You are on page 1of 24

Learning Objective !

1. Anatomi dan fisiologi sistem urologental pria dan wanita?


2. Jelaskan farmakodinamik dan farmakokinetik obat amoxicillin ?
3. Sebutkan penyakit infeksi, penyakit kongenital, trauma, dan neoplasma
dari sistem urinary
4. Jelaskan penanganan penyakit kongenital dari sistem urinary
5. Pengaturan cairan tubuh dan elektrolit dari sistem urinary
6. Jelaskan etiologi, pathogenesis, patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis,
pem. Penunjang, penatalaksanaan, dan prognosis scenario
7. Mekanisme miksi
8. Faktor resiko dari infeksi saluran kemih dan infeksi berulang
9. Pemeriksaan urin, teknik pengambilan sampel dan interpretasi hasil
Jawaban
1. sitem urinaria
adalah sistem organ yang memproduksi, menyimpan, dan mengalirkan
urin terdiri dari dua ginjal ang memproduksi urine dan dua ureter yang
membawa urine ke dalam sebuah kandung kemih untuk penampungan
sementara serta uretra ang mengalirkan urine keluar tubuh melalui
orifisium urethra externa.
A. Ginjal
a. anatomi
Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang
perut atau abdomen. Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang
belakang, di bawah hati dan limpa. Di bagian atas (superior)
ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar
suprarenal).Ginjal bersifat retroperitoneal, yang berarti terletak di
belakang peritoneum yang melapisi rongga abdomen. Kedua
ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3. Ginjal kanan
biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi
tempat untuk hati.Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi
oleh iga ke sebelas dan duabelas. Kedua ginjal dibungkus oleh
dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang
membantu meredam goncangan.
b. fungsi
- Mengeluarkan zat sisa organik
- Pengaturan konsentrasi ion2 penting
- Pengaturanproduksi sel darah merah
- Pengaturan keseimbangan asam basa
- Pengaturan tekanan darah
- Pengeluaran zat beracun
- pengendalian terbatas terhadap konsentrasi glukosa darah dan
asam amino
darah

B. Ureter
a. anatomi
Terdiri dari 2 pipa yang masing-masing bersambung dari
ginjal ke kandung kemih lapisan dinding ureter terdiri dari :
- lapisan luar (jaringan ikat/ fibrosa)
- lapisan tengah (otot polos)
Lapisan dinding ureter terjadi gerakan peristaltik tiap 5 menit
sekali yang mendorong urine melalui ureter
b. fungsi
ureter berfungsi sebagai saluran yang membawa urin ke
kandung kemih.
C. Vesika Urinari
Sebuah kantung dengan otot yang mulus dan berfungsi sebagai
penampung air seni yang berubah-ubah jumlahnya karena kandung
kemih dapat mengembang dan mengempis . adapun Proses miksi yaitu
- Distensi kandung kemih ( 250 cc) reflek kontraksi dinding
kandung kemih
relaksasi spinkter internus relaksasi spinkter eksternus
pengosongan
kandung kemih
- Kontraksi kandung kemih dan relaksasai spinkter dihantarakan
melalui serabut
saraf simpatis
- Persarafan vesika urinaria diatur torakolumbal & kranial dari sistem
saraf
otonom
D. Urethra
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih
Berfungsi menyalurkan air kemih keluar Dalam anatomi, uretra adalah
saluran yang menghubungkan kantung kemih ke lingkungan luar tubuh.
Uretra berfungsi sebagai saluran pembuang baik pada sistem kemih
atau ekskresi dan sistem seksual. Pada pria, berfungsi juga dalam sistem
reproduksi sebagai saluran pengeluaran air mani.
a. Uretra pada wanita
Pada wanita, panjang uretra sekitar 2,5 sampai 4 cm dan terletak di
antara klitoris dan pembukaan vagina.Pria memiliki uretra yang
lebih panjang dari wanita. Artinya, wanita lebih berisiko terkena
infeksi kantung kemih atau sistitis dan infeksi saluran kemih.
b. Uretra pada pria
Pada pria, panjang uretra sekitar 20 cm dan berakhir pada akhir
penis. Uretra pada pria dibagi menjadi 4 bagian, dinamakan sesuai
dengan letaknya:
- pars pra-prostatica, terletak sebelum kelenjar prostat.
- pars prostatica, terletak di prostat, Terdapat pembukaan kecil,
dimana terletak muara vas deferens.

pars membranosa, sekitar 1,5 cm dan di lateral terdapat kelenjar


bulbouretralis.
pars spongiosa/cavernosa, sekitar 15

Sumber : Sloane E.2012.Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula.Penerbit Buku


Kedokteran.EGC ; Jakarta
2. Farmakodinamik dan Farmakokinetik Amoxicillin
A. Farmakodinamik : cara kerjanya adalah dengan menghambat
pembentukkan mukopeptida yang dihasilkan untuk sintesis didnding
sel mikroba.
B. Farmakokinetik :
Absorbsi: cairan lambung ph=4 tidak terlalu merusak penisilin.
Absorbs amoxicillin baik pada salurancerna. Absorbs oral : 75-90%
Distribusi: amoxicillin didistribusi luas di dalam tubuh dan
pengikatannnya oleh protein plasma hanya 20%. Amoksisiliin masuk
ke dalam empedu mengalami siklus enterohepatik, tetapi yang
diekskresi bersama tinja jumlahnya cukup tinggi.
Biotransformasi : umunya dilakukan oleh mikroba berdasaekan
pengaruh enzim penisilinase dan amidase sehingga terjadi pemecahan
cicncin betalactam,dengan kehlangan seluruh aktivitas antimikroba.
Metabolism 10%.
Eksresi: diekskresi melalui proses sekresi di tubuli ginjal yang dapat
dihambat oleh probenesid (msa paruh eliminasi diperpanjang 2-3 jam).
Kegagalan fungsi ginjal sangat memperlambat ekskersi penisilin.
Waktu paruh : 1 jam
Sumber: Staff Pengajar FKUI 2012, Farmakologi dan Terapi edisi
5,Badan Penerbit FKUI, Jakarta
3. Penyakit infeksi:
Pielonefritis akut: rekasi inflamasi akibat infeksi yang terjadi pada
pielum dan parenkim ginjal. Pada umumnya kuman yang
menyebabkan infeksi ini berasal dari saluran kemih bawah yang naik
ke ginjal melalui ureter. Kuman itu adalah Escherichia coli, Proteus,

Klebsiella spp, dan kokus gram positif, yaitu: Streptococcus faecalis


dan enterokokus.
Pielonefritois kronik: radang pada interstisium dan pembentukan
jaringan parut (scarring) parenkim ginjal sebagai proses utama
(predominan) berkaitan dengan pembentukan jaringan parut serta
deformitas sistem pelviokaliks yang terlihat secara makroskopik.
Pielonefritis kronik adalah penyebab penting kegagalan ginja.
Sistitis akut: inflamasi akut pada mukosa buli-buli yang sering
disebabkan oleh infeksi bakteri. Mikroorganisme penyebab infeksi ini
terutama adalah E coli, Enterococcus, Proteus, dan Streptococcus
aureus yang masuk ke buli-buli terutama melalui uretra. Sistitis akut
mudah terjadi jika pertahanan local tubuh menurun, yaitu pada
diabetes mellitus atau truma local minor seperti pada saat coitus.
Wanita lebih sering mengalami serangan sistitis dari pada laki-laki
karena uretra wanita lebih pendek. Disamping itu getah cairan prostat
pada pria mempunyai sifat bakterisidal sehingga relative tahan
terhadap infeksi saluran kemih.

