.
Landforms evolve in response to a combination of natural and anthropogenic
processes. Large-scale geologic forces such as uplift, volcanic activity, and glacial erosion
and deposition shape the land over which rivers eventually flow. Geology sets the stage for
what is to come.
The shape of each stream reacts to certain variables in predictable and measurable
ways. For example, the natural form of the low gradient streams characteristic of most of
Minnesota is sinuous, narrow, and deep. Steeper rivers found on the North Shore of Lake
Superior are less sinuous and have boulder and bedrock rapids more like mountain streams.
Many variations on these forms can be found throughout the world.
Large-scale human activity is also a force changing landforms and impacting
landscape-level processes. Building dams and dikes, converting existing land cover to crop
production, and adding impervious surfaces are examples of human induced change with
geomorphic force. These changes impact and alter the other natural geomorphic processes
occurring across the landscape.
When James Cook and his crew first saw New Zealand, in 1769, they probably
believed the land had been shaped by the biblical Great Flood. But why was this dramatic
landscape so different from England? A century later, science had begun to find the answers
in particular, it had become clear that the land was constantly changing.
Early ideas
In the mid-1800s, scientists began to explain how the landscape was created and
shaped. The first European geologists to survey New Zealand were Ferdinand Hochstetter
and Julius Haast. In 185859 they travelled around and recorded what they saw.
The role of glaciers
When Hochstetter looked at the landscape, he thought he saw signs of past glaciers.
Haast suggested there had been a Great New Zealand Ice Period, when many large glaciers
had deposited gravel and mud in large ridges (called moraines) or as fans in plains and
valleys.
By the late 20th century, scientists agreed that in the last 2.5 million years there have
been more than 30 glacial periods worldwide. In New Zealand, most of the landforms created
by glaciers in the South Island are from the last two or three periods earlier deposits have
been largely worn away.

Major advances of ideas


In 1884 an American scientist, William Morris Davis, explained that all land was
shaped by a cycle of erosion blocks of land were lifted up to form mountains, then
gradually worn down by wind, rivers and rain. Geologist Charles Cotton showed how these
ideas could be applied to New Zealand, and wrote several textbooks.
In 1886, geologist Alexander McKay suggested that sections of New Zealand were
uplifted along faultlines (cracks in the earth's crust) during earthquakes. At the time, the idea
that fault movement could create mountain ranges was revolutionary.
An important discovery, made in the 1960s, was plate tectonics the idea that the
earths crust is made up of huge plates. New Zealand lies where the Australian and Pacific
plates meet. Their collision lifted up the Southern Alps, and has shaped the countrys
distinctive features.
Studying the landscape
Since the 1960s more New Zealand students have become interested in the earth
sciences. New technology such as satellite imaging and carbon-14 dating is now used to
measure changes and movement in the land.
The land and soils that support our agricultural industries are managed in many
different ways that reflect the diversity of Victorias landscape. Landscapes are shaped by
geomorphological and pedological processes (Conacher 2002). Geomorphology is the study
of landforms, their origin and evolution, the investigation of relationships between landform
development and processes that shape and configure these landforms such as tectonic
movement, volcanism, erosion and deposition cycles (Hills 1975; Rosengren 1984: Ahnert
1998). Importantly, geomorphology provides a fundamental template on which landscape
processes and human interactions with those processes take place (Conacher 2002).
Understanding the land resource, its condition and inherent capability provides a basis
for sustainable land use. Collection of information to support land management and land use
planning programs has largely been based on Land Systems approaches. Land Systems are
derived by integrating environmental features including geology, landform, climate, soils and
native vegetation using an ecological approach (Christian and Stewart 1946).

