You are on page 1of 43

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan kekuatan


dan rahmat kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
Praktikum Paleontologi tepat pada waktunya
Penulis mengucapkan terima kasih dan apresiasi yang sebesarbesarnya kepada pihak yang telah membantu penulisan Praktikum
Paleontologi ini.
1. Hita Pandita ST,MT selaku dosen mata kuliah
2. Asisten dosen yang telah membantu dan mengarahkan penulisan
laporan praktikum
3. Teman-teman yang telah membantu dalam penulisan laporan
Praktikum Paleontologi
4. Keluarga yang tercinta
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan
Praktikum Paleontologi ini dan harapan penulis semoga laporan ini dapat
bermanfaat di Ilmu Pengetahuan yang khususnya di Ilmu Kebumian. Akhir
kata saya ucapkan terima kasih.

Yogyakarta, 8 Januari 2014

Penulis

Didik Wahyudi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Lokasi Pertama
Dari penelitian pada lokasi pertama, langsung dilanjutkan pada lokasi
kedua.Lokasi penelitian fosil jejak kedua dilakukan di daerah
Kalingalang, Patuk, Wonosari, Gunung Kidul Yogyakarta tepatnya
dibawah jembatan sungai juga seperti pada lokasi pertama.Penelitian
atau field tripini dilakukan pada tanggal 18 desember 2011pada
sekitar pukul 11.00 pagi dengan kondisi cuaca yang relatif berawan.
Pada lokasi ini sebenarnya ada banyak singkapan batuan yang
mengandung atau terdapat fosil jejak namun karena sedang musim
penghujan maka hanya beberapa saja yang terlihat singkapannya
dikarenakan singkapan lain tertutup air sungai. . Lokasi penelitian
fosil jejak kedua juga dilakukan pada daerah pegunungan atau
dataran tinggi, pada lingkungan sungai dengan arus air sedang dan di
tempat tersebut terdapat beberapa singkapan batuan yang ada
beberapa fosil jejaknya yang mana lokasinya tidak jauh dari lokasi
penelitian kedua.

B. Lokasi Kedua
Lokasi penelitian fosil jejak pertama dilakukan di daerah desa
Bunder Kaliwidoro, Patuk, Wonosari, Gunung Kidul Yogyakarta
tepatnya dibawah jembatan sungai Widoro.Penelitian atau field
tripini dilakukan pada tanggal 18 desember 2011pada sekitar pukul
9.00 pagi dengan kondisi cuaca yang relatif cerah.Waktu tempuh dari
kampus STTNas sekitar 45-60 menit dengan kecepatan sedang.
Lokasi penelitian fosil jejak pertama pada daerah pegunungan atau
dataran tinggi, pada lingkungan sungai dengan arus air sedang dan di

tempat tersebut terdapat beberapa singkapan batuan yang ada


beberapa fosil jejaknya.

C. Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan dari praktikum paleontologi ini pada
umumnya dan fosil jejak pada khususnya yaitu untuk mempelajari
lebih detail tentang ilkmu paleontology yang mana objek utama yang
dipelajari dalam ilmu paleontology adalah fosi yang mana dalam
laporan ini dipelajari mengenai fosil jejak pada khususnya.
Dalam identifikasi fosil jejak atau trace fosil bertujuan agar
dapat mengenali jenisnya dan berbagai aspek yang berkaitan seperti :
a. Menentukan korelasi batuan antara tempat yang satu dengan
tempat lain.
Dengan diketahui fosil yang diketemukan, maka dapat
disimpulkan bahwa beberapa daerah yang disitu ditemukan
fosil yang sama, maka lapisan batuan pada daerah tersebut
terbentuk pada masa yang sama.
b. Menentukan lingkungan pengendapan.
Beberapa

binatang

dapat

dipelajari

lingungan

hidupnya(misalnya laut dalam,air payau,darat,dsb)hal ini


akan membantu didalam pembentukan batuannya.untuk
menentukan lingkungan pengendapan.
c. Mementukan umur relatif batuan
Fosil dapat digunakan untuk menentukan umur relatif suatu
batuan yang terdapat/terkandung dalam fosil. Batuan yang
berasal dari suatu jaman tertentu mengandung kumpulan
fosil yang tertentu, yang lain dari fosil yang terkandung
dalam batuan yang berasal dari jaman geologi yang lain.
d. Mengetahui Paleoklimatologi
Selain lingkungan hidup, organisme juga dipengaruhi oleh
iklim sebagai salah satu unsur lingkungan. Contoh: Koral
biasanya hidup pada iklim tropis - sub tropi

Dengan mempelajari fosil jejak diharapkan dapat menentukan


beberapa aspek diatas, tentunya harus diketahui terlebih dahulu jenis
organismenya

ataupun

ordo

organismenya

dengan

cara

mengidentifikasi fosil jejak dan jenis batuanya agar dapat ditentukan


beberapa aspek tersebut.

BAB II
DASAR TEORI

Sebelum mengenal lebih jauh tentang fosil jejak terlebih dahulu kita
pelajari apa itu paleontologi kemudian fosil dan terakhir apa itu fosil
jejak atau trace fosil.
A. Paleontologi
Paleontologi berasal dari kata paleo yang artinya masa lampau,
onto yang artinya kehidupan dan logos yang artinya adalah
ilmu.Jadi secara umum paleontologi berarti ilmu yang mempelajari
tentang masa lampau.
Paleontologi adalah ilmu yangluk hidup purba yang biasanya
adalah

dengan

mempelajari

fosil-fosilnya.Paleontologi

adalah

mempelajari fosil makh untuk mempelajari jejak kehidupan dan segala


sesuatu tentang zaman purba.Secara sempit, Paleontologi dapat diartikan
ilmu mengenai fosil sebab jejak kehidupan zaman purba terekam dalam
fosil.
Fosil adalah sisa kehidupan purba yang terawetkan secara alamiah
dan terekam pada bahan-bahan dari kerak bumi.sisa kehidupan tersebut
dapat berupa cangkang binatang,jejak atau cetakan yang mengalami
pembentukan atau penggantian oleh mineral. Catatan fosil ( fossil record
) adalah susunan teratur di mana fosil mengendap dalam lapisan/
strata,pada

batuan

sedimen

yang

menandai

berlalunya

waktu

geologis.Semakin atas letak strata tempat fosil ditemukan,semakin muda


usia fosil tersebut.
Batasan
Studi Paleontologi dibatasi oleh skala waktu geologi yaitu umur
termuda adalah Kala Holosen (0,01 jt. th. yang lalu).

