You are on page 1of 10

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama
: An.A
Usia
: 11 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Jl. Kupa Kec. Mallusetasi Kab. barru
Pekerjaan
: Pelajar SD
Tanggal MRS
: 02 Februari 2016
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Benjolan pada leher sebelah kiri
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan terdapatnya benjolan pada leher kiri yang disadari sejak
kurang lebih 1 bulan yang lalu. Benjolan berawal dikeluhkan hanya bentukan seperti
benjolan kecil, yang semakin lama semakin membesar. Awalnya keluarga pasien mengira
hanya dikarenakan akan tumbuh gigi. Pasien juga mengeluhkan nyeri pada benjolan
tersebut, pada benjolan tidak merah atau panas.
Demam (+), mual (-), muntah (-), sulit menelan (-), penurunan nafsu makan (-), buang air
besar normal, buang air kecil normal.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien menyatakan belum pernah mengalami gejala seperti ini sebelumnya.
Riwayat alergi :
Makanan
Obat

: Tidak ada
: Tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak terdapat keluarga yang mengalami keluhan yang sama.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Tanda Vital
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: E4V5M6
Tensi
: 100/70 mmHg
Nadi
: 88x/menit
Respiratory rate
: 18 x/menit
Suhu axial
: 36,2 C

Pemeriksaan Fisik Umum


Kepala-leher:
1. Ekspresi wajah normal
2. Mata : Simetris, anemis (-/-), hyperemi (-/-), ikterus (-/-), pupil bulat isokor
uk. 3mm.
3. THT : Pada pemeriksaan region intraoral tidak adanya pendesakan pada
bagian tonsil dan uvula.
4. Leher : Terdapat massa pada leher sebelah kiri dengan diameter 3 cm,
berwarna sama dengan sekitarnya, permukaan licin, tidak terdapat ulserasi,
konsistensi kenyal dan berbatas tegas, nyeri tekan (+), tidak terdapat
pembesaran KGB.

Thorax
1. Pulmo:
Inspeksi : bentuk simetris, gerakan simetris, spidernevi (-), fosa
supraklavikula dan infraklavicula simetris, deviasi trakea (-).
Palpasi : pergerakan simetris, nyeri tekan (-).
Perkusi : sonor pada seluruh lapangan paru.
Auskultasi : vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
2. Cor :
Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
Palpasi : iktus cordis teraba ICS VI midclavicula sinistra 3 jari kemedial.
Perkusi : pekak dengan batas kanan jantung sterna line dekstra. Batas kiri
jantung ICS V midclavicular line sinistra 2 jari ke medial. Batas atas
jantung ICS II sterna line sinistra.
Auskultasi : S1S2 tunggal regular, murmur (-), gallop (-).

Abdomen
1. Inspeksi : kulit tampak normal, dinding abdomen tidak tampak distensi,
2. Auskultasi : BU (+) normal.
3. Palpasi : nyeri tekan (-) pada seluruh lapang abdomen; hepar, lien dan renal
tidak teraba.
4. Perkusi : timpani pada seluruh lapang abdomen.

Extremitas Atas-Axilla
1. Dingin (-), edema (-).
2. Deformitas (-)
3. Motorik dan sensibilitas baik

Extremitas Bawah
1. Dingin (-), edema (-)
2. Deformitas (-)
3. Motorik dan sensibilitas baik

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium Tgl 02/02/2016
Darah Lengkap:
WBC : 7.0
103 u/l
RBC : 4.63
106 u/l
HGB : 13.1
g/dl
HCT : 39.4
%
PLT : 319
103 u/l
LED : 55
mg/dl
BT
:1
CT
:8

Laboratorium Tgl 09/02/2016


Darah Lengkap :
WBC : 3.7 103 u/l
RBC : 2.82 106 u/l
HGB : 8.3 g/dl
HCT : 23.8 %
PLT : 236 103 u/l
LED : 17 mg/dl

