Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Varikokel, varikokel, adalah dilatasi abnormal dari vena pada pleksus
pampiniformis akibat gangguan aliran darah balik vena spermatika interna pada
varikokel didapatkan kelainan dilatasi vena dalam spermatic cord dan yang
diklasifikasi menjadi klinis dan subklinis. Varikokel klinis didiagnosis melalui
pemeriksaan fisik dan digolongkan berdasarkan temuan fisik. Varikokel subklinis
pada pemeriksaan fisik tidak teraba dan memerlukan pencitraan radiologi untuk
diagnosis. Kelainan ini terdapat pada 15% pria. Varikokel ternyata merupakan
salah satu penyebab infertilitas pada pria; dan didapatkan 21-41% pria yang
mandul menderita varikokel.1,2
Varikokel umumnya asimptomatik, tapi pada beberapa kasus, pasien
merasakan nyeri testis, atrofi testis atau infertilitas. Varikokel dapat memberikan
gejala tidak nyaman (uncomfortable condition) pada skrotum seperti adanya
benjolan di atas testis yang terasa nyeri. Varikokel dapat menyebabkan gangguan
spermatogenesis testis dan steroidogenesis sekitar 15-20% dari semua laki-laki
dan 40% laki-laki mengalami infertile. Hal ini terjadi karena suhu intratestikular
meningkat, refluks metabolit, dan atau hipoksia testis.3
Varikokel menyebabkan peningkatan insidens ketidakmatangan sperma,
apoptosis dan nekrosis. Pasien dengan varikokel derajat 1-3 yang berhubungan
dengan infertilitas harus dipertimbangkan untuk dilakukan perbaikan kondisi
varikokel. Setelah perbaikan, 40-70% parameter semen pasien telah membaik dan
40% dapat mencapai kehamilan tanpa intervensi lain. Remaja dengan varikokel
dan atrofi testis atau kurangnya pertumbuhan juga harus mempertimbangkan
perbaikan.3,4
Dekade terakhir ini, pembahasan varikokel mendapat perhatian karena
potensinya sebagai penyebab terjadinya disfungsi testis dan infertilitas pada pria.
Diperkirakan sepertiga pria yang mengalami gangguan kualitas semen dan
infertilitas adalah pasien varikokel (bervariasi 19 - 41%). Akan tetapi tidak semua
pasien varikokel mengalami gangguan fertilitas, diperkirakan sekitar 20 - 50%
didapatkan gangguan kualitas semen dan perubahan histologi jaringan testis.
Perubahan histologi testis ini secara klinis mengalami pengecilan volume testis.
Pengecilan volume testis bagi sebagian ahli merupakan indikasi tindakan
pembedahan khususnya untuk pasien pubertas yang belum mendapatkan data
kualitas semen. Salah satu cara pengobatan varikokel adalah pembedahan.
Keberhasilan tindakan pembedahan cukup baik. Terjadi peningkatan volume testis
dan kualitas semen sekitar 50 - 80% dengan angka kehamilan sebesar 20 - 50%.
Namun demikian angka kegagalan atau kekambuhan adalah sebesar 5 - 20%. 4
BAB II
LAPORAN KASUS
II.1 Identitas
Nama
Umur
Jenis kelamin
Agama
Pekerjaan
Alamat
Tanggal masuk RS
: Tn. ZW ; No CM : 03 41 44
: 21 tahun
: Laki-laki
: Kristen Protestan
: Mahasiswa
: Kolongan, Minut
: 12 Oktober 2015
: tampak datar
: Lemas
: timpani
: bising usus +() normal
II.4
Pemeriksaan
Penunjang
Lab
Darah :
- Hb :
14,7
g/dl
Ht : 45,6 vol %
Leukosit : 5530 /l
Trombosit : 238.000/ l
MCH : 29
MCHC : 32
MCV : 89
Kimia Darah :
Ureum : 17 mg/dl
Kreatinin : 0,9 mg/dl
SGOT : 22
SGPT : 20
GDP : 82
Klorida : 100,3
Kalium : 3,99
Natrium : 140
Konservatif :
Analgetik : Ketorolac 3 x 1
Antibiotik : Ceftriaxone 2 x 1
-
: 13 Oktober 2015
Jenis operasi
: 09.30 wita
: 10.15 wita
Lama operasi
: 45 menit
Jalannya operasi :
1.