Penyakit congenital:
Anomali ginjal: kelainan pertumbuhan ginjal dan kegagalan asensus
serta rotasi, timbulnya fusi ginjal menimbulkan kelainan-kelainan
dalam jumlah, posisi, kelainan vaskuler, dan berntuk ginjal. Anomali
jumlah ginjal contohnya adalah supernumerary kidney atau jumlah
ginjal pada satu sisi lebih dari satu, mungkin disebabkan karena
terbelahnya blastema metanefrik menjadi berbagai bagian pada saat
embrio. Anomali posisi contohnya malrotasi ginjal (rotasi ginjal tak
lengkap, rotasi yang terbalik dan rotasi yang terlalu banyak); ginjal
ektopik, mungkin berada pada sisi dia berasal (simple ectopic) atau
menyebrang garis tengah menuju sisi kontralateral (crossed ectopic)
yang dimana pada sisi ini mengadakan fusi atau terpisah. Anomali fusi
ginjal contohnya ginjal tapal kuda (horseshoe kidney) dan kista
ginjal.
Anomali ureter dan pelvis: ureter ektopik (ureter bermuara di leher
buli-buli atau lebih distal dari itu), duplikasi ureter (lengkap dan tak
lengkap; dikatakan tak lengkap jika terdapat 2 pelvi ureter yang
keduanya saling bertemu sebelum bermuara pada buli-buli, sedang
duplikasi lengkap jika kedua pelvi-ureter ini bermuara pada tempat
yang berlainan), ureterokel (terdapat sakulasi atau dilatasi kistik
terminal ureter) dan stenosis uretopelvic junction (halangan aliran
urin dari pelvis renalis ke dalam ureter; hidronefrosis yang disebabkan

oleh kelianan congenital berupa stenosis UPJ adalah kelainan obstruksi


yang paling banyak dijumpai pada masa anak).
Refluks vesiko-ureter: terjadinya aliran balik (retrograde) urin dari
buli-buli ke ureter/ginjal. Etiologi primer, yaitu bagian ureter yang
berada intravesika (intramural) sangat pendek atau bahkan tidak
dijumpai, sehingga tidak berfungsinya otot detrusor dalam ikut
mencegah aliran balik urin; letak orifisium ureter yang terlalu di
sebelah lateral (lateralisasi); bentuk (konfigurasi) orifisium ureter
abnormal (muara ureter berbentuk stadium, tapal kuda, atau golf hole).
Etiologi sekunder, yaitu sistitis atau ISK, obstruksi infravesika (bladder
outlet obstruction): klep uretra posterior pada anak laki-laki,
instabilitas detrusor, duplikasi sistem pelvikalises dan divertikulum
para vesika (Hutch).
Urakus: persisten (fistula) urakus, yakni lumen urakus tetap terbuka
sehingga masih terjadi hubungan antara buli-buli dengan umbilicus.
Tanda klinis yang ditunjukkan adalah berupa keluarnya urin dari
umbilicus.
Ekstrofia buli-buli: defek sebelah ventral sinus urogenitalis sistem
musculoskeletal. Dinding abdomen seblah bawah berhubungan
langsung engan permukaan dalam dinding posterior buli-buli, sehingga
ujung-ujung mukosanya bertemu dengan kulit dinding abdomen. Oleh
karena itu mukosa buli-buli terpapar langsung dengan dunia luar,
sehingga urn yang keluar dari muara ureter tidak tertampung. Tulang
ramus osis pubis terpisah lebar, cincin pelvis tidak rigid, dan eksorotasi
femur, sehingga pasien berjalan seperti bebek.
Epispadia: yakni berupa muara uretra berada di dorsum penis dan
jarak antara simfisis pubis tidak terlalu jauh.
Hipospadia: kelainan kongnital berupa muara uretra yang terletak di
sebelah ventral penis dan proksimal ujung penis. Letak meatus uretra
bisa terletak pada glandular hingga perineal.

Trauma
Trauma ginjal: dapat terjadi secara (1) langsung akibat benturan yang
mengenai daerah pinggang atau (2) tidak langsung, yaitu merupakan
cedera deselerasi akibat pergerakan ginjal secara tiba-tiba di dalam
rongga retroperitoneum.
Trauma ureter: cedera ini dapat terjadi karena trauma dari luar, yaitu
trauma tumpul maupun tajam, atau trauma iatrogenic.
Trauma buli-buli: trauma tumpul buli-buli adalah akibat fraktur
pelvis. Fiksasi buli-buli apda tulang pelvis oleh fasia endopelvik dan
diafragma elvisa sangat kuat sehingga cedera deselerasi terutama jika

titik fasia bergerak pada arah berlawanan (seperti pada fraktur pelvis),
dapat meroberk buli-buli. Dalam keadaan penuh terisi urin, buli-buli
mudah sekali robek jika mendapatkan tekanan dari luar berupa
benturan pada perut sebelah kanan bawah. Buli-buli akan robek pada
daerah fundus dan menyebabkan ekstravasasi urin ke rongga
intraperitoneum.
Trauma uretra: dibedakan menjadi trauma uretra anterior dan trauma
posterior. Trauma uretra terjadi akibat cedera yang berasal dari luar
(eksternal) dan cedera iatrogenic akibat instrumentasi pada uretra.
Trauma tumpul yang menimbulkan fraktur tulang pelvis menyebabkan
rupture uretra pars membranasea, sedangkan trauma tumpul pada
selangkangan atau staddle injury dapat menyebabkan rupture uretra
pars bulbosa. Pemasangan kateter juga hati-hati karena dapat
menimbulkan robekan uretra atau false route.

