You are on page 1of 12

5

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini akan membahas tentang konsep pengetahuan meliputi pengertian,


konsep peran, konsep orang tua, konsep anak hiperatif dan kerangka konsep.

2.1 Konsep Peran


2.1.1 Pengertian
Peran adalah pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan dari
seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat (Nursalam dan Siti Pariani, 2001 :
128).
2.1.2 Peran orang tua
1.

Peran sebagai pendidik


Orang tua hendaknya memberikan bimbingan dan arahan kepada anak dalam
hal nilai-nilai agama yang harus ditanamkan sejak dini, agar kelak anak dapat
membentuk rencana hidup yang mandiri, disiplin dan bertanggung jawab.

2.

Peran sebagai pendorong


Menghadapi masa perlakihan menuju dewasa, remaja sering membutuhkan
dorongan dari orang tua, terutama sat mengalami kegagalan yang mampu
menyurutkan semangat mereka. Pada saat ini orang tua perlu menanamkan
keberanian dan rasa percaya diri remaja dalam menghadapi berbagai macam
masalah.

3.

Peran sebagai panutan


Remaja memerlukan model panutan dilingkungannya. Orang tua perlu
memberikan contoh dan teladan baik dalam hal menjalankan nilai-nilai agama
maupun norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat.

4.

Peran sebagai pengawas


Sudah menjadi kewajiban bagi orang tua untuk melihat dan mengawasi sikap
perilaku remaja secara bersahabat dan lemah lembut, agar mereka tidak
terjerumus ke dalam pergaulan yang membawa ke dalam kenakalan remaja
dan tindakan yang merugikan diri sendiri.

5.

Peran sebagai teman


Menghadapi masa akil baliq, orang tua perlu lebih sabar dan mau mengerti
tentang perubahan pubertas sehingga perlu diciptakan dialog yang hangat dan
akrab jauh dan ketegangan, sehingga pubertas merasa terlindungi. Di sini
orang tua dapat menjadi sumber informasi serta teman yang dapat diajak
bicara tentang berbagai kesulitan yang mereka hadapi.

6.

Peran sebagai konselor


Orang tua dapat memberikan gambaran dan pertimbangan nilai yang positif
dan negatif terhadap suatu masalah sehingga pubertas mampu belajar
mengambil keputusan yang terbaik. Sebagai konselor, orang tua dituntut
untuk tidak menghakimi akan tetapi dengan jiwa besar justru harus
merangkul pubertas yang menghadapi masalah.

7.

Peran sebagai komunikator

Orang tua dan remaja perlu menciptakan komunikasi yang baik, sehingga
segala informasi yang dibutuhkan pubertas dapat ditransfer dengan baik dan
jelas dan selanjutnya dimengerti dan dipihami oleh pubertas (BKKBN
Propinsi Jawa Timur, 1999 : 23-25). Menurut Effendy Nasrul (1998 : 34),
peranan ayah dan ibu di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
1) Peranan ayah
Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak berperanan sebagai pencari
nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman sebagai kepala
keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya.
2) Peranan ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,
pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu
dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
2.1.3 Peran

orang

tua

dalam

perkembangan

dan

memperkembangkan

kepribadian anak, meliputi :


2.1.3.1 Dalam kaitan dengan pertumbuhan fisik anak
Perlakuan dan pengasuhan yang baik disertai dengan lingkungan yang
memungkinkan anak hidup sehat, jauh dari keadaan yang mempermudah
timbulnya sakit perlu diperhatikan, termasuk pengetahuan mengenai kadar gizi
(Gunarsih Singgih, 2004 : 66).

2.1.3.2 Dalam kaitan dengan perkembangan sosial anak

Pergaulan adalah juga sesuatu kebutuhan untuk memperkembangkan aspek


sosial anak. Seorang anak membutuhkan anak lain atau kelompok yang kira-kira
sebaya. Maka penting diperhatikan dengan siapa atau dengan kelompok mana
anak boleh, dianjurkan atau

sebaliknya menghindari atau sesedikit mungkin

bergaul (Gunarsih Singgih, 2004 : 67).


