Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Kelompok C-4
Amirotu Sajidah
132210101066
Fathimatuzzahrah
132210101074
Nur Marlinah
132210101078
Mia Restu
132210101086
Nindi Dipamela
132210101092
Raras Puspita W
132210101094
Dini Syarifah
132210101096
I.
II.
Tujuan
a. Mahasiswa mampu memformulasi sediaan krim difenhidramin
b. Mahasiswa mengetahui tahapan-tahapan dalam pembuatan sediaan krim
difenhidramin
c. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap sediaan krim difenhidramin
Dasar Teori
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat
terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (FI IV). Istilah ini secara tradisional telah
digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi
sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Krim merupakan bentuk emulsi dengan
konsistensi semisolida sehingga mempunyai viskositas yang lebih tinggi dibandingkan dengan
sediaan likuida. Sediaan krim terdiri atas dua fase yang saling tidak campur, yaitu fase internal
(fase terdispersi) dan fase eksternal (fase pendispersi) yang digabungkan dengan adanya
surfaktan . Umumnya sediaan krim dibagi menjadi dua tipe yaitu tipe minyak dalam air terdiri
dari tetes-tetes kecil minyak (fase internal) yang terdispersi dalam air (fase eksternal), dan
sebaliknya pada krim air dalam minyak.
Pemberian surfaktan sangat dibutuhkan untuk menjaga stabilitas krim secara
termodinamika. Surfaktan yang sering digunakan adalah surfaktan golongan ionik dan anionik,
sedangkan surfaktan kationik hanya digunakan dalam kombinasi dengan surfaktan tipe lainnya.
contoh-contoh surfaktan yang sering digunakan antara lain : sodium alkil sulfat, alkil ammonium
halida, polioksietilen alkil eter, sorbitan, dll. Dalam melakukan pemilihan surfaktan, formulator
harus memperhatikan sifat atau karakteristik bahan aktif dan bahan tambahan lain yang
digunakan dalam formula.
Penggunaan campuran dari beberapa surfaktan dalam satu formula semisolida, dapat
memberikan sediaan yang lebih stabil jika dibandingkan dengan penggunaan surfaktan tunggal.
Sedangkan komponen lain yang perlu ditambahkan dalam sediaan semisolida adalah kosolven,
peningkat viskositas, preservatif, dapar, antioksidan dan korigen. Penggunaan bahan tambahan
tersebut harus disesuaikan dengan sifat fisika kimia bahan aktif yang digunakan. Hasil campuran
bahan aktif dan bahan-bahan tambahan harus dapat menghasilkan sediaan semisolida yang
memenuhi persyaratan aman, efektif, stabil, dan dapat diterima oleh masyarakat. Aman berarti
sediaan tersebut memiliki bahan aktif dalam jumlah yang sesuai dengan monografi dan tidak
memberikan pelepasan bahan aktif yang sesuai dari sediaan pada tempat pengggunaannya. Stabil
berarti sediaan tidak mengalami perubahan sifat dan konsistensi baik secara fisika, kimia,
mikrobiologi, toksikologi, maupun farmakologi.
Kestabilan krim akan terganggu jika sistem campurannya terganggu, terutama disebabkan
oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi yang disebabkan perubahan salah satu fase secara
berlebihan atau zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama lain. Pengenceran krim hanya
dapat dilakukan jika diketahui pengencerannya yang cocok dan dilakukan dengan teknik aseptis.
Krim yang sudah diencerkan harus digunakan dalam jangka waktu 1 bulan. Sebagai pengawet
pada krim umumnya digunakan metil paraben( nipagin ) dengan kadar 0,12 hingga 0,18% atau
propil paraben (nipasol) dengan kadar 0,02% hingga 0,05%. Formulasi umum krim : zat aktif,
basis krim, dan bahan tambahan.
Kelebihan sediaan krim yaitu mudah menyebar rata, praktis, mudah dibersihkan atau
dicuci, cara kerja berlangsung secara setempat, tidak lengket (o/w), memberikan rasa dingin
(w/o) dan dapat digunakan sebagai kosmetik. Kekurangan sediaan krim yaitu susah dalam
pembuatannya karena harus dalam keadaan panas, gampang pecah disebabkan karena formulasi
tidak pas, dan mudah kering.