Konsep-Konsep Dasar Paleontologi


a. Taksonomi
b. Konsep Spesies
c. Filogeni
d. Metode Identifikas
Taksonomi
Taksonomi

adalah

pengelompokan

organisme

berdasarkan

kesamaan ciri fisik tertentu.Dalam penyebutan organisme sering


dipergunakan istilah taksa apabila tingkatan taksonominya belum
diketahui.Unit terkecil dalam taksonomi adalah spesies, sedangkan unit
tertinggi adalah kingdom. Diantara unit-unit baku dapat ditambahkan
super jika terletak di atas unit baku, contoh: super kingdom, merupakan
unit yang lebih tinggi dari kingdom. Jika ditambahkan sub terletak di
bawah unit baku, contoh: subfilum, terdapat di bawah unit filum.
Spesifikasi Nama
Deskriptif, Pemberian nama di dasarkan pada ciri fisik, dapat
berupa:
Bentuk tubuh:Turritella angulata, memperlihatkan bentuk tubuh
turreted (meninggi) dan menyudut pada kamarnya.
Struktur: Tubipora musica, memperlihatkan struktur tubuh berpipa
(tube) dan terangkai seperti alat musik (musica).
Geografis:Pemberian nama yang didasarkan pada lokasi dimana
fosil tersebut pertama kali diketemukan. Contoh:Fussulina sumatrensis,
Fussulina yang diketemukan di sumatera.
Personal : Mencantumkan nama penemunya.
Contoh : Discoatermartinii, Martini adalah penemu fosil tersebut

Filogeni
Filogeni adalah ilmu yang mempelajari hubungan kekerabatan
suatu

organisme

dengan

organisme

lainnya.Hubungan

tersebut

ditentukan berdasarkan morfologi hingga DNA. Filogeni sangat


diperlukan dalam mempelajari proses evolusi dan penyusunan
taksonomi. Evolusi sendiri dapat diartikan sebagai perubahan yang
berangsur-angsur dari suatuorganisme menuju kepada kesesuaian
dengan waktu dan tempat. Jadi evolusi sendirimerupakan proses adaptasi
dari suatu organisme terhadap lingkungannya
Metode Penyusunan Filogeni
1.Fenetik
Metode penyusunan filogeni dengan pendekatan analisa numerik.
Pendekatan tersebut meliputi penghitungan Indeks ketidaksamaan,
Indeks keanekaragaman, Anaisa pola dan berbagai indeks yang lain.
Dalam

pendekatan

fenetik

semua

subyek

dan

faktor

yang

dianalisispunya kedudukan yang sama.


2.Kladistik,
Metode ini muncul atas dasar pemikiran bahwa proses alamiah akan
selalu mengambil jalan yang paling singkat. Dalam kladistik setiap ciri
fisik mempunyai tingkatan yang berbeda
Metode Identifikasi
Morfologi.Pendekatan

morfologi

berupa

deskriptif

kualitatif.Meliputi bentuk tubuh, struktur yang biasanya berkembang,


dan sebagainya.
Biometri,Pendekatan secara kuantitatif, yaitu berdasarkan ukuran
tubuh dari suatu organisme
Ruang Lingkup Paleontologi

Secara umum paleontologi dapat digolongkan menjadi dua yaitu


Paleobotani ( tumbuhan ) dan Paleozoologi ( hewan ). Jadi ruang
lingkup paleontologi ( terbagi dalam paleobotani dan paleozoologi)
antara lain:

1. Paleobotani
Paleobotani adalah ilmu yang mempelajari fosil tumbuhan.Kajian
Paleobotani meliputi aspek fosil tumbuhan, rekonstruksi taksa, dan
sejarah evolusi dunia tumbuhan.
2. Paleozoology ( hewan vertebrata dan invertebrata )
Tujuan dari mempelajari paleozoology adalah :
a. Rekonstruksi sejarah kehidupan pada masa lampau baik di
bidang hewan dan perkembangan manusia. Proses rekonstruksi
kehidupan dilakukan melalui rekonstruksi fosil karena fosil ditemukan
dalam lapisan/strata geologis yang berlainan sehingga dapat diketahui
perkiraan waktu munculnya dan kehidupan makhluk yang telah
memfosil tersebut.
b. Analisa pola dan suksesi suatu vegetasi dari waktu ke waktu.
Kehidupan pada masa purba di mana kondisi bumi masih belum stabil
sangat memungkinkan terjadinya perubahan kondisi lingkungan yang
ekstrim sehingga mempengaruhi kehidupan spesies dan vegetasi
tanaman
c. Analisa mengenai aspek aspek perubahan iklim yang terjadi.
Cara ini bermanfaat untuk merekonstruksi dampak perubahan iklim pada
lingkungan, mempelajari bagaimana hubungan antara hewan dan
tumbuhan yang hidup pada lingkungan tersebut

d. Analisa kehidupan biokultural manusia sejak manusia muncul


di bumi, proses evolusinya melalui masa dan wilayah distribusinya
seluas dan selama mungkin
e. Analisa proses adaptif yang dilakukan makhluk hidup terhadap
perubahan kondisi lingkungan, makhluk yang mampu beradapatasi akan
terus bertahan walaupun peiode waktu geologis terus berjalan sedangkan
yang tidak mampu beradaptasi akan punah. Proses adaptasi membuka
zona adaptif yang baru yaitu suatu kumpulan kondisi hidup dan sumber
daya baru yang memberikan banyak kesempatan yang sebelumnya tidak
dimanfaatkan.
Objek studi utama dalam ilmu paleontologi adalah fosil
B. Fosil
Fosil adalah sisa kehidupan purba yang terawetkan secara alamiah
dan terekam pada bahan-bahan dari kerak bumi.sisa kehidupan
tersebut dapat berupa cangkang binatang,jejak atau cetakan yang
mengalami pembentukan atau penggantian oleh mineral.
Pengertian Fosil adalah semua sisa, jejak, ataupun cetakan dari
manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan yang telah terawetkan
dalam suatu endapan batuan dari masa geologis atau prasejarah yang
telah berlalu.Karena harus terendapkan, maka sebuah fosil harus
diperhitungkan dalam ribuan tahun.
Proses pembentukan fosil
Pertama bahan baku harus organik dari makhluk hidup; kedua
harus diendapkan dalam suatu lingkungan pengendapan fosilisasi
(endapan volkanik atau satuan karst); dan ketiga faktor masa/waktu
yang diperlukan untuk fosilisasi. Perlakuan terhadap temuan fosil
adalah pengeringan dengan cara diangin-anginkan tanpa kena sinar
matahari langsung; pembersihan; rekonstruksi; dan identifikasi.
Manfaat fosil bagi ilmu pengetahuan adalah untuk merekonstruksi
proses evolusi fisik manusia; evolusi faunal; dan lingkungan purba
serta lansekap vegetasi. Situs-itus kontributor fosil manusia adalah

Sangiran, Kedungbrubus, Trinil, Ngandong, Sambungmacan, Ngawi,


Perning, dan Patiayam.
Ada 3 faktor yang mempengaruhi dapat tidaknya suatu
organisme terawetkan menjadi fosil.Ketiga faktor tersebut adalah:
1. Biologis, predator dan bakteri scavenger selalu ada di semua
lingkungan. Mencegah terawetkannya tubuh suatu organisme
2. Fisik/Mekanik, fosil sulit terbentuk pada lingkungan dengan
energi sedimentasi yang kuat.
3. Kimiawi, faktor kimiawi bisa menjadi pendukung untuk
terjadinya

proses

pemfosilan,

misal

replacement

pada

cangkang/tulang. Namun dapat menjadi faktor perusak, misalnya


leaching.

