You are on page 1of 9

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

KANKER KANDUNG KEMIH


A. DEFINISI
Kanken kandung kemih adalah papiloma yang tumbuh didalam lumen
kandung kemih,meskipun pada pertumbuhannya mungkin menginfiltrasi sampai
dinding kandung kemih (Luckman and Sorensen. 1993).
B. ETIOLOGI
Factor yang mempengaruhi terjadinya karsinoma kandung kemih adalah zat
karsinogen,baik eksoghen dari rokok atau bahan kimia atau endogen dari hasil
metabolisme.
Penyebab lain diduga akibat dari pemakaian analgetik,sitostatik,dan iritasi
kronik oleh batu,sistosomiasis (infeksi parasit karena iritasi kandung kemih),atau
radiasi.
C. PATOFISIOLOGI
Perokok baik aktif maupun pasif dapat menghasilkan metabolisme
karsinogen yang dihasilkan oleh metabolisme tryptophan yang abnormal.
Kebanyakan CA buli berasal dari papiloma yang berubah menjadi ganas. Tumor
noduler jarang terjadi tetapi dapat juga menginvasi dinding buli. Proliperasi sel
terdiri atas sel epitelium transisional (90 %) , squmuosa
(6 %),dan
adenocarsinoma ( 2%).
Derajat tumor berdasarkan kedalaman penetrasi kedalam dinding buli dan
derajat metastase,penentuan derajat kanker harus ditegakan terlebih dahulu
sebelum dilakukan penatalaksanaan. Skema derajat CA buli adalah sebagai berikut
:
Derajat O. ( To,No,Mo ) Tumor terbatas pada mukosa.
A. ( T1,No,Mo ) Tumor menembus mukosa.
B1. ( T2,No,Mo ) Tumor sudah melebihi dari lapisan mukosa.
B2. ( T3a,No,Mo ) Sel tumor menembus muscular tetapi tidak mencapai
lemak.
C. (T3,No.Mo ) Sel menembus seluruh lapisan muscular tetapi tidak
metastases jaga tidak menembus pada jaringan sekitarnya.
D1. ( T4a,N1-3,Mo ) bermetastase pada nodus limpe pelvic.
D2. ( T4a,Na,M1 ) Bermetastase pada pelvic.
Kanker biasa bermetastase ke liver,tulang dan paru-paru,lebih lanjut tumor
menyebar ke rectum ,vagina, jaringan lunak dan struktur retroperitoneal. Tumor
derajat C atau D memiliki prognosis yang buruk. Tumor superficial memiliki
peluang untuk disetabilkan atau dibuang,tetapi angka kekambuhannya cukup
tinggi. Kurang dari 25 % klien dengan invasi tumor yang dalam memiliki rata-rata
bertahan hidup sekitar 5 tahun,sedangkan Adenokarsinoma sekitar 21 bulan.

RIWAYAT
KELUARGA

KEBIASAAN
MEROKOK

BAHAN KIMIA

METABOLISME METABOLIK

METABOLISME TRYPTOPHAN
PAPILOMA
MALIGNA (GANAS)
KANKER KANDUNG KEMIH
D. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Kandung kemih adalah merupakan salah satu organ dalam system
perkemihan yang berpungsi sebagai penampung urine,yang berbentuk buah pir
(kendi),yang dikelilingi oleh otot yang kuat,berhubungan dengan ligamentum
vesika umbilikalis medialis.
Kandung kemih terletak dibelakang simpisis pubis didalam rongga panggul.
Kandung kemih terdiri dari :
1.
Fundus yaitu bagian yang menghadap kearah belakang dan
bawah,bagian ini terpisah dari rectum oleh spatium rectovesikale yang terisi
oleh jaringan ikat duktus deferent,vesika seminalis dan prostat.
2.
Korpus yaitu bagian antara verteks dan fundus.
3.
Verteks yaitu bagian yang meruncing kearah muka dan
berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis.
Dinding kandung kemih terdiri dari lapisan :
1. Lapisan sebelah luar (peritoneum ).
2. Tunika muskularis (lapisan otot).
3. Tumika submukosa.
4. lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).
E. MANIFESTASI KLINIK
Haemarturi tanpa nyeri adalah tanda yang paling sering pada CA kandung
kemih dan terjadi pada 75 % semua kasus, sayangnya perdarahan bersifat