BAB II
PETA TOPOGRAFI

Berasal dari bahasa yunani, topos yang berarti tempat dan graphi yang berarti
menggambar. Peta topografi memetakan tempat-tempat dipermukaan bumi yang
berketinggian sama dari permukaan laut menjadi bentuk garis-garis kontur, dengan satu garis
kontur mewakili satu ketinggian. Peta topografi mengacu pada semua ciri-ciri permukaan
bumi yang dapat diidentifikasi, apakah alamiah atau buatan, yang dapat ditentukan pada
posisi tertentu.
Oleh sebab itu, dua unsur utama topografi adalah ukuran relief (berdasarkan variasi
elevasi axis) dan ukuran planimetrik (ukuran permukaan bidang datar). Peta topografi
menyediakan data yang diperlukan tentang sudut kemiringan, elevasi, daerah aliran sungai,
vegetasi secara umum dan pola urbanisasi. Peta topografi juga menggambarkan sebanyak
mungkin ciri-ciri permukaan suatu kawasan tertentu dalam batas-batas skala.
Peta topografi dapat juga diartikan sebagai peta yang menggambarkan kenampakan alam
(asli) dan kenampakan buatan manusia, di perlihatkan pada posisi yang benar. Selain itu peta
topografi dapat di artikan peta yang menyajikan informasi spasial dari unsur-unsur pada
muka bumi dan dibawah bumi meliputi, batas administrasi, vegetasi dan unsur-unsur buatan
manusia.
Fungsi Peta Topografi dalam Pemetaan Geologi
Peta topografi adalah peta yang menggambarkan tinggi rendahnya muka bumi. Dari
peta topografi kita dapat mengetahui ketinggian suatu tempat secara akurat. Cara
menginterpretasikan peta topografi berbeda dengan peta umum karena symbol-simbol yang
digunakan berbeda.
Pada peta topografi terdapat garis-garis kontur yang menunjukkan relief muka bumi.
Peta topografi menunjukkan bentuk-bentuk muka bumi. Bentuk-bentuk muka bumi tersebut
adalah sebagai berikut.
Lereng

Gambar 1 Lereng pada Peta Topograf

Cekungan (Depresi)

Gambar 2 Cekungan pada Peta Topograf

Bukit

Gambar 3 Bukit pada Peta Topograf

Pegunungan

Gambar 4 Pegunungan pada Peta Topograf

Penampang Melintang Bentuk Muka Bumi

Gambar 5 Penampang Muka Bumi

Penampang melintang adalah penampang permukaan bumi yang dipotong secara tegak lurus.
Dengan penampang melintang maka dapat diketahui/dilihat secara jelas bentuk dan
ketinggian suatu tempat yang ada di muka bumi. Untuk membuat sebuah penampang
melintang maka harus tersedia peta topografi sebab hanya peta topografi yang dapat dibuat
penampang melintangnya.

BAB III
BENTUKAN ASAL

Coastal Geomorphology
Coastal geomorphology, by definition, is the study of the morphological development
and evolution of the coast as it acts under the influence of winds, waves, currents, and sealevel changes. This study of physical processes and responses in the coastal zone is often
applied in nature, but it also involves basic research to provide the fundamental
understanding necessary to address the pertinent questions.
A principal coastal concern today and in the foreseeable future is beach erosion. It is
estimated that 70 percent of the world's sandy shorelines are eroding (Bird, 1985). In the
United States the percentage may approach 90 percent (Leatherman, 1988). This worldwide
extent of erosion suggests that eustatic sea-level rise is an important underlying factor,
although many other processes contribute to the problem. In many low-lying coastal areas,
human impacts, such as the maintenance of tidal inlets and subsidence induced by
groundwater and hydrocarbon withdrawals, have also made a substantial contribution to the
erosion problem (National Research Council, 1990). At the same time, coastal populations
are burgeoning, and this trend seems set to continue (Culliton et al., 1990). This raises the
fundamental question what is the best response to the problem of shoreline recession?
Faced with progressive shoreline retreat and the inevitable loss of protective and
recreational beaches, coastal communities have three basic alternatives: (1) retreat (relocate
buildings and other infrastructure in a landward direction), (2) accommodate (e.g., raise
buildings to the projected higher flood levels), or (3) protect (build hard structures or use
beach nourishment methods). In areas of dense population and highly developed
infrastructure, protection is the preferred alternative. Hard structures are costly and inflexible
and often have environmentally and aesthetically undesirable effects such as loss of the
recreational beach. Thus, beach nourishment has become the coastal management tool of
choice over the last several decades (Leatherman, 1991).

BENTANG ALAM PERAIRAN


Sungai
Sungai merupakan tempat air mengalir. Di daerah pegunungan, sungai berasal dari
mata air. Sungai mengalir dari dataran tinggi di pegunungan ke dataran rendah dan berakhir
di laut. Bagian sungai di pegunungan disebut hulu sungai. Hulu sungai membentuk sungai
kecil yang disebut anak sungai.Anak-anak sungai bertemu membentuk sungai besar. Kadangkadang saat mengalir, sungai harus melewati tebing sehingga terbentuklah airterjun. Bagian
sungai di dataran rendah disebut hilir sungai. Pertemuan sungai dengan laut di pantai disebut
muara. Di muara, endapan lumpur menumpuk dan membentuk semacam daratan kecil yang

disebut delta. Beberapa sungai besar di Indonesia antara lain Sungai Asahan di Sumatra
Utara, Sungai Musi di Sumatra Selatan, Sungai Bengawan Solo di JawaTengah, Sungai
Kapuas di Kalimantan Barat, dan Sungai Digul di Papua.

