Professional Documents
Culture Documents
Fendy Rizkyawan
12/335591/KG/09298
12/335600/KG/09300
Jessica Bintang
12/335612/KG/09304
Happy Maharani P.
12/335647/KG/09308
Wahyuke Hestiyanti
12/335722/KG/09312
Adipa Eza P.
12/335755/KG/09314
Puput Kendarwati
12/335816/KG/09316
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum.wr.wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
limpahan rahmat, hidayah serta kemudahan dari-Nya, kelompok 7 Makalah Bedah Mulur
I Pendidikan Dokter Gigi kelas genap dapat menyelesaikan makalah tentang Syok dan
Sinkop.
Makalah ini kami susun guna menambah ilmu bagi para pembaca mengenai Syok
dan Sinkop dalam Kedokteran Gigi. Adapun bagi penulis, makalah ini bermanfaat untuk
lebih menambah pengetahuan tentang Syok dan Sinkop dalam tubuh, serta untuk
memenuhi tugas Makalah Bedah Mulut I. Dalam penyusunan makalah ini tentunya tidak
terlepas dari adanya beberapa dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu
kami ucapkan terima kasih kepada : drg. Rarhardjo SU., Sp.BM. selaku dosen
pembimbing matakuliah Bedah Mulut I, orang tua kami yang senantiasa memberi
dukungan baik moril maupu materiil, dan teman-teman kelompok 7, atas kerja samanya
dalam menyusun makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tentunya masih jauh dari
sempurna. Di dalamnya masih banyak terdapat kekurangan serta kesalahan, untuk itu
kami mohon maaf, serta kami mengharap adanya saran dan arahan dari drg. Rarhardjo
SU., Sp.BM dan teman-teman mahasiswa serta semua pembaca dari berbagai disiplin
ilmu untuk kesempurnaan dalam penyusunan makalah selanjutnya.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semua tindakan kedokteran gigi memiliki resiko komplikasi, karena itu seorang
dokter gigi harus mengetahui setiap komplikasi yang akan terjadi pada setiap tindakan,
termasuk berbagai komplikasi akibat pencabutan gigi.Situasi yang tidak diinginkan
terkadang sering dihadapi dalam praktek dental, yang dapat disebabkan oleh kesalahan
dokter gigi dalam menangani kasus, kesalahan pasien atau karena faktor-faktor yang lain.
Bagi seorang dokter gigi, tentunya tindakan pencabutan gigi sudah merupakan hal
yang biasa dilakukan. Keberhasilan dalam melakukan tindakan pencabutan gigi pada
umumnya sudah sering dijumpai. Namun, kesulitan dalam melakukan pencabutan gigi
juga tidak bisa dihindari. Apabila dalam melakukan pencabutan gigi ditemukan kesulitankesulitan yang sulit dihindari, maka dapat terjadi beberapa komplikasi. Karenanya kita
perlu waspada dan diharapkan mampu mengatasi kemungkinan-kemungkinan komplikasi
yang dapat terjadi. Komplikasi yang terjadi seperti syok dan sinkop. Sebagai seorang
dokter gigi kita harus tau bagaimana tindakan yang tepat untuk mengatasi pasien yang
mengalami syok dan sinkop akibat prosedur dental.
1.2 Rumusan Masalah
1
1.3 Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
II. 1. SYOK
A. Definisi Syok
1. Syok merupakan keadaan darurat yang disebabkan oleh kegagalan perfusi darah
ke jaringan, sehingga mengakibatkan gangguan metabolisme sel.
2. Syok merupakan sindrom klinis dimana terjadi perfusi selular dan transportasi
oksigen yang tidak adekuat untuk metabolisme jaringan.
3. Syok adalah suatu keadaan patofisiologik dinamik yang mengakibatkan hipoksia
jaringan dan sel.
B. Patofisiologi Syok
Syok dapat terjadi karena kehilangan cairan dalam waktu yang singkat, dari ruang
intravaskular (syok hipovolemik), kegagalan kuncup jantung (syok kardiogenik), infeksi
sistemik berat (syok septik), reaksi imun yang berlebihan
Penurunan aliran darah kulit, sianotik, dingin dan basah; pengisian kapiler
lambat.
Oliguri (diuresis < 30 ml/jam, dapat berlanjut menjadi anuri, uremi akibat
payah ginjal akut.
Hiperglikemi
laktat
Elektrolit serum menunjukkan kekurangan cairan dan elektrolit
JDL menunjukkan defisit dalam komponen darah pada syok hipovolemik
untuk
sehingga
syok
tidak
berlanjut,
dan
mendukung
dalam pengobatan.
