You are on page 1of 12

Shienowa Andaya Sari

102012445/E6
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Terusan Arjuna No. 6, Jakarta Barat. Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731
shienowaandayasari@gmail.com
Pemeriksaan Mayat pada Kematian Akibat Keracunan
Pemeriksaan Luar
Pemeriksaan luar apabila dicurigai adanya kasus keracunan maka harus diperhatikan
adalah sebagai berikut. (A)
Bau: bila tercium adanya bau dapat memberikan petunjuk racun yang telah ditelan
korban. Seperti pada kasus keracunan sianida maka akan tercium bau amandel, pada
keracunan akibat insektisida tercium bau minyak tanah, bau kutu busuk pada malation,
bau ammonia, klororform, dan lain-lain. Bau dapat tercium dari pakaian, lubang hidung,

mulut serta rongga badan bisa dilakukan penekanan pada dada mayat.
Pakaian: dapat ditemukan bercak-bercak yang disebabkan karena tercecernya racun yang
ditelan atau oleh muntahan. Misalnya bercak berwarna coklat karena asam sulfat dan
kuning karena asam nitrat. Setiap bercak yang ada di pakaian korban maka harus
diperhatikan perluasannya agar tahu bahwa kejadian ini atas kemauan sendiri atau

paksaan. APabila ada paksaan tentu bercak akan meluas dan tercium di pakaian korban.
Lebam mayat: perhatikan bila terdapat kelainan warna pada lebam mayat. Terutama
diperhatikan pada tempat masuknya racun. Zat yang bersifat korosif menyebabkan luka

bakar pada daerah yang terpapar.


Kulit: diperksa untuk menemukan luka bekas suntikan. Misal pada pecandu narkoba akan

ditemukan parut-parut bekas suntikan intravena (mainliner).


Perubahan kulit: bila terjadi perubahan hal tersebut merupakan suatu tanda kematian
akibat racun. Misalnya ditemukan hiperpigmentasi atau melanosis dan keratosis telapak

tangan dan kaki pada keracunan arsen kronik dan lain sebagainya.
Kuku: perhatikan bagian kuku pada korban. Penting juga untuk membantu identifikasi
racun. Seperti pada keracunan arsen kronik kuku ditemukan menebal dan tidak teratur

dan begitu juga dengan racun lain seperti talium ditemukan kelainan pada kuku.
Rambut: sama seperti kulit, kuku, akan menunjukan kelainan seperti pada kelainan arsen,

air raksa dan lain sebagainya.


Sklera: bila ada perubahan warna sclera penting untuk dilihat seandainya ditemukan
ikterik maka telah terjadi keracunan zat hepatotoksik seperti fosfor, karbon tetra klorida

dan lain-lain.
Pemeriksaan Dalam

Pemeriksaan dalam dimana pada pemeriksaan ini dilakukan pembedahan pada mayat.
Setelah dilakukan rongga perut dan dada dibuka, perhatikan bila tercium adanya bau-bau
yang tidak biasa (bau racun).(A)
Inspeksi in situ: melihat otot-otot dan alat-alat dalam. Warna coklat akan terlihat bila
ekskresi terdapat pada mukosa usus. Pada keracunana air raksa akan tampak peradangan
pada usus. Lambung akan terlihat hiperemik, atau kehitaman akibat zat korosif. Hati
terlihat berwarna kuning karena degenerasi lemak atau nekrosis pada keracunan zat

hepatotoksik.
Pemeriksaan darah: darah diambil dengan semprit jarum. Perhatikan warna darah. Pada
intoksikasi dengan racun yang menimbulkan hemolysis (bisa ular, arsen dan sebagainya),
darah dan organ dalam berwarna coklat kemerahan gelap. Pada racun yang menimbulkan
trombosit darah berupa bercak-cercak perdarahan pada organ-organ. Bila racun yang
menyebabkan kematian dengan cepat darah dalam jantung dan pembuluh darah besar

tetap cair dan tidak terdapat bekuan darah.


Lidah: melihat ada atau tidaknya noda yang timbul akibat masuknya obat, tablet, kapsul

atau zat korosif.