intermittent. Yang paling sering menyebabkan keterlambatan dalam mencari


bantuan kesehatan ketika penyakit berlanjut.
Klien dapat mendapat gangguan frekwensi berkemih (bak) dengan Dysuria.
Akhirnya terjadi Gross haematuria, obstruksi atau terjadi pistula yang memaksa
klien untuk mencari pertolongan medis.
F. PEMERIKASAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan bimanual sangat berguna untuk menentukan infiltrasi. Pada
sistografi dan pielografi intravena nampak lesi defek isian dalam kandung kemih.
Endoskopy dilakukan untuk melihat bentuk dan besar tumor. Perubahan dalam
kandung kemih,dan melakukan biopsy. Pemeriksaan sitologi membantu diagnosis.
Karsinoma kandung kemih perlu dibedakan dari tumor ureter yang
menonjol da;am kandung kemih,karsinoma prostat,dan hipertrofi prostat lobus
median prostat. Untuk membedakan kelainan ini dibutuhkan Endoscopy dan
Biopsy,urografi atau IVP,Ct Scen,USG dan sitoscopy.
Tingkat keganasan dibedakan menjadi tiga golongan yaitu : Deferensiasi
baik (G I),sedang (G II),dan kurang berdiferensiasi (G III)
Karsinoma sel transisional dan karsinoma in-situ akan melepaskan sel-sel
kanker yang dapat dikenali,pemeriksaan sitologi urine yang baru dan larutan salin
yang digunakan sebagai pembilas kandung kemih akan memberikan informasi
tentang prognosis paien,khususnya pasien yang beresiko tinggi untuk terjadinya
tumor primer kandung kemih.
G. PENATALAKSANAAN
Terapi endoscopik merupakan terapi baku karsinoma suerfisialis melalui
reseksi trasuretral tumor secara total. Rencana pasca bedah selanjutnya sangat
menentukan hasil terapi.
Sitoscopi untuk mengontrol kekambuhan biasanya diadakan setiap tiga
bulan selama satu tahun dan kemudian setiap enam bulan,kecuali untuk reseksi
tumor sampai disubmukosa. Endoscopi juga dipakai untuk fulgerasi dan terapi
laser.
Radiasi diberikan setelah reseksi transuretral karsinoma kandung kemih
superfisialis atau setelah sistektomi. Radiasi juga dipakai untuk penyembuhan pada
stadium T3 yang tidak tahan pembedahan besar atau sebagai terapi paliatif tumor
T4. kadang radiasi diperlukan sebagai terapi paliatif untuk menghentikan
perdarahan atau gejala metastase pada karsinoma lanjut.
Kemoterapi diberikan setelah reseksi trasuretral karsinoma superfisialis.
Kemoterapi secara intravesikal bertujuan mengurangi kemungkinan berkambuh.
Kemoterapi yang digunakan adalah tiotepa,adriamisin,doksorubbisin,mitomisin
C,dan bCG. Instilasi bcg sebenarnya merupakan terapi imunologik intravesikal
dengan vaksin basil Calmette-Guerin. Vasin ini meupakan vaksin hidup.
Penderita,dokter dan perawat harus menyadari hal tersebut dan memperhatikan
keberhasilan sewaktu dan setelah buang air kecil.
Pembedahan dilakukan kalau penyebaran karsinoma sudah sampai otot
kandung kemih. Ada tiga macam pembedahan yang bias dipilih yaitu : sistektomi

parsial,sistektomi total,dan sistektomi radikal. Indikasi sistektomi parsial adalah


tumor soliter yang berbatas tegas pada mukosa. Sistektomi total merupakan terapi
definitive untuk karsinoma superfisialis yang kambuh. Sistektomi radikal
merupakan pilihan kalau terapi lain tidak berhasil atau timbul kekambuhan. Cara
diversi kemih yang paling baik adalah uretro-enterokutancostomi dengan
menggunakan sebagian usus halus menurut Bricker atau urostoma kontinen dengan
sejenis katup menurut kock.
Prognosis tergantung tingkat pengluasan dan derajat keganasan. Secara
klinik dapat ditemukan dua jenis gambaran,yaitu pertumbuhan superfisia dan yang
bertumbuh invasive dari permulaan.
Biasanya pada karsinoma kandung kemih superfisialis penderita berulangulang ditangani dengan sitoscipi untuk mengontrol reseksi local dan instilasi
kemoterapi. Kebanyakan tidak akan mengalamin metastase sehinga prognosis
ketahanan hidup agak baik. Walaupun morbiditasnya cukup berat.
Penderita dengan karsinoma kandung kemih invasive mengalami riwayat
penyakit yang lain sekali. Ternyata sekitar 90 % tidak pernah mempunyai
gambaran klinik karsinoma superfisialis,dan kurang lebih setengahnya sudah
bermetastase jauh samar (okul) yang kebanyakan menjadi jelas dalam waktu satu
tahun. Prognosisnya buruk dalam waktu satu-dua tahun.