Neoplasma
Onkositoma: tumor jinak yang muncul dari sel interkalasi dari duktus
koligentes.
Karsinoma sel ginjal: berasal dari epitel tubulus ginjal dan oleh
karena itu tumor teruatam terletak pada korteks. Tig abentuk yang
paling sering adalah karsinoma sel sel jernih, karsinoma papillar, dan
kromofob.
Tumor Wilms (Nefroblastoma): tumor primer ginjal yang paling
lazim pada anak. Hubungan antara malformasi congenital dan
peningkatan resiko tumor yaitu sindrom WAGR ( contoh Wilm Tumor,
aniridia, genital abnormalitas, dan mental retardasi), Denys-Drash
syndrome dan Beckwith-Wiedemann syndrome.
Tumor pada ureter: tumor ganas primer pada ureter mengikuti pola
yang sama dengan yang timbul di pelvis renalis, kaliks dan kandung
kemih dan kebanyakan karsinoma urotel.
Karsinoma buli-buli
Referensi:
Kumar, Vinay dkk.2015. Buku Ajar Patologi Robbins Edisi 9.
Saunders Inc. Singapura
Purnomo, Basuki B. 2011. Dasar-Dasar Urologi Edisi 3. Sagung Seto.
Jakarta
4. Penanganan penyakit kongenital sistem urinary
a. Sindrom alport (Nefritis Herediter)

Merupakan penyakit glomerulus yang progresif terutama pada laki-laki


dan sering disertai gangguan saraf pendengaran dan penglihatan.
Secara genetic merupakan penyakit heterogenic dengan X-linked
inheritance, baik autosomal recessive maupun autosomal dominant
variants.
Saat ini belum ada terapi yang spesifik, terapi lebih banyak ditujukan
pada pengendalian keadaan sekunder akibat gangguan fungsi ginjal.
Gangguan fungsi pendengaran biasanya permanen sehingga pasien
dapat diberikan pelatihan keterampilan berkomunikasi dengan isyarat,
gangguan pada lensa mata dapat diatasi dengan penggantian lensa mata
atau penggantian kornea. Dialisis dilakukan pada penyakit ginjal
kronik tahap akhir. Transplantasi ginjal dilakukan pada pasien yang
sudah pada tahap akhir penyakit ginjal kronik.
b. Congenital Anomalies of The Kidney and Urinary Tract (CAKUT)
merupakan kumpulan kelainan ginjal dan saluran kemih kongenital,
baik struktural maupun fungsional, yang dapat terjadi pada ginjal,
collecting system, kandung kemih, atau uretra. Kelainan CAKUT
merupakan spektrum yang terdiri atas agenesis ginjal, hipo/displasia
ginjal, aplasia ginjal, ginjal displasia multikistik, sistem kolekting
dupleks ginjal, obstruksi ureteropelvic junction, megaureter, katup
uretra posterior, refluks vesikoureter, ectopic ureter orifice, duplikasi
ureter, agenesis ureter, serta kelainan kandung kemih dan uretra.
Kelainan CAKUT bersifat familiar sehingga sering dikaitkan dengan
penyebab genetik. Berbagai kelainan CAKUT sering terjadi
bersamaan, misalnya ginjal hipoplastik dan displastik yang disertai
refluks vesikoureter atau obstruksi ureteropelvic junction, baik pada
ginjal ipsilateral maupun kontralateral. Meski CAKUT dapat terjadi
sebagai kelainan tersendiri, dapat juga disertai kelainan kongenital
pada organ lain di luar saluran kemih, seperti renal coloboma
syndrome.
Pada beberapa kasus, obstruksi kandung kemih pada janin dapat
diperbaiki dengan operasi pemasangan vesico-amniotic shunt yang
menghubungkan rongga urin dengan rongga amnion. Dengan tindakan
perinatal, angka kesintasan dan luaran jangka panjang masih belum
jelas, dan anak harus menjalani tindakan definitif setelah lahir.
Keadaan ini merupakan faktor risiko terjadinya penyakit ginjal stadium
akhir seiring dengan bertambahnya usia. Anomali ginjal unilateral
(agenesis ginjal, ginjal multikistik displastik, dan ginjal hipoplastik)
pada anak sering asimtomatik dan merupakan risiko hipertensi,
proteinuria, dan penurunan fungsi ginjal pada masa dewasa, yang
disebabkan oleh hiperfiltrasi pada glomerulus yang tersisa.
Berbagai upaya dilakukan untuk mencegah atau mengurangi
progresivitas penurunan fungsi ginjal, antara lain:
Menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik hingga target
yang ditentukan yaitu di bawah persentil 90 berdasarkan umur,
tinggi badan, dan jenis kelamin.

Mengurangi proteinuria dengan pemberian angiotensinconverting-enzyme (ACE) inhibitors dan angiotensin receptor
blockers yang mempunyai efek reno-protective melalui efek
mengurangi proteinuria, menurunkan tekanan intra-glomerular,
dan efek antifibrotik.
Diet restriksi protein, namun anak dalam fase pertumbuhan
dinamik tidak memerlukan restriksi protein dan kalori.
Pemberian antibiotik profilaksis pada anak dengan infeksi
saluran kemih berulang, dan pertimbangkan intervensi urologi
jika terindikasi, seperti clean intermittent catheterization atau
tindakan bedah.
Mempertahankan volume cairan tubuh yang adekuat, terutama
pada anak dengan poliuria.

c. Ekstrofi kandung kemih


adalah suatu kelainan kongenital dimana terbukanya kandung kemih di
dinding abdomen bawah yang terjadi pada bayi baru lahir. Kelainan ini
disebabkan karena dinding abdomen infraumbilikal posterior gagal
menutup yang biasanya terjadi pada trimester kedua sampai ketiga.
Defek ini menimbulkan berbagai resiko seperti gangguan berkemih,
infeksi, pemakaian kateter intremitten, refluks vesikoureteral, dan
masalah kosmetik seperti klitoris bifida.
Penatalaksanaan bedah pada ekstrofi dikenal dengan rekontruksi
fungsional yang bertujuan untuk menutup kandung kemih, rekontruksi
dinding perut, rekontruksi alat kelamin dan pada akhirnya
mengembalikan kontinensia urin. Penatalaksaanan ini terdiri dari tiga
fase. Fase I bertujuan untuk melindungi saluran kencing bagian atas
dan memudahkan rekontruksi pada tahap lanjut yang dilakukan
biasanya segera setelah bayi lahir. Penutupan awal kandung kemih
diharapkan dapat dilakukan dalam kurun waktu 72 jam setelah
kelahiran. Jika terlambat, maka diperlukan tindakan osteotomi yang
bertujuan agar kandung kemih dapat diletakkan didalam cincin pelvis.
Fase II bertujuan untuk memperbaiki struktur alat kelamin dan
mendukung dari perkembangan kandung kemih untuk meningkatkan
tahanan saluran keluar. Fase ini biasanya dilakukan jika bayi sudah
berumur 1 tahun. Fase III biasanya dilakukan pada saat bayi berumur
kira- kira 4 tahun. Fase ini bertujuan untuk mencapai kontinensia dan
mendukung kepercayaan diri. Pada fase ini dilakukan rekonstruksi
pada leher kandung kemih yang bertujuan untuk kontinensia urin dan
perbaikan refluks vesikoureteral.
d. Ginjal Ektopik
Ginjal ektopik merupakan kelaianan kongenital yang umum dan sering
ditemukan. Penyebab terjadinya kelainan embrional tersebut sering
tidak diketahui. Faktor herediter kadang memegang peranan kausal.
Pengaruh radiasi dan infeksi virus seperti rubela dan bahan kimia,
misalnya talidomid, sudah lama juga dikenal sebagai faktor