E. RESUME
a. Anamnesis
Perempuan, usia 11 tahun mengeluhkan benjolan pada leher` sebelah kiri, yang disadari
sejak 1 bulan yang lalu. Benjolan yang bermula hanya kecil dan semakin lama semakin
membesar, Awalnya keluarga pasien mengira hanya dikarenakan akan tumbuh gigi.
Pasien juga mengeluhkan nyeri pada benjolan tersebut, pada benjolan tidak merah atau
panas. Riwayat Demam (+), Mual muntah (-), demam (-), nafsu makan normal.
b. Pemeriksaan Fisik
Tampak adanya nodul berbentuk oval pada region submandibula sinistra dengan
diameter 3 cm, kulit tampak normal, nyeri tekan (+), teraba kenyal dan berbatas tegas.
F. DIAGNOSIS KERJA
Susp. Tumor Submandibula
Susp. Sialadenitis
G. DIAGNOSIS BANDING
Adenoma pleomorfik
H. RENCANA TERAPI
Cefobactam 500 mg/12 jam/iv
I. PROGNOSIS
Dubia ad bonam
PEMBAHASAN
Keluhan yang didapatkan pada pasien berupa benjolan yang soliter,dan nyeri
apabila dilakukan palpasi pada benjolan tersebut. Dalam hal ini, pada tumor benigna
benjolan biasanya bisa digerakkan, soliter dan keras. Berdasarkan laju pertumbuhan
tumor biasanya pada tumor jinak dapat berlangsung progresif dan lambat sedangnkan
pada tumor tipe malignat atau ganas laju pertumbuhannya bioasanya tidak beraturan dari
lambat sampai berlangsung cepat.

Tinjauan Pustaka
1. Pendahuluan
Manusia memiliki kelenjar saliva yang terbagi menjadi kelenjar saliva mayor dan
kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor terdiri dari sepasang kelenjar parotis,

submandibula dan sublingual. Kelenjar saliva minor berjumlah ratusan dan terletak di
rongga mulut. Kelenjar parotis merupakan kelenjar liur utama yang terbesar dan
menempati ruangan di depan prosesus mastoideus dan liang telinga luar.
2. Anatomi Kelenjar
Kelenjar submandibularis terletak di dasar rongga mulut; inferior dari ramus
mandibula. Duktus submandibular menembus bagian bawah mukosa di salah satu sisi
dari garis tengah di dasar rongga mulut dan masuk ke dalam rongga mulut tepat di lateral
frenulum lingualis.

Tumor Submandibula
a. Definisi
Tumor Submandibula adalah massa jaringan abnormal dengan pertumbuhan
berlebihan dan tidak ada koordinasi dengan pertumbuhan jaringan normal, yang
terjadi pada kelenjar submandibula.
b. Epidemiologi

Dari tumor kelenjar saliva, insidens tumor parotis paling tinggi, yaitu sekitar 80%,
tumor submandibular 10%, tumor sublingual 1%, tumor kelenjar saliva kecil dalam
mulut 1%. Sekitar 85% dari tumor kelenjar parotis adalah jinak. Adenoma pleomorfik
menempati 45-75% dari seluruh tumor kelenjar liur dan 65% terjadi di kelenjar
parotis.
c. Etiologi
Penyebab pasti dari tumor ini belum diketahui pasti, dicurigai adanya factor
keterlibatan lingkungan dan factor genetic. Paparan radiasi dikaitkan dengan tumor
jinak warthin dan tumor ganas karsinoma mukoepidermoid. Epstein-Barr virus
merupakan salah satu factor pemicu timbulnya limfoepitelial kelenjar liur.
d. Klasifikasi
Diklasifikasikan menjadi 3 jenis tumor parotis yaitu tumor jinak, tumor ganas dan
mixed tumors.
a) Tumor Jinak
Pleomorfik adenoma paling sering terjadi pada kelenjar parotis.
Dinamakan pleomorfik dikarenakan terbentuk dari sel-sel epitel dan
jaringan ikat. Pertumbuhan tumor ini lambat, berbentuk bulat dan
konsistensi lunak. Secara histologist dikarakteristikkan dengan struktur
beraneka ragam biasanya terletak seperti gambaran lembaran untaian

atau seperti pulau-pulau dari spindle atau stellata.


