Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
encephalomyelitis
(radang
yang
mengenai
otak
dan
medulla spinalis).2
Tidak ada terapi untuk penderita yang sudah menunjukkan gejala rabies;
penanganan hanya berupa tindakan suportif dalam penanganan gagal jantung dan
gagal nafas. Walaupun tindakan perawatan intensif umumnya dilakukan.
Perawatan intensif hanyalah metode untuk memperpanjang dan bila mungkin
menyelamatkan hidup pasien dengan mencegah komplikasi respirasi dan
kardiovaskuler yang sering terjadi. Oleh karena itu diperlukan tindakan
penanganan yang efektif dan efisien baik penanganan profilaksis pra pajanan
maupun penanganan pasca pajanan, sehingga akibat buruk virus ini dapat
diminimalkan.3-6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Rabies juga disebut penyakit anjing gila merupakan penyakit infeksi akut
pada sistem saraf pusat (otak) disebabkan oleh virus rabies. Penyakit ini
merupakan penyakit zoonosa (zoonosis) yaitu penyakit infeksi yang ditularkan
dari hewan ke manusia melalui pajanan atau Gigitan Hewan Penular Rabies
(GHPR) yaitu anjing, kera, musang, anjing liar, kucing. Penularan rabies juga
biasanya terjadi melalui gigitan hewan yang telah terinfeksi, pencemaran luka
segar atau selaput lendir dengan saliva atau otak hewan yang telah terinfeksi.1
2.2 Epidemiologi
Rabies telah menyebabkan kematian pada orang dalam jumlah yang cukup
banyak. Tahun 2000, World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa
setiap tahun di dunia ini terdapat sekurang-kurangnya 50.000 orang meninggal
karena rabies. Rabies bisa terjadi disetiap musim atau iklim, dan kepekaan
terhadap rabies kelihatannya tidak berkaitan dengan usia, seks atau ras.7
Beberapa daerah di Indonesia yang saat ini masih tertular rabies sebanyak
16 propinsi, meliputi Pulau Sumatera (Sumatera Utara, SumateraBarat, Jambi,
Bengkulu, Sumatera Selatan, dan Lampung), Pulau Sulawesi(Gorontalo, Sulawesi
Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan SulawesiTenggara), Pulau
Kalimantan (Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, danKalimantan Timur) dan
Pulau Flores. Kasus terakhir yang terjadi adalah Propinsi Maluku (Kota Ambon
dan Pulau Seram).8
2.3 Etiologi
2
Virus
rabies
merupakan
virus
RNA,
termasuk
dalam
familia
Rhabdoviridae , genus Lyssa. Virus berbentuk peluru dengan salah satu ujungnya
berbentuk kerucut dan pada potongan melintang berbentuk bulat atau elips
(lonjong). Virus tersusun dari ribonukleokapsid dibagian tengah,memiliki
membran selubung (amplop) di bagian luarnya yang pada permukaannya terdapat
tonjoloan (spikes) yang jumlahnya lebih dari 500 buah. Pada membran selubung
(amplop) terdapat kandungan lemak yang tinggi (glikoprotein). Virus berukuran
panjang 180 nm, diameter 75 nm, tonjolan berukuran 9 nm, dan jarak antara
spikes 4-5 nm.2
Virus peka terhadap sinar ultraviolet, zat pelarut lemak, alkohol 70%,
yodium, fenol dan klorofrom. Virus juga akan mati dengan deterjen, sabun, etanol
45%, solusi yodium.4 Virus dapat bertahan hidup selama 1 tahun dalam larutan
gliserin 50%. Pada suhu 600C virus mati dalam waktu 1 jam dan dalam
penyimpanan kering beku (freezedried) atau pada suhu 40C dapat tahan selama
bebarapa tahun.