Karena kompensasi tidak dapat dipertahankan secara efektif dalam
waktu yang tidak pasti, tindakan seperti penggantian cairan dan
penggunaan medikasi harus dilakukan untuk mempertahankan
tekanan darah yang adekuat dan memulihkan serta mempertahankan
2.
gastrointestinal.
3. Fase irreversible
Tahap syok ireversible (refraktori) menunjukkan titik sepanjang
kontinum syok dimana kerusakan organ sudah cukup parah sehingga
pasien tidak berespon terhadap pengobatan dan tidak mampu bertahan
meski mendapatkan pengobatan, tekanan darah tetap rendah. Dapat
mengakibatkan gagal ginjal dan hepar komplit serta diiringi dengan
pelepasan toksik jaringan nekrotik sehingga menciptakan jaringan asidosis
metabolik hebat.
Simpanan ATP hampir semua menipis dan mekanisme untuk
pentimpanan pasokan energi baru telah mengalami kerusakan. Kegagalan
organ multipel dapat terjadi sebagai progresi sepanjang kontinum syok
adan kematian mengancam
Penatalaksanaan medis :
Selama tahap syok ini biasanya sama dengan tahap progresif. Meskipun
syok pasien dapat berkembang dari tahap progresif ke tahap irreversible,
penilaian bahwa syok irreversible hanya dibuat retrospektif dengan dasar
dari kegagalan pasien untuk berespon terhadap pengobatan. Strategi yang
mungkin eksperimental yaitu obat-obat dalam penelitian mungkin
digunakan dalam upaya untuk mengurangi atau menghambat keparahan
syok pasien.
G. Pembagian Syok
Plasma
Gejala
yang hilang
1.
Pre
syok 10 15 %
2.
(compensated)
Ringan
750 ml
20 25 %
90 100 mmHg
Gelisah, keringat
(compensated)
1000 1200 ml
3.
Sedang
30 35 %
90 mmHg
Gelisah, pucat, dingin, oliguri, takikardi >
4.
(rreversible)
Berat
1500 1750 ml
35 50 %
(irreversible)
1750 2250 ml
dingin,
haus, diuresis
kolaps
sistolik 0 40 mmHg
Catatan:
-
Anak-anak lebih mudah jatuh dalam syok (timbul pada kehilangan 10%
volume plasma).
3. Perhatikan keadaan umum dan tanda-tanda vital, pelihara jalan nafas. Bila
perlu lakukan resusitasi.
4. Pemberian cairan:
-
Sebelum darah tersedia atau pada syok yang bukan disebabkan oleh
perdarahan, dapat diberikan cairan:
- Plasma
Vasodilator
Dapat diberikan setelah terjadi perbaikan keadaan umum, sambil terus
diberikan cairan, dengan tujuan:
- Diagnostik: bila terjadi penurunan tekanan darah, berarti tubuh
masih kekurangan cairan.
- Terapeutik: untuk memperbaiki perfusi organ penting.
Syok Kardiogenik
Syok kardiogenik diketahui dari riwayat adanya kelainan yang mendahului, didukung
dengan pemeriksaan EKG. Disebabkan karena kegagalan faal pompa jantung yang
mengakibatkan curah jantung menjadi kecil atau berhenti sama sekali.
a. Syok kardiogenik koroner
Disebabkan oleh insufisiensi koroner atau infark jantung
b. Syok kardiogenik non koroner
10
Dispnea
EKG abnormal
Hipotensi
pembuluh darah
11
Penanganan:
a. Baringkan dengan posisi kepala lebih rendah dari kaki beberapa menit
(trendelen burg)
b. Bila masih sadar, dudukkan pasien, maka bungkukkanlah kepala diantara kedua
lututnya.
c. Berikan bahan-bahan yang merangsang agar pernafasan bagus.
d. Oxygen 4-5 L/jam pada penderita akan mempercepat penyembuhan
e. Minum panas dan manis
f. Hilangkan penyebab, bila perlu dapat diberikan analgetik
Biasanya penderita akan sadar beberapa saat kemudian setelah sirkulasi serebral
membaik oleh tindakan-tindakan di atas tanpa meninggalkan faktor penyulit, kecuali bila
terjadi cedera karena jatuh
Syok Septik
Syok septik disebakan oleh septikemia. Infeksi sistemik ini biasanya timbul
karena kuman gram negatif yang menyebabkan kolaps kardiovaskular. Endotoksin
bakteri gram negatif ini menyebabkan vasodilatasi kapiler dan terbukanya hubungan
pintas arteiovena perifer. Selain itu terjadi peningkatan permeabilitas kapiler. Peningkatan
kapasitas vaskuler karena vasodilatasi perifer menyebabkan hipovolemia relatif
sedangkan
peningkatan
permeabilitas
kapiler
menyebabkan
kehilangan
cairan
12
Abses
Peritonitis
Infeksi paru/pneumonis
Kultur darah tidak selalu positif, terutama bila penderita telah mendapat
antibiotika sebelumnya
Penanganan:
-
Terapi cairan
Antibiotik :
a. Sebelum hasil kultur dan resistensi darah jadi, berikan kombinasi
antibiotik yang kuat, misalnya golongan penisilin dan gentamisin
b.
