You are on page 1of 18

SATUAN ACARA PENYULUHAN KESEHATAN REMAJA

SEKS PRANIKAH
DI SMA ___________________
WILAYAH KERJA PUSKESMAS MULYOREJO - SURABAYA

OLEH :
Ajeng Lyla K

011513243044

Ayu Maratus S

011513243037

Irma Sari Fitriana

011513243052

Lailiya Syarifah

011513243093

Dewi Angga Purnamasari

011513243053

PROGRAM PROFESI PENDIDIKAN BIDAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2015

LEMBAR PENGESAHAN
Telah diperiksa dan disetujui untuk memenuhi tugas kelompok Program Profesi
Program Studi Pendidikan Bidan Universitas Airlangga.
Anggota Kelompok:
1.
2.
3.
4.
5.

Ajeng Lyla K
Ayu Maratus S
Irma Sari Fitriana
Lailiya Syarifah
Dewi Angga Purnamasari

011513243044
011513243037
011513243052
011513243093
011513243053

Dengan judul Satuan Acara Penyuluhan Kesehatan Remaja Seks Pra Nikah di
Puskesmas Mulyorejo Surabaya

Surabaya,

Desember 2015

Mengetahui,

Pembimbing Akademik
Program Profesi Pendidikan Bidan

Pembimbing Klinik
Puskesmas Mulyorejo Surabaya

Netti Herlina.S.Pd.,M.Kes
NIP.19511012 197603 2001

Ismi Apriliani, Amd.Keb


NIP.19880423 201001 2007

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik

: Seks Pranikah

Sasaran

: Remaja (siswa/siswi) SMA ____________

Tempat

: Kelas ____ SMA ______________

Hari/Tanggal : ___ Desember 2015


Waktu

: 1 X 50 menit

1.1 Latar Belakang


Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan
selain bahwa narkoba dan HIV/AIDS, persoalan utama remaja Indonesia saat ini adalah
seks bebas/seks pranikah. Di Indonesia, berbagai survey mengindikasikan bahwa praktik
seks pranikah di kalangan remaja semakin merebak dan meluas. Kementerian Kesehatan
pada tahun 2009 merilis hasil studi di empat kota: Jakarta, Medan, Bandung, dan
Surabaya. Dari studi tersebut, 35,9 persen remaja mengaku mempunyai teman yang sudah
pernah melakukan hubungan seksual sebelum menikah.
Bahkan survey PKBI pada 2008, justru menyebutkan 63% remaja di beberapa kota
besar telah melakukan seks pranikah (Jabodetabek 51%; Bandung 54%; Surabaya 47%;
dan Medan 52%). Hasil survey tersebut mengindikasikan kecenderungan bahwa seks
pranikah telah menjadi bagian dari kehidupan remaja Indonesia.
Seks pranikah pada remaja juga mengalami ttren kenaikan yang dapat dilihat sejak
lima tahun terakhir 2007 - 2012 terhadap Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI), dimana prilaku seksual pra nikah pada tingkat remaja menjadi 8,3 persen dari
total remaja yang disurvey. Pengaruh kenaikannya antara lain melalui media masa, cetak,
TV dan radio, web on line dan jejaring sosial lainnya serta pengaruh teman sebaya yang
pernah melakukan hubungan seks pra nikah.
Perilaku seksual pranikah pada usia remaja 15 - 24 tahun di Indonesia cenderung
naik juga disebabkan karena belum optimalnya pendidikan keluarga sejahtera dan
rendahnya tingkat pendidikan dan pemahaman para remaja terhadap risiko hubungan seks
diluar nikah. hal tersebut harus segera ditangani mengingat jumlah remaja terbilang besar
yakni mencapai 26,7 persen dari total penduduk.
Atas dasar itulah, perlu dilaksanakan penyuluhan remaja tentang perilaku seksual
pranikah untuk meningkatkan kesadaran remaja tentang kerugian serta resiko/dampak
buruk akibat hubungan seks di luar nikah.

1.2 Tujuan
1.2.1

Tujuan Instruksional umum


Setelah proses penyuluhan diharapkan peserta penyuluhan mampu menjelaskan
tentang perilaku seks pranikah.

