You are on page 1of 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pemerintah Provinsi, potensi

bahan galian batugamping di Sumatera Utara tersebar luas di beberapa Kabupaten


seperti Kabupaten Karo, Kabupaten Deli Serdang, dan Kabupaten Langkat. Salah
satu daerah yang mempunyai potensi bahan galian batugamping adalah daerah
Desa Sulkam,di Kabupaten Langkat yang mempunyai batugamping dengan persen
berat CaCO3 94,7% - 100% dan densitas sebesar 2,7 gr/cm3 (Rita Juliani dkk, 2014).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rochayanti dkk pada tahun 2014,
batugamping pada daerah Sulkam mempunyai nilai tahanan jenis berkisar antara
500 m 38.000 m dengan persen berat CaCO3 sebesar 74,38% hingga 100%.
Batugamping daerah sulkam mempunyai variasi dimensi yang cukup tinggi
akibat dari gaya - gaya geologi yang terjadi yang ditandakan dengan adanya sesar
yang berarah utara - selatan, tenggara barat laut dan timur laut - barat daya
(Cameron et, Al,1982). variasi dimensi ini menjadi suatu permasalahan tersendiri
dimana jumlah data pemboran yang telah dilakukan hanya melingkup beberapa
bagian di daerah penelitian, sehingga pemodelan yang akan dilakukan dirasa kurang
mewakili kondisi sebenarnya. selain dimensi batugamping yang cukup bervariatif,
berdasarkan hasil pemboran ditemukan juga batulempung karbonatan. batas antara
batulempung dan batugamping ini diduga merupakan zona sesar.

Untuk mendapatkan estimasi sumberdaya yang akurat, maka diperlukan


pemodelan batugamping yang refresentatif, oleh karena itu penambahan data
bawah permukaan diperlukan untuk memberikan gambaran bawah permukaan
khususnya pada daerah yang diduga merupakan zona sesar dan juga untuk daerah
yang kurang diketahui kondisi bawah permukaanya. Penambahan data harus
dilakukan dengan mengunakan metode yang cepat dan tepat serta dapat
menghemat penggunaan anggaran biaya, metode yang dapat dilakukan yaitu
dengan menggunakan metode geolistrik tahanan jenis. metode geolistrik tahanan
jenis ini memiliki kelebihan, yaitu dapat mendeteksi lapisan batuan non homogen,
dapat memperkirakan ketebalan dari lapisan batuan, pengerjaan relatif mudah, tidak
memerlukan peralatan yang banyak dan waktu pengerjaan relatif singkat. Tingkat
akurasi data dengan menggunakan geolistrik tahanan jenis dipengaruhi oleh jenis
batuan, umur batuan, kandungan fluida dalam batuan dan gaya - gaya yang terjadi
pada batuan. Serta batuan lain yang berada di daerah penelitian.

1.2.

Perumusan Masalah

1.2.1. Identifikasi Masalah


Dalam melakukan pemodelan batugamping khususnya daerah Sulkam,
variasi dimensi harus diperhatikan dengan seksama agar pemodelan yang
dihasilkan dapat mewakili kondisi sebenarnya di lapangan. Batugamping daerah
Sulkam mempunyai variasi dimensi yang tinggi akibat dari gaya gaya geologi yang
terjadi. Gaya geologi ini ditandai dengan adanya sesar yang berarah Tenggara
Barat laut di bagian utara, sesar berarah Timur laut Barat daya di sebelah Barat
dan sesar berarah Utara Selatan di sebelah Timur (Cameron dkk. 1982). Selain

dikarenakan gaya geologi yang terjadi, variasi dimensi batugamping di daerah


Sulkam dipengaruhi oleh proses pelarutan batugamping. Batugamping adalah
batuan yang mudah larut oleh air sehingga bentuk morfologi permukaan dan bawah
permukaannya dipengaruhi oleh intensitas pelarutan yang terjadi. Rekahan
rekahan pada batugamping menjadi jalan masuk air ke bawah permukaan, pada
rekahan ini pula terjadi pelarutan batugamping yang kuat sehingga mengakibatkan
terbentuknya goa dan cerukan cerukan.
Untuk

mendapatkan

pemodelan

batugamping

daerah

Sulkam

yang

refresentatif maka diperlukan penambahan data bawah permukaan. Rencana


penambahan data dengan menggunakan metode geolistrik tahanan jenis dinggap
sebagai metode yang tepat untuk daerah Sulkam, tetapi penggunaan metode ini
mempunyai beberapa permasalahan tersendiri. Permasalahan yang timbul dalam
penggunaan metode geolistrik tahanan jenis diantaranya adalah :
1. Perbedaan nilai tahanan jenis untuk batugamping yang kompak dengan
batugamping yang mengalami gaya gaya geologi menyebabkan
sulitnya

mengidentifikasi

batugamping

berdasarkan

nilai

tahanan

jenisnya.
2. Batugamping yang memiliki porositas yang tinggi akibat proses pelarutan
yang mengikuti rekahan akan memiliki nilai tahanan jenis yang rendah
sehingga akan sulit mengidentifikasi nilai tahanan jenis batugamping dan
batuan yang mempunyai nilai tahanan jenis rendah lainnya seperti
batulempung dan tuff
3. batulempung yang terdapat pada zona sesar diperkirakan telah
mengalami proses metamorfisme sehingga mempunyai nilai tahanan

jenis

yang

tinggi.