Danau
Danau adalah kolam yang sangat luas. Air danau berasal dari sungai air hujan atau
yang tertampung, atau sungai gletser. Indonesia memiliki banyak sekali danau, diantaranya
Danau Toba di Sumatra Utara, Danau Maninjau dan Danau Singkarak di Sumatra Barat,
Danau Batur di Bali dan Danau Sentani di Papua.
Lautan dan Pantai
Laut merupakan perairan yang luas dengan ciri airnya terasa asin. Laut banyak
menghasilkan berbagai jenis ikan, udang, kerang serta rumput laut. Laut juga menghasilkan
minyak bumi yang dibor di laut lepas. Laut sangat luas disedut samudra. Contoh laut di
Indonesia adalah Laut Jawa. Laut yang sangat luas disebut samudra. Contoh laut di
Indonesia adalah Laut Jawa, Laut Banda, dan Laut Sulawesi. Contoh samudra adalah
Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Pantai adalah pertemuan antara daratan dan lautan. Di
sepanjang pantai, penduduk umumnya hidup sebagai nelayan. Tanaman yang tambuh baik di
pantai adalah kelapa dan bakau. Pantai terkenal di Indonesia adalah Pantai Ancol dan Partai
Kuta Bali.
Teluk dan Semenanjung
Laut yang menjurek masuk ke daratan disebut Tekuk. Sebaliknya, daratan menjorok
ke laut disebut semenanjung atau jazirah.
Pulau, Kepulauan, dan Selat
Pulau adalah daratan luas yang dikelilingi oleh laut, Pulau ada yang besardan ada pula
yang kecil. Pulau besarcortohnya Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatra. Pulau kecil
contohnya Pulau Bidadari di Kepulauan Seribu. Pulau-pulau kecil seringkali terletak
berdekatan. Kelompok pulau-pulau kecil yang berdekatan disebut kepulauan. Contohnya
Kepulauan Seribu dan Kepulauan Karimun Jawa. Selat adalah laut di antara dua pulau.
Contohnya Selat Sunda terletak antara Pulau Sumatra dan Jawa, Selat Karimata antara Pulau
Sumatra dan Kalimantan.
Kenampakan Perairan Buatan
Kenampakan alam buatan manusia di wilayah perairan contohnya bendungan.
Bendungan adalah danau buatan manusia. Sungai diberi tanggul agar air sungainya bisa
dibendung.

KENAMPAKAN ALAM PADA DARATAN


Dataran Rendah
Dataran rendah adalah wilayah darat dengan ketinggian 0-200 meter di atas
permukaan laut(dpi). Pada peta, dataran rendah biasanya digambarkan dengan warna hijau.
Kota Jakarta, Surabaya, dan Pontianak adalah contoh kota-kota yang berada di dataran

rendah. Daerah dataran rendah dimanfaatkan untuk pertanian, peternakan, perumahan,