1.2.2

Tujuan Instruksional Khusus


Setelah diberikan penyuluhan diharapkan peserta mampu :
1. Menjelaskan pengertian perilaku seksual dan seks pranikah
2. Menyebutkan aspek-aspek perilaku seksual pranikah
3. Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah
4. Menjelaskan dampak dari perilaku seksual peanikah
5. Menjelaskan upaya untuk menghindari seks pranikah di kalangan remaja

1.3 Materi
1. Menjelaskan pengertian perilaku seksual dan seks pranikah
2. Menyebutkan aspek-aspek perilaku seksual pranikah
3. Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah
4. Menjelaskan dampak dari perilaku seksual peanikah
5. Menjelaskan upaya untuk menghindari seks pranikah di kalangan remaja
1.4 Metode
1. Ceramah
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Role Play
1.5 Media
1. LCD / Flipchart
2. Leaflet
1.6 Pengorganisasian
Pembimbing Klinik

: Ismi Apriliani, Amd.Keb.

Pembimbing Pendidikan : Netti Herlina, S.Pd., M.Kes.


Penyaji

: Dewi Angga Purnamasari

Moderator

: Irma Sari Fitriana

Observer

: Ajeng Lyla

Fasilitator

: Ayu Maratus Sholihah dan Lailiya Syarifah

Job Description
1. Moderator :
-

Membuka kegiatan dengan mengucap salam

Memperkenalkan diri

Menjelaskan tujuan dari penyuluhan

Menyebutkan materi yang akan diberikan

Memimpin

jalannya

penyuluhan

dan

menjelaskan

waktu

penyuluhan
-

Menulis pertanyaan yang diajukan peserta penyuluhan

Menjadi penengah komunikasi antara peserta dan pemberi


materi

Menanyakan kembali kepada peserta tentang materi yang


telah diberikan

2. Penyaji

Menggali pengetahuan peserta penyuluhan

Menyampaikan materi penyuluhan dan menjawab pertanyaan

3. Fasilitator :
-

Mengatur teknik acara sebelum dimulainya penyuluhan

Membantu mengarahkan peserta untuk bergerak secara aktif


dalam diskusi

Memotivasi

peserta

untuk

mengajukan

pertanyaan

saat

moderator memberikan kesempatan bertanya


-

Membagikan leaflet kepada peserta di akhir penyuluhan

4. Observer:
Mengamati

dan

mencatat

proses

jalannya

penyuluhan,

mengevaluasi jalannya penyuluhan


1.7 Kegiatan Penyuluhan
NO
1

WAKTU
KEGIATAN PENYULUHAN
5 menit
Pembukaan

KEGIATAN PESERTA
Mendengarkan pembukaan

a)

membuka

kegiatan yang

dengan mengucapkan salam

disampaikan

oleh

moderator.

b)

Memperkenalkan diri

Menjawab pertanyaan pre

c)

Menjelaskan tujuan dari test.


penyuluhan

d)

Menyebutkan materi yang


akan diberikan

e)

Menyampaikan

kontrak

waktu
f)

Pre

test

menggali

pengetahuan peserta tentang Perilaku


2

10 menit

Seksual Pranikah
Pelaksanaan

Mendengarkan

dan

Penyampaian materi Perilaku Seksual memberikan umpan balik

10 menit

Pranikah oleh pemateri

tehadap

materi

yang

Diskusi dan Tanya jawab

disampaikan.
Mengajukan pertanyaan

Memberikan kesempatan kepada peserta


untuk berdiskusi atau bertanya tentang
3

5 menit

materi yang kurang dipahami


Evaluasi (post test)

Menjawab pertanyaan

Menanyakan kembali kepada peserta


tentang materi yang telah diberikan dan
reinforcement kepada peserta yang dapat
4

5 menit

menjawab pertanyaan
Penutup

Mendengarkan

dengan

a) Menjelaskan kesimpulan dari materi seksama dan menjawab


5.

15 menit

penyuluhan
Bermain Peran (Role Play)

salam
Membentuk grup diskusi.