Salah satu persepsi masyarakat luas mengenai pengertian


sebuah fosil dalam kehidupan sehari-hari antara lain adalah barangbarang kuna ataupun purbakala. Benak masyarakat luas lebih mudah
mengkaitkan pengertian fosil dengan sesuatu yang antik dan
berkonteks masa lalu. Sebagian dari persepsi tersebut benar, akan
tetapi sesungguhnya sebuah fosil mempunyai pengertian yang lebih
luas dan lebih spesifik. Oleh karena itu, persepsi masyarakat tentang
fosil di atas baru merupakan pengertian awal sebagian dari
keseluruhan pengertian- yang dilengkapi dengan pengertianpengertian yang lebih sempurna.Dalam konteks tersebut, perlu
diberikan beberapa pemahaman mengenai fosil dan seluk beluknya,
sehingga dapat dihindari persepsi masyarakat tentang fosil yang
kurang pas.

Tapi menurut sebagian orang fosil itu dihasilkan oleh


pembekuan lahar yang menjadi batu (lahar yang menimpa hewan
atau mahluk purba tersebut) ketika terjadi letusan gunung berapi
yang mengakibatkan kehancuran bumi.Sebenarnnya ada benarnya
juga karena bagaimanapun kuatnya suatu bangkai pasti akan
mengalami pembusukan apabila sudah berumur ribuan tahun.

Sisa-sisa organisme atau tumbuhan yang terawetkan ini dinamakan


fossil, sedangkan proses pembentukan fosil disebut fossilisasi.
Fossilisasi dapat terjadi melalui beberapa proses yaitu:
a. Penggantian (replacement), penggantian mineral pada bagian yang
keras dari organisme seperti cangkang. Misalnya cangkang suatu
organisme yang semula terdiri dari kalsium karbonat (CaCO3)
digantikan oleh silica.
b. petrifaction, bagian lunak dari batang tumbuhan diganti oleh
presipitasi mineral yang terlarut dalam air sedimen.

c. karbonisasi, daun atau material tumbuhan yang jatuh ke dalam


lumpur rawa, terhindar dari oksidasi. Dan pada saat diagenesa,
material itu diubah menjadi cetakan karbon dengan tidak
mengubah bentuk asalnya.
d. pencetakan, pada saat diagenesa, sisa binatang atau tumbuhan
terlarut, sehingga terjadilah rongga, seperti cetakan (mold) yang
bentuk dan besarnya sesuai atau sama dengan benda salinya.
Apabila rongga ini terisi oleh mineral maka terbentuklah hasil
cetakan (cast) binatang atau tumbuhan tersebut.
Ada 4 kriteria untuk disebut sebagai fosil :
a. Sisa atau Jejak Organisme. Contoh: tulang, cangkang, footprint, dll
b. Terawetkan di dalam batuan atau kerak bumi.
c. Terawetkan secara alami. Contoh: fosil Stegodon di daerah
Sangiran
d. Umur fosil tidak lebih muda dari Holosen (+ 10.000 th).
Tempat penemuan fosil
Kebanyakan fosil ditemukan dalam batuan endapan (sedimen) yang
permukaannya terbuka.Batu karang yang mengandung banyak fosil
disebut fosiliferus.Tipe-tipe fosil yang terkandung di dalam batuan
tergantung dari tipe lingkungan tempat sedimen secara ilmiah
terendapkan.Sedimen laut, dari garis pantai dan laut dangkal, biasanya
mengandung paling banyak fosil.

Kegunaan Fosil
1. Menentukan umur relatif batuan
Fosil dapat digunakan untuk menentukan umur relatif suatu batuan
yang terdapat/terkandung dalam fosil. Batuan yang berasal dari suatu
jaman tertentu mengandung kumpulan fosil yang tertentu, yang lain
dari fosil yang terkandung dalam batuan yang berasal dari jaman
geologi yang lain.

Hal ini sesuai dengan hokum oleh Abbe Giraud de Saulave (1777)
yaitu :
Law of Faunal Succession (Hukum Urut-urutan fauna)
Jenis-jenis fosil itu berada sesuai dengan umurnya. Fosil pada formasi
terbawah tidak serupa dengan formasi yang di atasnya.

2. Menentukan korelasi batuan antara tempat yang satu dengan tempat


lain.
Dengan diketahui fosil yang diketemukan, maka dapat disimpulkan
bahwa beberapa daerah yang disitu ditemukan fosil yang sama, maka
lapisan batuan pada daerah tersebut terbentuk pada masa yang sama.
Hal ini sesuai dengan hokum Law of Strata Identified by Fossils
(Hukum Mengenali Lapisan Dengan Fosil)

3. Mengetahui evolusi makhluk hidup

Para ahli paleontologi, setelah meneliti isi fosil dari lapisan


batuan batuan yang berbeda-beda umurnya berkesimpulan bahwa
batuan yang lebih tua mengandung fosil yang lebih sedikit,
bentuknya lebih primitip.Semakin muda umur batuannya, isi fosilnya
semakin banyak dan strukturnya semakin canggih.Dari sini kemudian
para ahli tersebut berkesimpulan bahwa organisme yang pernah ada
di bumi kita ini mengalami perkembangan, mulai dari sederhana
menunju ke bentuk yang lebih kompleks dalam waktu yang sangat
lama.Hal ini yang kemudian dikembangkan oleh ahli biologi sebagai
teori evolusi organisme.
4. Menentukan keadaan lingkungan dan ekologi yang ada ketika
batuan

yang

mengandung

fosil

terbentuk.(Menentukan

Lingkungan Pengendapan )
Organisme dalam hidupnya dibatasi oleh suatu lingkungan, dimana
organisme tersebut dapat beradaptasi.
Dengan demikian fosil dapat dipergunakan untuk menentukan
lingkungan pengendapan.
Syarat:
1.

