Professional Documents
Culture Documents
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Orang tua dan remaja perlu menciptakan komunikasi yang baik, sehingga
segala informasi yang dibutuhkan pubertas dapat ditransfer dengan baik dan
jelas dan selanjutnya dimengerti dan dipihami oleh pubertas (BKKBN
Propinsi Jawa Timur, 1999 : 23-25). Menurut Effendy Nasrul (1998 : 34),
peranan ayah dan ibu di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
1) Peranan ayah
Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak berperanan sebagai pencari
nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman sebagai kepala
keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya.
2) Peranan ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,
pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu
dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
2.1.3 Peran
orang
tua
dalam
perkembangan
dan
memperkembangkan
adalah
orang
buahnya
sendiri,
demikian
pula
dalam
usaha
mempersiapkan anak menghadapi masa remaja dalam pengertian orang tua tentu
saja meliputi ayah ibu. Namun kenyataanya yang sering berfungsi sebagai orang
tua tokoh ibunya.
2.1.5 Peran dalam memberikan pendidikan seks
Membicarakan masalah seks sesuatu yang sifatnya sangat pribadi dan karena
itu dibutuhkan suasana akrab, terbuka dari hati ke hati antara orang tua dengan
anak. Tentu hal ini lebih mudah diciptakan antara ibu dengan anak perempuannya
atau antara ayah dengan anak laki-lakinya ataupun sebaliknya (Gunarsa Singgih,
2004 : 98).
2.1.6 Peran ibu sebagai contoh dan teladan
10
2.3.2.1 Inatensi
Inatensi adalah atau pemusatan perhatian yang kurang dapat dilihat dari
kegagalan seorang anal dalam memberikan perhatian secara utuh terhadap
sesuatu. Anak tidak mampu mempertahankan konsentrasinya terhadap sesuatu
sehingga mudah sekali beralih perhatian dari satu hal ke hal yang lain.
2.3.2.2 Hiperaktif
Gejala hiperaktif dapat dilihat dari perilaku anak yang tidak bisa diam.
Duduk dengan tenang merupakan sesuatu yang sulit dilakukan. Ia akan bangkit
dan berlari-lari, berjalan ke sana kemari, bahkan memanjat-manjat. Disamping itu
ia cenderung banyak bicara dan menimbulkan suara berisik.
2.3.2.3 Impulsif
Gejala impulsif ditandai dengan kesulitan anak untuk menunda respon. Ada
semacam dorongan untuk mengatakan atau melakukan sesuatu yang tidak
terkendali. Dorongan tersbut mendesak untuk diekspresikan dengan segera dan
tanpa pertimbangan, contoh nyata dari gejala hiperaktif adalah perilaku tidak
sabar diantaranya ; anak tidak akan sabar untuk menunggu orang menyelesaikan
pembicaraan dan juga tidak bisa untuk menunggu giliran (antri). Sisi lain dari
impulsivitas adalah anak berpotensi tinggi untuk melakukan aktifitas yang
membahayakan, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
(http://www.i-mobilesystem.com/index.php).
10
11
2.3.3.1
Di sekolah
Anak tidak mampu mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru dengan
baik. Konsentrasi yang mudah terganggu membuat anak tidak dapat menyerap
materi pelajaran secara keseluruhan. Rentang perhatian yang pendek membuat
anak ingin cepat selesai bila mengerjakan tugas-tugas sekolah. Kecenderungan
berbicara yang tinggi akan mengganggu anak dan teman yang diajak berbicara
sehingga guru akan menyangka bahwa anak tidak memperhatikan pelajaran.
Banyak dijumpai bahwa anak hiperaktif banyak mengalami kesulitan membaca,
menulis, bahasa dan matematika. Khusus untuk menulis, anak hiperaktif memiliki
keteampilan motorik halus yang secara umum tidak sebaik anak biasa.
2.3.3.2
Di rumah
Dibandingkan dengan anak yang lain, anak hiperaktif biasanya lebih mudah
cemas dan kecil hati. Selain itu, juga mudah mengalami gangguan psikomatik
(gangguan kesehatan yang disebabkan factor psikologis seperti sakit kepala dan
sakit perut. Hal ini berkaitan dengan rendahnya toleransi terhadap frustasi,
sehingga bila mengalami kekecewaan, ia gampang emosional. Selain itu anak
hiperaktif cenderung keras kepala dan mudah marah bila keinginannya tidak
segera dipenuhi. Hambatan-hambatan tersbut membuat anak menjadi kurang
mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Anak dipandang nakal dan
tidak jarang mengalami penolakan baik dari keluarga maupun teman-temannya.