Bahan aktif yang digunakan adalah difenhidramin. Difenhidramin merupakan generasi
pertama obat antihistamin. Dalam proses terapi, difenhidramin termasuk kategori antidot, reaksi
hipersensitivitas, antihistamin dan relatif. Memiliki sinonim difenhidramin HCl dan digunakan
untuk mengatasi gejala alergi pernafasan dan alergi kulit. Difenhidramin HCl memiliki nama
struktur kimia yaitu difenhidramin hidroklorida. Difenhidramin berbentuk mikrokristalin
berwarna putih yang tidak berbau. Adanya cahaya akan mengubah warna menjadi kecoklatan,
mudah larut dalam air, dalam etanol dan dalam kloroform agak sukar larut dalam aseton, sangat
sukar larut dalam benzen dan dalam eter. Struktur difenhidramin sebagai berikut :
Difenhidramin HCl memiliki pemerian serbuk hablur putih, tidak berbau. Jika terkena
cahaya, perlahan warnanya menjadi gelap. Larut dengan mudah dalam air, dalam etanol, dan
dalam kloroform, agak sukar larut dalam aseton, sangat sukar larut dalam benzena dan dalam
eter. Wadah dan penyimpanan adalah dalam wadah tertutup rapat, dan tidak tembus cahaya.
Difenhidramin ini memblokir aksi histamin, yaitu suatu zat dalam tubuh yang
menyebabkan gejala alergi. Difenhidramin menghambat pelepasan histamine (H1) dan asetil
kolin, hal ini memberikan efek seperti peningkatan kontraksi otot polos vaskular, sehingga
mengurangi kemerahan, hipertermia difenhidramin edema yang terjadi selama peradangan.
Difenhidramin menghalangi reseptor H1 pada perifer nocireseptor sehingga mengurangi
sensitisasi dan akibatnya dapat mengurangi gatal yang berhubungan dengan reaksi alergi. pH
krim harus disesuaikan agar tidak mengiritasi kulit yaitu 4,5- 6,5.
Sediaan krim banyak digunakan untuk sediaan obat misal untuk obat anti inflamasi, anti
jamur, anastesik, antibiotik dan hormon sediaan krim juga sering digunakan untuk industri
kosmetik, misalnya untuk sediaan pembersih, emolien, tabir surya, dan antiaging.
III.
1. Nama produk
Nama pabrik
Kandungan
Indikasi
: Banophen
: Major Pharmaceuticals
: Diphenhydramine hydrochloride 2% dan Zinc acetate 0,1 %
: Untuk mengatasi nyeri
Untuk mengatasi gigitan serangga
Untuk kebakaran ringan
Untuk iritasi kulit ringan
Kulit terbakar dan luka ringan
Tujuan penggunaan : Topical analgesic dan pelindung kulit
Peringatan
: Untuk penggunaan luar saja
Hindari kontak mata dan jauhkan dari anak-anak
Petunjuk penggunaan : Jangan digunakan melebihi peunjuk.
Dewasa dan anak lebih dari dua tahun : gunakan pada area tidak
Penyimpanan
Kontraindikasi
Kemasan
2. Nama produk
Nama prabik
Kandungan
Indikasi
Tujuan penggunaan
Peringatan
center.