penyebabnya.
Penanganan diberikan berdasarkan kemampuan fungsi ginjal.
Tindakan yang dilakukan yaitu nefroktomi biasanya dilakukan apabila
ginjal tidak berfungsi dengan baik, implantasi ureter dilakukan untuk
kasus refluks vesicoureter, pieloplasti biasanya dilakukan bila terjadi
obstruksi pada bagian ureteropelvic
Referensi :
Setiati, S. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi 2.
Interna Publishing; Jakarta
Belsare SM, Chimmalgi M, Valdya SA, Sant SM. Ectopic Kidney and
associated anomalies: A Case Report. Journal of Anatomy Society
India. 2002;51(2):236-8.
FKUI. 2014. Pendekatan Holistik Penyakit Kronik pada anak untuk
Meningkatkan Kualitas Hidup. Dept. Ilmu Kesehatan Anak FKUIRSCM; Jakarta
5. Cairan tubuh terdiri dari air dan elektrolit. Cairan tubuh dibedakan atas
cairan ekstrasel dan intrasel. Cairan ekstrasel meliputi plasma dan cairan
interstitial
a. Fisiologi Natrium
Natrium adalah kation terbanyak dalam cairan ekstrasel, jumlahnya
bisa mencapai 60 mEq per kilogram berat badan dan sebagian kecil
4,8
(sekitar 10- 14 mEq/L) berada dalam cairan intrasel . Lebih dari
90% tekanan osmotik di cairan ekstrasel ditentukan oleh garam yang
mengandung natrium, khususnya dalam bentuk natrium klorida (NaCl)
dan natrium bikarbonat (NaHCO3) sehingga perubahan tekanan
osmotik pada cairan ekstrasel menggambarkan perubahan konsentrasi
natrium.
Jumlah natrium dalam tubuh merupakan gambaran keseimbangan
antara natrium yang masuk dan natrium yang dikeluarkan. Pemasukan
natrium yang berasal dari diet melalui epitel mukosa saluran cerna
dengan proses difusi dan pengeluarannya melalui ginjal atau saluran
cerna atau keringat di kulit.. Pemasukan dan pengeluaran natrium
perhari mencapai 48-144 mEq.
Jumlah natrium yang keluar dari traktus gastrointestinal dan kulit
kurang dari 10%. Cairan yang berisi konsentrasi natrium yang berada
pada saluran cerna bagian atas hampir mendekati cairan ekstrasel,
namun natrium direabsorpsi sebagai cairan pada saluran cerna bagian
bawah, oleh karena itu konsentrasi natrium pada feses hanya mencapai
40 mEq/L.
Ekskresi natrium terutama dilakukan oleh ginjal.
Pengaturan eksresi
ini dilakukan untuk mempertahankan homeostasis natrium, yang
sangat diperlukan untuk mempertahankan volume cairan tubuh.
Natrium difiltrasi bebas di glomerulus, direabsorpsi secara aktif 6065% di tubulus proksimal bersama dengan H2O dan klorida yang

direabsorpsi secara pasif, sisanya direabsorpsi di lengkung henle (2530%), tubulus distal (5%) dan duktus koligentes (4%). Sekresi natrium
di urine <1%. Aldosteron menstimulasi tubulus distal untuk
mereabsorpsi natrium bersama air secara pasif dan mensekresi kalium
pada sistem renin-angiotensin-aldosteron untuk mempertahankan
elektroneutralitas.
Nilai rujukan kadar natrium pada:
serum bayi : 134-150 mmol/L
serum anak dan dewasa : 135-145 mmol/L
urine anak dan dewasa : 40-220 mmol/24 jam
cairan serebrospinal : 136-150 mmol/L
feses : kurang dari 10 mmol/hari
b. Fisiologi Kalium
Sekitar 98% jumlah kalium dalam tubuh berada di dalam cairan
intrasel. Konsentrasi kalium intrasel sekitar 145 mEq/L dan
konsentrasi kalium ekstrasel 4-5 mEq/L (sekitar 2%). Jumlah
konsentrasi kalium pada orang dewasa berkisar 50-60 per kilogram
berat badan (3000-4000 mEq). Jumlah kalium ini dipengaruhi oleh
umur dan jenis kelamin. Jumlah kalium pada wanita 25% lebih kecil
dibanding pada laki-laki dan jumlah kalium pada orang dewasa lebih
kecil 20% dibandingkan pada anak-anak.
Jumlah kalium dalam tubuh merupakan cermin keseimbangan kalium
yang masuk dan keluar. Pemasukan kalium melalui saluran cerna
tergantung dari jumlah dan jenis makanan. Orang dewasa pada
keadaan normal mengkonsumsi 60-100 mEq kalium perhari (hampir
sama dengan konsumsi natrium). Kalium difiltrasi di glomerulus,
sebagian besar (70- 80%) direabsorpsi secara aktif maupun pasif di
tubulus proksimal dan direabsorpsi bersama dengan natrium dan
klorida di lengkung henle. Kalium dikeluarkan dari tubuh melalui
traktus gastrointestinal kurang dari 5%, kulit dan urine mencapai 90%.
Nilai rujukan kalium serum
serum bayi: 3,6-5,8 mmol/L
serum anak: 3,5-5,5 mmo/L
serum dewasa: 3,5-5,3 mmol/L
urine anak: 17-57 mmol/24 jam
urine dewasa : 40-80 mmol/24 jam
cairan lambung : 10 mmol/L
c. Fisiologi Klorida
Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel. Pemeriksaan
konsentrasi klorida dalam plasma berguna sebagai diagnosis banding
pada gangguan keseimbangan asam-basa, dan menghitung anion gap.
Jumlah klorida pada orang dewasa normal sekitar 30 mEq per
kilogram berat badan. Sekitar 88% klorida berada dalam cairan
ekstraseluler dan 12% dalam cairan intrasel. Konsentrasi klorida pada
bayi lebih tinggi dibandingkan pada anak-anak dan dewasa.