Esofagus: melihat ada atau tidak regurgitasi dan selaput lender akan adanya hiperemi

atau korosif. Buka bagian atas esophagus sampai ikatan di atas diagfragma.
Epiglotis: dan glottis: melihat ada atau tidak hiperemi atau edema yang ditimbul akibat
inhalasi atau aspirasi gas atau uap. Edema glottis dapat ditemukan pada keracunan

penisilin akibat syok anafilaktik.


Paru-paru: biasanya tidak ditemukan hal yang spesifik yaitu perbendungan.
Lambung dan usus dua belas jari: organ dalam ini harus dipisahkan dari bagian lain.
Perhatikan isi lambung, warna dan isisnya terdiri dari apa saja. Apanila ditemukan benda
seperti obat-obatan diambil kemudian disimpan cera terpisah. Perhatikan selaput lender
lambung apa hiperemi atau nekrosis. Pada kasus non toksikologik bukaan lambung
ditunda sampai saat akhir autopsi karena biasa pemeriksa akan melakukan pemeriksaan

pada lambung bila tidak dapat menemukan penyebab kematian.


Usus-usus: harus dikirim secara terikat agar isi usus tidak keluar.
Hati: melihat adakah degenerasi lemak atau nekrosis. Biasanya degenerasi lemak
ditemukan pada peminum alcohol. Nekrosis ditemukan pada keracuna fosforkloroform

dan sebagainya.
Ginjal: terdapat perubahan degenerative bila ada racun yang masuk.
Urin: urin diambil dengan semprit dan jarum yang bersih, diambil keseluruhan dari
kandung kemih.

Otak: pada keracunan akut dengan kematuan yang cepat biasanya tidak ditemukan
edema otak. Perhatikan bila ada perdarahan kecil-kecil dalam otak biasa diakibatkan

keracunan karbon monoksida, barbiturate dan sebagainya.


Jantung: racun yang masuk kedalam tubuh akan menyebabkan degenerasi parenkim,
lemak, atau hidropik pada epitelium ginjal dapat menyebabkan degenerasi sel otot-otot
jantung sehingga menjadi lunak, berwarna merah pucat, atau coklat kekuning-kuningan

dan ventrikel mulai melebar.


Limpa: selain perbendungan akut, pada kasus keracunana limta tidak menunjukan

kelainan patologik.
Empedu: merupakan bahan yang baik bila ingin mendeteksi keracunan morfin, heroin

dan sebagainya.
Jaringan lemak: lemak diambil sebanyak 200 gram dari jaringan lemak di bawah kulit
daerah perut. Racun yang dapat diabsorbsi baik di dalam jaringan lemak akan dilepaskan

dalam darah.
Jaringan sekitar tempat suntikan: diambil 5-10 cm dari lokasi suntik mulai dari kulit,

jaringan lemak dan otot bila dicurigai keracunan akibat suntikan.


Rambut dan kuku: bila ada kecurigaan keracunan arsen.
Pemeriksaan Lain (A)
Pemeriksaan lain yaitu bila ditemukan kercurigaan adanya kematian akibat keracunan.
Pemeriksaan penting yang perlu dilakukan yaitu pemeriksaan tempat kejadian, autopsy
(sudah dibahas sebelumnya), dan analisis toksikologik. (A,D) Biasanya korban mati dengan
keracunan dapat sejak awal dicurigai akibat keracunan tetapi juga ada yang tidak dicurigai
sampai sebelum saat autopsy. Harus dipikirkan adanya kematian akibat keracunan bila pada
pemeriksaan setempat (scene investigation) kecurigaan akan keracunan, bila pada autopsi
ditemukan sesuatu yang biasa ditemukan pada kasus keracunan, lebam mayat yang tidak
biasa, luka bekas suntikan sepanjang vena dan keluarnya buih dari mulut dan hidung, bau
amandel atau bau kutu busuk, serta pada autopsi tidak telihat adanya penyebab kematian.
Pemeriksaan Di Tempat Kejadian
Pemeriksan ini dilakukan untuk membantu menentukan penyebab kematian dan cara
kematian. Dalam pemeriksaan ini penting untuk mengumpulkan keterangan sebanyak
mungkin dan sedetail-detailnya. Keterangan juga didapatkan dari dokter yang menangani
korban sebelum kematiannya. Diharapkan dokter dapat memberitahu obat-obat apa saja yang
terakhir digunakan dan biasa dipakai. Perhatikan bila ada hal-hal yang mecurigakan disekitar
korban seperti surat wasiat dan sebagainya. Penting juga untuk mengumpulkan barang bukti
yang berada di tempat kejadian. Kumpulkan obat-obatan atau apa saja yang ditemukan di
tempat kejadian yang berubungan dnegan kejadian keracunan. Apabila terdapat muntahan
3