industri, perkebunan tebu, dan perkebunan kelapa.
Dataran Tinggi
Permukaan dataran tinggi terletak lebih dari 200 meter dpi. Dataran tinggi disebut
juga plateau atau plato. Pada peta, dataran tinggi digambarkan dengan warna cokelat. Contoh
dataran tinggi adalah Dataran Tinggi Dieng (Jawa Tengah) dan Dataran Tinggi Bone
(Sulawesi Selatan). Kota Bandung dan Malang adalah contoh kota-kota yang berada di
dataran tinggi. Dataran tinggi sangat cocok untuk kegiatan wisata dan perkebunan. Tanaman
yang cocok untuk perkebunan antara lain: teh, cengkih, kopi, sayuran, dan buah-buahan.
Gunung dan Pegunungan
Gunung adalah bagian bumi yang menonjol tinggi dengan ketinggian puncaknya lebih
dari 600 meter dpi. Beberapa bagian dari gunung antara lain puncak, kawah, magma, aliran
lava, bukit, lereng, dan jurang. Gunung dibedakan menjadi dua jenis, yaitu gunung berapi dan
gunung tidak berapi.
a. Gunung Berapi
Gunung berapi merupakan gunung yang masih aktif dan sewaktu-waktu dapat meletus. Pada
puncak gunung berapi terdapat kawah yang berisi magma. Magma yang mengalir disebut
lava. Contoh gunung berapi adalah Gunung Tangkuban Perahu (Jawa Barat) serta Gunung
Agung dan Gunung Batur (Bali). Gunung berapi menghasilkan barang tambang seperti batu,
pasr, dan belerang, serta sumber air panas.
b. Gunung Tak Berapi
Gunung tidak berapi merupakan gunung yang sudah tidak aktif lagi dan sangat kecil
kemungkinan untuk meletus. Gunung tidak berapi sering juga disebut gunung mati. Contoh
gunung tidak berapi adalah Gunung Muria (JawaTengah).
Pegunungan adalah bagian dari dataran yang bergunung-gunung. Tingginya lebih dari
700 meter dpi. Daerah pegunungan biasanya berhawa sejuk. Pertanian yang dikembangkan di
daerah pegunungan adalah pertanian hortikultura. Pertanian hortikultura adalah pertanian
yang mengembangkan jenis tanaman sayur-mayur dan buah-buahan. Daerah pegunungan di
Indonesia antara lain: Pegunungan Bukit Barisan (Bengkulu) dan Pegunungan Jayawiaya
(Papua). Di beberapa gunung yang memiliki ketinggian lebih dari 4.000 dpi terdapat salju
yang tidak pernah habis atau disebut salju abadi. Salju abadi ada di Gunung Jayawijaya
Papua Indonesia, Gunung Fuji di Jepang, dan Pegunungan Himalaya. Di bagian terendahnya,
salju meleleh dan membentuk sungai disebut gletser.
Hutan, Padang Rumput, dan Gurun Pasir
Hutan adalah wilayah daratan yang ditumbuhi pohon-pohon besar yang tumbuh
secara alami. Indonesia memiliki banyak hutan. Di hutan ini hidup berbagai satwa. Padang
rumput adalah daerah yang hampir seluruhnya tertutup oleh rumput, bisa rumput ilalang atau
tumbuhan perdu lainnya. Satwa liar juga hidup di padang rumput. Padang rumput di
Indonesia terutama terdapat di daerah Sumbawa. Gurun pasir adalah daerah dimana hampir
seluruh wilayahnya tertutup oleh pasir. Contohnya adalah Gurun Sahara di Afrika.

Tebing dan Gua


Terkadang, daratan tampak seperti tembok yang menjulang. Daratannya pun terdiri
dari batu-batuan. Daratan seperti ini disebut tebing. Tebing di pantai yang terdapat curam atau
pegunungan. Di beberapa tebing terdapat lubang-lubang yang disebut gua.

Kenampakan Alam Buatan


Kenampakan alam buatan adalah hasil buatan manusia. Contohnya persawahan,
perkebunan, desa, kota, bandara, jalan, dan perumahan.

BENTANG ALAM STRUKTURAL


adalah bentang alam yang pembentukkannya dikontrol oleh struktur geologi daerah yang
bersangkutan.
Struktur geologi yang paling banyak berpengaruh terhadap pembentukan morfologi
adalah struktur geologi sekunder, yaitu struktur yang terbentuk setelah batuan itu ada.
Biasanya terbentuk oleh adanya proses endogen yaitu proses tektonik yang mengakibatkan
adanya pengangkatan, patahan, dan lipatan, yang tercermin dalam bentuk topografi dan relief
yang khas.
Bentuk relief ini akan berubah akibat proses eksternal yang berlangsung kemudian.
Macam-macam proses eksternal yang terjadi adalah pelapukan (dekomposisi dan
disintegrasi), erosi (air, angin atau glasial) serta gerakan massa (longsoran, rayapan atau
slump).
Kenampakan yang dapat digunakan dalam penafsiran bentang alam struktural

Pola pengaliran. Variasinya biasanya dikontrol oleh variasi struktur geologi dan
litologi pada daerah tersebut.
Kelurusan-kelurusan (lineament) dari punggungan (ridge), puncak bukit, lembah,
lereng dan lain-lain.
Bentuk bentuk bukit, lembah dll.
Perubahan aliran sungai, misalnya secara tiba-tiba, kemungkinan dikontrol oleh
struktur kekar, sesar atau lipatan.

Macam-macam Bentang Alam Struktural


Bentang Alam dengan Struktur Mendatar (Lapisan Horizontal)

Dataran rendah, adalah dataran yang memiliki elevasi antara 0 500 kaki dari muka
air laut.
Dataran tinggi (plateau), adalah dataran yang menempati elevasi lebih dari 500 kaki di
atas muka air laut, berlereng sangat landai atau datar berkedudukan lebih tinggi
daripada bentanglahan di sekitarnya.