Jumlah klorida dalam tubuh ditentukan oleh keseimbangan antara


klorida yang masuk dan yang keluar. Klorida yang masuk tergantung
dari jumlah dan jenis makanan. Kandungan klorida dalam makanan
sama dengan natrium. Orang dewasa pada keadaan normal rerata
mengkonsumsi 50-200 mEq klorida per hari, dan ekskresi klorida
bersama feses sekitar 1-2 mEq perhari. Drainase lambung atau usus
pada diare menyebabkan ekskresi klorida mencapai 100 mEq perhari.
Kadar klorida dalam keringat bervariasi, rerata 40 mEq/L. Bila
pengeluaran keringat berlebihan, kehilangan klorida dapat mencapai
200 mEq per hari. Ekskresi utama klorida adalah melalui ginjal.
Nilai rujukan klorida
serum bayi baru lahir: 94-112 mmol/L
serum anak : 98-105 mmol/L
serum dewasa : 95-105 mmol/L
keringat anak : <50 mmol/L
keringat dewasa : <60 mmol/L
urine : 110-250 mmol/24 jam
feses : 2 mmol/24 jam
sumber : Yaswir R & Ferawati I. 2012. Fisiologi dan Gangguan
Keseimbangan Natrium, Kalium, Klorida serta Pemeriksaan Laboratorium.
Jurnal Kesehatan Andalas. Volume 1. Nomor 2.
6. Infeksi Saluran Kencing
- Epidemiologi
ISK tergantung banyak faktor; seperti usia, gender, prevalensi
bakteriuria, dan faktor predisposisi yang menyebabkan perubahan
struktur saluran kemih termasuk ginjal. Selama periode usia beberapa
bulan dan lebih dari 65 tahun perempuan cenderung menderita ISK
dibandingkan laki-laki. ISK berulang pada laki-laki jarang dilaporkan,
kecuali disertai faktor predisposisi (pencetus). Prevalensi bakteriuria
asimtomatik lebih sering ditemukan pada perempuan. Prevalensi
selama periode sekolah (school girls) 1 % meningkat menjadi 5%
selama periode aktif secara seksual. Prevalensi infeksi asimtomatik
meningkat mencapai 30%, baik laki-laki maupun perempuan bila
disertai faktor predisposisi seperti berikut litiasis, obstruksi saluran
kemih, penyakit ginjal polikistik, nekrosis papilar, diabetes mellitus
pasca transplantasi ginjal, nefropati analgesik, penyakit sickle-cell,
senggama, kehamilan dan peserta KB dengan table progesterone, serta
kateterisasi.
- Etiologi

Patogenesis

Patofisologi
Pada individu normal, biasanya laki-laki maupun perempuan urin
selalu steril karena dipertahankan jumlah dan frekuensi kencing. Utero
distal merupakan tempat kolonisasi mikroorganisme nonpathogenic
fastidious Gram-positive dan gram negative. Hampir semua ISK
disebabkan invasi mikroorganisme asending dari uretra ke dalam
kandung kemih. Pada beberapa pasien tertentu invasi mikroorganisme
dapat mencapai ginjal. Proses ini, dipermudah refluks vesikoureter.
- Manifestasi Klinis
Setiap pasien dengan ISK pada laki dan ISK rekuren pada perempuan
harus dilakuakan investigasi faktor predisposisi atau pencetus.
a. Pielonefritis Akut (PNA). Presentasi klinis PNA seperti panas tinggi
(39,5-40,5 C), disertai mengigil dan sekit pinggang. Presentasi klinis
PNA ini sering didahului gejala ISK bawah (sistitis).
b. ISK bawah (sistitis). Presentasi klinis sistitis seperti sakit suprapubik,
polakiuria, nokturia, disuria, dan stanguria.
c. Sindroma Uretra Akut (SUA). Presentasi klinis SUA sulit dibedakan
dengan sistitis. SUA sering ditemukan pada perempuan usia antara 2050 tahun. Presentasi klinis SUA sangat miskin (hanya disuri dan sering
kencing).
d. ISK rekuren. ISK rekuren terdiri 2 kelompok; yaitu: a). Re-infeksi
(reinfections). Pada umumnya episode infeksi dengan interval >6
minggu dengan mikroorganisme yang berlainan. b) Relapsing
infection. Setiap kali infeksi disebabkan MO yang sama, disebabkan
sumber infeksi tidak mendapat terapi yang adekuat.
-

Pemeriksaan Penunjang
Analisa urin rutin, pemeriksaan mikroskop urin segar tanpa puter,
kultur urin, serta jumlah kuman/mL urin merupakan protocol standar
untuk pendekatan diagnosis ISK. Pengambilan dan koleksi urin, suhu,
dan teknik transportasi sampel urin harus sesuai dengan protocol yang
dianjurkan.
Investigasi lanjutan terutama renal imaging procedures tidak boleh
rutin, harus berdasarkan indikasi yang kuat. Pemeriksaan radiologis
dimaksudkan untuk mengetahui adanya batu atau kelainan anatomis
yang merupakan faktor predisposisi ISK. Renal imaging procedures
untuk investigasi faktor predisposisi ISK termasuklah ultrasonogram
(USG), radiografi (foto polos perut, pielografi IV, micturating
cystogram, Isotop scanning.
Pemeriksaan laboratorium

Urinalisis

1) Leukosuria
Leukosuria atau piuria merupakan salah satu petunjuk penting
terhadap dugaan adalah ISK. Dinyatakan positif bila terdapat > 5
leukosit/lapang pandang besar (LPB) sedimen air kemih. Adanya
leukosit silinder pada sediment urin menunjukkan adanya keterlibatan
ginjal. Namun adanya leukosuria tidak selalu menyatakan adanya ISK
karena dapat pula dijumpai pada inflamasi tanpa infeksi. Apabila
didapat leukosituri yang bermakna maka perlu dilakukan kultur urin.
2) Hematuria
Dipakai oleh beberapa peneliti sebagai petunjuk adanya ISK, yaitu
bila dijumpai 5-10 eritrosit/LPB sedimen urin. Dapat juga disebabkan
oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus
ataupun oleh sebab lain , mis urolihtiasis, tumor ginjal.
Bakteriologis
1) Mikroskopis
Dapat digunakan urin segar tanpa diputar atau tanpa pewarnaan gram.
Dinyatakan positif bila dijumpai 1 bakteri /lapangan pandang minyak
emersi.
2) Biakan bakteri
-

Penatalaksanaan
Infeksi saluran kemih bawah Prinsip manajemen ISK bawah meliputi
intake cairan yang banyak, antibiotika yang adekuat dan kalau perlu
terapi simptomatik untuk alkalinisasi urin:
Hampir 80% pasien akan memberikan respon setelah 48jam
dengan antibiotika tunggal; seperti ampisilin 3 gram, trimetoprim
200mg

Bila infeksi menetap disertai kelainan urinalisi (lekositoria)


diperlukan terapi konvensional selama 5-10 hari

Pemeriksaan mikroskopik urin dan biakan urin tidak diperlukan


bila semua gejala hilang dan tanpa lekositoria.
Reinfeksi berulang (frequent re-infection)

Disertai faktor predisposisi. Terapi antimikroba yang intensif


diikuti koreksi faktor resiko.