dapat diambil dengan menggunakan kertas saring dan disimpan dalam toples dan beri etiket,
jangan lupa untuk memeriksa tempat sampah.
Analisis Toksikologik
Pemeriksaan analisis toksikologi ini dilakukan untuk membantu penegakan diagnosis
keracunan. Selain pemeriksaan ini tentunya juga didapatkan klinis atau bukti lain seperti
ditemukannya racun atau sisa racun dalam tubuh atau cairan tubuh korban, jika racun
menjalar secara sistemik serta terdapatnya kelainan pada tubuh korban, baik makroskopik
maupun mikroskopik yang sesuai dengan racun penyebab.(A,D) Dalam melakukan analisis
toksikologik perlu diperhatikan pengambilan bahan pemeriksaan toksikologik, wadah bahan
pemeriksaan toksikologik, bahan pengawet, dan cara pengiriman. Hal-hal tersebut sangat
penting untuk keakuratan hasil pemeriksaan karena bila terjadi kesalahan seperti
mengirimkan bahan yang salah atau dalam jumlah yang terlalu sedikit maka permintaan
dokter kepada ahli toksikologi untuk melakukan analisis tidak dapat terpenuhi.
1. Pengambilan Bahan Pemeriksaan Toksikologik
Para dokter harus mengetahui betul bahan apa yang harus diambil agar tidak terjadi
kesalahan. Pada kasus keracunan bahan-bahan yang diperlukan seperti darah, urin,
bilasan lambung, usus beserta isisnya, hati, empedu, ginjal, dan otak harus diambil secara
lengkap.
Darah : darah jantung diambil secara terpisah baik kiri maupun kana masing-masing
sebanyak 50 ml. Darah tepi sebnayak 30-50 ml, diambil dari vena iliaka komunis.
Difusi zat, obat atau racun dikuatirkan dapat mengalami difusi ke bilik jantung kanan.
Sehingga penentuan konsentrasi atas darah jantung kanan saja akan memeberikan
kesan yang salah tentang konsentrasi zat, obat atau rancun. Tubuh merupakan pabrik
kimia meskipun seseorang sudah meninggal. Seperti pada sianida, aceton, dan alcohol
masih dapat terbentuk dalam jaringan yang sudah membusuk. Maka dari itu
pengambilan bahan sedikit dari banyak tempat lebih baik daripada hanya mengambil

darah dalam jumlah banyak dalam satu tempat.


Urin: dalam kandung kemih akan diambil urin secara keseluruhan. Urin merupakan
hasil ekskresi dari racun dapat digunakan sebagai tes pendahuluan (spot test). Penting

juga untuk penyaring racun dari golongan narkotika atau stimulant.


Bilasan lambung: dalam lambung akan diambil keseluruhan.
Usus beserta isisnya: merupakan bahan yang bermanfaat terutama bila kematian baru
beberapa jam terjadi setelah menelan racun. Sehingga dapat diperkirakan saat
kematian dan dapat ditemukan pil yang tidak hancur oleh lambung (enteric coated).
Cara pengambilan dengan melakukan pengikatan pada usus tiap 60 cm atau lakukan

pengikatan pada batas usus halus dan usus besar dan anatar usus besar dan poros usus.

Hal ini dilakukan untuk mencegah usus oral tidka tercampur dengan isi usus anal.
Hati: organ hati akan diambil keseluruhan setelah disisihkan untuk pemeriksaaan
patologi anatomi karena takaran toksik kebanyakan sangat kecil (mg/kg) sehingga
kadar racun dalam tubuh sangat rendah dan bahan pemeriksaan harus banyak. Selain
itu hati adalah tempat untuk detoksikasi tubuh yang paling penting. Dimana hati
mempunyai kemampuan mengkonsentrasikan racun-racun yang masuk sehingga

kadar racun akan sangat tinggi.