1.9 Kriteria Evaluasi


1) Evaluasi Struktur
a)

Kontrak waktu dengan peserta penyuluhan dilakukan 1 hari dan 30 menit


sebelum pelaksanaan

b)

Mempersiapkan ruangan penyuluhan 30 menit sebelum penyuluhan dimulai

c)

Kesiapan materi

d)

Kesiapan SAP

e)

Kesiapan media : LCD, Video, dan leaflet

f)

Kesiapan daftar hadir peserta penyuluhan

g)

Peserta hadir di tempat penyuluhan

h)

Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di kelas ____ SMA______

i)

Pengorganisasian penyelenggaran penyuluhan dilakukan sebelumnya

2) Evaluasi Proses
a)

Fase dimulai sesuai dengan waktu yang direncanakan

b)

Peserta antusias terhadap materi penyuluhan

c)

Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar

d)

Tim bekerja sesuai dengan pengorganisasian

e)

Suasana penyuluhan tertib

f)

Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan

g)

Jumlah peserta yang hadir dalam penyuluhan minimal 10 orang

3) Evaluasi hasil
Setelah penyuluhan diharapkan peserta penyuluhan mampu menjawab dengan
benar pertanyaan yang diberikan, antara lain:
a. Pengertian seks pranikah
b. Dampak dari seks pranikah
c. Cara menghindari seks pranikah

MATERI PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH


1. Definisi
Hubungan seksual adalah persenggamaan atau bersatunya alat kelamin laki-laki dan
perempuan. Hubungan seksual pranikah adalah hubungan seksual yang dilakukan oleh dua
orang yang tidak ingin hidup bersama dalam perkawinan atau keluarga (Mutadin, 2002).
Sarwono (2011) juga mengatakan bahwa perilaku seksual adalah segala tingkah laku
yang didorong oleh hasrat seksual dengan lawan jenis mulai dari perasaan tertarik sampai
dengan tingkah laku berkencan,bercumbu sampai bersenggama. Lebih lanjut, perilaku
seksual merupakan perilaku yang bersifat alami ataumanusiawi karena setiap manusia
memiliki dorongan seksual dan hal tersebut normal jika dilakukan sesuaidengan norma
yang berlaku.
Ditambahkan oleh Knox (dalam Aryani, 2005) bahwa perilaku seksual tidak hanya
sebagai peristiwa menyatunya alat kelamin laki-laki dengan alat kelamin perempuan saja
tetapi juga diartikan sebagai komunikasi yang terjadi untuk berbagai macam alasan dan
dalam konteks yang berbeda; sebelum menikah; selama menikah; di luar menikah; dan
setelah menikah, tergantung pada kualitas pernikahan. Lebih lanjut, perilaku seksual
merupakan salah satu media berkomunikasi yang terjadi antara laki-laki dan perempuan
sebagai manifestasi dari dorongan seksual. Perilaku seksual dimulai dari perasaan tertarik
sampaipada akhirnya keduanya terlibat dalam hubungan seksual .
Hubungan seksual pranikah juga diartikan sebagai hubungan seksual sebelum
adanya ikatan perkawinan yang sah, baik hubungan seksual yang penetratif (penis
dimasukkan kedalam vagina) maupun yang non penetratif (penis tidak dimasukkan
kedalam vagina). Perilaku seksual adalah perilaku yang melibatkan sentuhan secara fisik
dari anggota badan antara pria dan wanita yang telah mencapai pada tahap hubungan
intim, yang biasanya dilakukan oleh pasangan suami istri. Sedangkan perilaku seksual
pranikah merupakan perilaku seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan
yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing
individu (Hidayatul, 2008).
Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud
dengan perilaku seksual pranikah adalah suatu perbuatan yang dapat diobservasi baik
secara lansung maupun tidak langsung, yang dilakukan oleh dua individu berjenis kelamin