Bentang Alam dengan Struktur Miring

Cuesta, kemiringan antara kedua sisi lerengnya tidak simetri dengan sudut lereng
yang searah perlapisan batuan kurang dari 30o(Tjia, 1987).
Hogback : sudut antara kedua sisinya relatif sama, dengan sudut lereng yang searah
perlapisan batuan lebih dari 30o(Tjia, 1987). Hogback memiliki kelerengan scarp
slopedan dip slopeyang hampir sama sehingga terlihat simetri.

Bentang Alam Dengan Struktur Lipatan


Lipatan terjadi karena adanya lapisan kulit bumi yang mengalami gaya kompresi (gaya
tekan). Pada suatu lipatan yang sederhana, bagian punggungan disebut dengan antiklin,
sedangkan bagian lembah disebut dengan sinklin.
Struktur antiklin dan sinklin menunjam
Struktur ini merupakan kelanjutan atau perkembangan dari pegunungan lipatan satu arah
(cuestadan hogback) dan dua arah (sinklin dan antiklin). Bila tiga fore slopesaling
berhadapan maka disebut sebagai lembah antiklin menunjam. Sedangkan bila tiga back slope
saling berhadapan maka disebut sebagai lembah sinklin menunjam.
Kubah
Bentang alam ini mempunyai ciri-ciri kenampakan sebagai berikut :

Kedudukan lapisan miring ke arah luar (fore slopeke arah dalam).


Mempunyai pola kontur tertutup.
Pola penyaluran radier dan berupa bukit cembung pada stadia muda.
Pada stadia dewasa berbentuk lembah kubah dengan pola penyaluran annular.

Cekungan
Bentang alam ini mempunyai kenampakan sebagai berikut :

Kedudukan lapisan miring ke dalam (back slopeke arah dalam).


Mempunyai pola kontur tertutup.
Pada stadia muda pola penyalurannya annular.

Bentang Alam dengan Struktur Patahan


Patahan (sesar) terjadi akibat adanya gaya tekan yang bekerja pada kulit bumi, sehingga
mengakibatkan adanya pergeseran letak kedudukan lapisan batuan. Ada 3 jenis sesar
(berdasarkan arah gerak relatifnya ), yaitu sesar geser, sesar naik dan sesar turun.
Secara umum bentang alam yang dikontrol oleh struktur patahan sulit untuk menentukan
jenis patahannya secara langsung.
Ciri umum dari kenampakan morfologi bentang alam struktural patahan, yaitu :

Beda tinggi yang relatif menyolok pada daerah yang sempit.

Mempunyai resisitensi terhadap erosi yang sangat berbeda pada posisi/elevasi yang
hampir sama.
Adanya kenampakan dataran / depresi yang sempit memanjang.
Dijumpai sistem gawir yang lurus (pola kontur yang panjang lurus dan rapat).
Adanya batas yang curam antara perbukitan / pegunungan dengan dataran yang
rendah.
Adanya kelurusan sungai melalui zona patahan, dan membelok dengan tiba-tiba dan
menyimpang dari arah umum.
Sering dijumpai (kelurusan) mata air pada bagian yang naik / terangkat.
Pola penyaluran yang umum dijumpai berupa rectangular, trellis, dan contorted,serta
modifikasi dari ketiganya.
BAB IV
GEOLOGI FOTO