Fosil terendapkan pada lingkungan dimana dia hidup

(bioconoese)
2. Lingkungan hidupnya sempit

3.

Mudah dikenali

Lingkungan Pengendapan
-Darat, meliputi gurun, sungai, danau, dan sebagainya
-Laut, meliputi: pantai, rawa, laut dangkal (neritik) dsb.
5. Mengetahui Paleoklimatologi
Selain lingkungan hidup, organisme juga dipengaruhi oleh iklim
sebagai salah satu unsur lingkungan.
Contoh: Koral biasanya hidup pada iklim tropis sub tropis. Sehingga
pada batuan yang diketemukan mengandung koral iklim masa
lampaunya adalah tropis.

Klasifikasi Fosil
Berdasarkan tipe pengawetannya , fosildapat dibedakan menjadi
beberapa jenis, yaitu :
a. Fosil tak terubah , organisme atau hewan yang terawetkan,
komposisi semula tidak berubah. Misalnya, cangkang kerang yang
terawetkan pada batu lempung komposisinya tetap CaCO3.
Fosil mamouth di Siberia, tertimbun oleh es :

b. Fosil terubah, perubahannya dapat berupa :


1. Permineralisasi, bagian organisme asli yang porous terisi pleh
mineral mineral sekunder. Akibat dari penambahan mineral
sekunder.
2. Replacement (penggantian), mineral mineral sekunder mengganti
semua material fosil asli.
3. Rekristalisasi. Dalam proses ini setiap butiran yang sangat halus dari
material asli dari bagian yang keras mengalami reorganisasi
(penyusunan kembali) ke dalam kristal kristal yang lebi besar
dari material sebelumnya.
b. Fosil berupa fragmen, fosil berupa fragmen fragmen , dan
fragmen dapat terubah dapat tidak.

c. Fosil berupa jejak atau bekas, tidak semua fosil terawetkan


dalam bentuk yang siap dikenal, sering hanya bukti bukti tidak
langsung dari jejak fosil yang adauntuk diintepretasikan

Macamnya yaitu :
1. Mold, Cast, dan Imprint. Yaitu bilabagian keras dari hewan
semuanya terlarutkan, lubangnya tinggal batuan sediment yang
melingkunginya, cetakan tersebut disebut Mold, sedangkan bila
bagian dalam disebut internal mold. Mold dapat terisi oleh
mineral sekunder membentuk jiplakan yang secara kasat mata
sama dengan fosil asli. Cetakan tersebut disebut Cast. Bila yang
tertcetak bagian luar disebut external cast, sedang bila di bagan
dalam disebut internal cast. Imprint biasanya terbentuk bia
organisme tercetak di dalam sediment halus, atau Lumpur, dan
akhirnya terlepas.
2. Track, Trail, dan Burrow. Track dan Trail terbentuk karena
perpindahan organisme di atas permukaan sediment- sediment
lunak. Track adalah jejak berupa tapak , sedangkan trail adakah
jejak berupa seretan. Burrow adalah jejak dari organisme
penggali. Lobang yang ditinggalkan oleh organisme sering
terawetkan oleh pengisian lubang dengan sediment dengan
komposisi berbeda.

3. Coprolite, adalah fosil yang berupa kotoran hewan. Digunakan oleh


hli geologi untuk menentukan tempat hidupnya, apa makanannya,
dan ukuran relatifnya.
4. Fosil kimia , jejak asam organic seperti dijumpai dalam sediment
Prakambrium dipandang sebagai fosil kimia.
Adapun yang akan dalam laporan ini setelah mempelajari
paleontologi kemudian fosil dan yang utama dalam laporan ini
adalah mengenai fosil jejak atau trace fosil :
C. Fosil Jejak
Fosil jejak (trace fossils) merupakan hasil dari aktivitas suatu
organisme yang terawetkan secara alami atau melalui proses alamiah
dan dibatasi oleh skala umur termuda yaitu kala Holosen (10.000
tahun yang lalu). Ilmu yang mempelajari fosil jejak disebut dengan
Ichnology.
Secara mudah pembentukan fosil ini dapat melalui beberapa jalan,
antara lain seperti yang terlihat dibawah ini. Fosil sisa aktifitasnya
sering juga disebut dengan Trace Fosil (Fosil jejak), karena yang
terlihat hanyalah sisa-sisa aktifitasnya. Jadi ada kemungkinan fosil
itu bukan bagian dari tubuh binatang atau tumbuhan itu sendiri.
Penyimpanan atau pengawetan fosil cangkang ini dapat berupa
cetakan.Namun cetakan tersebut dapat pula berupa cetakan bagian
dalam (internal mould) dicirikan bentuk permukaan yang halus, atau
external mould dengan ciri permukaan yang kasar.Keduanya bukan
binatangnya yang tersiman, tetapi hanyalah cetakan dari binatang
atau organisme itu.
Trace fossil adalah suatu struktur berupa track, trall, burrow,
tube, borring, yang terawaetkan sebagai fosil organisme
Klasifikasi fosil jejak dapat didasarkan pada 4 hal, yaitu: taksonomi,
model pengawetan, pola hidup, dan lingkungan pengendapan
(Ekdale, et. al, 1984).

Secara umum dari keempat dasar klasifikasi tersebut tidak dapat


dipisahkan satu sama lainnya, dan bergantung pada tujuan
penggunaan fosil jejak tersebut.

Yang termasuk dalam fosil jejak antara lain adalah :


a. burrows,
b. tracks,
c. trackways,
d. trails,
e. root
f.

penetration,

g. algal stromatolites,
h. boring,
i.

coprolitsdan sebagainya.
Mold : terbentuk apabila cangkang suatu organisme menekan
sedimen yang belum membatu, kemudian meninggalkan cetakan
bagian cangkang yang menekan sedimen tersebut.
Cast : Apabila mold tersebut terisi material sedimen. Terbagi atas
internal cast dan external cast. Internal cast menunjukkan
karakteristik bentuk cetakan bagian dalam. External cast
menunjukkan karakteristik cetakan bagian luar.
Track : sisa organisme yang berupa tapak kaki. Dengan adanya
jejak kaki ini kita dapat mengetahui kebiasaan hidup dari organise
tersebut.
Trail : sisa organisme yang berupa jejak yang berupa alur-alur
pergerakan organisme.
Burrow : sisa aktifitas organisme yang berupa galian. Burrow
menunjukkan bukti bahwa kehidupan suatu organisme didalam
tanah dimana organisme tersebut menggali lubang.