Warthins tumor tumor ini tampak rata, lunak pada daerah parotis,
memiliki kapsul apabila terletak pada kelenjar parotis dan terdiri atas
kista multiple. Histology Warthins tumor yaitu memiliki stroma

limfoid dan sel epithelial asini.


b) Tumor Ganas
Mukoepidermoid karsinoma keganasan pada kelenjar parotis yang
paling banyak. Paling umum mengenai usia anak-anak dan remaja dari
usia 20 tahunan. Untuk tumor Low-grade memiliki presentasi lebih
tinggi untuk terbentuk dari sel mucinous dan prognosis yang dimiliki
lebih baik. Sedangkan tumor High-grade memiliki lebih banyak sel
epitel dan prognosisnya lebih buruk.
Adenoid kistik merupakan keganasan kedua yang paling umum
terjadi pada kelenjar parotis. Tumor ini memiliki perkembangan yang

lambat . adenoid kistik karsinoma memiliki tiga perbedaan pola


histology, yang berkorelasi dengan prognosis dari tumor tersebut.
Adenokarsinoma adenokarsinoma yang banyak terjadi pada kelenjar
parotis adalah Karsinoma sel asinik, dimana karsinoma ini berjalan
dengan lambat.
c) Mixed Tumor
Pleomorfik adenoma dan neoplasma jinak campuran, dapat berubah
menjadi karsinoma. Perubahan ini terjadi pada sekitar 2-15% dari
keganasan kelenjar saliva.
e. Patofisiologi
1) Teori multiseluler menyatakan bahwa tumor kelenjar liur berasal dari
diferensiasi sel-sel matur dari unit-unit kelenjar liur. Seperti tumor asinus berasal
dari sel-sel asinar, onkotik tumor berasal dari sel-sel duktus striated, mixed tumor
berasal dari sel-sel duktus intercalated dan mioepitel.
2) Teori biseluler menerangkan bahwa sel basal dari glandula ekskretorius dan
suktus intercalated bertindak sebagai stem sel. Stem sel dari duktus intercalated
dapat menimbulkan terjadinya karsinoma acinous, karsinoma adenoid kistik,
mixed tumor, onkotik tumor dan Warthins tumor, sedangkan stem sel dari duktus
ekskretorius menimbulkan terbentuknya sakuamous dan mukoepidermoid
karsinoma.
f. Gejala dan Tanda
Gejala
Biasanya terdapat pembengkakan di depan telinga dan biasanya kesulitan
menggerakkan salah satu sisi wajah. Pada tumor benigna biasanya asimtomatis
(81%), nyeri dirasakan pada sebagian pasien (12%) dan paralisis nervus facialis (7%).
Paralisis nervus fasialis lebih sering didapatkan pada pasien dengan tumor maligna.
Adanya bengkak biasanya mengurangi kepekaan wilayah tersebut terhadap rangsang
(painless) dan menyebabkan pasien kesulitan dalam menelan.Tanda pada tumor
benigna benjolan bisa digerakkan, soliter dan keras. Namun, pada pemeriksaan tumor
maligna diperoleh benjolan yang terfiksasi, konsistensi keras dan cepat bertambah
besar.
g. Diagnosis
Anamnesis

Keluhan yang didapatkan berupa benjolan yang soliter, tidak nyeri, di


pre/infra/retro aurikuler, jika terdapat rasa nyeri yang sedang sampai berat
biasanya terdapat pada keganasan. Terjadinya paralisis nervus facialis pada 2-3%
kasus keganasan. Adanya disfagia, sakit tenggorokan, dan gangguan pendengaran.
Dan dapat pula terjadi pembesaran kelenjar getah bening apabila terjadi
metastasis
Selain itu dalam anamnesis perlu ditanyakan bagaimana progresivitas
penyakitnya, adakah factor-faktor resiko yang dimiliki oleh pasien, dan
bagaimana pengobatan yang telah diberikan selama ini.