ASUHAN KEPERAWATAN
A.

B.

PENGKAJIAN
a. Identitas pasien
b. Riwayat keperawatan
1.
Riwayat penyakit sekarang
2.
Riwayat penyakit masa lalu
3.
Riwayat kesehatan keluarga, penyakit yang pernah diderita
anggota keluarga yang menjadi faktor resiko.
4.
riwayat psikososial dan sepriritual
5.
kondisi lingkungan rumah
6.
Kebiasaan sehari-hari (pola eliminasi bak,pola aktivitas dan
latihan,pola
kebiasaan
yang
mempengaruhi
kesehatan
(rokok,ketergantungan obat,minuman keras),
c. Pemeriksaan fisik
Nyeri /ktidak nyamanan : nyeri tekan abdomen,nyeri tekan pada area ginjal
pada saat palpasi,nyeri dapat digambarkan sebagai acut,hebat,tidak hilang
dengan posisi atau tindakan lain
RENCANA KEPERAWATAN

Perubahan kenyamanan nyeri b/d trauma jaringan


Kriteria hasil :

Individu akan
1. Memperlihatkan bahwa orang lain membenarkan nyeri itu ada.
2. Memperlihatkan pengurangan nyeri setelah melakukan tindakan penurunan rasa
nyeri yang memuaskan.
Anak-anak akan, berdasarkan usia dan kemampuannya :
1. Mengidentifikasi sumber-sumber nyeri.
2. Mengidentifikasi aktivitas yang akan meningkatkan dan menurunkan nyeri.
3. Menggambarkan rasa nyaman dari orang-orang lain selama mengalami nyeri.
Intervensi :
1. Tingkatkan pengetahuan
a. Jelaskan sebab-sebab nyeri kepada individu, jika diketahui.
b. Menghubungkan berapa lama nyeri akan berlangsung, jika diketahui.
c. Jelaskan pemeriksaan diagnostik dan prosedur secara detail dengan
menghubungkan ketidaknyamanan dan sensasi yang akan dirasakan, dan
perkiraan lamanya terjadi nyeri.
2. Berikan informasi yang akurat untuk mengurangi rasa takut.
3. Hubungkan penerimaan anda tentang respons individu terhadap nyeri.
a. Mengenali adanya rasa nyeri.
b. Mendengarkan dengan penuh perhatian mengenai nyeri.
c. Memperlihatkan bahwa anda sedang mengkaji nyeri karena anda ingin
mengerti lebih baik (bukan untuk menentukan apakah nyeri tersebut benarbenar ada).
4. Kaji keluarga untuk mengetahui adanya kesalahan konsep tentang nyeri atau
penanganannya.
5. Bicarakan alasan-alasan mengapa individu dapat mengalami peningkatan atau
penurunan nyeri (mis; keletihan meningkatkan nyeri, distraksi menurunkan
nyeri).
a. Berikan dorongan anggota keluarga untuk saling menceritakan rasa
prihatinnya secara pribadi.
b. Kaji apakah keluarga menyangsikan nyeri dan bicarakan pengaruhnya pada
individu yang mengalami nyeri.
c. Anjurkan keluarga untuk tetap memberikan perhatian walaupun nyeri tidak
diperlihatkan.
6. Berikan kesempatan kepada individu untuk istirahat selama siang dan waktu
tidur yang tidak terganggu pada malam hari.
7. Bicarakan dengan individu dan keluarga penggunaan terapi distraksi,
bersamaan dengan metode lain untuk menurunkan nyeri.
8. Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut, bernapas dengan teratur.
9. Ajarkan penurunan nyeri noninvasif
a. Relaksasi
- Intruksikan teknik-teknik untuk menurunkan ketegangan otot rangka,
yang dapat menurunkan intensitas nyeri.
- Tingkatkan relaksasi pijat punggung, masase, atau mandi air hangat.