Karena sering dibuat jengkel, orang tua sering memperlakukan anak secara kurang
hangat. Orang tua kemudian banyak mengontrol anak, penuh pengawasan, banyak
mengkritik, bahkan memberi hukuman. Reaksi anakpun menolak dan berontak.
11
12
Akibatnya terjadi ketegangan antara orang tua dengan anak. Baik anak maupun
orang tua menjadi stress, dan situasi rumahpun menjadi kurang nyaman.
Akibatnya anak menjadi lebih mudah frustrasi. Kegagalan bersosialisasi di manamana menumbuhkan konsep diri yang negatif. Anak akan merasa bahwa dirinya
buruk, selalu gagal, tidak mampu dan ditolak.
2.3.3.3
Problem berbicara
Problem fisik
Secara umum anak hiperaktif memiliki tingkat kesehatan fisik yang tidak
sebaik anak lain. Beberapa gangguan seperti asma, alergi, dan infeksi tenggorokan
sering dijumpai. Pada saat tidur biasanya juga tidak setenang anak-anak lain.
Banyak anak hiperaktif yang sulit tidur dan sering terbangun pada malam hari.
Selain itu, tingginya tingkat aktifitas fisik anak juga beresiko tinggi untuk
mengalami kecelakaan seperti terjatuh, terkilir dan sebagainya.
2.3.4 Faktor-faktor penyebab hiperatif pada anak
2.3.2.1 Faktor neurologik
Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir dengan
masalah-masalah prenatal seperti lamanya proses persalinan, distres fetal,
persalinan dengan cara ekstraksi forcep, toksimia gravidarum atau eklamsia
12
13
dibandingkan dengan kehamilan dan persalinan normal. Di samping itu faktorfaktor seperti bayi yang lahir dengan berat badan rendah, ibu yang terlalu muda,
ibu yang merokok dan minum alkohol juga meninggikan insiden hiperaktif.
Terjadinya perkembangan otak yang lambat. Faktor etiologi dalam bidang
neuoralogi yang sampai kini banyak dianut adalah terjadinya disfungsi pada salah
satu neurotransmiter di otak yang bernama dopamin. Dopamin merupakan zat
aktif yang berguna untuk memelihara proses kontrasi.
2.3.2.2 Faktor toksik
Beberapa makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet memiliki
potensi untuk membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Di samping itu, kadar
timah (lead) dalam serum darah anak yang meningkat, ibu yang merokok dan
mengkonsumsi alkohol, terkena sinar X pada saat hamil juga dapat melahirkan
calon anak hiperaktif.
2.3.2.3 Faktor genetik
Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada keluarga
dengan anak hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari orang tua dan saudara
yang masa kecilnya hiperaktif akan menurun pada anak. Hal ini juga terlihat pada
anak kembar.
2.3.2.4 Faktor psikososial dan lingkungan
Pada anak hiperaktif sering ditemukan hubungan yang dianggap keliru
antara orang tua dengan anaknya.
(http://www.i-mobilesystem.com/index.php)
2.3.5 Cara menanggulangi Anak Hiperaktif
13
14
2.1
1.
2.
Hasil pengobatan akan lebih baik apabila orang tua atau guru dapat bersikap
tentang dan menerima keadaan ini.
3.
Anak hiperaktif membutuhkan bantuan lebih banyak untuk dapat tetap tenang
dan mampu memusatkan perhatian dirumah maupun disekolah.
4.
2.2
1.
2.
3.
Mambantu anak untuk berkonsentrasi lebih baik (misal : tidak diberikan tugas
terlalu banyak, anak dihindarkan dari suasana yang dapat mengalihkan
perhatiannya).
4.
aktivitas fisik dan olah raga dapat membantu untuk menyalurkan energi yang
berlebihan.
5.
Guru dan orang tua perlu bekerja sama dalam mengarahkan tingkah laku anak
hiperaktif.
2.3
Pengobatan
14
15
Konsultasi ahli
Pertimbangkan konsultasi dengan ahli (psikiater anak, dokter spesialis anak,
15
16
Orang tua
Faktor-faktor penyebab
hiperatif pada anak :
1. Faktor neurologik
2. Faktor toksik
3. Faktor genetik
4. Faktor psikososial
dan lingkungan
Tanda-tanda
anak hiperaktif
1. Inatensi
2. Hiperaktif
3. Impulsif
Anak
hiperaktif
Peran
Baik
Peran
Kurang
Keterangan :
: Di teliti
: Tidak diteliti
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Gambaran Peran Orang Tua Dengan Anak
Hiperaktif Di SMPLB Padangan Kecamatan Padangan Kabupaten
Bojonegoro Tahun 2009.
16