Pemeriksaan fisik
1. Status general melihat keadaan umum pasien secara keseluruhan, adakah
anemis, ikterus, periksalah kepala, thorax, abdomen. Selain itu adakah tandatanda kea rah metastasis jauh (paru, tulang dan lain-lain)
2. Status local
Inspeksi dari warna kulit, struktur, perkiraan ukuran, dan sampai intaoral,

melihat adakah pendesakan tonsil/uvula)


Palpasi untuk menilai konsistensi, permukaan, mobilitas terhadap jaringan

sekitar.
3. Status regional
Palpasi apakah ada pembesaran kelenjar getah bening leher ipsilateral dan
kotralateral.
h. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Radiologis
USG untuk membedakan massa padat dan kistik. USG pada pemeriksaan
penunjang berguna untuk evaluasi kelainan vaskuler dan pembesaran jaringan

lunak dari leher dan wajah, termasuk kelenjar saliva dan kelenjar limfe.
CT-Scan gambaran CT-scan tumor submandibula yaitu suatu penampang
yang tajam dan pada dasarnya mengelilingi lesi homogeny yang mempunyai
suatu kepadatan yang lebih tinggi disbanding glandula tissue. Tumor
mempunyai intensitas yang lebih besar ke area terang (intermediate

brightness). Focus dengan intensitas signal rendah (area gelap/rediolusen)

biasanya menunjukkan area fibrosis atau kalsifikasi distropik.


MRI pemeriksaan ini dapat membedakan massa submandibula benigna atau
maligna. Pada massa submandibula benigna, lesi biasanya memiliki tepi yang
halus dengan garis kapsul yang kaku. Namun demikian, pada lesi maligna
dengan grade rendah terkadang mempunyai pseudokapsular dan memiliki
gambaran radiografi seperti lesi benigna. Lesi maligna dengan grade tinggi
memiliki tepi dengan gambaran infiltrasi.

2. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin, seperti: darah, urine, SGOT/SGPT, alkali
fosfatase, BUN/Kreatinin, globulin, albumin, serum elektrolit, faal homeostasis,
untuk menilai keadaan umum dan persiapan operasi.
3. Pemeriksaan Patologi Anatomi
FNA belum merupakan pemeriksaan baku.
Biopsy insisional dikerjakan pada tumor yang inoperable.
Biopsy Eksisional pada tumor parotis yang operable dilakukan
parotidektomi duperfisial.
i. Tatalaksana
Pengobatan tumor kelenjar adalah multidisiplin ilmu. Factor tumor dan pasien harus
diperhitungkan termasuk keparahannnya, besarnya tumor, tingkat morbiditas serta
availibilitas tenaga ahli dalam bedah, radioterapi dan kemoterapi.
Kemoterapi:
a) Untuk jenis adenokarsinoma (adenoid cyctic carcinoma, adenocarcinoma,
malignant mixed tumor, acinic cell carcinoma) adriamisin 50 mg/m2 iv
pada hari 1, 5 fluorourasil 500 mg/m2 iv pada hari 1, dan sisplatinin 100
mg/m2 iv hari ke-2. Diulang setiap 3 minggu.
b) Untuk jenis karsinoma skuamos sel (aquamous cell carcinoma,
mucoepidermoid carcinoma) mthotrexate 50 mg/m2 iv pada hari ke-1
dan 7, dan sisplatinin pada hari ke-2. Di ulang setiap 3 minggu.
j. Prognosis

Prognosis tumor malignan sangat tergantung pada histology, perluasan local dan
besarnya tumor dan jumlah metastasis kelenjar leher. Jika sebelum penanganan tumor
malignan telah ada kehilangan fungsi saraf, maka prognosisnya lebih buruk.

You might also like