You are on page 1of 8

BAB 8

LOGIKA

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam bahasa sehari-hari kita sering mendengar ungkapan seperti : alasannya tidak
logis, argumentasinya logis, kabar itu tidak logis. Yang dimaksud dengan logis adalah
masuk akal dan tidak logis adalah sebaliknya.
Ilmu kita pelajari karena manfaat yang hendak kita ambil, lalu apakah manfaat yang
didapat dengan mempelajari logika? Bahwa keseluruhan informasi keilmuan
merupakan suatu sistem yang bersifat logis, karena itu science tidak mungkin
melepaskan kepentingannya terhadap logika.
Sebagai suatu ilmu yang mempelajari metode dan hukum-hukum yang digunakan
untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang salah, logika lahir dari
pemikir-pemikir Yunani yaitu Aristoteles, Theoprostus dan Kaum Stoa. Dalam
perkembangannya, logika telah menarik minat dan dipelajari secara luas oleh para
filosof. Logika juga menarik minat filosof-filosof muslim sehingga menjadi
pembahasan yang menarik dalam masalah agama.
Logika tidak mempelajari cara berpikir dari semua ragamnya, tetapi pemikiran dalam
bentuk yang paling sehat dan praktis. Logika menyelidiki, menyaring dan menilai
pemikiran dengan cara serius dan terpelajar serta bertujuan mendapatkan kebenaran,
terlepas dari segala kepentingan dan keinginan perorangan. Logika merumuskan serta
menerapkan hukum-hukum dan patokan-patokan yang harus ditaati agar manusia
dapat berpikir benar, efisien dan teratur.

Banyak permasalah dihadapan kita yang dapat kita cari solusinya dengan cara
menggunakan logika. Tetapi tidak semua masalah dapat kita selesaikan dengan
menggunakan logika. Apaka sah jika semua permasalahan dalam hidup ini kita
selesaikan dengan menggunakan logika?
Dengan demikian kami menggangkat logika sebagai bahan bahasan dalam makalah
ini. Dengan harapan mampu menjadi bahan bacaan yang menarik dan mengandung
daya positif.

B. Pengertian Logika Dalam Kehidupan Sehari-hari


Logika berasal dari kata Yunani Kuno yaitu Logos yang artinya hasil pertimbangan
akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Secara singkat,
logika berarti ilmu, kecakapan atau alat untuk berpikir lurus. Sebagai ilmu, logika
disebut sebagai logika Epiteme (Latin: logika scientia) yaitu logika adalah
sepenuhnya suatu jenis pengetahuan rasional atau ilmu logika (ilmu pengetahuan)
yang mempelajari kecakapan untuk berpikir lurus, tepat dan teratur. Ilmu disini
mengacu pada kecakapan rasional untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada
kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan kedalam tindakan. Kata logis
yang dipergunakan tersebut bisa juga diartikan dengan masuk akal. Oleh karena itu
logika terkait erat dengan hal-hal seperti pengertian, putusan, penyimpulan, silogisme.
Logika sebagai ilmu pengetahuan dimana obyek materialnya adalah berpikir
(khususnya

penalaran/proses

penalaran)

dan

obyek

formal

logika

adalah

berpikir/penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya. Penalaran adalah proses


pemikiran manusia yang berusaha tiba pada pernyataan baru yang merupakan
kelanjutan runtut dari pernyataan lain yang telah diketahui (Premis) yang nanti akan
diturunkan kesimpulan.
Logika juga merupakan suatu ketrampilan untuk menerapkan hukum-hukum
pemikiran dalam praktek, hal ini yang menyebabkan logika disebut dengan filsafat

yang praktis. Dalam proses pemikiran, terjadi pertimbamgan, menguraikan,


membandingkan dan menghubungkan pengertian yang satu dengan yang lain.
Penyelidikan logika tidak dilakukan dengan sembarang berpikir. Logika berpikir
dipandang dari sudut kelurusan atau ketepatannya. Suatu pemikiran logika akan
disebut lurus apabila pemikiran itu sesuai dengan hukum-hukum serta aturan yang
sudah ditetapkan dalam logika. Dari semua hal yang telah dijelaskan tersebut dapat
menunjukkan bahwa logika merupakan suatu pedoman atau pegangan untuk berpikir.

C. Sejarah Logika
Logika dimulai sejak Thales (624 SM - 548 SM), filsuf Yunani pertama yang
meninggalkan segala dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan berpaling
kepada akal budi untuk memecahkan rahasia alam semesta. Thales mengatakan bahwa
air adalah arkhe (Yunani) yang berarti prinsip atau asas utama alam semesta. Saat itu
Thales telah mengenalkan logika induktif.
Aristoteles kemudian mengenalkan logika sebagai ilmu, yang kemudian disebut
logica scientica. Aristoteles mengatakan bahwa Thales menarik kesimpulan bahwa air
adalah arkhe alam semesta dengan alasan bahwa air adalah jiwa segala sesuatu. Sejak
saat

Thales

sang

filsuf

mengenalkan

pernyataannya,

logika

telah

mulai

dikembangkan. Kaum Sofis beserta Plato (427 SM-347 SM) juga telah merintis dan
memberikan saran-saran dalam bidang ini. Pada masa Aristoteles logika masih disebut
dengan analitica , yang secara khusus meneliti berbagai argumentasi yang berangkat
dari proposisi yang benar, dan dialektika yang secara khusus meneliti argumentasi
yang berangkat dari proposisi yang masih diragukan kebenarannya. Inti dari logika
Aristoteles adalah silogisme.