2.1.3.3 Dalam kaitan dengan perkembangan mental anak
Komunikasi verbal antara orang tua dengan anak besar pengaruhnya untuk
perkembangan mentalnya. Lingkungan yang baik disertai suasana yang baik, akan
memungkinkan anak tumbuh dan berkembang dengan baik pula, termasuk
perkembangan kognitif dan skolastik anak (Gunarsa Singgih, 2004 : 108).
2.1.4 Peran serta dalam mempersiapkan anaknya menghadapi masa remaja
Sebagaimana hakikat dari perkembangan yang membutuhkan campur tangan
dari orang-orang yang ada di sekeliling kehidupan anak, yakni yang pertama dan
terutama

adalah

orang

buahnya

sendiri,

demikian

pula

dalam

usaha

mempersiapkan anak menghadapi masa remaja dalam pengertian orang tua tentu
saja meliputi ayah ibu. Namun kenyataanya yang sering berfungsi sebagai orang
tua tokoh ibunya.
2.1.5 Peran dalam memberikan pendidikan seks
Membicarakan masalah seks sesuatu yang sifatnya sangat pribadi dan karena
itu dibutuhkan suasana akrab, terbuka dari hati ke hati antara orang tua dengan
anak. Tentu hal ini lebih mudah diciptakan antara ibu dengan anak perempuannya
atau antara ayah dengan anak laki-lakinya ataupun sebaliknya (Gunarsa Singgih,
2004 : 98).
2.1.6 Peran ibu sebagai contoh dan teladan

Dalam mengembangkan kepribadian dan membentuk sikap anak, seorang


ibu perlu memberikan contoh dan teladan yang dapat diterima. Dalam
pengembangan kepribadian, anak belajar melalui peniruan terhadap orang lain.
Seringkali tanpa disadari, orang dewasa memberi contoh dan teladan yang
sebenarnya justru tidak diinginkan (Gunarsa Singgih, 2004 : 33).

2.2 Konsep Orang Tua


2.2.1 Pengertian
Orang tua termasuk bagian dari keluarga, menurut Departemen Kesehatan
Republik Indonesia (1998) keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang
terdiri atas Kepala Keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di
suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Effendy
Nasrul, 1998 : 34).

2.3 Konsep Hiperaktif


2.3.1 Pengertian hiperaktif
Hiperaktif adalah gangguan fungsi otak minimal, gangguan impuls dan
didefinisikan sebagai gerakan fisik yang berlebihan dan tidak dapat dikendalikan
(Prasetyono, 2008 : 123).
Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian
dengan hiperaktivitas (GPPH) atau Attention Deficit And Hyperactivity Disorder
(ADHD) (http://www.google.com/balita-anda@indoglobal.com).
2.3.2 Tanda-Tanda Anak Hiperaktif

10

2.3.2.1 Inatensi
Inatensi adalah atau pemusatan perhatian yang kurang dapat dilihat dari
kegagalan seorang anal dalam memberikan perhatian secara utuh terhadap
sesuatu. Anak tidak mampu mempertahankan konsentrasinya terhadap sesuatu
sehingga mudah sekali beralih perhatian dari satu hal ke hal yang lain.
2.3.2.2 Hiperaktif
Gejala hiperaktif dapat dilihat dari perilaku anak yang tidak bisa diam.
Duduk dengan tenang merupakan sesuatu yang sulit dilakukan. Ia akan bangkit
dan berlari-lari, berjalan ke sana kemari, bahkan memanjat-manjat. Disamping itu
ia cenderung banyak bicara dan menimbulkan suara berisik.
2.3.2.3 Impulsif
Gejala impulsif ditandai dengan kesulitan anak untuk menunda respon. Ada
semacam dorongan untuk mengatakan atau melakukan sesuatu yang tidak
terkendali. Dorongan tersbut mendesak untuk diekspresikan dengan segera dan
tanpa pertimbangan, contoh nyata dari gejala hiperaktif adalah perilaku tidak
sabar diantaranya ; anak tidak akan sabar untuk menunggu orang menyelesaikan
pembicaraan dan juga tidak bisa untuk menunggu giliran (antri). Sisi lain dari
impulsivitas adalah anak berpotensi tinggi untuk melakukan aktifitas yang
membahayakan, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
(http://www.i-mobilesystem.com/index.php).