2.
3.
4.
5.
DL post op
-
Hb : 14,7 g/dl
Ht : 41,8 vol %
Eritrosit : 4,85 10^6 /l
Leukosit : 11.000 /l
Trombosit : 209.000/ l
MCH : 30
MCHC : 35
MCV : 86
14 Oktober 2015
S : Nyeri luka bekas operasi
O : KU : cukup
Kesadaran: Compos Mentis
T : 120/80 mmHg
R : 20 x/menit
N : 80 x/menit
S : 36,7C
N : 80 x/menit
S : 36,7C
Rawat Luka
Ranitidin 2x1
Aff infus
16 Oktober 2015
S:O : KU : cukup
Kesadaran: Compos Mentis
T : 120/80 mmHg
R : 20 x/menit
N : 80 x/menit
S : 36,7C
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III.1 Definisi
Varikokel adalah dilatasi abnormal dari vena pada pleksus
pampiniformis akibat gangguan aliran darah balik vena spermatika interna, atau
dapat di analogikan dengan varises pada kaki dengan ukuran diameter melebihi 2
mm. Dilatasi abnormal vena-vena dari spermatic cord biasanya disebabkan oleh
ketidakmampuan katup pada vena spermatik internal. 1,2,3
kelok saling terhubung di mediastinum testis yang menerima sperma dari tubulus
seminiferus. Saluran-saluran rete testis bergabung membentuk ductulus eferen.
Kira-kira 12-15 ductulus eferen menghubungkan rete testis dengan epididimis.
Epididimis merupakan suatu struktur berbentuk koma terdiri dari suatu duktus
internal dan duktus eksternal melingkupi jaringan konektif. Head epididimis
terletak pada permukaan superior testis, dimana body dan tail epididimis pada
permukaan posterior testis. Pada bagian dalam epididimis berisi duktus epididimis
panjang, berkelok yang panjangnya kira-kira 4 sampai 5 meter dan dilapisi oleh
epitel berlapis silindris yang memuat stereocilia (microvilli panjang).9
Duktus deferens juga disebut vas deferens, saluran ini meluas dari tail
epididimis melewati skrotum, kanalis inguinalis dan pelvis bergabung dengan
duktus dari vesica seminalis membentuk duktus ejakulatorius pada glandula
prostat. Testis diperdarahi oleh arteri testicular, arteri yang bercabang dari aorta
setinggi arteri renal. Banyak pembuluh vena dari testis pada mediastinum dengan
suatu kompleks pleksus vena disebut pleksus vena pampiniformis, yang terletak
superior. Epididimis dan skrotum diperdarahi oleh pleksus vena kremaster. Kedua
pleksus beranastomose dan berjalan superior, berjalan dengan vas deverens pada
spermatic cord. Spermatic cord dan epididimis diperdarahi oleh cabang arteri
vesical inferior dan arteri epigastrik inferior (arteri kremaster). Skrotum
diperdarahi cabang dari arteri pudendal internal (arteri scrotal posterior), arteri
pudendal eksternal cabang dari arteri femoral, dan cabang dari arteri epigastrik
inferior (kremaster). Aliran vena testis melalui pleksus vena pampiniformis,
terbentuk pada bagian atas epididimis dan berlanjut ke vena testikularis melalui
cincin inguinal. Vena testikularis kanan bermuara ke vena kava inferior dengan
suatu acute angle, dimana vena testikularis sinistra mengalir ke vena renalis
sinistra dengan suatu right angle.7,8
10
11
12
13
sebelumnya
pada
regio
inguinal
dan
skrotum.