Tanpa faktor predisposisi

Asupan cairan banyak

Cuci setelah melakukan senggama diikuti terapi antimikroba


takaran tunggal (misal trimetroprim 200mg)
Terapi antimikroba jangka lama sampai 6 bulan.
Sumber : Staff pengajar FKUI 2010, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,
interna Publishing, Jakarta.
- Penatalakasanaan
Antibiotik oral :
Amoksisilin 3 x 500 mg
Sefadroksil 2 x 500 mg
Sefaleksin 3 x 250 mg
Fosfomisin 3 g dosis tunggal
Nitrofurantoin 3 x 100 mg (tidak digunakan pada
trimester tiga)
Kotrimoksazol 2 x 960 mg (hanya boleh digunakan
pada trimester kedua)
Antibiotik intravena untuk pielonefritis :
Sefuroksim 3 x 750 mg 1.5 g
Amoksisilin 3 x 1 gSeftriakson 1 x 2 g
Ampisilin-sulbaktam 4 x 3 g (2 g ampisilin + 1 g sulbaktam)
Gentamisin 5-7 mg/kg sebagai dosis awal. Dosis berikutnya
diberikan 3-5 mg/kg/hari dalam 3 dosis terbagi, dengan tetap
memantau kadar gentamisin serum. Gentamisin digunakan pada
wanita dengan alergi terhadap, atau organisme resisten terhadap
penisilin dan sefalosporin.
Lama terapi Bakteriuria asimtomatik: 3 hari Sistitis akut: 5-7
hariPielonefritis: 10-14 hari
Sumber : Aldy Wijaya Febrianto. 2013. Rasionalitas Penggunaan
Antibiotik pada Pasien Infeksi Saluran Kemih (ISK) di Instalasi
Rawat Inap RSUD Undata Palu Tahun 2012 . Online Jurnal of
Natural Science Vo.2(3): 20-29 ISSN: 2338-0950.
7. Miksi atau urinisasi merupakan proses pengosongan kandung kemih.
Setelah dibentuk oleh ginjal, urin disalurkan melalui ureter ke kandung
kemih. Aliran ini dipengaruhi oleh gaya tarik bumi, selain itu juga
kontraksi peristaltik otot polos dalam dinding ureter. Karena urin secara
terus menerus dibentuk oleh ginjal, kandung kemih harus memiliki
kapasitas penyimpanan yang cukup.
Mekanisme miksi bergantung pada inervasi parasimpatis dan simpatis juga
impuls saraf volunter. Pada pengeluaran urin dibutuhkan kontraksi aktif
otot detrusor, maka:

Bagian otot trigonum yang mengelilingi jalan keluar uretra berfungsi


sebagai sfingter uretra internal yang diinervasi oleh neuron parasimpatis.
Sfingter uretra eksternal terbentuk dari serabut otot rangka dari otot
perineal transversa dibawah kendali volunter. Selain itu bagian
pubokoksigeus pada otot elevator juga berkontriksi dalam pembentukan
sfingter
Rata-rata pengeluaran urin adalah 1,5 l per hari, walaupun bisa
berkurang hingga kurang dari 1 l per harinya dan meningkat hingga
mendekati 20 l per hari.
Referensi :
Sherwood, L. 2012. Fisologi dari sel ke sistem. Edisi 11. EGC. Jakarta
8. Factor resiko ISK dan infeksi berulang
a. Faktoresiko ISK
- Abstruksi saluran kemih
- Pemasangan instrument pada saluran kemih (misalnya kateter)
- Disfungsi kandung kemih
- Imunosupresi
- Diabetes mellitus
- Kelainan structural (misalnya refluks vesikoureter)
- Kehamilan
- Usia lanjut
- Diabetes molitus
b. Infeksi berulang
- Aktivitas sekual
- Isk pertama pada usia< 15 tahun
- Riwayat isk pada ibu
Sumber : Purnomo, Basuki B. 2011. Dasar-Dasar Urologi. Edisi ketiga.
CV Sagung Seto
9. Secara umum tes urin dibedakan atas tes dasar ( penyaring ) dan tes
khusus. Biasanya tes dasar diminta sebagai penyaring. Tes dasar meliputi
tes makroskopik, mikroskopik dan kimia sedangkan tes khusus meliputi
tes biakan urin, protein kwatitatif 24 jam, hemosiderin urin, oval fat
bodies dan lain - lain sesuai kebutuhan khusus. ( 3,5 )
Tes makroskopi meliputi warna, kejernihan, pH berat jenis, bau,
pengukuran volume. Tes mikroskopi yang diperiksa adalah sedimen urin

dengan menggunakan mikroskop, sedangkan tes kimia dilakukan dengan


menggunakan carik celup.
Tes dapat dilakukan secara manual maupun dengan menggunakan alat
urine analyzer.
a. Cara Pengumumpulan Sampel
Metode yang sering digunakan adalah pengumpulan seluruh urin
ketika berkemih pada suatu saat.
Kateterisasi, dapat dilakukan untuk:
- Pasien yang sukar kencing.
- Pasien wanita, untuk menghindari kontaminasi discharge
vagina terutama saat menstruasi.
Namun penggunaan kateter ini bukan merupakan prosedur
pengumpulan yang rutin, karena dapat menimbulkan risiko
infeksi.
Punksi suprapubik, dapat dilakukan untuk :
- Menghindari kontaminasi uretral dan vaginal.
- Pasien bayi dan anak kecil.
- Studi sitologi.
Clean Catch atau Clean Voided Midstream adalah merupakan
metode terpilih, dapat dilakukan untuk:
- Tes bakteriologi.
Cara memperolehnya: genitalia eksterna dicuci terlebih dahulu
dengan larutan antiseptik khusus. Aliran urin pertama dibuang,
lalu diambil aliran urin tengah atau midstream urine yang
ditampung dalam wadah steril. Aliran urin akhir juga dibuang.
- Tes urin rutin.
Langsung diambil midstream urine (urin aliran tengah) yang
ditampung dalam wadah bersih dan kering.
b. Tes Makroskopi.
Meliputi tes :
Kejernihan dan warna:
Normal jernih atau sedikit keruh dan berwarna kuning muda.
Derajat Keasaman atau pH:
Penetapan
pH urin
dilakukan
dengan
memakai
indikator strip
Bau
Bau normal yang karakteristik disebabkan oleh asam
organik yang mudah menguap.
Pengukuran volume