Coprolite : adalah sisa organisme yang berupa kotoran hewan.


Erat kaitannya dengan bentuk anatomi dari pencernaan serta jenis
makanan yang sering dimakan.
Gastrolith : bautan halus, berbentuk well rounded yang terdapat
pada perut organisme yang berguna untuk membantu pencernaan
biasanya pada beberapa golongan reptile.
Burrow : lubang-lubang tempat tinggal yang ditinggalkan binatang
purba.
Borring : lubang pemboran
Tube : struktur fosil berupa pipa
Fosil jejak umumnya dipelajari oleh ahli paleontologi dan
sedimentologi, sehingga ichnologi dapat menjembatani perbedaan
presepsi yang ada.
Kelebihan trace fossil dengan fosil kerangka :
1.

Trace fossil biasanya terawetkan pada lingkungan yang

berlawanan dengan pengendapan fosil kerangka misalnya perairan


dangkal dengan energy tinggi, batu pasir laut dangkal dan batu lanau
laut.
2. Trace fossil tidak dipengaruhi oleh diagenesa bahkan diperjelas
secara visual oleh proses diagenesa.
Fosil jejak atau bekas dibedakan menjadi :
Track, trail dan burrow
Track adalah jejak berupa tapak, trail ialah jejak berupa seretan,
sedangkan burrow berupa jejak galian dari organisme penggali.
Mold, Cast, dan Imprint
Mold ialah cetakan yang terbentuk oleh fosil dimana fosil tersebut
terlarutkan seluruhnya, cast ialah mold yang terisi oleh mineral
sekunder membentuk jiplakan secara kasar mirip dengan fosil asli.

Cuprolite
Cuprolit ialah fosil yang berupa kotoran dari hewan.Dari kotoran ini,
dapat diketahui makanan, tempat hidup, dan ukuran relatifnya.
Fosil kimia
Fosil kimia ialah fosil yang berupa keadaan kiimia pada masa lampau
seperti jejak asam organik.
Taksonomi Fosil jejak
Penggunaan

taksonomi

dalam

fosil

jejak

disebut

dengan

ichnotaxonomy.Sampai sekarang taksonomi di dalam fosil jejak masih


menjadi perdebatan, hal ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
1. Jejak yang sama dapat saja dihasilkan oleh lebih dari satu jenis
organisme. Contoh: Ophiomorpha bisa hasil dari kelompok
pelecypoda maupun annelida.
2. Satu organisme yang sama dapat menghasilkan berbagai jenis jejak.
Contoh: Nereites dan Scalarituba.
3. Bagian-bagian struktur biogenik dapat dihasilkan oleh dua atau lebih
organisme yang hidup bersama-sama. Contoh: Thalasinoides
Model Pengawetan
Berdasarkan

posisi

stratum,

bentukan

bentukan

fosil

diklasifikasikan menjadi :Full relief, semi relief dan hypo relief.

jejak

Pola Hidup
1. Domichnia: merupakan jejak-jejak tempat tinggal dari suatu
organisme
2. Repichnia: merupakan jejak yang dibentuk oleh pergerakan
organisme termasuk berlari, merayap, dan berjalan. Bentuk dapat
memotong bidang perlapisan, sejajar, berkelok atau berpola tidak
teratur.
3. Cubichnia, merupakan jejak yang dibentuk pada saat organisme
istirahat selama beberapa waktu.
4. Fodinichnia, jejak yang terbentuk pada infaunal deposit feeders,
kombinasi antara tempat tinggal sementara dengan pencarian
makanan.
5. Pascichnia, jejak yang terbentuk dari kombinasi antara mencari
makan dan berpindah tempat.
6. Fugichnia, merupakan jejak yang terbentuk dari aktivitas melepaskan
diri dari kejaran organisme pemangsa.
7. Agrichnia, jejak yang berbentuk tidak teratur, belum dapat ditentukan
jenis aktivitasnya.

Lingkungan Pengendapan

BAB III
PEMBAHASAN
I.1 Lokasi Penelitian
I.1.1 Kesampaian Lokasi
Lokasi pengamatan terletak di Kali Ngalang, Nglipar , Gunung Kidul
tepatnya disebelah timur kota Yogyakarta. Lokasi ini dapat dijangkau dengan
menggunakan sepeda motor kurang lebih 40 menit dari Kota Yogyakarta
a. Lokasi Penelitian I (stop site I)
Kali Ngalang I, Gedangsari, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta
tepatnya di sebelah bawah jembatan Kali Ngalang.
b. Lokasi Penelitian II (stop site II)
Kali Ngalang II, Gedangsari, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta
tepatnya di sebelah utara stop site I.

I.1.2 Formasi Lokasi Penelitian


Lokasi pengamatan terletak pada Formasi Sambipitu.Lokasi tipe formasi
ini terletak di Desa Sambipitu pada jalan raya Yogyakarta-Patuk-Wonosari
kilometer 27,8. Secara lateral, penyebaran formasi ini sejajar di sebelah
selatan Formasi Nglanggran, di kaki selatan Subzona Baturagung, namun
menyempit dan kemudian menghilang di sebelah timur. Ketebalan Formasi
Sambipitu ini mencapai 230 meter.
Batuan penyusun formasi ini di bagian bawah terdiri dari batupasir
kasar, kemudian ke atas berangsur menjadi batupasir halus yang berselangseling dengan serpih, batulanau dan batulempung. Pada bagian bawah
kelompok batuan ini tidak mengandung bahan karbonat. Namun di bagian
atasnya, terutama batupasir, mengandung bahan karbonat. Formasi Sambipitu
mempunyai kedudukan menjemari dan selaras di atas Formasi Nglanggran.