Petunjuk penggunaan : Dewasa dan anak lebih dari dua tahun : gunakan pada area tidak
Penyimpanan
Kemasan
3. Nama produk
Nama Prabik
Kandungan
Tujuan penggunaan
Indikasi
Peringatan
Penyimpanan
Kontraindikasi
FUNGSI
Difenhidramin HCl
Propilenglikol
Bahan Aktif
Kosolven,
PRESENTASE KEMASAN
2
10
%
%
BATCH
(10g)
0,2
g
1
g
(100g)
2
g
10 g
0,3
0,7
0,3
0,018
0,002
0,01
7,47
10
3
7
3
0,18
0,02
0,1
74,7
100
Enhancer
penetrasi
Emolien
Emulgator
Emulgator
Pengawet
Pengawet
Corigen Odoris
Pelarut
Cetyl Alkohol
Asam stearat
TEA
Nipagin
Nipasol
Ol. Jasmine
Aquadest
Jumlah
Perhitungan :
1. Difenhidramin HCl :
2. Propilenglikol
3. Cetyl Alkohol
4. Asam stearat
3
%
7 %
3
%
0,18 %
0,02 %
0,1 %
74,7 %
100 %
g
g
g
g
g
g
g
g
g
g
g
g
g
g
g
g
5. TEA
6. Nipagin
7. Nipasol
8. Ol. Jasmine
9. Aquadest
Formula 2
BAHAN
FUNGSI
Difenhidramin HCl
Parafin Cair
Propilenglikol
PEG 6000
Cetyl Alkohol
Nipagin
Nipasol
Ol. Jasmine
Aquadest
Jumlah
Perhitungan :
Bahan Aktif
Emolien
Kosolven
Pengental
Emulgator
Pengawet
Pengawet
Corigen Odoris
Pelarut
1. Difenhidramin HCl :
2. Parafin Cair
PRESENTASE KEMASAN
2
%
15 %
10 %
20 %
5
%
0,18 %
0,02 %
0,1 %
47,7 %
100 %
(10g)
0,2
1,5
1
2
0,5
0,018
0,002
0,01
4,77
10
g
g
g
g
g
g
g
g
g
g
BATCH
(100g)
2
g
15 g
10 g
20 g
5
g
0,18 g
0,02 g
0,1 g
47,7 g
100 g
3. Propilenglikol
4. PEG 6000
5. Cetyl Alkohol
6. Nipagin
7. Nipasol
8. Ol. Jasmine
9. Aquadest
Formula 3
BAHAN
Difenhidramin HCl
Vaselin Alba
Propilenglikol
TEA
Cetyl Alkohol
Nipagin
Nipasol
Ol. Jasmine
Aquadest
Jumlah
Perhitungan :
FUNGSI
Bahan Aktif
Emolien
Kosolven
Emulgator
Emulgator
Pengawet
Pengawet
Corigen Odoris
Pelarut
PRESENTASE KEMASAN
2
%
10 %
10 %
3
%
3
%
0,18 %
0,02 %
0,1 %
71,7 %
100 %
(10g)
0,2
1
1
0,3
0,3
0,018
0,002
0,01
7,17
10
g
g
g
g
g
g
g
g
g
g
BATCH
(100g)
0,2 g
10 g
10 g
3
g
3
g
0,18 g
0,02 g
0,1 g
71,7 g
100 g
1. Difenhidramin HCl :
2. Vaselin Alba
3. Propilenglikol
4. TEA
5. Cetyl Alkohol
6. Nipagin
7. Nipasol
8. Ol. Jasmine
9. Aquadest
Penggunaan
PH
Inkompatibilitas
ADI
Alasan pemilihan
air 800C.
: 0,02 0,30% untuk sediaan topical.
:48
: Bentonit, Magnesium trisilicat, Talk, Tragakan, Sodium
alginate, Minyak essensial, Sorbitol, Atropin.
: 10 mg/kgBB/hari
:
propilenglikol 1 : 4
Mekanisme
kerja
menghilangkan
senyawafenolik
peremeabelitas
adalah
membran
dengan
sehingga isi
Pemerian
Kegunaan
Kelarutan
Penggunaan
PH
ADI
Alasan pemilihan
3. Propilenglikol
Pemerian
Kegunaan
Kelarutan
Penggunaan
Inkompatibilitas
ADI
Alasan pemilihan
4. Cetyl Alkohol
Pemerian
Kegunaan
Kelarutan
Penggunaan
Inkompatibilitas
Alasan pemilihan
bentuk Fisik (es,air , dan uap). Air harus disimpan dalam wadah
yang sesuai. Pada saat penyimpanan dan penggunaannya harus
terlindungi dari kontaminasi partikel pertikel ion dan bahan
organik yang dapat menaikan konduktivitas dan jumlah karbon
organik. Serta harus terlindungi dari partikel partikel lain dan
mikroorganisme yang dapat tumbuh dan merusak fungsi air.