Varikokel
14
III.4 Patofisiologi
Varikokel terjadi akibat peningkatan tekanan vena dan ketidakmampuan
vena spermatika interna. Aliran retrograde vena spermatika interna merupakan
mekanisme pada perkembangan varikokel. Varikokel ekstratestikular merupakan
suatu kelainan yang umum terjadi. Sebagian besar kasus asimptomatik atau
berhubungan dengan riwayat orchitis, infertilitas, pembengkakan skrotum dengan
nyeri. Varikokel intratestikular merupakan suatu keadaan yang jarang, ditandai
oleh dilatasi vena intratestikular.6
Varikokel lebih sering ditemukan pada sebelah kiri karena beberapa alasan
berikut ini: (a) vena testikular kiri lebih panjang; (b) vena testikular sinistra
memasuki vena renal sinistra pada suatu right angle; (c) arteri testikular sinistra
pada beberapa pria melengkung diatas vena renal sinistra, dan menekan vena renal
sinistra; dan (d) distensi colon descendens karena feses dapat mengkompresi vena
testicular sinistra.9
Proses patologis yang mendasari tidak diketahui, tetapi diasumsikan
berhubungan dengan sudut unik dari vena spermatika / pertemuan ginjal di sisi
kiri ditambah dengan peningkatan tekanan hidrostatik dan / atau inkompetensi
katup (Zini dan Boman, 2009). Itu "fenomena nutcracker", didefinisikan sebagai
kompresi vena renalis kiri antara aorta dan arteri mesenterika superior,
diidentifikasi dalam subset dari anak laki-laki yang terkena dampak dengan
venography dan CDUS dan dapat berkontribusi pada patogenesis varikokel
(Coolsaet, 1980; Kim et al, 2006). Peningkatan tinggi dan dan indeks berat badan
dan indeks massa tubuh yang lebih rendah, habitus tubuh kurus dan tinggi klasik,
dikaitkan dengan varikokel pada remaja dan orang dewasa di klinik serta skrining
populasi (Handel et al, 2006; Mei et al, 2006b; Nielsen et al, 2006; Kumanov et
al, 2008; Tsao et al, 2009) dan dapat berkontribusi terhadap risiko melalui
peningkatan panjang vena spermatika dan / atau tekanan hidrostatik. Diagnosis
mungkin kurang umum pada orang dengan obesitas karena meningkatnya dinding
skrotum lemak yang mengurangi sensitivitas diagnostik. Dalam penelitian terbaru
oleh Sakamoto dan Ogawa dilaporkan ada peningkatan aliran puncak dan aliran
antegrade yang lebih besar dan diameter vena di prostat yang pleksus vena dari
pria dengan varikokel bilateral, yang terdiri 33% dari 141 pria dengan varikokel,
15
dibandingkan dengan kontrol dan pria dengan varikokel unilateral (Sakamoto dan
Ogawa, 2008). Data ini konsisten dengan penelitian lain yang menunjukkan
peningkatan risiko inkompetensi persimpangan saphenofemoral (KaradenizBilgili et al, 2003) dan varises (Kilic et al, 2007) dalam kasus varikokel,
mencerminkan kemungkinan umum kelainan vena.10
III.5 Manifestasi Klinis
Beberapa pasien dengan varikokel dapat mengalami nyeri skrotal dan
pembengkakan, namun yang lebih penting, suatu varikokel dipertimbangkan
menjadi suatu penyebab potensial infertilitas pria. Hubungan varikokel dengan
fertilitas menjadi kontroversi, namun telah dilaporkan peningkatan fertilitas dan
kualitas sperma setelah terapi, termasuk terapi oklusif pada varikokel. Varikokel
pada remaja biasanya asimptomatik dan untuk itu diagnosis khususnya diperoleh
saat pemeriksaan fisik rutin. Kadang kadang pasien akan datang karena adanya
massa skrotum atau rasa tak nyaman di skrotum, seperti berat atau rasa nyeri
setelah berdiri sepanjang hari.4
Varikokel
ekstratestikular
secara
klinis
berupa
teraba
benjolan
(30%)
dan
pembengkakan
(26%).