berbeda, mulai dari berkencan, bercumbu sampai bersenggama, tetapi belum ada ikatan
yang sah menurut norma, hukum, ataupun agama.
2. Aspek-aspek Perilaku Seksual Pranikah
Menurut PKBI, aspek-aspek perilaku seksual pranikah adalah:
a. Bermesraan
Aspek ini mengungkap aktivitas psikologis dua individu yang berlainan jenis dalam
kesamaan tujuan untuksaling berbagi rasa yang diungkap dalam kata-kata manis,
pandangan mata yang mesra, namun belumsampai pada aktivitas bercumbu.
Bermesraan di sini dilakukan oleh dua orang, yaitu pemuda dan pemudiyang ditandai
dengan adanya ketertarikan afeksional (saling mencintai) yang telah dinyatakan di
antarakeduanya, tetapi belum sampai pada tingkat pertunangan.
b. Bercumbu
Aspek ini mengungkap pendekatan-pendekatan jasmaniah yang dilakukan, seperti
saling memegang,berciuman, berpelukan atau berangkulan, saling tempel alat kelamin,
yang dapat membangkitkan gairahseksual, tetapi belum sampai pada hubungan
kelamim.
c. Hubungan kelamin
Hubungan kelamin berarti melakukan kegiatan senggama. Hubungan kelamin adalah
hubungan yangdilakukan oleh dua orang yang berbeda jenis kelamin, dengan kegiatan
memasukkan penis ke dalam vaginadan masing-masing orang akan memperoleh
kepuasan.
Dari sumber lain, dikatakan bahwa bentuk-bentuk perilaku seksual pranikah pada
remaja antara lain:
1.

Berpegangan tangan
Perilaku seksual ini biasanya dapat menimbulkan keinginan untuk mencoba aktivitas
seksual lainnya, sehingga kepuasan seksual lainnya tercapai (Irawati,1999).

2.

Berpelukan
Perilaku seksual berpelukan akan membuat jantung berdegup lebih cepat dan
menimbulkan rangsangan seksual pada individu (Irawati, 1999).

3.

Cium kering
Perilaku seksual cium kering berupa sentuhan pipi dengan pipi dan pipi dengan bibir
(Ginting, 2008). Dampak dari cium pipi bisa mengakibatkan imajinasi atau fantasi

seksual menjadi berkembang disamping juga dapat menimbulkan keinginan untuk


melanjutkan ke bentuk aktifitas seksual lainnya yang lebih dapat dinikmati (Irawati,
1999).
4.

Cium basah
Aktifitas cium basah berupa sentuhan bibir dengan bibir (Irawati,1999). Dampak dari
cium bibir dapat menimbulkan sensasi seksual yang kuat dan menimbulkan dorongan
seksual hingga tidak terkendali, dan apabila dilakukan terus menerus akan
menimbulkan perasaan ingin mengulanginya lagi (Ginting, 2008).

5.

Meraba bagian tubuh yang sensitif


Merupakan suatu kegiatan meraba atau memegang bagian tubuh yang sensitif seperti
payudara, vagina dan penis (Ginting, 2008). Dampak dari tersentuhnya bagian yang
paling sensitif tersebut akan menimbulkan rangsangan seksual sehingga melemahkan
kontrol diri dan akal sehat, akibatnya bisa melakukan aktifitas seksual selanjutnya
seperti intercourse (Irawati,1999).

6.

Petting
Merupakan keseluruhan aktifitas seksual non intercourse (hingga menempelkan alat
kelamin), dampak dari petting yaitu timbulnya ketagihan (Ginting, 2008).

7.

Oral seksual
Oral seksual pada laki-laki adalah ketika seseorang menggunakan bibir, mulut dan
lidahnya pada penis dan sekitarnya, sedangkan pada wanita melibatkan bagian di sekitar
vulva yaitu labia, klitoris, dan bagian dalam vagina (Ginting, 2008).

8.