2.4 Patogenesis
3
Virus rabies masuk ke dalam tubuh melalui luka atau kontak langsung
dengan selaput mukosa. Virus srabies tidak bisa menembus kulit yang utuh. Virus
rabies membelah diri dalam otot atau jaringan ikat pada tempat inokulasi dan
kemudian memasuki saraf tepi pada sambungan neuromuskuler. Setelah virus
menempel pada reseptor nikotinik asetilkolin lalu virus menyebar secara
sentripetal melalui serabut saraf motorik dan juga serabut saraf sensorik tipe cepat
dengan kecepatan 50 sampai 100 mm per hari. Setelah melewati medulla spinalis,
4
virus bereplikasi pada motor neuron dan ganglion sensoris, akhirnya mencapai
otak. Virus melekat atau menempel pada dinding sel inang. Virus rabies melekat
pada sel melalui duri glikoproteinnya, reseptor asetilkolin nikotinat dapat
bertindak sebagai reseptor seluler untuk virus rabies. Kemudian secara endositosis
virus dimasukkan ke dalam sel inang. Pada tahap penetrasi, virus telah masuk
kedalam sel inang dan melakukan penyatuan diri dengan sel inang yang ditempati,
terjadilah transkripsi dan translasi.5
Jika virus telah mencapai otak, maka ia akan memperbanyak diri dan
menyebar kedalam semua bagian neuron. Setelah memperbanyak diri dalam
neuron-neuron sentral virus kemudian bergerak ke perifer. Dengan demikian,
virus dapat menyerang hampir seluruh jaringan dan organ tubuh dan berkembang
biak dalam jaringan seperti kelenjar ludah. Virus rabies menyebar menuju multi
organ melalui neuron otonom dan sensorik terutama melibatkan jalur parasimpatis
yang bertanggung jawab atas infeksi pada kelenjar ludah, kulit, jantung, dan organ
lain. Gambaran patognomonik dalam infeksi rabies adalah terdapatnya badan
negri yang khas yang terdapat dalam sitoplasma sel ganglion besar hewan yang
terinfeksi rabies.7
1. Pada Hewan
Gejala klinis pada hewan dibagi menjadi tiga stadium:8,9,11
a. Stadium Prodromal
Keadaan ini merupakan tahapan awal gejala klinis yang dapat berlangsung
antara 2-3 hari. Pada tahap ini akan terlihat adanya perubahan temperamen yang
masih ringan. Hewan mulai mencari tempat-tempat yang dingin/gelap,
menyendiri, reflek kornea berkurang, pupil melebar dan hewan terlihat acuh
terhadap tuannya. Hewan menjadi sangat perasa, mudah terkejut dan cepat
berontak bila ada provokasi. Dalam keadaan ini perubahan perilaku mulai diikuti
oleh kenaikan suhu badan.
b.Stadium Eksitasi
Tahap eksitasi berlangsung lebih lama daripada tahap prodromal, bahkan
dapat berlangsung selama 3-7 hari. Hewan mulai garang, menyerang hewan lain
ataupun manusia yang dijumpai dan hipersalivasi. Dalam keadaan tidak ada
provokasi hewan menjadi murung terkesan lelah dan selalu tampak seperti
ketakutan. Hewan mengalami fotofobia atau takut melihat sinar sehingga bila ada
cahaya akan bereaksi secara berlebihan dan tampak ketakutan.
c. Stadium Paralisis
Tahap paralisis ini dapat berlangsung secara singkat, sehingga sulit untuk
dikenali atau bahkan tidak terjadi dan langsung berlanjut pada kematian. Hewan
mengalami kesulitan menelan, suara parau, sempoyongan, akhirnya lumpuh dan
mati.
2. Pada Manusia
7
2.7 Diagnosis
Diagnosis rabies hanya berdasarkan gejala klinis sangat sulit ditegakan,
kecuali terdapat gejala klinis yang khas yaitu hidrofobia. Pemeriksaan penunjang
lainnya yang dapat dikerjakan: 5,9
1. Darah rutin
focus
Antibodies
dalam
serum
dan
LCS
ditemukan
2.9 Penatalaksanaan11
10
Prosedur
pemberiannya
adalah
disuntikkan
secara
Dosis
40
Iu/KgBB
diberikan
bersamaan
de
11
masker
Dokter/perawat harus beri penjelasan mengenai jumlah VAR/SAR,
2.10 Pencegahan
a. Pemeliharaan hewan piaraan dilaksanakan dengan tanggung jawab dan
memperhatikan kesejahteraan hewan, jangan diliarkan, atau dikeluarkan dari
rumah tanpa pengawasan atau tanpa tali ikatan.