Fosil yang ditemukan pada formasi ini diantaranya Lepidocyclina


verbeekiNEWTON dan HOLLAND, Lepidocyclina ferreroi PROVALE,
Lepidocyclina sumatrensis BRADY, Cycloclypeus comunis MARTIN,
Miogypsina

polymorphaRUTTEN

dan

Miogypsina

thecideaeformis

RUTTEN yang menunjukkan umur Miosen Tengah (Bothe, 1929). Namun


Suyoto dan Santoso (1986, dalam Bronto dan Hartono, 2001) menentukan
umur formasi ini mulai akhir Miosen Bawah sampai awal Miosen Tengah.
Kandungan fosil bentoniknya menunjukkan adanya percampuran antara
endapan lingkungan laut dangkal dan laut dalam. Dengan hanya tersusun oleh
batupasir tuf serta meningkatnya kandungan karbonat di dalam Formasi
Sambipitu ini diperkirakan sebagai fase penurunan dari kegiatan gunungapi
di Pegunungan Selatan pada waktu itu (Bronto dan Hartono, 2001).
I.1.2 Geomorfologi
Morfologi daerah penelitian menunjukkan perbukitan dengan sungai
berstadia dewasa. Pada lokasi pengamatan I dan II berada pada daerah
sungai.
I.3

Maksud dan Tujuan

Maksud dari dua penelitian yakni di lokasi I (Kali Ngalang) dan penelitian di
lokasi II (Kali Ngalang) adalah untuk memperkenalkan atau untuk
memahami kenampakan fosil-fosil jejak di daerah pengamatan dengan
melihat dan mendeskripsi secara langsung fosil jejak yang ada pada
perlapisan batuan dan lebih mengenal jenis dari organisme yang telah lama
membatu (menjadi fosil).
Tujuan dari penelitian ini adalah praktikan mampu menganalisa lingkungan
pengendapan berdasarkan fosil jejak.
Selain itu, tujuan lain mempelajari fosil adalah :
a. Untuk mempelajari perkembangan kehidupan yang pernah ada di
muka bumi sepanjang sejarah bumi.

b. Mengetahui kondisi geografi dan iklim pada zaman saat fosil


tersebut hidup.
c. Menentukan umur relatif batuan yang terdapat di alam didasarkan
atas kandungan fosilnya.
d. Untuk menentukan lingkungan pengendapan batuan didasarkan
atas sifat dan ekologi kehidupan fosil yang dikandung dalam batuan tersebut.
e. Untuk korelasi antar batuan-batuan yang terdapat di alam
(biostratigrafi) yaitu dengan dasar kandungan fosil yang sejenis atau seumur.
II.1 Fosil Jejak
Fosil jejak (trace fossils) merupakan hasil dari aktivitas suatu organisme
yang terawetkan di dalam lapisan batuan. Ilmu yang mempelajari fosil jejak
disebut dengan ichnology (Ekdale, et. al, 1984). Yang termasuk dalam fosil
jejak antara lain adalah : burrows, tracks, trackways, trails, root penetration,
algal stromatolites, boring, coprolits, dan berbagai jejak hasi dari aktivitas
organisme. Fosil jejak pada umumnya dipelajari oleh ahli paleontology dan
sedimentologi, sehingga ichnologi menjembatani perbedaan persepsi yang
ada pada kedua disiplin ilmu tersebut.
II.2

Klasifikasi Fosil Jejak

Klasifikasi dalam fosil jejak dapat didasarkan pada 4 hal, yaitu : taksonomi,
model pengawetan, pola hidup, dan lingkungan pengendapan (Ekdale, et. al,
1984). Secara umum dari keempat dasar klasifikasi tersebut, tidak dapat
dipisahkan satu sama lainnya, dan bergantung pada tujuan penggunaan fosil
jejak tersebut.
II.3

Taksonomi Fosil Jejak

Penggunaan taksonomi dalam fosil jejak disebut dengan ichnotaxonomy.


Sampai sekarang taksonomi di dalam fosil jejak masih menjadi perdebatan,
hal ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :

1. Jejak yang sama dapat saja dihasilkan oleh lebih dari satu jenis organisme.
Contoh: Ophiomorpha.
2. Satu organism dapat menghasilkan berbagai jenis jejak.
Contoh: Nereites, Scalarituba, dan lain-lain.
3. Bagian-bagian struktur biogenic dapat dihasilkan oleh dua atau lebih
organisme berbeda yang hidup bersama-sama. Contoh: Thalassinoides.

II.4

Pola Hidup
Sejak diketemukan hubungan antara fosil jejak dengan perilaku

organisme, maka salah satu tujuan mempelajari fosil jejak adalah mengenali
perilaku dari organisme yang sudah mati. Perlaku-perilaku tersebut dapat
tercermin pada struktur sedimen, dan dapat dibedakan dalam beberapa jenis
perilaku. Seilacher (1967) mengelompokkan jenis-jenis perilaku menjadi:
1. Domichnia, merupakan jejak-jejak tempat tinggal dari suatu
organisme.
2. Repichnia, merupakan jejak yang dibentuk oleh pergerakan
organisme termasuk berlari, merayap, berjalan. Bentuk dapat
memotong perlapisan, sejajar, berkelok, atau berpola tidak teratur.
3. Cubichnia, merupakan jejak yang dibentuk pada saat organism
istirahat selama beberapa waktu.
4. Fodichnia, jejak yang terbentuk pada infaunal deposit feeders.
Merupakan kombinasi tempat tinggal sementara dengan pencarian
makan.
5. Pascichnia, jejak yang terbentuk dari kombinasi antara mencari
makan dan berpindah tempat.

6. Fugichnia,

merupakan

jejak

yang

terbentuk

dari

aktivitas

melepaskan diri dari kejaran organisme pemangsa.


7. Agrichnia, jejak yang berbentuk tidak teratur, belum dapat
ditentukan jenis aktivitasnya.

II.5

Lingkungan Pengendapan
Manfaat dari studi fosil jejak adalah sebagai penentu lingkungan masa

lampau. Seilacher (1967) memperkenalkan konsep ichnofacies yaitu


hubungan antara lingkungan pengendapan dengan kemunculan fosil-fosil
jejak. Konsep ini kemudian lebih dikembangkan lagi oleh Pemberton, dkk
(1984).
Berdasarkan lingkungannya, fosil jejak dikelompokkan ke dalam lima
ichnofacies. Kelima fasies tersebut pembentukannya bukan hanya dikontrol
oleh batimetri dan salinitas saja, namun juga dikontrol oleh bentuk
permukaan dan jenis lapisan batuannya. Pada umumnya ichnofacies
terbentuk pada substrat yang lunak, namun ada beberapa yang terbentuk pada
substrat yang keras. Kelima fasies tersebut adalah:
1. Scoyenia, terbentuk pada lingkungan darat ataupun air tawar.
Beberapa genus yang masuk dalam fasies ini antara lain: Scoyenia,
Planolites, Isopdhichnus, dan beberapa lainnya.
2. Skolithos, terbentuk pada daerah intertidal dengan substrat berupa
pasir, dengan fluktuasi air tinggi. Didominasi oleh fosil jejak jenis
vertikal. Beberapa genus yang masuk kelompok ini antara lain:
Skolithos, Diplocraterion, Thallasinoides, dan Ophiomorpha.
3. Cruziana, terbentuk pada laut dangkal dengan permukaan air laut
surut. Sangat dipengaruhi oleh gelombang. Hampir semua bentuk
baik vertikal maupun horizontal dapat terbentuk. Beberapa genus
yang masuk kelompok ini antara lain: Rusophycus, Cruziana, dan
Rhizocorallium.
4. Zoophycos, terbentuk

pada

lingkungan

laut

bathyal,

tidak

dipengaruhi oleh pengaruh gelombang. Biasanya didominasi oleh

jenis horizontal. Genus yang masuk dalam kelompok ini antara lain:
Zoophycos.
5. Nereites, terbentuk pada lingkungan laut abyssal. Biasanya terbentuk
pada substrat lempung dan pada distal turbidity beds. Genus yang
masuk dalam kelompok ini antara lain: Nereites, dan Scalarituba.