Intercource atau bersenggama


Merupakan aktifitas seksual dengan memasukan alat kelamin laki-laki ke dalam alat
kelamin perempuan, dampak dari hubungan seksual pranikah adalah perasaan bersalah,
dan berdosa terutama pada saat pertama kali, ketagihan, kehamilan sehingga terpaksa
menikah dan aborsi, kematian dan kemandulan akibat aborsi, resiko terkena Perilaku
Menular Seksual atau HIV, sangsi sosial, agama serta norma, hilangnya keperawanan
dan perjakaan, merusak masa depan (terpaksa drop out sekolah) (Ginting, 2008).
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Pranikah
Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap perilaku reproduksi remaja
diantaranya adalah faktor keluarga. Remaja yang melakukan hubungan seksual
sebelum menikah banyak diantara berasal dari keluarga yang bercerai atau pernah
cerai, keluarga dengan banyak konflik dan perpecahan/ Hubungan orang-tua yang

harmonis akan menumbuhkan kehidupan emosional yang optimal terhadap


perkembangan kepribadiananak sebaliknya. Orang tua yang sering bertengkar akan
menghambat komunikasi dalam keluarga, dan anak akan melarikan diri dari
keluarga. Keluarga yang tidak lengkap misalnya karena perceraian, kematian dan
keluarga dengan keadaan ekonomi yang kurang, dapat mempengaruhi perkembangan
jiwa anak.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah pada remaja paling
tinggi hubungan antara orang tua dengan remaja, diikuti karena tekanan teman sebaya,
religiusitas, dan eksposur media pornografi (Soetjiningsih, 2006).
Secara rinci, faktor yang menyebabkan perilaku seks pranikah pada remaja antara
lain:
a. Faktor yang menyebabkan perilaku seks pranikah pada remaja menurut Sarwono 2011,
hal 188-205:
1) Pengetahuan
Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada remaja yang sudah mulai
berkembang kematangan seksualnya secara lengkap kurang mendapat pengarahan
dari orang tua mengenai kesehatan reproduksi khususnya tentang akibat-akibat
perilaku seks pranikah maka mereka sulit mengendalikan rangsangan-rangsangan
dan banyak kesempatan seksual pornografi melalui media massa yang membuat
mereka melakukan perilaku seksual secara bebas tanpa mengetahui resiko-resiko
yang dapat terjadi seperti kehamilan yang tidak diinginkan.
2) Meningkatnya libido seksual
Di dalam upaya mengisi peran sosial, seorang remaja mendapatkan motivasinya dari
meningkatnya energi seksual atau libido, energi seksual ini berkaitan erat dengan
kematangan fisik.
3) Media informasi
Adanya penyebaran media informasi dan rangsangan seksual melalui media massa
yaitu dengan adanya teknologi yang canggih seperti, internet, majalah, televisi,
video. Remaja cenderung ingin tahu dan ingin mencoba-coba serta ingin meniru apa
yang dilihat dan didengarnya, khususnya karena remaja pada umumnya belum
mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orang tuanya.
4) Norma agama
Sementara itu perkawinan ditunda, norma-norma agama tetap berlaku dimana orang
tidak boleh melaksanakan hubungan seksual sebelum menikah. Pada masyarakat

modern bahkan larangan tersebut berkembang lebih lanjut pada tingkat yang lain
seperti berciuman dan masturbasi untuk remaja yang tidak dapat menahan diri akan
mempunyai kecenderungan melanggar larangan tersebut.
5) Orang tua
Ketidaktahuan orang tua maupun sikap yang masih menabukan pembicaraan seks
dengan anak bahkan cenderung membuat jarak dengan anak. Akibatnya pengetahuan
remaja tentang seksualitas sangat kurang. Padahal peran orang tua sangatlah penting,
terutama pemberian pengetahuan tentang seksualitas.
6) Pergaulan semakin bebas
Gejala ini banyak terjadi di kota-kota besar, banyak kebebasan pergaulan antar jenis
kelamin pada remaja, semakin tinggi tingkat pemantauan orang tua terhadap anak
remajanya, semakin rendah kemungkinan perilaku menyimpang menimpa remaja.
b. Faktor yang menyebabkan perilaku seks pranikah pada remaja menurut Bachtiar, 2004:
1) Pendidikan
Pendidikan yang rendah cenderung melakukan seks pranikah dibanding dengan yang
berpendidikan tinggi dan berprestasi.
2) Sosial ekonomi
Dengan perekonomian keluarga yang rendah cenderung remaja melakukan seks
pranikah agar pasangannya dapat memenuhi segala sesuatu yang ia butuhkan.
3) Pengaruh teman
Pengaruh teman memang sangat kuat dalam mempengaruhi perilaku seksual.
c. Faktor yang menyebabkan perilaku seks pranikah pada remaja menurut Gunarsa, 1995:
1) Peluang/ kesempatan waktu
Dengan adanya waktu luang yang tidak bermanfaat maka lebih mudah menimbulkan
adanya pergaulan bebas, dalam arti remaja mementingkan hidup bersenang-senang,
bermalas-malas, berkumpul-kumpul sampai larut malam yang akan membawa
remaja pada pergaulan bebas.
2) Pengaruh norma budaya dari luar
Remaja menelan begitu saja apa yang dilihatnya dari budaya barat.
4. Dampak dari Perilaku Seks Pranikah
Menurut Sarwono (2011), perilaku seksual pranikah dapat menimbulkan berbagai
dampak negatif pada remaja, diantaranya sebagai berikut :