b. Berikan vaksin anti rabies pada hewan peliharaan secara berkala di Pusat
Kesehatan Hewan (Puskewan), Dinas Kesehatan Hewan atau Dinas Peternakan,
atau ke dokter hewan.
c. Segera melapor ke puskesmas/Rumah Sakit terdekat apabila digigit oleh hewan
tersangka rabies untuk mendapatkan Vaksin Anti Rabies (VAR) sesuai indikasi.
d. Apabila melihat hewan dengan gejala rabies, segera laporkan ke Pusat
Kesehatan Hewan (Puskewan), Dinas Peternakan/yang membawahi bidang
peternakan atau Dinas Kesehatan Hewan.7,9,11
2.11 Komplikasi
12
dapat
berupa
peningkatan
tekanan
intracranial,
disfungsi
2.12 Prognosis
Tanpa penanganan, penderita hanya bertahan sekitar 8 hari, sedangkan
dengan penangan suportif, penderita dapat bertahan hingga beberapa bulan.
Sebelum ditemukan pengobatan, kematian biasanya terjadi dalam 3-10 hari.
Kebanyakan penderita meninggal karena sumbatan jalan nafas, kejang, kelelahan
atau kelumpuhan total. Hingga saat ini belum ada laporan kasus yang dapat
bertahan hidup setelah manifestasi dari penyakit rabies timbul. Pada manusia yang
tidak mendapatkan vaksin rabies hampir selalu fatal terutama setelah muncul
gejala neurologi, tetapi bila setelah terpapar virus diberikan vaksin akan mencegah
perkembangan virus.8
BAB III
KESIMPULAN
13
Rabies merupakan penyakit infeksi akut pada sistem saraf pusat (otak)
disebabkan oleh virus rabies. Penyakit ini merupakan penyakit zoonosa (zoonosis)
yaitu penyakit infeksi yang ditularkan dari hewan ke manusia melalui pajanan
atau Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) yaitu anjing, kera, musang, anjing
liar, kucing. Penularan rabies juga biasanya terjadi melalui gigitan hewan yang
telah terinfeksi, pencemaran luka segar atau selaput lendir dengan saliva atau
otak hewan yang telah terinfeksi.
Tidak ada terapi untuk penderita yang sudah menunjukkan gejala
rabies; penanganan hanya berupa tindakan suportif dalam penanganan gagal
jantung
dan
gagal
nafas.
Perawatan
intensif
hanyalah
metode
DAFTAR PUSTAKA
14
1. Harijanto, Gunawan, P. N. & Carta, A. Rabies. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
DalamFakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007, p 1736-1740.
2. Bagian Neurologi KUH. Standar Pelayanan Medik Neurologi. Makassar:
Bagian Neurologi FKUH; 2011.
3. Bleck, T. P. & Rupprecht, C. E.Rabies Virus. In: Mandell GL, Bennet
JE,Dollin R (Eds). Mandell, Douglas amd Bennets Principles and
Practice of I n f e c t i o u s D i s e a s e s . 5 th e d . P h i l a d e l p h i a : C h u r c h i l l
L i v i n g s t o n e . 2 0 0 0 , p 1811-1820.
4. Chin, James. Manual Pemberantasan Penyakit Menular.
Jakarta:American Public Health Association. 2000, p 427- 436.
Edisi
17.
5. Mardjono, M. & Sidharta, P. 2008. Neurologi Klinis Dasar. Cetakan Ke13.Jakarta: PT. Dian Rakyat. p 169-170.
6. Haryono, Yudha, dkk (Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia).
Kumpulan
Makalah
Pertemuan
Ilmiah
Nasional
II
Cetakan
P e r t a m a . Airlangga University Press: Surabaya. 2006
7. Dr. R. Yoseph Budiman, Sp.S. Pedoman Standar Pelayanan Medik dan Standar
Operasional Prosedur Neurologi. Refika Aditama ; 2013.
8.
Deptan.
Patofisiologi
Rabies.
Available
http://www.deptan.go.id/rabies.pdf . Accessed on February 6th 2016.
from:
15