Empedu: Dianjurkan kandung empedu untuk tidak dibuka. Hal ini dilakukan untuk

mencegah cairan empedu mengalir ke hati sehingga akan mengacaukan pemeriksaan.


Ginjal: kedua ginjal harus diambil. Organ ini penting dalam keadaan seperti
intoksikasi logam, pemeriksaan racun secara umum dan pada kasus secara histologic

ditemukan Ca-oksalat dan sulfo-namide.


Otak: terdapat jaringan lipoid yang mempunyai kemampuan menahan racun, misalnya
kloroform (CHCl3) tetap ada walupun jaringna otak telah membusuk. Bagian otak
tengah penting karena tahan terhadap pembusukan pada intoksikasi sianida (sianida

dapat terbentuk pada pembusukan).


Walaupun dokter mempunyai kecurigaan terhadap satu jenis racun saja semua bahanbahan yang sudah disebutkan diatas perlu diambil secara lengkap. Dapat pula dilakukan
cara lain dengan langsung mengambil dari tiga tempat. Pertama yaitu tempat masuk
racun seperti lambung dan tempat suntikan, kedua yaitu darah yang menandakan racun
beredar secara sistemik dan ketiga yaitu tempat keluar seperti urin dan empedu. Menurut
Curry contoh bahan pemeriksaan yang rutin harus diambil adalah lambung beserta
isisnya, darah, seluruh hati, dan seluruh urin.
2. Wadah dan Bahan Pemeriksaan Toksikologik
Wadah bahan yang ideal untuk analisis toksikologik minimal 9 wadah, karena masingmasing bahan pemeriksaan tidak boleh tercampur sehingga harus dipisahkan masingmasing. 2 buah peles a 2 liter untuk hati dan usus, 3 peles a 1 liter untuk lambung beserta
isisnya, otak dan ginjal, 4 botol a 25 ml untuk darah (2 buah) urin dan empedu. Wadah
harus bersih. Memebersihkan wadah dengan menggunakan asam kromat hangat lalu
dibilas akuades dan dikeringkan.
3. Bahan Pengawet
Bahan pemeriksaan paling baik jika disimpan dalam lemari es dan tanpa menggunakan
pengawet. Tetapi penggunaan pengawet dapat dilakukan bila memang terpaksa karena
pemeriksaan toksikologik yang tidak dapat dilakukan segera. Pengawet yang dapat
digunakan yaitu alcohol absolut, larutan garam dapur jenuh, larutan NaF 1%, NaF + Na
5

sitrat (5 ml NaF + 50 ml Na sitrat untuk tiap 10 ml bahan) dan Na benzoate + fenil


merkuri nitrat (hanya untuk urin).
4. Cara Pengiriman
Terdapat kriteria pengiriman bahan bila analisis toksikologi dilakukan di institusi lain
yaitu satu tempat hanya berisi satu contoh bahan pemeriksaan, contoh bahan pengawet
harus disertakan untuk control, tiap tempat yang diisi segel dan diberi label yang memuat
keterangan mengenai tempat pengambilan bahan, nama korban, bahan pengawet dan
isinya. Selain itu harus sertakan hasil autopsy, secara singkat, surat permintaan
pemeriksaan dari penyidik besertaidenetits korban secara lengkap dan dugaan racun.
Semua diatas harus dikemas dala satu kotan dan pastikan botol tertutup rapat agar tidak
tumpah atau pecah dalam pengiriman. Serta diikat dengan tali yang setiap persilangannya
diikat mati dan diberi pengaman. Penyegelan kotak tersebut dilakukan oleh polisi yang
dibuat dalam berita acara khusus. Pada jenazah yang diawetkan pemeriksa harus
mengambil bahan sebelum jenazah diawetkan.
Jenis-jenis Keracunan yang Menyebabkan Kematian(A,C)
Keracunan Insektisida
Seperti yang telah kita ketahui insektisida merupakan bahan pembunuh serangga yang
sering ditemukan dan mudah didapatkan yaitu golongan karbamat.(A,C) Kasus kematian
yang diakibatkan keracunan insektisida seringkali merupakan kasus bunuh diri. BIasa pada
korban yang keracunan insektisida tercium bau bahan pelarut (solvent) yang biasanya
digunakan sebagai pelarut insektisida.
Bila dilakukan pemeriksaan luar, terkadang ditemukan luka bakar kimiawi berupa bercak
berwarna coklat agak mencekung di kulit sekitar mulut atau tempat lain yang terkena
insektisida. Kemudian akan ditemukan tanda perbendungan serta warna lebam mayat yang
biru gelap dan ujung jari dan kuku yang kebiru-biruan. Dilakukan juga pemeriksaan dalam
kemudian akan ditemukan perbendungan pada alat dalam. Selain itu terdapat dua lapisan
cairan pada lambung yaitu lapisan carian lambung dan lapisan larutan insektisida. UNtuk
keperluan analisis toksikologi dapat diambil darah, isi lambung dan jaringan hati.
Keracunan Karbon Monoksida (CO)
Gas CO adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak merangsang selaput
lendir, sedikit lebih ringan dari udara sehingga mudah menyebar.(A,B,C) Gas CO dapat
ditemukan pada hasil pembakaran yang tidak sempurna daru karbon maupun bahan-bahan
6