Ajarkan teknik relaksasi khusus (mis; bernapas perlahan, teratur, dan


napas dalam-kepalkan tinju-menguap)
b. Stimulasi kutan
- Bicarakan dengan individu berbagai metoda stimulasi kulit dan efekefeknya pada nyeri.
- Bicarakan setiap metoda berikut ini dan tindakan kewaspadaannya:
Botol air panas
Bantalan pemanas listrik
Mandi rendam air hangat
Kantung panas lembab
Hangatnya sinar matahari
Selimut dari plastik diatas area yang sakit untuk menahan panas
tubuh (mis;lutut, siku)
- Bicarakan setiap metoda berikut dan tindakan kewaspadaannya:
Handuk dingin (diperas)
Rendaman air dingin
Kantung es
Kantung jeli dingin
Masase es
- Jelaskan manfaat terapeutik dari preparat mentol dan masase/pijat
punggung.
10. Berikan individu pengurang rasa sakit yang optimal dengan analgesik.
11. Setelah pemberian pengurang rasa sakit, kembali 30 menit kemudian untuk
mengkaji efektifitasnya.
12. Berikan informasi yang akurat untuk meluruskan kesalahan konsep pada
keluarga (mis; ketagihan, ragu-ragu tentang nyeri).
13. Berikan individu kesempatan untuk membicarakan ketakutan, marah, dan rasa
frustrasinya di tempat tersendiri, pahami kesukaran situasi.
14. Berikan dorongan individu untuk membicarakan pengalaman nyerinya.
Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan melemahnya daya tahan penjamu
sekunder terhadap terapi radiasi
Kriteria hasil
Individu akan :
1. Memperlihat teknik cuci tangan yang sangat cermat.
2. Bebas dari proses infeksi nosokomial selama perawatan di rumah sakit
3. Memperlihatkan kemampuan tentang faktor-faktor risiko yang berkaitan
dengan infeksi dan melakukan tindakan pencegahan yang tepat untuk
mencegah infeksi
Intervensi
1. Identifikasi individu yang berisiko terhadap infeksi nosokomial
a. Kaji terhadap prediktor
- Infeksi (prabedah)

2.

3.

4.

5.
6.
7.

Operasi abdomen atau thoraks


Operasi lebih dari 2 jam
Prosedur genitouranius
Instrumentasi (ventilator, pengisap, kateter, nebulizer,
trakeostomi, alat pemantau invasif)
- Aestesia
b. Kaji terhadap faktor-faktor yang mengacaukan
- Usia lebih muda dari 1 tahun, atau lebih tua dari 65 tahun
- Obesitas
- Kondisi-kondisi penyakit yang mendasari (PPOK, DM,
penyakit kardiovaskuler)
- Penyalahgunaan obat terlarang
- Status nutrisi
- Perokok
Kurangi organisme-organisme yang masuk ke dalam tubuh
a. Cuci tangan dengan cermat
b. Teknik antiseptik
c. Tindakan isolasi
d. Diagnostik yang perlu atau prosedur terapeutik
e. Pengurangan mikroorganisme yang dapat ditularkan melalui udara
Lindungi individu yang defisit imun dari infeksi
a. Instruksikan individu untuk meminta kepada seluruh pengunjung dan
personil untuk mencuci tangan sebelum mendekati individu.
b. Batasi pengunjung bila memungkinkan
c. Batasi alat-alat invasif (IV, spesimen laboratorium) untuk yang benarbenar perlu saja.
d. Ajarkan individu dan anggota keluarga tanda dan gejala infeksi
Kurangi kerentanan individu terhadap infeksi
a. Dorong dan pertahankan masukan kalori dan protein dalam diet (lihat
Perubahan nutrisi).
b. Pantau penggunaan atau penggunaan berlebihan terapi antimikroba.
c. Berikan terapi antimikroba yang telah diresepkan dalam 15 menit dari
waktu yang dijadwalkan
d. Minimalkan lamanya tinggal di rumah sakit
Amati terhadap manifestasi klinik infeksi (mis; demam, urine keruh, drainase
purulen)
Instruksikan individu dan keluarga mengenal penyebab, risiko-risiko dan
kekuatan penularan infeksi.
Laporkan penyakit-penyakit menular.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan kebutuhan


metabolisme:Kanker
Kriteria hasil
Individu akan :

1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menurunkan toleransi aktifitas