Pengertian Penginderaan Jauh


Pengindraan jauh merupakan suatu pengambilan atau pengukuran data/informasi
mengenai sifat dari sebuah fenomena, objek,atau benda dengan menggunakan sebuah
perekam tanpa berhubungan langsung dengan objek yang akan dikaji.
Beberapa ahli berpendapat bahwa Pengindraan jauh merupakan suatuteknik yang
dikembangkan untuk memperoleh data di permukaan bumi, jadi pengindraan jarak jauh
sekedar suatu teknik. Dalam perkembangannya ternyata inderaja seringkali berfungsi sebagai
suatu ilmu seperti yang dikemukakan oleh Everett Dan Simonett (1976): Penginderaan jauh
merupakan suatu ilmu, karena terdapat suatu sistimatika tertentu untuk dapat menganalisis
informasi dari suatu objek atau permukaan bumi yang akan dikaji. Ilmu ini harus dikoordinasi
dengan beberapa pakar ilmu lain seperti ilmu geologi, tanah,perkotaan dan lain sebagainya.
Pendapat lain mengenai Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh
informasi tentang suatu obyek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh
dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah, atau fenomena yang dikaji.
(Lillesand & Kiefer, 1994)
Penginderaan jauh dalam bahasa Inggris terjemahannya remote sensing, sedangkan di
Perancis lebih dikenal dengan istilah teledetection, di Jerman disebut farnerkundung
distantsionaya (Rusia), dan perception remota (Spanyol). Meskipun masih tergolong
pengetahuan yang baru, pemakaian penginderaan jauh cukup pesat. Pemakaian penginderaan
jauh itu antara lain untuk memperoleh informasi yang tepat dari seluruh Indonesia yang luas.
Informasi itu dipakai untuk berbagai keperluan, seperti mendeteksi sumber daya alam, daerah
banjir,kebakaran hutan, dan sebaran ikan di laut. (lihat gambar 2.1)
1. Citra Foto
Dalam penginderaan jauh di dapat masukkan data atau hasil observasi yang disebut
citra. Citra dapat diartikan sebagai gambaran yang tampak dari suatu obyek yang sedang
diamati, sebagai hasil liputan atau rekaman suatu alat pemantau. Sebagai contoh, memotret
bunga di taman. Foto bunga yang berhasil kita buat itu merupakan citra bunga tersebut.

Menurut Hornby (1974) Citra adalah gambaran yang terekam oleh kamera atau alat
sensor lain. Sedangkan menurut Simonett, dkk (1983) Citra adalah gambar rekaman suatu
obyek (biasanya berupa gambaran pada foto) yang didapat dengan cara optik, electrooptik,
optik-mekanik, atau electromekanik.
Di dalam bahasa Inggris terdapat dua istilah yang berarti citra dalam bahasa
Indonesia, yaitu image dan imagery, akan tetapi imagery dirasa lebih tepat
penggunaannya (Sutanto, 1986). Agar dapat dimanfaatkan maka citra tersebut harus
diinterprestasikan atau diterjemahkan/ ditafsirkan terlebih dahulu.

2. Jenis Citra
Citra dapat dibedakan atas citra foto (photographyc image) atau foto udara dan citra
non foto (non-photograpyc image).
1. Citra Foto
Citra foto adalah gambar yang dihasilkan dengan menggunakan sensor kamera. Citra
foto dapat dibedakan atas beberapa dasar yaitu:
a. Spektrum Elektromagnetik yang digunakan
Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan, citra foto dapat dibedakan atas:
1) Foto ultra violet yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spectrum ultra violet dekat
dengan panjang gelombang 0,29 mikrometer. Cirinya tidak banyak informasi yang dapat
disadap, tetapi untuk beberapa obyek dari foto ini mudah pengenalannya karena kontrasnya
yang besar. Foto ini sangat baik untuk mendeteksi; tumpahan minyak di laut, membedakan
atap logam yang tidak dicat, jaringan jalan aspal, batuan kapur.
2) Foto ortokromatik yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum tampak dari
saluran biru hingga sebagian hijau (0,4 0,56 mikrometer). Cirinya banyak obyek yang
tampak jelas. Foto ini bermanfaat untuk studi pantai karena filmnya peka terhadap obyek di
bawah permukaan air hingga kedalaman kurang lebih 20 meter. Baik untuk survey vegetasi
karena daun hijau tergambar dengan kontras.
3) Foto pankromatik yaitu foto yang menggunakan seluruh spectrum tampak mata mulai dari
warna merah hingga ungu. Kepekaan film hampir sama dengan kepekaan mata manusia.
Cirinya pada warna obyek sama dengan kesamaan mata manusia. Baik untuk mendeteksi
pencemaran air, kerusakan banjir, penyebaran air tanah dan air permukaan.
4) Foto infra merah asli (true infrared photo), yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan
spektrum infra merah dekat hingga panjang gelombang 0,9 1,2 mikrometer yang dibuat
secara khusus. Cirinya dapat mencapai bagian dalam daun, sehingga rona pada foto infra
merah tidak ditentukan warna daun tetapi oleh sifat jaringannya. Baik untuk mendeteksi
berbagai jenis tanaman termasuk tanaman yang sehat atau yang sakit.
5) Foto infra merah modifikasi, yaitu foto yang dibuat dengan infra merah dekat dan sebagian
spektrum tampak pada saluran merah dan sebagian saluran hijau. Dalam foto ini obyek tidak
segelap dengan film infra merah sebenarnya, sehingga dapat dibedakan dengan air.