a. Dampak psikologis
Dampak psikologis dari perilaku seksual pranikah pada remaja diantaranya
perasaan marah, takut, cemas, depresi, rendah diri, bersalah dan berdosa.
b. Dampak Fisiologis
Dampak fisiologis dari perilaku seksual pranikah tersebut diantaranya dapat
menimbulkan kehamilan tidak diinginkan dan aborsi. Kehamilan pada remaja
sering disebabkan ketidaktahuan dan tidak sadarnya remaja terhadap proses
kehamilan. Bahaya kehamilan pada remaja:
-

Hancurnya masa depan remaja tersebut.

Remaja wanita yang terlanjur hamil akan mengalami kesulitan selama


kehamilan karena jiwa dan fisiknya belum siap.

Pasangan pengantin remaja, sebagian besar diakhiri oleh perceraian (umumnya


karena terpaksa kawin karena nafsu, bukan karena cinta).

Pasangan pengantin remaja sering menjadi cemoohan lingkungan sekitarnya.

Remaja wanita yang berusaha menggugurkan kandungan pada tenaga non medis
(dukun, tenaga tradisional) sering mengalami kematian strategis.

Pengguguran kandungan oleh tenaga medis dilarang oleh undang-undang,


kecuali indikasi medis (misalnya si ibu sakit jantung berat, sehingga kalau ia
meneruskan kehamilan dapat timbul kematian). Baik yang meminta, pelakunya
maupun yang mengantar dapat dihukum.

Bayi yang dilahirkan dari perkawinan remaja, sering mengalami gangguan


kejiwaan saat ia dewasa.

c. Dampak sosial
Dampak sosial yang timbul akibat perilaku seksual yang dilakukan sebelum
saatnya antara lain dikucilkan, putus sekolah pada remaja perempuan yang hamil,
dan perubahan peran menjadi ibu. Belum lagi tekanan dari masyarakat yang
mencela dan
menolak keadaan tersebut (Sarwono, 2011).
d. Dampak fisik
Dampak fisik lainnya sendiri menurut Sarwono (2011) adalah berkembangnya
penyakit menular seksual di kalangan remaja, dengan frekuensi penderita penyakit
menular seksual (PMS) yang tertinggi antara usia 15-24 tahun. Infeksi penyakit
menular seksual dapat menyebabkan kemandulan dan rasa sakit kronis serta
meningkatkan risiko terkena PMS dan HIV/AIDS.