Syok Anafilaktik
13
Syok yang terjadi karena adanya reaksi anafilaktik, yaitu reaksi antigenantibody
yang antigennya
dapat berasal
dari
Anafilaksis adalah reaksi sistemis yang sangat cepat terhadap seluruh organ tubuh, yang
berlangsung bersama-sama. Reaksi ini berlangsung cepat sekali yang merupakan keadaan
gawat darurat yang timbul beberapa menit setelah kontak dengan antigen, dan kematian
dapat terjadi karena sumbatan jalan nafas serta kolaps kardiovaskuler.
Terjadi vasodilatasi dan kenaikan permeabilitas dinding pembuluh darah, tekanan
perifer menurun dan terjadi pergeseran cairan dari inra ke ekstravaskuler. Kolapsnya
pembuluh darah karena pengaruh kinin mengakibatkan penderia menjadi syok. Selain itu
pula, mukosa saluran pernafasan mengalami edema, dan terjadisumbatan jalan nafas yang
menyebabkan gawat pernafasan.
Gambaran klinik
Gambaran klinis reaksi anafillaktik sangat bervariasi, dapat ringan, tetapi bisa
juga berat sampai menyebabkan kematian. Gejala-gejala syok anafilaktik sering disertai
dengan gejala reaksihipersensitif lain. Manifestasinya tergantung pada cara masuk
antigen, jumlah yang diabsorbsi, dan tingkat hipersensitivitas.
Kebanyakan (95%) reaksi akan timbul dalam 5 - 60 menit setelah pemberian intra
muskuler atau subkutan. Pemberian intravena akan menimbukan gejala yang lebih cepat
yaitu 2 10 menit.
1.
Lemah
Bersin
Telinga berdengung
Takikardi
Palpitasi
Hipotensi
14
Vasodilatasi
3. GEJALA RESPIRATORIA:
Rinitis
Bersin
Hal tersebut dapat diikuti spasme bronkus yang berat dengan atau tanpa batuk,
edema laring yang menimbulkan sesak, anoksia dan apnoe. Jika penderita tidak
ditolong segera, bisa meninggal
4. GEJALA GASTROINTESTINAL, :
Nausea
Muntah
5. GEJALA KULIT:
Rasa gatal
Urtikaria
Angioedema
Diagnosis
Diagnosis reaksi anafilaktik mudah ditegakkan bila jelas ada hubungannya antara
masuknya antigen dan gejala. Bila hubungan tersebut tidak jelas, diagnosis susah
ditegakkan. Oleh karenanya anamnesis dan gambaran klinis merupakan hal yang sangat
penting
Pencegahan:
1. Informasi dan persetujuan pemberian obat.
2. Indikasi pemberian obat,
Harus berdasarkan atas indikasi yang tepat
3. Riwayat alergi
Tanyakan adanya riwayat alergi Jika ditemukan harus waspada terhadap
kemungkinan terjadinya syok anafilaksis
4. Obat alternatif
15
Jika ada riwayat alergi terhadap obat yang akan diberikan, maka perlu diganti obat
lain.
5. Tes kulit
Penting menyadari bahwa tes kulit negatif, pada umumnya penderita dapat
mentoleransi pemberian obat-obat tersebut, tetapi tidak berarti pasti penderita
tidak akan mengalami reaksi anafilaktik. Orang dengan tes kulit negatif dan
mempunyai riwayat alergi positif mempunyai kemungkinan reaksi sebesar 13%
dibandingkan dengan kemungkinan terjadinya reaksi 60%, bila tes kulit positif.
6. Cara pemberian
Bila memungkinkan obat diberikan peroral karena lebih aman bila dibandingkan
dengan pemberian parenteral
7. Keadaan obat
Obat yang
digunakan harus
memenuhi
persyaratan.