BAB 9
ETIKA
A.Pendahuluan
Etika (Yunani Kuno: "ethikos", berarti "timbul dari kebiasaan") adalah sebuah sesuatu di mana
dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi
mengenai standar dan penilaian moral.Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti
benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.St. John of Damascus (abad ke-7 Masehi)
menempatkan etika di dalam kajian filsafat praktis (practical philosophy).
B.Pengertian Etika

Etika adalah kelompok filsafat praktis (filsafat yang membahas bagaimana manusia
bersikap terhadap apa yang ada) dan dibagi menjadi dua kelompok. Etika merupakan
suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan
moral. Etika adalah ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita
mengikuti suatu ajaran tertentu atau bagaimana kita bersikap dan bertanggung jawab
dengan berbagai ajaran moral. Kedua kelompok etika itu adalah sebagai berikut :
1. Etika Umum, mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan
manusia.
2. Etika Khusus, membahas prinsip-prinsip tersebut di atas dalam hubungannya dengan
berbagai aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu (etika individual) maupun
mahluk sosial (etika sosial).

C.Objek etika
objek dari etika adalah tingkah laku manusi
D.Aliran-aliran dalam etika
1. Aliran Etika hedonisme (kebahagiaan)
Kebahagiaan merupakan tujuan akhir dari hidup manusia, oleh
karenanya jalan yang mengantarkan kearahnya dipandang sebagai
keutamaan (perbuatan baik). Oleh karena itu, menurut aliran ini
kelezatan merupakan ukuran dari perbuatan, jadi perbuatan dipandang
baik menurut kadar kelezatan yang terdapat pada perbuatan yang
dilakukan seseorang dan sebaliknya perbuatan itu buruk menurut kadar
penderitaan yang ada pada diri seseorang tersebut.
2. Aliran Etika konsumensarisme

paham atau ideologi yang menjadikan seseorang menjalankan


proses konsumsi atau pemakaian barang-barang hasil produksi secara
berlebihan atau tidak sepantasnya secara sadar dan berkelanjutan
(Boros). Hal tersebut menjadikan manusia menjadi konsumtif.
Misalnya berbelanja di supermall
3. Aliran Etika Materialisme

Kata materialisme terdiri dari kata materi dan isme. Dalam kamus
besar bahasa indonesia materi adalah bahan; benda ; segala sesuatu
yang tampak.Materialisme adalah pandangan hidup yang mencari dasar
segala sesuatu yang termasuk kehidupan manusia di dalam alam
kebendaan semata-mata dengan mengesampingkan segala sesuatu yang
mengatasi alam indra. Ini sesuai dengan kaidah dalam bahasa
indonesia. Jika ada kata benda berhubungan dengan kata isme maka
artinya adalah paham atau aliran. Misalnya seorang Pegawai PNS
membolos saat jam kerja, pergi ke Hotel bersama PSK itu merupakan
orang yang berbuat secara tidak etis.

4. Aliran Eudemonisme
Pandangan ini berasal dari filusuf yunani Aristoteles dalam
bukunya Ethika Nikomakheia menegaskan bahwa dalam setiap
kegiatan manusia mengejar suatu tujuan. Bisa dikatakan bahwa dalam
setiap perbuatan kita ingin mencapai sesuatu yang baik untuk kita.