2. Memperlihatkan kamajuan (ketingkat yang lebih tinggi dari mobilitas yang
mungkin)
3. Memperlihatkan penurunan tanda-tanda hipoksia terhadap aktifitas (nadi,
tekanan darah, pernapasan)
4. Melaporkan reduksi gejala-gejala intoleransi aktivitas
Intervensi
1. Kaji respon individu terhadap aktivitas
a. Ukur nadi, tekanan darah, pernapasan saat istirahat
b. Ukur tanda vital segera dan 3 menit setelah istirahat.
c. Hentikan aktivitas klien bila :
- Keluhan nyeri dada, dispnoe, vertigo, kekacauan mental
- Frekwensi nadi menurun
- Tekanan sistolik menurun
- Tekanan diastolik meningkat 15 mmHg
- Frekwensi pernapasan menurun
d. Kurangi intensitas, frekwensi, lamanya aktivitas bila
- Frekwensi nadi lebih dari 3 menit untuk kembali frekwensi
awal (atau 6 denyut lebih cepat dari frekwensi awal).
- Frekwensi pernapasan meningkat berlebihan setelah aktivitas.
- Terdapat tanda-tanda hipoksia.
2. Meningkatkan aktivitas secara bertahap
a. Untuk klien yang pernah tirah baring lama, mulai melakukan rentang
gerak sedikitnya 2 kali sehari.
b. Rencanakan waktu istirahat sesuai dengan jadwal sehari-hari klien.
c. Berikan kepercayaan kepada klien bahwa mereka dapat meningkatkan
status mobilitasnya.
d. Beri penghargaan pada kemajuan yang dicapai.
e. Beri kesempatan klien membuat jadwal aktivitas dan sasaran
pencapaian.
f. Tingkatkan toleransi dengan membiarkan klien melakukan aktivitas
yang lebih lambat, lebih banyak istirahat, atau dengan banyak bantuan.
g. Secara bertahap tingkatkan aktivitas diluar tempat tidur 15 menit setiap
hari, tiga kali sehari.
h. Izinkan klien untuk mengatur frekwensi ambulasi.
i. Anjurkan klien untuk memakai alas kaki yang nyaman.
3. Ajarkan klien metoda penghematan energi untuk aktivitas.
a. Luangkan waktu untuk istirahat.
b. Lebih baik duduk daripada berdiri saat melakukan aktivitas, kecuali hal
ini memungkinkan.
c. Saat melakukan suatu aktivitas, istirahat setiap 3 menit selama 5 menit
untuk membiarkan jantung pulih.
d. Hentikan aktivitas jika keletihan atau terlihat tanda-tanda hipoksia.

4. Instruksikan klien untuk konsulasi kepada dokter atau ahli terapi fisik untuk
program latihan jangka panjang.
5. Rujuk kepada perawat komunitas untuk tindak lanjut jika diperlukan.
Perubahan pola elimunasi urinarius berhubungan dengan penurunan kapasitas
kandung kemih sekunder terhadap kanker
Kriteria hasil
Individu akan
1. Menjadi kontinen (terutama selama siang hari, malam, 24 jam)
2. Mampu mengidentifikasi penyebab inkontinens dan rasional untuk pengobatan
Intervensi
1. Pertahankan hidrasi optimal
a. Tingkatkan hidrasi 2000-3000 ml/hari, kecuali ada kontraindikasi.
b. Bagi jarak cairan setiap 2 jam
c. Kurangi masukan cairan setelah jam 19.00
2. Pertahankan nutrisi yang adekuat
3. Tingkatkan berkemih
a. Pastikan privasi dan rasa nyaman.
b. Gunakan fasilitas toilet, jika mungkin, daripada bedpan
c. Berikan klien pria kesempatan berdiri.
d. Bantu individu dengan bedpan untuk memfleksikan lututnya.
4. Tingkatkan integritas personal dan berikan motivasi untuk meningkatkan
kontrol kandung kemih.
5. Tunjukkan pada individu bahwa inkontinens dapat disembuhkan atau
sedikitnya dikontrol untuk mempertahankan martabat.
6. Harapkan pada individu untuk menjadi kontinen (mis; sarankan menggunakan
pakaian ketat, jangan sarankan menggunakan bedpan)
7. Tingkatkan integritas kulit
a. Identifikasi individu yang berisiko mengalami ulkus akibat tekanan.
b. Cuci area, bilas, dan keringkan dengan baik setelah episiode
inkontinens.
c. Gunakan salep pelindung, jika diperlukan.
8. Jadwalkan masukan cairan dan waktu berkemih.
9. Jadwalkan program keteterisasi intermitten
10. Ajarkan pencegahan ISK
a. Beri dorongan pengosongan kandung kemih secara teratur.
b. Pastikan masukan cairan yang adekuat.
c. Jaga keasaman urine, hindari jus jeruk nipis, cola pekat, kopi.

You might also like