Perhatikan
waktu
16
d. Aminophylin
e. Cairan infus glukosa 5% dan RL
f. Disposible syringe 2 cc
g. Infus set
h. Plester
i. Kapas
j. Alkohol
k. Oksigen
l. Tensimeter dan stetoskop
Penanganan:
Kalau terjadi komplikasi syok anafilaktik setelah kemasukan obat atau zat kimia, baik
peroral maupun parenteral, maka tindakan yang perlu dilakukan, adalah:
1. Segera baringkan penderita pada alas yang keras. Kaki diangkat lebih tinggi dari
kepala untuk meningkatkan aliran darah balik vena, dalam usaha memperbaiki
curah jantung dan menaikkan tekanan darah.
2. Penilaian A, B, C dari tahapan resusitasi jantung paru, yaitu:
A. Airway (membuka jalan napas). Jalan napas harus dijaga tetap bebas, tidak
ada sumbatan sama sekali. Untuk penderita yang tidak sadar, posisi kepala
dan leher diatur agar lidah tidak jatuh ke belakang menutupi jalan napas,
yaitu dengan melakukan ekstensi kepala, tarik mandibula ke depan, dan
buka mulut.
B. Breathing support, segera memberikan bantuan napas buatan bila tidak
ada tanda-tanda bernapas, baik melalui mulut ke mulut atau mulut ke
hidung. Pada syok anafilaktik yang disertai udem laring, dapat
mengakibatkan terjadinya obstruksi jalan napas total atau parsial.
Penderita yang mengalami sumbatan jalan napas parsial, selain ditolong
dengan obat-obatan, juga harus diberikan bantuan napas dan oksigen.
Penderita dengan sumbatan jalan napas total, harus segera ditolong dengan
lebih aktif, melalui intubasi endotrakea, krikotirotomi, atau trakeotomi.
17
C. Circulation support, yaitu bila tidak teraba nadi pada arteri besar (a.
karotis, atau a. femoralis), segera lakukan kompresi jantung luar.
Penilaian A, B, C ini merupakan penilaian terhadap kebutuhan bantuan hidup dasar yang
penatalaksanaannya sesuai dengan protokol resusitasi jantung paru.
1. Segera berikan adrenalin 0.30.5 mg larutan 1 : 1000 untuk penderita dewasa atau
0.01 mk/kg untuk penderita anak-anak, intramuskular. Pemberian ini dapat
diulang tiap 15 menit sampai keadaan membaik. Beberapa penulis menganjurkan
pemberian infus kontinyu adrenalin 24 ug/menit.
2. Dalam hal terjadi spasme bronkus di mana pemberian adrenalin kurang memberi
respons, dapat ditambahkan aminofilin 56 mg/kgBB intravena dosis awal yang
diteruskan 0.40.9 mg/kgBB/menit dalam cairan infus.
3. Dapat
diberikan
kortikosteroid,
misalnya
hidrokortison
100
mg
atau
Septik
N/-/--N/+/++
+/++
Besar
-
Hipovolemik
-/---/--+/++
Kecil
+
Anafilaktik
-/---/--+/++
N/kecil
+
Kardiogenik
-/---/--+
N/kecil
+/-
Neurogenik
Normal
Normal
Lambat
Normal
N/+
Perifer
Suhu kulit
Warna kulit
Tek vena
hangat
merah
N/rendah
dingin
pucat
N/rendah
Dingin
N/pucat
N/rendah
Dingin
N/pucat
Tinggi
Normal
N/pucat
Normal
Sentral
Diuresis
EKG
Foto paru
-/--Normal
Udem
--Normal
Normal
Normal
Normal
-/--Abnormal
Udem
Normal
Normal
Normal
infiltrat
Keterangan:
N
: normal
: turun
: meningkat
---
: sangat turun
++
: sangat meningkat
harus
mempertimbangkan faktor penyebab syok penderita dengan respon sementara atau non
respon. Respon penderita terhadap terapi cairan awal menentukan prosedur-prosedur
19
terapi selanjutnya. Tujuan terapi adalah pemulihan perfusi organ segera dengan
penyampaian oksigen dan substrat ke sel untuk metabolisme aerobik.
II. 2. SINKOP
Suatu keadaan hilangnya kesadaran secara tiba-tiba dan sementara, dengan atau
tanpa disertai gejala-gejala prodromal, dan selanjutnya dalam beberapa detik sampai
beberapa menit kembali sadar ke tingkat mental sebelum kejadian. Keadaan bingung
dapat timbul untuk suatu periode yang singkat, terutama bila faktor penyebab masih ada.
Penyebab sinkop:
A.
Jantung
1. Disritmia
Semua gangguan irama yang cepat atau sangat lambat dapat menimbulkan
penurunan perfusi otak. Episoda kepala terasa ringan sering mendahului
2.
menimbulkan sinkop pada pasien-pasien ini, demikian juga nyeri dan stres.