2.3.3 Masalah yang biasa dialami anak hiperaktif

10

11

2.3.3.1

Di sekolah

Anak tidak mampu mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru dengan
baik. Konsentrasi yang mudah terganggu membuat anak tidak dapat menyerap
materi pelajaran secara keseluruhan. Rentang perhatian yang pendek membuat
anak ingin cepat selesai bila mengerjakan tugas-tugas sekolah. Kecenderungan
berbicara yang tinggi akan mengganggu anak dan teman yang diajak berbicara
sehingga guru akan menyangka bahwa anak tidak memperhatikan pelajaran.
Banyak dijumpai bahwa anak hiperaktif banyak mengalami kesulitan membaca,
menulis, bahasa dan matematika. Khusus untuk menulis, anak hiperaktif memiliki
keteampilan motorik halus yang secara umum tidak sebaik anak biasa.
2.3.3.2

Di rumah

Dibandingkan dengan anak yang lain, anak hiperaktif biasanya lebih mudah
cemas dan kecil hati. Selain itu, juga mudah mengalami gangguan psikomatik
(gangguan kesehatan yang disebabkan factor psikologis seperti sakit kepala dan
sakit perut. Hal ini berkaitan dengan rendahnya toleransi terhadap frustasi,
sehingga bila mengalami kekecewaan, ia gampang emosional. Selain itu anak
hiperaktif cenderung keras kepala dan mudah marah bila keinginannya tidak
segera dipenuhi. Hambatan-hambatan tersbut membuat anak menjadi kurang
mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Anak dipandang nakal dan
tidak jarang mengalami penolakan baik dari keluarga maupun teman-temannya.
Karena sering dibuat jengkel, orang tua sering memperlakukan anak secara kurang
hangat. Orang tua kemudian banyak mengontrol anak, penuh pengawasan, banyak
mengkritik, bahkan memberi hukuman. Reaksi anakpun menolak dan berontak.

11

12

Akibatnya terjadi ketegangan antara orang tua dengan anak. Baik anak maupun
orang tua menjadi stress, dan situasi rumahpun menjadi kurang nyaman.
Akibatnya anak menjadi lebih mudah frustrasi. Kegagalan bersosialisasi di manamana menumbuhkan konsep diri yang negatif. Anak akan merasa bahwa dirinya
buruk, selalu gagal, tidak mampu dan ditolak.
2.3.3.3

Problem berbicara

Anak hiperaktif biasanya suka berbicara. Dia banyak berbicara, namun


sesungguhnya kurang efisien dalam berkomunikasi. Gangguan pemusatan
perhatian membuat dia sulit melakukan komunikasi yang timbal balik. Anak
hiperaktif cenderung sibuk dengan diri sendiri dan kurang mampu merespon
lawan bicara secara tepat.
2.3.3.4

Problem fisik

Secara umum anak hiperaktif memiliki tingkat kesehatan fisik yang tidak
sebaik anak lain. Beberapa gangguan seperti asma, alergi, dan infeksi tenggorokan
sering dijumpai. Pada saat tidur biasanya juga tidak setenang anak-anak lain.
Banyak anak hiperaktif yang sulit tidur dan sering terbangun pada malam hari.
Selain itu, tingginya tingkat aktifitas fisik anak juga beresiko tinggi untuk
mengalami kecelakaan seperti terjatuh, terkilir dan sebagainya.
2.3.4 Faktor-faktor penyebab hiperatif pada anak
2.3.2.1 Faktor neurologik
Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir dengan
masalah-masalah prenatal seperti lamanya proses persalinan, distres fetal,
persalinan dengan cara ekstraksi forcep, toksimia gravidarum atau eklamsia