Batulempung

yang

telah

mengalami

proses

metamorfisme akan mempunyai sifat fisik seperti batugamping (Kompak)


sehingga akan menyulitkan interpretasi nilai tahanan jenis.
4. kondisi muka air tanah pada batugamping daerah Sulkam akan
mempengaruhi nilai tahanan jenis. Nilai tahanan jenis pada batugamping
jenuh akan lebih kecil dibandingkan nilai tahanan jenis pada batugamping
yang kering sehingga batas lithologi batugamping akan sulit didentifikasi
jika di bawah zona kering terdapat batuan lain yang mempunyai nilai
tahanan jenis yang rendah.
1.2.2. Batasan Masalah
Berdasarkan ketersediaan data dan tingkat studi yang digunakan, dalam
penelitian ini digunakan batasan batasan masalah yang meliputi :
1. Pemodelan batugamping dilakukan pada area seluas 150 ha.
2. Batasan permukaan menggunakan kontur permukaan hasil citra Dem
3. Batas kedalaman pemodelan batugamping yang dilakukan sampai dengan
250 m dpl.
4. Data bawah permukaan menggunakan data hasil pemboran yang di
kolaborasikan dengan data interpretasi nilai tahanan jenis.
5. Data tahanan jenis yang digunakan merupakan interpretasi ketebalan dan
kedalaman batugamping dan batuan selain batugamping.
6. Estimasi sumberdaya dilakukan dengan menggunakan metode penampang
dengan jarak antar penampang 125 m.

1.3.

Maksud dan Tujuan

1.3.1. Maksud
Maksud

dari

dilakukannya

pemodelan

batugamping

adalah

mengetahui bentuk dan penyebaran batugamping di daerah penelitian.

untuk

1.3.2. Tujuan
Tujuan dilakukannya pemodelan batugamping di daerah penelitian adalah
untuk menghitung jumlah sumberdaya batugamping yang ada di daerah penelitian.

1.4.

Metodologi Penelitian
Penelitian ini mengacu pada beberapa hal, sebagai landasan awal dalam

pengerjaannya yang meliputi:


1.4.1. Tahapan Penelitian
Menurut tahapan kerjanya, penelitian ini dibagi ke dalam 4 (empat) tahap,
yaitu persiapan, studi lapangan, pengolahan data, dan penyusunan laporan.
A. Tahap Persiapan
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data sekunder mengenai daerah
penelitian dan bahan galian batugamping. Sasaran utama pada tahapan ini
adalah untuk mengetahui gambaran umum tentang kondisi lingkungan serta
kondisi bahan galian batugamping di daerah penelitian.
B. Tahap Studi Lapangan
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data primer. Data primer dikumpulkan
melalui pengamatan, pengukuran serta observasi di lapangan. Pada tahapan
dilakukan kegiatan pengukuran tahanan jenis batuan dan pemetaan geologi
di daerah penelitian.
C. Tahap Pengolahan Data
Pada tahap ini dilakukan pengolahan data primer. Data primer yang diolah
diantaranya adalah data hasil pengukuran tahanan jenis batuan yang
dikorabolasikan dengan data hasil pemboran, selanjutnya dari data tersebut

di buat suatu model bahan galian dan dilakukan estimasi jumlah sumberdaya
batugamping dengan menggunakan metode penampang.
D. Tahap Penyusunan Laporan
Hasil pengolahan data keseluruhan dirangkum ke dalam laporan tertulis
untuk dipertanggungjawabkan dalam bentuk laporan hasil penelitian tugas
akhir.

Gambar 1.1.
Bagan Alir Penelitian

1.5.

Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang, maksud dan tujuan, ruang
lingkup masalah, metodologi penelitian, alur pikir dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN UMUM
Pada bab ini menjelaskan keadaan umum (kondisi umum wilayah, kondisi
geografis, curah hujan, temperatur, morfologi), keadaan geologi (geologi
regional, struktur geologi dan statigrafi).
BAB III LANDASAN TEORI
Pada bab ini menjelaskan tentang pengertian pengertian dasar dari suatu
teori yang mencakup permasalahan Pengambilan data dan Pengolahan data
di lokasi penelitian, sehingga dapat membantu dalam proses analisisnya.

BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN


Pada bab ini melakukan pengolahan data yang diperoleh di lapangan
maupun dari literatur serta pengolahannya.
BAB V PEMBAHASAN
Pada bab ini melakukan evaluasi dari pengolahan data lapangan,
mengevaluasi pemodelan dan mengestimasi sumberdaya.

BAB Vl KESIMPULAN DAN SARAN


Bab ini meliputi kesimpulan kesimpulan hasil dari pembahasan masalah
dan saran saran merupakan kesimpulan solusi solusi dari hasil analisa
yang telah dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Bab ini meliputi pustaka yang digunakan untuk menunjang dalam pembuatan
laporan.

You might also like