III.1

Lokasi Pengamatan I

Kali Ngalang I, Gedangsari, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta


tepatnya di bawah jembatan Kali Ngalang.
Zona Pegunungan Selatan, Formasi Sambipitu.
Cuaca

: Cerah

Waktu

: 08.00 - 09.30

Kedudukan Batuan

: N 79 E / 16

Struktur Batuan : silang-siur

III.1.2 Litologi Lokasi Penelitian I


Terdiri dari 3 unit litologi. Unit litologi ini (dari tua ke muda) yaitu:
a. unit litologi batu pasir karbonatan
warna

: abu-abu kekuningan

struktur : perlapisan silang siur


tekstur

: klastik

komposisi

: karbonat,kalsit

ketebalan

: 1,65 meter

ciri khas

: bereaksi dengan HCL (berbuih)

nama batuan

: batupasir karbonatan

b. Unit litologi breksi karbonatan


warna

: coklat kehitaman

struktur : masif
tekstur

: klastik

komposisi

: fragmen andesit,matrik pasir,semen karbonatan

ketebalan

: 3,24 meter

ciri khas

: memiliki fragmen, matriks, dan bereaksi dengan

nama batuan

: breksi karbonatan

HCL

c. Unit litologi batupasir karbonatan


warna

: abu-abu terang

struktur : berlapis, silang siur


tekstur

: klastik

komposisi

: karbonatan, kalsit

ketebalan

: 3 meter

ciri khas

: bereaksi dengan HCL,terdapat perselingan


batulempung dibawah lapisan ini

nama batuan

: batupasir karbonatan

III.1.3. Fosil Jejak Lokasi Penelitian I


Secara umum keterdapatan fosil jejak di daerah ini, baik kualitas maupun
kuantitasnya cukup representatif untuk dianalisis dalam menentukan
lingkungan pengendapan purba. Fosil jejak ditemukan hampir di setiap
lapisan batuan yang sebagian besar sejajar perlapisan dan berelief semi relief
dengan kenampakan negative dan positif epirelief. Fosil jejak dengan
kedudukan full relief jarang dijumpai. Berdasarkan klasifikasi ethologi atau
tingkah laku, fosil jejak di daerah penelitian terdiri dari grazing traces
(Pascichnia) dan crawling traces (Repichnia).
a. Fosil pertama
Model Pengawetan

: semi relief

Pola Hidup
Ciri-ciri

: repichnia
: - ada sekat-sekat pada tubuh
- memiliki bentuk curve / cembung pada

tubuhnya
Genus

: Nereites

b. Fosil kedua
Model Pengawetan

: semi relief

Pola Hidup

: Pascichnia

Ciri-ciri

: - ada sekat-sekat pada tubuh


- memiliki bentuk curve / cembung pada

tubuhnya
Genus

: Zoophycos

III.1.4. Analisa Lingkungan Pengendapan Lokasi I


Terdapat fosil jejak berupa Nereites yang merupakan penciri dari lingkungan
pengendapan laut dalam (deep marine) atau bathyal. Sedangkan fosil jejak
berupa Zoophycos yang merupakan bentuk transisi, dapat sebagai penciri
lingkungan pengendapan offshore shelf sampai deep marine (abysal-bathyal).

III.1.4 Measuring Section

III.2 Lokasi Penelitian II (stop site II)


Kali Ngalang II, Gedangsari, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta
tepatnya di sebelah utara stop site I.Tepatnya pada arah N 355 E dari stop
site I.
Zona Pegunungan Selatan, Formasi Sambipitu.
Cuaca

: Cerah berawan

Waktu

: 11.30 13.00

Kedudukan Batuan

: N 152 E / 11

Struktur Batuan : Berlapis, terdapat pola singkapan batuan yang tidak teratur
pada sekitar area stop site II ini.Hal ini menunjukkan adanya pengaruh gejala
Struktur yang kuat didaerah ini,berupa sesar interpretasi).

III.2.1 Litologi Lokasi Penelitian II

Terdiri dari 2 unit litologi. Unit litologi ini (dari tua ke muda) yaitu:
a. Unit litologi batulempung karbonatan
warna

: coklat merah muda

struktur : berlapis, silang siur,


terdapat kekar dengan pola berpasangan
tekstur

: klastik

komposisi

: karbonatan

ketebalan

: - meter

ciri khas

: bereaksi dengan HCL (berbuih)

nama batuan

: kalsilutite

III.2.1 Fosil Jejak di Daerah Penelitian


Keterdapatan fosil jejak di lokasi penelitian boleh dikata sangat banyak
sekali. Akan tetapi karena kondisi singkapan tergenang air akibat arus yang
cukup deras,mengakibatkan hanya beberapa fossil yang dapat di amati.

III.2.2 Fosil Jejak Lokasi Penelitian II


Fosil jejak yang ditemukan di lokasi penelitian II berupa:
Model Pengawetan

: semi relief

Pola Hidup

: Agrichnia

Ciri-ciri
Genus

: seperti jejak kaki ayam


: Chondrites

III.3 Analisa Lingkungan Pengendapan


Setiap fosil selalu terdapat pada lingkungan pengendapan tertentu, dimana
lingkungan pengendapan itu sesuai dengan kemampuan organisme itu hidup,
berkembang biak dan mati. Sehingga fosil bisa menjadi penentu lingkungan
pengendapan pada masa lampau.
Pada lokasi II ini Terdapat fosil jejak berupa Chondrites yang merupakan
penciri dari lingkungan pengendapan laut pada zona bathyal.