3. Katup
a. Penyakit katup aorta dan mitralis adalah penyebab yang sering dijumpai
b. Ansietas dan latihan dapat mempresipitasi timbulnya sinkop melalui
iskemia atau aritmia yang timbul mendadak
c. Miksoma mitralis dan trombus atrium kiri menimbulkan sinkop melalui
efek katup-bola atau embolisasi
d. Penyakit jantung kongenital dapat menimbulkan sinkop pada anak akibat
dari abnormalitas shunt atau katup
e. Stenosis aorta hipertrofik timbul pada orang muda, dan sinkop sering
dipresipitasi oleh latihan pada pasien-pasien ini.
B. Neurologis
1. Sindroma sinus karotikus.
Sinus karotikus yang sangat sensitif berespon terhadap pergerakan kepala dn
leher, batuk, dan bersin dan menyebabkan timbulnya bradikardi. Beberapa
obat (digitalis dan propanolol) dapat mempengaruhi sinus secara langsung.
Obat-obat lain menimbulka hipotensi melalui pengurangan retensi perifer.
2. Sinkop miksi.
20
Bentuk yang idiopatik ditemukan pada orang muda. Pada orang tua sinkop
timbul apabila selama miksi dan defekasi, stimulasi vegal menimbulkan
bradikardi dan konsekuensinya terjadi penuruna perfusi otak
C. Vaskular
1. Sinkop vasovagal
Ini merupakan penyebab sinkop yang paling umum dan diakibatkan oleh
keceemasan dan stres yang berat. Sinkop biasanya didahului oleh takikardi
dan hipertensi. Sinkop membaik kembali secara cepat kecuali jika terdapat
penyakit kardiovaskular serebral yang mendasarinya yang menyebabkan
perubahan tingkat kesadaran yang persisten.
2. Hipotensi ortostatik
Obat0obatan tertentu dan sejumlah kondisi menyebabkan kehilangan
kemampuan vasokonstriksi apabila pasien dalam posisi tegak. Ini meliputi
obat antihipertensi, penyakit Parkinson, neuropati diabetika dan alkohoik,
sifilis, sindroma Guillain Barr dan Shy-Drager, dan siringomielia.
3. Penyakit arterial
Jarang sekali, penyakit pembuluh darah arterial mayor menimbulkan sinkop
murni. Perdarahan tersembunyi dapat bermanifestasi sebagai sinkop. Penyakit
Takayasu secara spesifik menimbulkan sinkop apabila
penyakitnya
21
KESIMPULAN
Sinkop dan syok sangat penting untuk diketahui dokter gigi praktek. Sinkop
masih berhubungan erat dengan syok sehingga pertolongan harus segera diberikan sedini
mungkin pada keadaan sinkop. Kasus-kasus sinkop lebih banyak ditemui dalam praktek
daripada kasus-kasus syok.
Meskipun demikian para dokter gigi harus bersiaga menghadapi suatu kasus
darurat (emergency dentistry cases) dengan menyediakan obat-obat sebagai berikut :
1. Oksigen 100 % siap dalam tabung oksigen untuk gangguan pernafasan dan
jantung.
2. Pentobarbital sodium (Nembutal) atau Secobarbital sodium untuk kelebihan
dosis toksis atau idiosinkrasi.
3. Benadryl atau Epinefrin untuk kasus reaksi alergi.
4. Succinycholin chloride untuk kasus konvulsi.
22
DAFTAR PUSTAKA
Abubakar, M., 1991, Penatalaksanaan Syok Anafilaksis dan Resusitasi Jantung Paru,
Kumpulan Makalah Syok Anafilaksis, Laboratorium Bedah Mulut Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Abubaker, A.O., and Benson, K.J., 2001, Oral an Maxillofacial Surgery Secrets,
Hanley & Belfus Inc, Philadelphia, pp 83 87
American College of Surgeons Commite on Trauma, 1997, Advanced Trauma
Life Support, 6th ed., pp 89 - 132
Donoff, R.B., 1997, Manual of Oral and Maxillofacial Surgery, 3rd ed, Mosby, St.
Louis, pp 390 391
Juniper, R.P., and Parkins, B.J., 1996, Kedaruratan dalam Praktik Dokter Gigi
(terj), Hipokrates, Jakarta, hal 87 88
Kwon, P.H., and Laskin, D.M., 2001, Clinicians Manual of Oral and Maxillofacial
Surgery, 3rd ed, Quintessence Co Inc, Chicago, pp 222 -223
Malamed, S.F., 2004, Handbook of Local Anesthesia, 5th ed., Mosby, St. Louis,
23
24