You are on page 1of 2

AMALGAMASI

Amalgamasi merupakan proses ekstraksi emas dengan cara mencampur bijih emas dengan merkuri ( Hg ).
Produk yang terbentuk adalah ikatan antara emas-perak dan merkuri yang dikenal sebagai amalgam ( Au
Hg ). Air aksa atau merkuri (Hg), pad temperature (suhu) kamar, adalah zat cair. Bila terjadi

kontak antara merkuri (zat cair) deengan logam (zat padat), maka ai raks membasahi dan
menenbus logam untuk membentuk larutan padat merkuri-logam yang disebut amalgam. Proses
yang terjadi disebut amalgamasi. Logam-logam yang dapat membentuk amalgam adalah emas,
perak, tembaga, timah, cadmium, seng, alkali dan alkali tanah. Paduan merkuri-emas disebut
amalgam emas, yang mempunyai rumus kimia dari kombinasi 2 atau bahkan 3 dari 4 rumus
kimia berikut ini yaitu AuHg. Hg atau AuHg. Kelarutan emas dalam air raksa bertambah dengan
naiknya temperature. Pada temperature kamar kandungan emas dalam amlgam kira-kira 0,14%
Au, sedangkan pada temperatu 100 C sebesar 0,65% Au. Produk amalgasi bijih emas selanjutnya
disebut amalgam, karena tidak hanya mengandung emas melainkan juga logam lain terutama
perak dan tembaga
Amalgam adalah sebuah kombinasi atau campuran air raksa dengan logam lain atau dengan alloy.
Merkuri akan membentuk amalgam dengan semua logam kecuali besi dan platina. Amalgam yang
terbentuk dikumpulkan pada saat-saat tertentu untuk proses selanjutnya sedangkan Hg yang tidak ada
amalgam dikembalikan untuk digunakan kembali. Hg ini masih mengandung emas dan perak yang dapat
dimurnikan dengan proses sianidasi. Amalgam yang terbentuk selanjutnya dilakukan proses penyulingan.
Proses penyulingan ini bertujuan memisahkan emas, perak atau logam-logam lain dari raksa. Raksa yang
bersifat volatil dengan titik didih 37 C sedangkan amalgam memiliki titik didih yang sangat tinggi yakni
sekitar 1000 C. Melalui penyulingan ini raksa dapat diperoleh kembali setelah mengalami pengembunan
pada kondensor. Residu yang diperoleh dari penyulingan masih mengadung emas yang dapat dimurnikan
dengan proses elektrolisis.
Penggunaan raksa alloy atau amalgam pertama kali pada 1828, meskipun penggunaan secara luas teknik
baru ini dicegah karena sifat air raksa yang beracun. Sekitar 1895 eksperimen yang dilakukan oleh GV
Black menunjukkan bahwa amalgam aman digunakan, meskipun 100 tahun kemudian ilmuwan masih
diperdebatkannya.
Amalgam masih merupakan proses ekstraksi emas yang paling sederhana dan murah, namun demikian
amalgamasi akan efektif pada emas yang terliberasi sepenuhnya maupun sebagian pada ukuran partikel
yang lebih besar dari 200 mesh ( 0.074 mm ) dan dalam membentuk emas murni yang bebas ( free native
gold ). Tiga bentuk utama dari amalgam adalah AuHg 2, Au2Hg and Au3Hg.
Proses amalgamasi merupakan proses kimia fisika, apabila amalgamnya dipanaskan, maka akan terurai
menjadi elemen-elemen yaitu air raksa dan bullion emas. Amalgam dapat terurai dengan pemanasan di
dalam sebuah retort, air raksanya akan menguap dan dapat diperoleh kembali dari kondensasi uap air
raksa tersebut. Sementara Au-Ag tetap tertinggal di dalam retort sebagai logam.
Selain sederhana cara pengolahannya dan murah biaya operasionalnya, pengolahan bijih emas dengan
metoda amalgamasi ini juga mudah dalam pemasaran produknya karena baik dalam bentuk amalgam,
bullion maupun berupa logam emas sudah bisa dipasarkan dengan harga standar berdasarkan kualitas
produk dan harga pasar logam emas murni internasional yang berlaku saat itu. Oleh sebab itu, metoda ini
menjadi pilihan utama bagi pertambangan rakyat pada umumnya.

Tahapan amalgamasi secara sederhana sebagai berikut :


Sebelum dilakukan amalgamasi hendaknya dilakukan proses kominusi dan konsentrasi gravitasi, agar
mencapai derajat liberasi yang baik sehingga permukaan emas tersingkap.
Pada hasil konsentrat akhir yang diperoleh ditambah merkuri (amalgamasi) dilakukan selama + 1 jam.
Hasil dari proses ini berupa amalgam basah (pasta) dan tailing. Amalgam basah kemudian ditampung di
dalam suatu tempat yang selanjutnya didulang untuk pemisahan merkuri dengan amalgam.
Terhadap amalgam yang diperoleh dari kegiatan pendulangan kemudian dilakukan kegiatan pemerasan
(squeezing) dengan menggunakan kain parasut untuk memisahkan merkuri dari amalgam (filtrasi).
Merkuri yang diperoleh dapat dipakai untuk proses amalgamasi selanjutnya. Jumlah merkuri yang tersisa
dalam amalgan tergantung pada seberapa kuat pemerasan yang dilakukan. Amalgam dengan pemerasan
manual akan mengandung 60 70 % emas, dan amalgam yang disaring dengan alat sentrifugal dapat
mengandung emas sampai lebih dari 80 %.
Retorting yaitu pembakaran amalgam untuk menguapkan merkuri, sehingga yang tertinggal berupa alloy
emas.
Ekstraksi Amalgamasi yang baik :
Lokasi ekstraksi bijih harus terpisah dari lokasi kegiatan penambangan.
Dilakukan pada lokasi khusus baik untuk amalgamasi untuk meminimalkan penyebab pencemar bahan
berbahaya akibat peresapan kedalam tanah, terbawa aliran air permukaan maupun gas yang terbawa oleh
angin.
Dilengkapi dengan kolam pengendap yang berfungsi baik untuk mengolah seluruh tailing hasil
pengolahan sebelum dialirkan ke perairan bebas.
Lokasi pengolahan bijih dan kolam pengendap diusahakan tidak berada pada daerah banjir.
Hindari pengolahan dan pembuangan tailing langsung ke sungai.

You might also like