KESIMPULAN
Dari lokasi pengamatan I dan II dapat disimpulkan bahwa
daerah tersebut dulunya merupakan lingkungan laut berupa bathyal
dan abissal. Hal ini ditunjukan dengan adanya fosil yang terkandung
dalam batuan, yakni fosil Nereites dan Zoophycos. Fosil ini merupakan
organisme yang hidup di lingkungan laut dalam .
Pada lokasi II ditemukan fosil Chondritess . dimana fosil
tersebut merupakan organisme yang hidup pada lingkungan laut
bathyal
Hubungan antara lokasi I dan lokasi II menunjukan kedudukan
dimana seakan-akan batuan pada lokasi II lebih tua dibandingkan
dengan lokasi I, tetapi berdasarkan fosil yang terkangdung, fosil pada
lokasi I lebih tua dari fosil yang terkandung pada batuan di lokasi II.
Hal ini menunjukan bahwa dulunya lokasi ini merupakan lingkungan
laut dalam yang mengalami pengangkatan akibat aktivitas tektonik
sehingga lapisan batuan yang tersingkap pada saat sekarang telah
mengalami pembalikan .
Dari hasil penelitian dan fieldtrip yang dilakukan pada formasi
Sambi Pitu maka dapat disimpulkan pada lokasi pertama ditemukan
dua jenis fosil. Yang pertama , model pengawetannya termasuk semi
relief. Berdasarkan klasifikasi ethologhi model pola hidupnya
Ripichnia yang dibentuk oleh pergerakan organisme dengan merayap
dan bentuk berkelok-kelok berbentuk seperti pipa dan permukaan
cembung.Pada fosil jejak jenis kedua bukan merupakan pergerakan
organisme dengan model pola hidup cubichnia, model pengawetan
semirelief dengan permukaan cekung.Terdapat hubungan horizontal
dengan vertical dimana lebih dominan bentuk horizontal. Lingkungan
pengendapanya pada daerah intertidal dengan substrat berupa pasir dan

lempung dengan frekuensi air yang relatif tinggi, dan terendapkan pada
zona lingkungan neritik ( 0-200 m) dengan jenis fosil yaitu Skolithos,
Planolies, dan Isobhdhicus
Pada lokasi kedua dengan litologi batuan yang menunjukan
perlapisan empat jenis batuan yaitu batulempung , batupasir, batu pasir
karbonatan dan bereksi dengan keadaan terjadi gejala deformasi
sehingga kedudukan perlapisan miring. Pada lokasi ini ditemukan fosil
jejak yang umumnya berbentuk seperti pia melengkung atau berkelokkelok

dengan

permukaan

cembung

menunjukan

pola

model

pengawetan fosil jejak ini termasuk semi relief.Dengan lingkungan


pengendapan lingkungan laut.( zona tidal, neritik, dan bathyal ). Fosil
mendominasi pada zona neritik ( 0-200 m ) dan diperkirakan sampai
bathyal (200-2000 m ). Namun yang mendominasi adalah pada zona
neritik

dengan

jenis

fosil

yaitu

Chondrites,

Cruziana

dan

Skolithos.Cruziana terbentuk pada laut dangkal dengan permukaan air


laut surut, sangat dipengaruhi gelombang dan hamper semua bentuk
vertical atau horizontal dapat terbentuk.Namun ada juga yang seperti
pergarakan pada organisme subfilum Hemichordata yang bentuknya
menyerupai cacing dengan pergerakan merayap dengan lingkungan
laut sampai transisi.
Pada jalur stratigrafi Kali Ngalang berada di bagian selatandari
jembatan Kali Ngalang sampai muara sungaidapatdikelompokkan
menjadi 4 unit litologi. Unit litologi ini (dari tua ke muda), yaitu : unit
litologi breksi, batupasir, batupasir karbonatan, batulempung,.Secara
umum keberadaan fosil jejak di daerah ini, baik kualitas maupun
kuantitasnya cukuprepresentatif untuk dianalisis dalam menentukan
lingkungan pengendapan purba. Fosil jejak ditemukan hampir di setiap
lapisan

batuan

yang

sebagian

besar

sejajar

perlapisan

dan

berrelief semi relief dengan kenampakkan negatif dan positif

epirelif.Fosil jejak dengan kedudukan fullrelief jarang dijumpai.


Berdasarkan klasifikasi ethologi atau tingkah laku, fosil jejak di
daerah penelitian terdiri dari grazing traces (Pascichnia), crawling
traces (Rapichnia), feeding structures(Fodinichnia), dan resting traces
(Cubichnia). Pola-pola fosil jejak di lapangan menunjukkan jenis yang
dihasilkan dari organisme pencari makanan dalam bentuk deposit
dansuspensi..Berdasarkan keterdapatan ichnogeneranya, ichnofasies di
daerah

penelitian

terdiri

dari

Cruziana, Nereites

dan

Zoophycos.Ichnofasies Cruziana umumnya terbentuk pada daerah


offshore shelf dimana energi pengendapan relatif tenang.Sedangkan
ichnofasies Nereites mencirikanlingkungan pengendapan deep marine
dengan energi pengendapan lemah.Diantara kedua ichnofasies ini,
terdapat Zoophycos yang merupakan bentuk transisi, dapatsebagai
penciri lingkungan pengendapan offshore shelf sampai deep marine
.Dari analisis ichnofasies ini maka lingkungan pengendapan purba di
daerah penelitian berubahsecara fluktuatif dari deep marine menjadi
offshore shelf secara berselang-seling
Pada lokasi pertama dan kedua terdapat hubungan litologi yang
mana fosil pada lokasi pertama sedikit mirip dengan lokasi kedua. Hal
ini didukung dengan lingkungan pengendapan yang sama, adanya
beberapa jenis batuan yang sama dan kedudukan batuan yang relative
sama yaitu kedudukan batuan umumnya dengan strike kurang lebih N
80 dan dip atau kemiringan batuan kurang lebih 30 E.
Dengan melakukan penelitian, identifikasi dan pengamatan fosil
jejak pada fieldtrip ini, maka praktikan dapat menentukan lingkungan
pengendapan, jenis fosil, korelasi batuan yang satu dengan yang
lainnya.Fosil jejak merupakan struktur sedimen biologi yang dapat
digunakan untuk menganalisis prosessedimentasi meliputi energi
pengendapan,

batimetri

atau

lingkungan pengendapan purba.

kedalaman

dan

menentukan

DAFTAR PUSTAKA
Shorck, R. Robert, Twenhofel, H. William. Principle of
invertebrate Paleontologi.Mc Graw-Hill Book Company Inc.
Tokyo.
http://doctorgeologyindonesia.blogspot.com/2010/05/fosil-danproses-fosilisasi.html
http://desnaikhsandra.blogspot.com/2010/05/terbentuknyafosil.html
http://geologikita.blogspot.com/2008/12/kegunaan-fosil.html
http://geografiindonesia.wordpress.com/2010/07/31/kegunaanfosil/
http://www.mail-archive.com/iagi-net@iagi.or.id/msg30259.html

You might also like