12

13

dibandingkan dengan kehamilan dan persalinan normal. Di samping itu faktorfaktor seperti bayi yang lahir dengan berat badan rendah, ibu yang terlalu muda,
ibu yang merokok dan minum alkohol juga meninggikan insiden hiperaktif.
Terjadinya perkembangan otak yang lambat. Faktor etiologi dalam bidang
neuoralogi yang sampai kini banyak dianut adalah terjadinya disfungsi pada salah
satu neurotransmiter di otak yang bernama dopamin. Dopamin merupakan zat
aktif yang berguna untuk memelihara proses kontrasi.
2.3.2.2 Faktor toksik
Beberapa makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet memiliki
potensi untuk membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Di samping itu, kadar
timah (lead) dalam serum darah anak yang meningkat, ibu yang merokok dan
mengkonsumsi alkohol, terkena sinar X pada saat hamil juga dapat melahirkan
calon anak hiperaktif.
2.3.2.3 Faktor genetik
Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada keluarga
dengan anak hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari orang tua dan saudara
yang masa kecilnya hiperaktif akan menurun pada anak. Hal ini juga terlihat pada
anak kembar.
2.3.2.4 Faktor psikososial dan lingkungan
Pada anak hiperaktif sering ditemukan hubungan yang dianggap keliru
antara orang tua dengan anaknya.
(http://www.i-mobilesystem.com/index.php)
2.3.5 Cara menanggulangi Anak Hiperaktif

13

14

2.1
1.

Memiliki pandangan yang benar tentang anak hiperaktif


Tingkah laku hiperkinetik bukan kesalahan anak, hal ini disebabkan oleh
kegagalan pemusatan perhatian dan pengendalian diri akibat dari hambatan
kematangan fungsi otak.

2.

Hasil pengobatan akan lebih baik apabila orang tua atau guru dapat bersikap
tentang dan menerima keadaan ini.

3.

Anak hiperaktif membutuhkan bantuan lebih banyak untuk dapat tetap tenang
dan mampu memusatkan perhatian dirumah maupun disekolah.

4.

Beberapa anak hiperaktif dapat tetap berlanjut mengalami kesulitan ini


sampai usia dewasa, namun sebagian besar anak mampu menyesuaikan diri
dengan lebih baik.

2.2
1.

Mengarahkan tingkah laku anak


Guru atau orang tua perlu memberikan umpan balik positif atau penghargaan
ketika anak mampu memusatkan perhatian dengan baik.

2.

Hindari pemberian hukuman secara berlebihan dan emosional, disipln harus


diberikan seefektif mungkin.

3.

Mambantu anak untuk berkonsentrasi lebih baik (misal : tidak diberikan tugas
terlalu banyak, anak dihindarkan dari suasana yang dapat mengalihkan
perhatiannya).

4.

aktivitas fisik dan olah raga dapat membantu untuk menyalurkan energi yang
berlebihan.

5.

Guru dan orang tua perlu bekerja sama dalam mengarahkan tingkah laku anak
hiperaktif.

2.3

Pengobatan

14

15

Pemberian psikostimulan dapat memperbaiki konsentrasi dan mengurangi


aktivitas yang berlebihan.
2.4

Konsultasi ahli
Pertimbangkan konsultasi dengan ahli (psikiater anak, dokter spesialis anak,

dokter keluarga, psikolog).

15

16

2.4 Kerangka Konsep


Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsepkonsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan
(Notoatmodjo S, 2005 : 69).

Orang tua

Peran orang tua dalam perkembangan


dan memperkembangkan kepribadian
anak, meliputi :
1. Dalam kaitan dengan
pertumbuhan fisik anak
2. Dalam kaitan dengan
perkembangan sosial anak
3. Dalam kaitan dengan
perkembangan mental anak
4. Peran serta dalam
mempersiapkan anaknya dalam
menghadapi masa remaja.
5. Peran dalam mendidikan seks.
6. Peran ibu sebagai contoh teladan.

Faktor-faktor penyebab
hiperatif pada anak :
1. Faktor neurologik
2. Faktor toksik
3. Faktor genetik
4. Faktor psikososial
dan lingkungan
Tanda-tanda
anak hiperaktif
1. Inatensi
2. Hiperaktif
3. Impulsif

Anak
hiperaktif

Peran
Baik

Peran
Kurang

Keterangan :
: Di teliti
: Tidak diteliti
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Gambaran Peran Orang Tua Dengan Anak
Hiperaktif Di SMPLB Padangan Kecamatan Padangan Kabupaten
Bojonegoro Tahun 2009.

16

You might also like