Alasan pemilihn
Kegunaan
Kelarutan
Penggunaan
Inkompabilitas
:
dipilih kombinasi as. Stearat dan TEA karena asam stearat dapat
digunakan sebagai emulsifying agent dan solubilizing agent pada
formula krim kosmetika dan pada penggunaannya harus
Kegunaan
Kelarutan
Penggunaan
Inkompabilitas
Alasan pemilihan
8. Oleum Jasmine
Kegunaan
Penggunaan
Alasan pemilihn
: sebagai odoris
: secukupnya
: berbau khas melati yang wangi, dan agar mudah diterima
Dipasaran
d. Evaluasi
penentuan
ukuran Droplet
Evaluasi
ini
menggunakan
mikroskop
elektron.
Ukuran droplet
menunjukkan
kestabilan
krim.
e. Daya Lekat
Daya lekat merupakan kemampuan krim untuk melapisi permukaan kulit secara
kedap dan tidak menyumbat pori-pori serta tidak menyumbatfunsi fisiologis kulit.
Syarat daya lekat sediaan krim adalah 195 detik.
f. Daya Pisah
Stabilitas sebuah emulsi adalah sifat emulsi untuk mempertahankan distribusi
halus dan teratur dari fase terdispersi yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang.
Kehancuran sebuah emulsi ditunjukkan oleh penurunan stabilitasnya dan merupakan
proses bertahan banyak. Sedimentasi merupakan tahap awal kerusakan dimana
peristiwa ini terjadi bila berat jenis dari fase terdispersi lebih besar dari pada
pendispersi, sehingga akan menyebabkan kedua fase krim emulsi terpisah dan
membentuk dua lapisan. Syarat untuk sediaan krim adalah setelah didiamkan
seminggu tidak terbentuk pemisahan (breaking) atau ketidakstabilan emulsi atau krim
lainnya .
g. Viskositas
Syarat untuk sediaan krim adalah 5-150 dpAs.
HCL
methanol
citrat
1. Diphenhidramin HCL
Dalam sekali pemakaian salep kurang lebih digunakan 200 mg-300 mg.
Dalam sehari digunakan 2-4 kali, jadi dalam sehari dibutuhkan :
200 mg-300 mg x 2 = 400 mg-600 mg
200 mg-300 mg x 4 = 800mg-1200 mg
Jika pemakaiannya dalam 1 minggu dibutuhkan salep sebanyak :
600 mg-1200 mg x 7 hari
= 4200 mg-8400 mg
Ea c h gra mc ontains:
Di p
h e
nhi dr
am
i ne HC l 2%
I NDI CATI ON S
, CONTR AI NDI CATI ON S
, DOSSAGE
e e encl o
S
s edbroc
hure
ON M
E DI
C ALP R
E SCR I
PT I
ON ON L
Y /HA RUS DENG AN RESEP DOK TER
K E PI NA COOL 15
- 25
CPL A
C E
Man
u f
act
ure
d by: BI TU FARMAJ e
mb
e rI ndones
ia
Kemasan
D ib uat o
l eh/ Manu fact ured by:
P TB I TUFA RMA
Jem ber-I ndones i a
S IF O R DI F E NE
D iph e nh idra m in e H C l K ri m 2%
Ti apgr am m en gan dung :
Di fe n
hi dr ami ne H C l. . . . 0,2%
Jember-Ind onesia
B er at
B er sih :
10 g
B I TU FA RMA
SIFO R DIFE NE
Di phenhidram ineHCl
Krim2%
BIT U FAR MA
I ND I KA SI ,K O NT R A- I ND IK A SI , DO SI S,
l ihat bros ur t erl am pir .
H AR US D EN GA N R E
SE P DO K TE R
N o. Reg. : D K L28 1102
1
Si m pan di t emp at s ej u
k
SIFO R DIFE N E
Di phenhidrami ne H
Cl
Krim2%
BIT U FAR MA
Jember-Indonesia
B er at
B er si h:
1 0g
SI FO R D IF E N E
D iph e n hidr am in e H C l K ri m 2%
T iapgr am me nga ndun g:
BI T U FAR MA
D if enhidr am ine HC l . . . 0, 2%
SIFORDIFENE
Difenhidramine HCl Krim
Tiap gram mengandung:
Difenhidramine HCl.0,2%
Brosur
INDIKASI
Mengurangi rasa sakit dan gatal akibat gigitan serangga,luka bakar ringan,
terbakar sinar matahari, iritasi kulit ringan dan luka kecil goresan.