5. Dampak Kehamilan Remaja


Kehamilan yang dialami pada usia muda (remaja) umumnya akan menimbulkan
masalahmasalah sebagai berikut : (Lesnapurnawan, 2009. Manuaba, IBG.2010. Romauli,
S. 2011).
1) Masalah Kesehatan Reproduksi
Remaja yang akan menikah kelak akan menjadi orang tua sebaiknya mempunyai
kesehatan reproduksi yang sehat sehingga dapat menurunkan generasi penerus yang
sehat. Untuk itu memerlukan perhatian karena belum siapnya alat reproduksi untuk
menerima kehamilan yang akhirnya akan menimbulkan berbagai bentuk komplikasi.
Selain itu kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20
tahun ternyata 25 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi pada usia
20-29 tahun.
2) Masalah Psikologis
Umumnya para pasangan muda keadaan psikologisnya masih belum matang, sehingga
masih lebih dalam menghadapi masalah yang timbul dalam perkawinan. Dampak yang
dapat terjadi seperti perceraian, karena kawin cerai biasanya terjadi pada pasangan yang
umurnya pada waktu kawin relatif masih muda. Tetapi untuk remaja yang hamil di luar
nikah menghadapi masalah psikologi seperti rasa takut, kecewa, menyesal, rendah diri
dan lain-lain, terlebih lagi masyarakat belum dapat menerima anak yang orang tuanya
belum jelas.
3) Masalah Sosial Ekonomi
Makin bertambahnya umur seseorang, kemungkinan untuk kematangan dalam bidang
sosial ekonomi juga akan makin nyata. Pada umumnya dengan bertambahnya umur
akan makin kuatlah dorongan mencari nafkah sebagai penopang. Ketergantungan sosial
ekonomi pada keluarga menimbulkan stress (tekanan batin).
4) Dampak kebidanan yang terjadi pada kehamilan usia muda adalah (Asfriyanti, 2009 dan
Manuaba, 2010) :
(1) Abortus (Keguguran)
Keguguran sebagian dilakukan dengan sengaja untuk menghilangkan kehamilan
remaja yang tidak dikehendaki. Abortus yang dilakukan oleh tenaga nonprofesional dapat menimbulkan tingginya angka kematian dan infeksi alat
reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan kemandulan.
(2) Persalinan Prematur, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan Kelainan Bawaan
Kekurangan berbagai zat yang dibutuhkan saat pertumbuhan dapat mengakibatkan
tingginya prematur, BBLR dan cacat bawaan.
(3) Mudah Terinfeksi

Keadaan gizi yang buruk, tingkat sosial ekonomi yang rendah dan stres
memudahkan terjadinya infeksi saat hamil, terlebih pada kala nifas.
(4) Anemia Kehamilan
(5) Keracunan Kehamilan (Gestosis)
Merupakan kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia
makin meningkatkan terjadinya keracunan saat hamil dalam bemtuk eklampsi dan
pre eklampsi sehingga dapat menimbulkan kematian. Dimana keracunan kehamilan
merupakan penyebab kematian ibu yang terbesar ketiga.
(6) Kematian Ibu yang Tinggi
Remaja yang stres pada kehamilannya sering mengambil jalan yang pintas untuk
melakukan abortus oleh tenaga non-profesional. Angka kematian abortus yang
dilakukan oleh dukun cukup tinggi, tetapi angka pasti tidak diketahui. Kematian ibu
terutama karena perdarahan dan infeksi. Penyebab kematian ibu dikenal dengan trias
klasik yaitu perdarahan, infeksi dan gestosis.
6. Upaya untuk Menghindari Seks Bebas Bagi Remaja
6.1. Bagi Remaja
Beberapa upaya yang dapat dilakukan remaja untuk menghindari seks pranikah
antara lain:
1) Mempertebal rasa keimanan.
2) Bergaul dengan baik/positif.
3) Memilih teman yang baik.
4) Menghindari pergaulan bebas.
5) Berkomunikasi secara terbuka dengan orang tua.
6) Selalu berpikir positif.
7) Berpikir terlebih dahulu sebelum melakukan sesuatu.
8) Mengikuti kegiatan siraman rohani.
6.2 Bagi Orang Tua
Salah satu faktor yang mengakibatkan remaja terjerumus ke dalam prilaku seks
bebas adalah kurangnya kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya. Peranan agama dan
keluarga sangat penting untuk mengantisipasi perilaku remaja tersebut. Sebagai makhluk
yang mempunyai sifat egoisme yang tinggi maka remaja mempunyai pribadi yang sangat
mudah terpengaruh oleh lingkungan di luar dirinya akibat dari rasa ingin tahu yang sangat
tinggi. Tanpa adanya bimbingan maka remaja dapat melakukan perilaku menyimpang.
Untuk itu, diperlukan adanya keterbukaan antara orang tua dan anak dengan melakukan