Nyeri
testis
diperkirakan
16
Color Doppler menjadi metode pemeriksaan paling terpecaya dan berguna dalam
mendiagnosis varikokel subklinis. Gambaran varikokel pada ultrasonografi
tampak sebagai stuktur serpiginosa predominan echo free dengan ukuran diameter
lebih dari 2 mm. Pada CT scan dapat menunjukkan gambaran vena vena
serpiginosa berdilatasi menyangat. Pada MRI varikokel tampak sebagai suatu
massa dari dilatasi, serpiginosa pembuluh darah, biasanya berdekatan dengan
caput epididimis. Spermatic canal melebar, dan intrascrotal spermatic cord atau
pleksus pampiniformis prominen. Spermatic cord memiliki intensitas signal
heterogen. Spermatic cord memuat struktur serpiginosa dengan intensitas signal
tinggi. Peranan MRI dalam diagnosis varikokel belum terbukti karena tidak
cukupnya jumlah pasien yang telah diperiksa dengan MRI. Venografi dapat
menunjukkan dilatasi vena testikular, dapat menunjukkan aliran retrograde bahan
kontras ke arah skrotum3,4
Sebagian besar varikokel digambarkan sebagai primer atau idiopatik dan
diperkirakan terjadi karena kelainan perkembangan katup dan / atau vena.
Varikokel primer jauh lebih mungkin pada sebelah kiri, dimana setidaknya
dijumpai 95%. Sebagian kecil terjadi akibat tidak langsung dari suatu lesi yang
mengkompresi atau mengoklusi vena testikular. Varikokel sekunder akibat dari
peningkatan tekanan pada vena spermatik yang ditimbulkan oleh proses penyakit
seperti hidronefrosis, sirosis, atau tumor abdominal.8
Varikokel klinis didefinisikan sebagai pembesaran pleksus pampiniformis
yang dapat diraba, dimana dapat dibagi menjadi derajat 1, 2, 3 menurut klasifikasi
Dubin and Amelar. Varikokel subklinis didefinisikan sebagai refluks melalui vena
spermatika interna, tanpa distensi yang dapat teraba dari pleksus pampiniformis.
Dubin and Amelar menemukan suatu sistem penilaian yang berguna untuk
varikokel yang dapat teraba. derajat 1: varikokel dapat diraba hanya pada waktu
manuver valsava; derajat 2: varikokel dapat diraba tanpa manuver valsava; derajat
3: varikokel tampak pada pemeriksaan sebelum palpasi.8
Kelainan analisis semen berupa oligozoospermia, asthenozoospermia
dapat disebabkan oleh varikokel. Mac Leod (1965) pertama kali mengemukakan
trias oligospermia, penurunan motilitas sperma, dan peningkatan persentase selsel sperma immatur merupakan karakteristik semen yang khas pada pria infertil
17
18
19
20
varikokel menyebabkan efek merugikan yang progresif pada testis. Chehval dan
Porcell (1992) melakukan analisis semen pada 13 pria dengan varikokel dan
kemudian mengevaluasi kembali semen pria tersebut 9 sampai 96 bulan
kemudian. Hasilnya menunjukkan suatu kemerosotan pada follow up analisis
semen mereka.6
Potensi komplikasi dari tatalaksana varikokel jarang terjadi dan
komplikasi biasanya ringan. Semua pendekatan pembedahan varikokel berkaitan
dengan suatu resiko kecil seperti infeksi luka, hidrokel, varikokel berulang dan
jarang terjadi yaitu atrofi testis. Potensi komplikasi dari insisi inguinal karena
tatalaksana varikokel mencakup mati rasa skrotal dan nyeri berkepanjangan.7
III.9 Penatalaksanaan
Terdapat beberapa pedoman dimana suatu varikokel sebaiknya dikoreksi
karena: 1) pembedahan berpotensi mengubah suatu keadaan patologis; 2)
pembedahan meningkatkan sebagian besar parameter semen; 3) pembedahan
memungkinkan meningkatnya fertilitas; 4) resiko terapi kecil. Suatu varikokel
sebaiknya dikoreksi ketika: 1) Varikokel secara klinis teraba; 2) pasangan dengan
infertilitas; 3) istri fertil atau telah dikoreksi infertilitasnya; 4) paling tidak satu
parameter semen abnormal.8
Keputusan penatalaksanaan sebaiknya terutama berdasarkan pada apakah
varikokel simptomatik atau berhubungan dengan subfertilitas, dan pilihan yaitu
antara terapi pembedahan dan terapi radiologi. Dimana tersedia seorang ahli
radiologi terlatih, embolisasi perkutaneus harus menjadi penatalaksanaan lini
pertama, dengan pembedahan dilakukan pada sebagian kecil pasien yang gagal
dengan kateterisasi.2
Pada pembedahan terdapat tiga tehnik yang umum dilakukan. Ketiga
tehnik tersebut yaitu ligasi sub-inguinal, ligasi inguinal dan ligasi retroperitoneal.