KONTRA-INDIKASI
Dengan produk lain yang mengandung diphenhydramine, bahkan satu diambil
melalui mulut.
PERINGATAN
Untuk penggunaan luar
Hindari kontak mata
Jauhkan dari anak-anak.
Jika tertelan segera hubungi dokter.
DOSIS DAN CARA PEMAKAIAN
Oleskan sedikit krim pada bagian kulit yang sakit 2 sampai 4 kali sehari, atau
menurut petunjuk dokter.
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
KEMASAN
Organoleptis
- Bau : jasmine (melati)
- Warna : putih
- Tekstur : Lembut
- Konsistensi : Cukup kental
Evaluasi Ph
Syarat Ph krim = 4,5 6,5
pH didapatkan pH sebesar 7
Daya Sebar
Syarat : 5-7 cm dalam rentang waktu 1-2 menit
uji aseptabilitas
Pengujian sediaan dengan beberapa parameter :
Kemudahan dioles, sensasi yang timbul, dan kemudahan pencucian. Setelah diuji pada
kelompok kami, didapatkan hasil sediaan krim yang mudah dioles, lembut dan tidak
lengket di kulit, serta mudah dicuci.
dapat dikatakan bahwa sediaan krim kami termasuk dalam tipe krim o/w
uji viskositas
pengujian viskositas menggunakan spindle no. 1 dan di dapatkan hasil viskositas sebesar
6 dPas.
Pada praktikum kali ini, praktikan membuat sediaan krim Difenhidramin HCl dengan
penggantian formula sebanyak 2 kali. Pada setiap formulasi, pencampuran kedua fase dilakukan
dalam keadaan suhu hangat. Bila larutan berair tidak sama temperaturnya dengan leburan lemak,
maka beberapa lilin akan menjadi padat, sehingga terjadi pemisahan antara fase lemak dengan
fase cair (Munson, 1991).
Formula utama yang di buat adalah sebagai berikut :
BAHAN
FUNGSI
Difenhidramin HCl
Bahan Aktif
Parafin Cair
Emolien
Propilenglikol
Kosolven
PEG 6000
Pengental
Cetyl Alkohol
Emulgator
Nipagin
Pengawet
Nipasol
Pengawet
Ol. Jasmine
Corigen Odoris
Aquadest
Pelarut
Hasil krim yang didapatkan menggunakan formula utama adalah krim terlalu encer. Emulsi
terbentuk secara baik, namun krim memiliki visikositas yang jelek yakni krim terlalu encer.
Kemudian, praktikan mengganti formula utama dengan formula yang kedua, dengan susunan
bahan sebagai berikut :
BAHAN
FUNGSI
Difenhidramin HCl
Bahan Aktif
Parafin Cair
Emolien
Propilenglikol
Kosolven
TEA
Emulgator
Cetyl Alkohol
Emulgator
Nipagin
Pengawet
Nipasol
Pengawet
Ol. Jasmine
Corigen Odoris
Aquadest
Pelarut
Hasil krim yang didapatkan setelah pengantian menggunakan formula tidak berbeda jauh dengan
hasil pada formula utama. Penambahan emulgator berupa TEA tidak memiliki pengaruh banyak
terhadap hasil sediaan. Emulsi terbentuk sempurna, namun krim yang terbentuk masih terlalu
encer.
Formula krim yang pertama dan formula krim yang kedua memiliki permasalahan yang
sama, yakni tidak terbentuknya konsistensi krim yang memiliki visikositas yang tinggi. Kedua
formula menghasilkan krim Difenhidramin HCl yang memiliki visikositas terlalu rendah.
Penyebab tidak terbentuknya krim yang sempurna adalah komposisi bahan bahan yang
digunakan praktikan pada formulasi belum maksimal, sehingga krim tidak terbentuk dengan baik.