BAB

10

TANGGUNG JAWAB MORAL KEILMUAN


A.Pendahuluan
Ilmu pengetahuan merupakan salah satu hal penting yang harus dimiliki dalam
kehidupan manusia. Dengan ilmu semua keperluan dan kebutuhan manusia bisa
terpenuhi secara lebih cepat dan lebih mudah. Merupakan kenyataan bahwa
peradaban manusia sangat berhutang kepada ilmu. Ilmu telah banyak mengubah
wajah dunia seperti hal memberantas penyakit, kelaparan, kemiskinan, dan berbagai
kehidupan yang sulit lainnya. Dengan kemajuan ilmu juga manusia bisa merasakan
kemudahan lainnya seperti transportasi, pemukiman, pendidikan, dan komunikasi.
Singkatnya, ilmu merupakan sarana membantu manusia dalam mencapai tujuan
hidupnya. (Bakhtiar, 2004:162).
Ilmu pada dasarnya ditujukan untuk kemaslahatan manusia. Dalam hal ini, ilmu dapat
dimanfaatkan sebagai sarana atau alat dalam meningkatkan taraf hidup manusia
dengan memperhatikan kodrat manusia, martabat, dan kelestarian manusia. Mengenai
pemanfaatan ilmu, Suriasumantri (2010:249) mengemukakan: Pengetahuan
merupakan kekuasaan, kekuasaan yang dapat dipakai untuk kemaslahatan manusia.
Pertanyaan kemudian timbul: apakah ilmu selalu merupakan berkah dan penyelamat
bagi manusia? Memang sudah terbukti dengan kemajuan ilmu pengetahuan manusia
dapat menciptakan berbagai bentuk teknologi. Misalnya, pembuatan bom yang pada
awalnya untuk memudahkan kerja manusia, namun kemudian dipergunakan untuk
hal-hal yang bersifat negatif yang menimbulkan malapetaka bagi manusia itu sendiri,
seperti yang terjadi di Bali. Masalah yang terjadi, ilmu yang tadinya diciptakan
sebagai sarana membantu manusia, ternyata kemudian tersebut justru menambah
masalah bagi manusia. Sehingga diperlukan moral keilmuaan agar ilmu yang dimiliki
dan yang diperoleh dapat bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain.
Istilah moral yang kita kenal berasal dari Bahasa Latin, yaitu mores yang berarti
adat kebiasaan, sedangkan moral berasal dari Bahasa Yunani, yaitu ethos, yang
berarti kebiasaan. Dalam kehidupan sehari-hari moral lebih dikenal dengan arti susila.
Moral mengandung arti praktis, ia merupakan ide-ide universal tentang tindakan
seseorang yang baik dan wajar dalam masyarakat. Dari pengertian diatas dapat di
simpulkan bahwa moral adalah budi pekerti, sikap mental atau budi perangai yang
tergambar dalam bentuk tingkah laku berbicara, berpikir dan sebagainya yang
merupakan ekspresi jiwa seseorang, yang akan melahirkan perbuatan baik menurut
akal dan syariat atau perbuatan buruk. Ruang lingkup moral meliputi bagaimana
caranya agar dapat hidup lebih baik dan bagaimana caranya untuk berbuat baik serta
keburukan.
Penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi membutuhkan dimensi etis sebagai
pertimbangan dan mempunyai pengaruh terhadap proses perkembangan lebih lanjut
ilmu dan teknologi. Bertitik pangkal dari permasalahan di atas, penulis akan

menjelaskan tentang sumber sumber, etika, sikap dan kesadaran moral keilmuan.
Salah satunya dengan makalah yang berjudul Tanggung Jawab Moral Keilmuan.
B.Sumber Sumber Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan dapat diperoleh dimana saja. Dari buku, surat kabar, jurnal,
majalah, televisi dan internet. Segala sesuatu yang dapat menambah wawasan
keilmuan kita bisa disebut sebagai ilmu pengetahuan. Dibawah ini akan dijelaskan
sumber sumber yang menjadi dasar sebuah ilmu pengetahuan.

Sumber Ilmu pengetahuan dalam Islam


Betapa tinggi perhatian Islam terhadap ilmu pengetahuan dan betapa Allah SWT

mewajibkan kepada kaum muslimin untuk belajar dan terus belajar, maka Islampun
telah mengatur dan menggariskan kepada ummatnya agar mereka menjadi ummat
yang terbaik (dalam ilmu pengetahuan dan dalam segala hal) dan agar mereka tidak
salah dan tersesat, dengan memberikan bingkai sumber pengetahuan berdasarkan
urutan kebenarannya

C. Sikap Keilmuan
Sikap keilmuan dalam hal ini merupakan sikap ilmiah dari seorang peneliti atau
ilmuan. Sikap ilmiah adalah sikap-sikap yang seharusnya dimiliki oleh setiap
ilmuwan dalam melakukan tugasnya untuk mempelajari meneruskan, menolak atau
menerima serta merubah atau menambah suatu ilmu.
Menurut Prof harsojo dalam Liza menyebutkan enam macam sikap ilmiah diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Obyektivitas
Dalam peninjauan yang penting adalah obyeknya.
2. Sikap serba relatif
Ilmu tidak mempunyai maksud mencari kebenaran mutlak, ilmu berdasarkan
kebenaran-kebenaran ilmiah atas beberapa postulat, secara priori telah diterima
sebagai suatu kebenaran. Malahan teori-teori dalam ilmu sering untuk mematahkan
teori yang lain.
3. Sikap Skeptis
Adalah sikap untuk selalu ragu-ragu terhadap pernyataan-pernyataan yang belum
cukup kuat dasar-dasar pembuktiannya.

4. Kesabaran Intelektual
Sanggup menahan diri dan kuat untuk tidak menyerah pada tekanan agar dinyatakan
suatu pendirian ilmiah , karena memang belum selesainya dan cukup lengkapnya hasil
dari penelitian , adalah sikap seorang ilmuwan
5. Kesederhanaan
Adalah sikap cara berfikir, menyatakan, dan membuktikan
6. Sikap tidak memihak pada etik.
D. Kesadaran Moral
Nilai dan norma yang harus berada pada etika keilmuan adalah nilai dan norma moral.
Bagi seorang ilmuan nilai dan norma moral yang dimilikinya akan menjadi penentu,
apakah ia sudah menjadi ilmuan yang baik atau belum. Ilmuan yang tidak memiliki
moral akan menyalahgunakan ilmu yang dimilikinya.

You might also like