Ligasi varikokel laparoskopi belum membuktikan superior terhadap operasi
pembedahandan mungkin berhubungan dengan komplikasi yang serius. Varikokel
intratestikular berhasil diterapi dengan skleroterapi perkutaneus.4
21
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien didiagnosis dengan varikokel berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan adanya keluhan
benjolan pada kantong zakar kiri sejak 2 bulan yang lalu di sertai rasa nyeri,
awalnya benjolan dirasa kecil makin lama makin membesar. Pasien mengeluh
benjolan semakin membesar disertai rasa nyeri saat tersentuh. Keluhan kantong
zakar terasa berat terutama saat posisi berdiri. Warna benjolan tidak pernah
memerah (sesuai warna kulit) namun sekarang tampak kebiruan. Keluhan sering
mengangkat beban berat disangkal, BAB tidak lancar disangkal, BAK tidak lancar
disangkal, Buang gas tidak lancar disangkal. Hal ini sesuai dengan kepustakaan
yaitu mengeluh adanya benjolan di atas testis yang terasa nyeri. Seringkali, ada
rasa sakit, kusam menyeret menyertai kondisi ini. Varikokel juga dapat
menyebabkan keluhan testis terasa berat, dan ini terjadi akibat tekanan meninggi
di dalam vena testis yang tidak berkatup dari muara di vena kava inferior atau
vena renalis sampai di testis. Keluhan yang biasa dimunculkan antara lain adanya
rasa sakit yang tumpul atau rasa berat pada sisi dimana varikokel terdapat, hal
tersebut biasanya muncul pada saat setelah berolah raga berat atau setelah berdiri
cukup lama dan jika pasien berada dalam posisi tidur rasa berat dan tumpul
tersebut menghilang.1,3
Pada pemeriksaan fisik didapatkan, keadaan umum sedang, kesadaran
compos mentis. Pada pemeriksaan tanda vital, tekanan darah 120/70 mmHg, nadi
84 x/menit, respirasi 20 x/menit, suhu badan 37,0 C. Pada inspeksi Regio
scrotalis sinistra tampak massa (pembuluh darah) melingkar, pada palpasi teraba
benjolan pada kantong zakar kiri dengan ukuran 3x2 cm, permukaan tidak rata,
mobile, nyeri (+), konsistensi kenyal lunak. Yang mana sesuai dengan
22
23
24
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Purnomo, Basuki B. Dasar-dasar Urologi. Edisi kedua. Sagung Seto:2007.
2. Schwartz, Shires, Spencer. Intisari prinsip-prinsip Ilmu Bedah. Edisi 6.
EGC:2000.
3. Sandlow., J., 2004. Pathogenesis and Treatment of Varikokel. USA,
Medical College of Wisconsin.
4. Putih, W.M., and Residen, C. 2009. Varikokel. Emedicine.
5. Chan, P., and Goldstein., M., 2004. Reproductive Medicine Secrets.
Philadelphia, The Curtis Center Independence Square West.
6. Manning and Delp. Major Diagnosis Fisik. Edisi IX. EGC:1996.
7. Sjamsuhidajat R, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.
EGC:2005.
8. Darius A. Paduch., Steven J. Skoog. : Diagnosis, Evaluation and Treatment
of Adolescent Varikokel. Division of Urology and Renal Transplantation
Oregon Health Sciences University, Portland, OR.
9. S.C. Basu. : Hand Book of Surgery Including Instruments, Bandaging,
Surgical Problems, Specimens And Operative Surgery. Currents Books
International. 1987. Page. 280, 281, 292.
10. Wein AJ. Campbell-Walsh Urology. 10th ed. Philadelphia: Elsevier
Soundera; 2012.
26