Kemudian praktikan mengganti formula dengan formula yang ketiga, dengan komposisi sebagai
berikut :
BAHAN
FUNGSI
Difenhidramin HCl
Bahan Aktif
Parafin Cair
Emolien
Propilenglikol
Kosolven
TEA
Emulgator
Cetyl Alkohol
Emolien
Stearat
Emulgator
Nipagin
Pengawet
Nipasol
Pengawet
Ol. Jasmine
Corigen Odoris
Aquadest
Pelarut
Praktikan menambahkan Stearat sebagai emulgator pada formula yang ketiga. Dengan sedikit
perubahan, yakni mengganti Ol. Rosae menjadi Ol. Jasmine. Krim difenhidramin HCl terbentuk
dengan baik pada penggunaan formula yang ketiga ini. Emulsi yang terbentuk stabil, tidak
memisah. Namun, pada pembuatan skala kecil, praktikan membuat kesalahan yakni krim yang
terbentuk mengalami foaming dikarenakan pengadukan yang berlebihan. Hal tersebut dapat
diatasi pada pembuatan krim skala besar. Krim yang dihasilkan berwarna putih, beraroma
jasmine, dan memiliki konsistensi krim yang baik. Selanjutnya praktikan melakukan evaluasi
terhadap krim yang sudah dibuat.
Pada pemerikasaan organoleptis didapatkan bau seperti melati dan warna sediaan putih
dengan tekstur lembut dan konsistensinya cukup kental seperti sediaan semisolid. Selanjutnya
dilakukan uji evaluasi pH dengan menggunakan ph meter. Pada uji evaluasi pH didapatkan pH
sebesar 7. Hal tersebut sedikit melebihi syarat pH pada literatur karena pada literatur syarat dari
pH untuk sediaan krim yaitu 4,5- 6,5. Pada evaluasi pH apabila sediaan krim pH terlalu asam
maka akan mengiritasi kulit sedangkan apabila PH nya terlalu basa maka kulit akan terasa kering
ketika diolesi krim. Kemudian kami juga melakukan uji daya sebar. Daya sebar merupakan
kemampuan penyebaran krim pada kulit. Penentuannya dilakukan dengan ekstensometer dan
dilakukan pada rentang waktu 1-2 menit. Hasil yang kami dapatkan pada uji daya sebar yaitu
didapatkan diameter sebesar 6.5 cm. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan pada literatur yaitu
memiliki diameter antara 5-7 cm. Selain itu kami melakukan uji aseptabilitas sediaan dengan
beberapa parameter, seperti mudah dioles, sensasi yang timbul, dan kemudahan pencucian.
Setelah diuji pada kelompok kami, didapatkan hasil sediaan krim yang mudah dioles, lembut dan
tidak lengket di kulit, serta mudah dicuci.
Pada uji evaluasi penentuan ukuran droplet yaitu menggunakan mikroskop. Kegunaannya
yaitu untuk mengetahui stabilitas sediaan. Semakin kecil ukuran partikel maka semakin stabil
sediaan tersebut. Namun kami tidak melakukan uji tersebut dikarenakan waktu praktikum yang
tidak mencukupi. Pada uji daya lekat berguna untuk mengetahui kemampuan krim untuk melapisi
permukaan kulit secara kedap dan tidak menyumbat pori pori serta tidak menyumbat fungsi
fisiologis kulit. Syaratnya yaitu waktu daya lekat sebesar 195 detik. Namun kami tidak
melakukan uji ini dikarenakan waktu praktikum yang tidak mencukupi. Pada uji daya pisah yaitu
persyaratannya dalam waktu satu minggu tidak terbentuk breaking/ ketidak stabilan krim. Pada
uji ini kami tidak melakukan karena waktu pengamatan tidak mencukupi. Pengujian lain yang
kami lakukan adalah evaluasi tipe krim. Pengujian ini dilakukan dengan cara meletakkan sedikit
krim pada objek glass, lalu ditetesi dengan metilen blue. Campur metilen blue dengan krim, Jika
warna menyebar secara merata pada sediaan krim, berarti tipe krim adalah minyak dalam air
(M/A), tetapi jika warna hanya berupa bintik-bintik, berarti tipe krim adalah air dalam minyak
(A/M)Metilen blue yang diteteskan pada sediaan krim kami menyebar secara merata, sehingga
dapat dikatakan bahwa sediaan krim kami termasuk dalam tipe krim o/w. Sedangkan pada uji
yang terakhir yaitu uji viskositas yang berfungsi untuk mengetahui kekentalan sediaan dengan
menggunakan viskometer. Kami melakukan pengujian viskositas menggunakan spindle no. 1 dan
di dapatkan hasil viskositas sebesar 6 dPas.
X. Kesimpulan