komunikasi yang efektif. Mungkin seperti menjadi tempat curhat bagi anak-anak anda,
mendukung hobi yang diinginkan selama kegiatan tersebut positif untuk dia.
Orangtua sebagai penanggung jawab utama terhadap perilaku anak, harus
menciptakan lingkungan keluarga yang harmonis dalam keluarganya. Orang tua sejak usia
dini harus menanamkan dasar yang kuat pada diri anak bahwa Tuhan menciptakan
manusia untuk beribadah kepada-Nya. Jika konsep hidup yang benar telah tertanam maka
remaja akan memahami jati dirinya, menyadari akan tugas dan tanggung jawabnya,
mengerti hubungan dirinya dengan lingkungaanya. Kualitas akhlak akan terus terpupuk
dengan memahami batas-batas nilai, komitmen dengan tanggung jawab bersama dalam
masyarakat. Remaja akan merasa damai di rumah yang terbangun dari keterbukaan, cinta
kasih, saling memahami di antara sesama keluarga. Pengawasan dan bimbingan dari orang
tua dan pendidik akan menghindarkan dari pergaulan bebas. Orang tua harus terus
mengawasi dan mengontrol perkembangan perilaku remaja. Selain itu, pendidikan seks
harus diberikan sejak dini agar mereka sadar bagaimana menjaga supaya organ-organ
reproduksinya tetap sehat.
6.3 Bagi Tenaga Medis
a. Memberikan penyuluhan pendidikan seks yang baik sejak dini.
b. Memberikan pelayanan kesehatan khusus bagi remaja misalnya klinik remaja
c. Membatasi dan memperketat peredaran alat kontrasespsi
6.4 Bagi Pemerintah
Salah satu upaya pemerintah dalam mengatasi/meminimalisir perilaku seks bebas
pada remaja antara lain dengan membuat regulasi yang dapat melindungi anak-anak dari
tontonan yang tidak mendidik. Salah satu regulasi yang dibuat adalah aturan perfilman
yang memihak kepada pembinaan moral bangsa yaitu pengesahan Undang-Undang Anti
Pornografi pada tahun 2008.

DAFTAR PUSTAKA
BKKBN. 2014. Perilaku Seksual Pranikah Pada Remaja Meningkat. Diakses pada 14
Desember 2015 dari http://www.bkkbn.go.id/ViewBerita.aspx?BeritaID=1617
Astini. 2008. Seks pranikah ancaman masa depan remaja. Available : http://www.Osissmandapura. Net/index.Php?pilih=hal &id=20.
Ginting, Perana. 2008. Persepsi Remaja Terhadap Perilaku Seksual Pranikah. Available :
http : //www.indoskripsi.com.
Hidayatul, F, Anung. (2008). Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Persepsi Tentang
Hubungan Seksual Pra Nikah di SMA N 2 Semarang. UNIMUS
Irawati, I. (1999). Modul Perkembangan Seksualitas Remaja. Bandung : PKBI UNFPA.
Mutadin, Z., (2002). Pendidikan seksual pada remaja. Available : http : //www. epsikologi.com.
Purwanto. (1999). Pengantar Perilaku Manusia Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.
Sarwono, S.W. (2011). Psikologi Remaja. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Santrock, J.W. (2003). Adolescence : Perkembangan Remaja . Alih bahasa oleh : Shinto
B.A dan S. Saragih. Jakarta : Penerbit Erlangga.

DAFTAR HADIR PESERTA PENYULUHAN KESEHATAN


REMAJA
TOPIK : PERILAKU SEKS PRANIKAH
DI SMA _____________
WILAYAH KERJA PUSKESMAS MULYOREJO - SURABAYA
No
.
1

Nama

Tanda Tangan
1.

2
3

2.
3.

4
5

4.
5.

6
7

6.
7.

8
9

8.
9.

10
11

10.
11.

12
13

12.
13.

14
15

14.
15.

16
17

16.
17.

18
19
20

18.
19.
20.

You might also like