3. Wahana
Kendaraan yang membawa alat pemantau dinamakan wahana. Berdasarkan
ketinggian peredaran wahana, tempat pemantauan atau pemotretan dari angkasa ini dapat
diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yaitu:
a. Pesawat terbang rendah sampai medium (Low to medium altitude aircraft), dengan
ketinggian antara 1000 meter sampai 9000 meter dari permukaan bumi. Citra yang dihasilkan
adalah citra foto (foto udara).
b. Pesawat terbang tinggi (high altitude aircraft) dengan ketinggian sekitar 18.000 meter dari
permukaan bumi. Citra yang dihasilkan ialah foto udara dan Multispectral Scanner Data.
c. Satelit, dengan ketinggian antara 400 km sampai 900 km dari permukaan bumi. Citra yang
dihasilkan adalah citra satelit.
2.2 Sistem Penginderaan Jauh
Untuk memudahkan Anda memahami tentang pengertian umum system penginderaan
jauh maka sistem penginderaan jauh beserta komponen komponennya disajikan secara
skematik pada gambar 2.4. yang ada dibawah ini.
Komponen dan interaksi antar komponen dalam sistem penginderaan jauh dapat diuraikan
secara ringkas sebagai berikut:
1. Tenaga untuk Penginderaan Jauh
Pengumpulan data dalam penginderaan jauh dilakukan dari jarak jauh dengan
menggunakan sensor buatan, untuk itu diperlukan tenaga penghubung yang membawa data
tentang obyek ke sensor. Data tersebut dikumpulkan dan direkam dengan 3 cara dengan
variasi sebagai berikut:
a. Distribusi daya (force)
Contoh: Gravitometer mengumpulkan data yang berkaitan dengan gaya tarik bumi.
b. Distribusi gelombang bunyi
Contoh: Sonar digunakan untuk mengumpulkan data gelombang suara dalam air.
c. Distribusi gelombang electromagnetik
Contoh: Camera untuk mengumpuilkan data yang berkaitan dengan pantulan sinar.
2.3 Pemotretan udara
Pemotretan udara pada umumnya menggunakan kamera dan film, dan menghasilkan
potret (data analog). Secara garis besar, pemotretan udara dan hasil ikutannya dalam bentuk
peta merupakan bidang kegiatan ilmu geodesi yang dikenal dengan bidang fotogrametri.
Bidang ini meliputi : (1). Perencanaan pemotretan yang meliputi pemilihan kamera udara,
disain pemotretan, pemilihan film dan cara pemotretan. (2). Pemrosesan laboratorium,
meliputi pencetakan, penyusunan, pengarsipan potret. (3). Pengolahan dan pemanfaatan
seperti penggabungan potret (mosaik), pembuatan peta topografi.

Potret udara tidak seperti potret terestris biasa tetapi harus memenuhi persyaratan
khusus dan baku, antara lain : (1). Dibuat dalam bentuk potret tegak (vertikal). Dalam hal
tertentu pemotretan kadang dibuat dalam posisi miring (oblique) yang menghasilkan gambar
seperti dapat dilihat pada gambar 2.6. Namun demikian pada umumnya potret udara dibuat
dalam bentuk potret tegak (vertikal) (2). Dibuat dengan sistim tumpang tindih (overlap)
antara satu potret dengan potret berikutnya. Cara demikian dilakukan untuk mendapatkan
kenampakan 3 dimensi dan untuk keperluan pembuatan peta topografi. Tumpang tindih ke
arah samping juga dibuat dalam jarak lebih pendek, sehingga seluruh daerah yang dipotret
tidak ada yang terlewat. Gambar 5 memperlihatkan bentuk pemotretan yang biasa dilakukan.
Kamera udara dapat berupa kamera tunggal atau majemuk, pada umumnya diletakkan
di perut pesawat, di masa lalu diletakkan di luar badan pesawat seperti pada gambar 6. Untuk
mendapatkan potret yang sesuai dengan keperluan dasar pemotretaan dipertahankan pada
posisi mendatar serta diatur selang pengambilannya secara tetap.
Pemotretan udara menggunakan jenis kamera tunggal, kadang kadang kamera ganda
atau kamera majemuk dan film yang dipakai dalam pemotretan pada umumnya dari jenis
pankromatik hitam putih dan warna, inframerah hitam putih dan warna, namun umumnya
adalah film pankromatik hitam putih. Beberapa bentuk potret yang dihasilkan diperlihatkan
pada gambar 7 di bawah ini.
2.4 Unsur-unsur Interpretasi Geologi dan Interprestasi Geomorfologi
Menurut Este dan Simonett, 1975: Interpretasi citra merupakan perbuatan mengkaji
foto udara atau citra dengan maksud untuk mengidentifikasi obyek dan menilai arti
pentingnya obyek tersebut. Jadi di dalam interpretasi citra, penafsir mengkaji citra dan
berupaya mengenali obyek melalui tahapan kegiatan, yaitu:
deteksi
identifikasi
analisis
Setelah mengalami tahapan tersebut, citra dapat diterjemahkan dan digunakan ke dalam
berbagai kepentingan seperti dalam: geografi, geologi, lingkungan hidup dan sebagainya.
Deteksi
Deteksi adalah usaha penyadapan data secara global baik yang tampak maupun yang tidak
tampak. Di dalam deteksi ditentukan ada tidaknya suatu obyek. Misalnya obyek berupa
savana.
Identifikasi
Identifikasi adalah kegiatan untuk mengenali obyek yang tergambar pada citra yang dapat
dikenali berdasarkan ciri yang terekam oleh sensor dengan alat stereoskop.
a. Unsur dasar Interprestasi Geologi
Unsur-unsur dasar interprestasi geologi tersebut meliputi :
1. Relief atau Topografi