- Pada orang dewasa normal produksi urin kurang lebih 1500 ml /


24 jam.
- Berguna untuk menentukan adanya gangguan faal ginjal
serta kelainan keseimbangan cairan tubuh.
Berat jenis (Bj)
- Bj memberikan kesan tentang kepekatan urin. Urin pekat dengan
Bj > 1,030 mengindikasikan kemungkinan adanya glukosuria.
- Tes Bj secara makroskopi dengan alat urinometer ataupun
refraktometer tidak dilakukan. Untuk menetapan Bj dipakai
reagen strip.
- Batas rujukan Bj urin berkisar antara 1,003 1,030.
c. Nilai Rujukan dan Interpretasi Tes Sedimen Urin.
Hasil yang mungkin ditemukan pada tes sedimen urin dapat dibedakan
atas:
Elemen organik, dapat berupa
Sel:
Eritrosit, nilai rujukannya < 4 / LPB. Hematuri mikroskopi
menunjukkan adanya perdarahan pada saluran kemih.
Leukosit, nilai rujukannya < 4 / LPB. Glitter cells adalah leukosit
yang berukuran lebih besar berasal dari ginjal, dapat dikenali
dengan meneteskan 2 3 tetes pewarna SternheimerMalbin.
Piuria menunjukkan adanya infeksi pada saluran kemih, papiler
nekrosis atau urethritis kronik
Epitel adalah sel berinti satu dengan ukurannya lebih besar dari
leukosit.
Macam-macam sel epitel:
sel epitel gepeng / skuamous dari uretra bagian distal yang
normal ditemukan dalam urin.
sel epitel transisional dari kandung kemih.
sel epitel bulat dari pelvis dan tubuli ginjal, ukurannya lebih
kecil dari epitel skuamous.
Silinder / Torak / Cast:
Silinder terbentuk pada tubulus ginjal dengan matriks glikoprotein
yang berasal dari sel epitel ginjal. Silinder pada urin menunjukkan
adanya keadaan abnormal pada parenkim ginjal yang biasanya
berhubungan dengan proteinuria. Tetapi pada urin yang normal

mungkin saja ditemui sejumlah kecil silinder hialin. Macam-macam


silinder yang dapat dijumpai adalah:

Silinder hialin / hyaline cast:


o tidak berwarna, homogen dan transparan dengan ujung
membulat.
o meningkat pada setelah latihan fisik dan keadaan dehidrasi.
Silinder sel / cellullar cast, yang dapat berupa :
o Silinder eritrosit / erythrocyte cast:
ditemukan pada glomerulonefritis akut (GNA), lupus nefritis,
Goodpastures sindrome, subakut bakterial endokarditis,
trauma ginjal, infark ginjal, pielonefritis, gagal jantung
kongestif, trombosis renalis dan periarteritis nodosa.
o
Silinder leukosit / leucocyte cast:
menunjukkan adanya infeksi saluran kemih, pielonefritis
akut, nefritis interstisial, lupus nefritis dan pada penyakit
glomerolus.
o silinder epitel / epithelial cast:
menunjukkan adanya infeksi akut tubulus ginjal.
Silinder berbutir / granular cast, bisa berbutir halus atau kasar :
o berisi sel-sel yang mengalami degenerasi, mula-mula
terbentuk granula kasar kemudian menjadi halus.
o ditemukan pada nefritis kronik, dapat juga pada inflamasi
akut.
Silinder lemak / fatty cast:
o berhubungan dengan proses yang kronik misalnya pada
sindroma nefrotik, glomerulonefritis kronik (GNK)
o Silinder lilin / waxy cast :
merupakan degenerasi yang lebih lanjut dari silinder granular.
Terbentuk karena adanya stasis urin yang lama.
Menggambarkan kondisi patologi yang serius pada
ginjal dan
saluran kemih misalnya pada gagal ginjal
kronik, hipertensi maligna, renal amiloidosis, dan nefropati
diabetika.

Oval fat bodies


Adalah sel epitel tubulus berbentuk bulat yang mengalami
degenerasi lemak. Sering kali disertai dengan proteinuria. Dapat
dijumpai pada sindroma nefrotik.
Nilai rujukannya negatif.

Spermatozoa
Nilai rujukannya negatif.
Mikroorganisma yang dapat dijumpai:
Bakteri :
Diidentifikasi dengan pewarnaan gram pada sedimen atau
dengan biakan urin.
Mungkin dijumpai gram negatif basilus seperti
Escherichia coli, Pseudomonas, Proteus atau kokus gram
positif : Sterptokokus piogen.
Nilai rujukan untuk bakteri adalah < 2 /LPB atau < 1000/ml

Sel Yeast dan Kandida


Nilai rujukan negatif
Parasit, nilai rujukan negatif
Trichomonas vaginalis biasanya dijumpai
dengan adanya leukosit dan sel epitel.

bersamaan

Schistosoma haematobium.
Enterobius vermicularis.
Elemen anorganik, dapat berupa:
Bahan amorf:
Urat-urat dalam urin asam dan fosfat-fosfat dalam urin alkali.

Kristal:
Pada urin normal yang asam (pH < 7.0 ) dapat dijumpai kristal:
asam urat (berwarna kuning), natrium urat, kalsium sulfat
(jarang),
Pada urin normal yang asam, netral atau sedikit alkali dapat
dijumpai kristal kalsium oksalat, asam hipurat (kadang-kadang).
Pada urin normal yang netral dan alkali dapat dijumpai kristal
tripel fosfat (amonium magnesium fosfat) dan dikalsium fosfat
(jarang).
Pada urin normal yang alkali dapat dijumpai kristal kalsium
karbonat, amonium biurat dan kalsium fosfat.
Pada keadaan abnormal, dalam urin yang asam dapat dijumpai
kristal sistin, leusin, tirosin, dan kolesterol

Kristal yang berasal dari obat seperti sulfonamida juga dapat


dijumpai pada urin yang asam. Dapat diidentifikasi dengan tes
lignin terhadap sedimen.