2. Pola penyaluran
3. Bentang alam budaya
4. Tetumbuhan
1. Relief
Relief merupakan beda tingi antara puncak timbulan dan dasar lekukan, juga curam landainya
lereng-lereng yang ada didaerah tersebut. Dilihat dari kenampakan foto udara dengan
menggunakan stereoskop. Biasanya topografi pada batuan yang lebih keras maka akan
tampak batuan yang lebih menonjol daripada batuan yang strukturnya lunak disekitarnya.
Beberapa batuan yang memiliki relief tinggi antara lain konglomerat, breksi, batuan beku
intrusi, batupasir dan batuan metamorf. Selanjutnya jenis batuan yang berelief rendah yaitu
batulempung / clay, dan batulanau / shale.
2. Pola penyaluran
Pola penyaluran dapat dikatakan sebagai gambaran mengenai macam tanah, batuan induk,
dan struktur geologi pada setiap daerah. Pola penyaluran ini dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa bagian pola dasar dan pola termodifikasi (ubahan) yaitu :
a. Pola penyaluran, merupakan suatu kumpulan dari suatu pola pengaliran dan penyaluran,
tidak mempertimbangkan permanen atau tidak.
b. Pola dasar, memilki ciri yang dapat dibedakan dengan yang lain.
c. Pola termodifikasi, pola penyaluran yang berbeda dengan tipe pola dasar pada beberapa
aspek regional, tetapi masih memiliki ciri-ciri pola dasar tersebut.
3. Bentang Alam Budaya ( Land Use )
Kebudayaan dipakai untuk menafsirkan kondisi geologi suatu daerah, beberapa contoh antara
lain :
a. Sawah, biasa dikelola oleh manusia didataran alivial, tanah residual atau didataran gunung
api
b. Waduk atau Bendungan, dibuat orang pada batuan kedap air utuk menampung air.
Digunakan sebagai irigasi dan sumber mata air
c. Hutan buatan, dibuat oleh manusia untuk mencegah adanya longsor dan gerak tanah pada
lereng yang terjal, sehingga dapat mencegah ataupun mengurangi.
d. Pemukiman, biasanya berkembang pada daerah yang mengandung cukup air.
4. Tetumbuhan
Pada setiap foto udara pasti mengandung vegetasi yang dari setiap daerah itu berbeda,
walaupun tidak semuanya nampak begitu jelas. Vegetasi dari setiap foto, memberikan kondisi
berupa kondisi geologi suatu daerah, misalnya :
a. Tumbuhan berpola sistematik akan memperlihatkan kondisi geologi dari foto udara berupa
struktur geologi.

b. Tumbuhan berpola sejajar dan melengkung akan memperlihatkan kondisi geologi dari foto
udara berupa antiklin.
c. Tumbuhan yang subur akan mencerminkan bahwa daerah tersebut banyak mengandung air.

SCREENSHOTS

DAFTAR PUSTAKA

www.dnr.state.mn.us
www.geo.oregonstate.edu
www.teara.govt.nz
vro.agriculture.vic.gov.au
www.nap.edu
www.akuintip.com
www.pengetahuangeologi.blogspot.co.id
aryadhani.blogspot.co.id

You might also like