Zat lemak
Pada lipiduria dapat ditemukan butir-butir lemak bebas yang dapat
berupa trigliserida atau kolesterol. Butir lemak ini diidentifikasi
dengan pewarnaan Sudan III atau IV pada sedimen atau memakai
mikroskop polarisasi.
Parameter dapat diketahui dengan memakai reagen strip, salah satu
contoh reagen strip Uriscan 11 strip yang dapat menentukan 11 parameter
tes urin yaitu
1. Glukosa .
Pemeriksaan glukosa dalam urin berdasarkan pada glukosa oksidase
yang akan menguraikan glukosa menjadi asam glukonat dan
hidrogen peroksida. Kemudian hidrogen peroksida ini dengan
adanya peroksida akan mengkatalisis reaksi antara potassium iodida
dengan hidrogen menghasilkan H20 dan O n .O nascens akan
mengoksidasi zat warna potassium iodide dalam 60 detik
membentuk warna biru muda,hijau sampai coklat. Sensitivitas
pemeriksaan ini adalah 50 mg/dl .dan pemeriksaan ini spesifik untuk
glukosa.Hasil negatif palsu pada pemerisaan glukosa dapat
disebabkan oleh bahan reduktor seperti vitamin C, keton, ,asam
homogentisat,aspirin , dan obat- seperti dipyrone. Nilai rujukan : <
30 mg/dl
2. Bilirubin.
Pemeriksaan bilirubindalam urin berdasarkan reaksi antara garam
diazonium dengan bilirubin dalam suasana asam kuat yang
menimbulkan suatu kompleks yang berwarna coklat muda hingga
merah coklat dalam waktu 60 detik. Sensitivitas pemeriksaan ini
adalah 0,5 mg /dl. Beberapa zat yang menimbulkan warna pada urin
dapat mengganggu pemeriksaan bilirubin urin yaitu rifampicin,
piridium.Clorpromazine dalam jumlah banyak memberikan reaksi
positif palsu, vitamin C dan asam salisilat dapat memberikan hasil
negatif palsu.Nilai rujukan : negatif
3. Urobilinogen.

4.

5.

6.

7.

8.

Pemeriksaan urobilinogen dalam urin berdasarkan reaksi antara


urobilinogen dengan reagen Ehrlich.Intensitas warna yang terjadi
dari jingga sampai merah tua, dibaca dalm 60 detik warna yang
timbul sesuai dengan peningkatan kadar urobilinogen dalam
urin.Hasilnya dilaporkan dalam Erlich Units ( EU ). Sensitivitas
adalah Trace 1 EU/ dl. Kadar nitrit yang tinggi juga menyebabkan
hasil negative palsu. Nilai rujukan : laki-laki 0,3 2,1 mg/2 hours,
perempuan 0,1 1,1 mg/ 2 hours.
Keton.
Pemeriksaan ini berdasarkan reaksi antara asam asetoasetat dengan
senyawa nitroprusida.Warna yang dihasilkan adalah coklat muda bila
tidak terjadi reaksi , dan ungu untuk hasil yang positif. Positif palsu
terjadi apabila urin banyak mengantung pigmen atau metabolit
levodopa serta phenylketones.Sensitivitas asam asetoasetat adalah 5
mg/ dl. Nilai rujukan : negatif.
Protein.
Pemeriksaan protein berdasarkan pada prinsip kesalahan penetapan
pH oleh adanya protein. Sebagai indikator digunakan
tetrabromphenol blue yang dalam suatu system buffer akan
menyebabkan pH tetap konstan. Akibat kesalahan penetapan pH oleh
adanya protein ,urin yang mengandung albumin akan bereaksi
dengan indikator menyebabkan perubahan warna hijau muda
menjadi hijau.Indikator tersebut sangat spesifik dan sensitif terhadap
albumin.Sensitivitasnya adalah 10 mg/dl.Nilai rujukan : < 20 mg/dl.
Nitrit.
Tes nitrit urin adalah tes yang dapat digunakan untuk mengetahui ada
tidaknya bakteriuri. Prisip tes adalah nitrit yang terbentuk bereaksi
dengan
p- arsanilic acid menjadi senyawa diazonium yang akan
berikatan dengan 1,2,3,4 tetrahydrobenzoquinolin -3-1,dalam
suasana asam membentuk warna merah muda, negatif bila tidak
terdapat nitrit maka warna tidak berubah.Sensitivitasnya adalah 0,05
mg ( 105 bakteri /ml ).Nilai rujukan adalah negatif.
Lekosit
Pemeriksaan esterase lekosit didasarkan adanya reaksi esterase yang
merupakan enzim pada granula azudofil. Esterase akan
menghidrolisis derivate ester naftil. Naftil yang dihasilkan bersama
dengan garam diazonium akan menyebabkan perubahan warna dari
coklat muda menjadi warna ungu.Sensitivitas nya 10 wbc/ l atau 35 wbc / LPB Nilai rujukan : negatif
pH.

Pemeriksaan pH urin berdasarkan adanya indikator ganda ( methyl


red dan bromthymol blue ), dimana akan terjadi perubahan warna
sesuai pH yang berkisar dari jingga hingga kuning kehijauan dan
hijau kebiruan. Nilai rujukan adalah pH 5-8
9. Blood.
Pemeriksaan darah samar dalam urine berdasarkan berdasarkan
hemoglobin dan
mioglobin akan mengkatalisa oksidasi dari
indikator 3,3,5,5-tetramethylbenzidine menghasilkan warna berkisar
dari kuning kehijau-hijauan hingga hijau kebiru-biruan dan biru tua.
Protein kadar tinggi dan vitamin C dapat menghasilkan negatif palsu.
Positif palsu kadang dijumpai pada apabila urin terdapat bakteri.
Sensitivitasnya adalah 5 RBC / l atau 3-5 RBC/ LPB. Nilai rujukan
: negatif
10. Berat jenis.
Pemeriksaan berat jenis dalam urin berdasarkan pada perubahan pKa
dari polielektrolit. Polielektrolit yang terdapat pada carik celup akan
mengalami ionisasi menghasilkan ion hidrogen.Ion hidrogen yang
dihasilkan tergantung jumlah ion yang terdapat dalam
urin.Perubahan pH akan terdeteksi oleh indikator bromthymol
blue.Bromthymol blue akan berwarna biru tua hingga hijau pada urin
dengan berat jenis rendah dan berwarna hijau kekuning-kuningan
jika berat jenis urin tinggi.Nilai rujukan adalah 1,003 1.029, anak
dengan intake cairan yang normal Bj 1,016 1,022.
11. Ascorbic acid.
jika kadar ascorbic acid lebih dari 25mg/dl akan menunjukkan
warna ungu.Glukosa, nitrat, darah samar akan mempengaruhi hasil.
Sensitivitasnya 10mg/dl .
referensi :
1. Gandasoebrata R : Urinalisis, Penuntun Laboratorium Klinik, Cetakan
ke 10, Dian Rakyat, Jakarta, 2001, 69-121.
2. Hardjoeno H dkk, Urinalisis, Substansi dan Cairan Tubuh, Lephas,
Makassar, 2004, 1-27.
3. Ninik Sukartini : Jenis Bahan Pemeriksaan Urin dan Cara Penggunaan
Carik Celup, Buku kumpulan Makalah Lokakarya Aspek Praktis
Urinalisis, Editor Marzuki S, Pendidikan Berkesnambungan 2004, 1-8.

You might also like