yang mengandung karbon. Sumber dari CO adalah motor yang menggunakan bensin, gas
arang batu 5% CO, alat pemanas berbahan bakar gas, lemari es gas, cerobong asap yang tidak
bekerja dengan baik, pada kebakaran dan lain-lain.
Pada korban yang mati dalam waktu singkat akibat keracunan gas CO akan ditemukan
lebam mayat berwarna merah terang. Warna merah terang disebabkan oleh kadar ikatan COHb dalam darah melewati batas yaitu 20%-30% saturasi. Pada pemeriksaan mayat
selantujnya tidak ada gambaran yang cukup khas untuk keracunan CO. Seseorang yang
meninggal akibat keracunan CO dapat dipastikan dengan menemukan CO-Hb yang tinggi
dalam darah. Dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium sederhana dengan pengenceran
alkali atau percobaan dengan formalin.
Apabila korban sempat mendapatkan pertolongan dan baru beberapa saat (hari)
kemudian meninggal lebam mayat tidak akan berwarna terang lagi. Hal ini karena kadar COHb sudah kembali rendah. Mekanisme kematian pada kasus ini biasanya adalah gangguan
anoksi jaringan otak yang pada pemeriksaan mayat dapat ditemukan sebagai bintik
perdarahan pada substansi otak atau gambaran infark atau encephalomalacia yang simetrik.
Dengan adanya hal tersebut diagnosis keracunan gas CO dapat ditegakan dengan bantuan
hasil pemeriksaan TKP.
Keracunan Sianida (CN)
CN adalah zat kimia yang merupakan suatu racun bersifat sangat toksik, karena garam
CN dalam takaran kecil saja dapat menyebabkan kematian dengan cepat.(A,C,D) Kematian
akibat keracunan CN seringkali terjadi pada kasus bunuh diri dan pembunuhan. Tetapi dapat
pula disebabkan oleh hal lain seperti kecelakan di laboratorium, pada penyemprotan
(fumigasi) pertanian dan penyemprotan gudang-gudang kapal.
Bila CN tertelan akan mengakibatkan rusaknya system enzim pernapasan dalam sel
yang menimbulkan tidak dapat dilepasnya oksigen dari oxy-Hb dalam darah. Maka dari itu
dalam darah akan ditemukan kadar oxy-Hb yang cukup tinggi dan darah akan berwarna
merah terang pada lebam mayat. Biasanya pada pemeriksaan mayat akan tercium bau khas
CN (bau amandel). Pemastian diagnosis keracunan CN dilakukan dengan anaisis toksikologi
pada darah dan isi lambung.

Keracunan Arsen (As)


Sejak dahulu senyawa As sering digunakan sebagai racun untuk membunuh orang
lain. Sering pula keracunan senyawa ini akibat kecelakaan industry dan pertainian akibat
memakan atau meminum makanan atau minuman yang terkontaminasi dengan As. (A,C,D)
Kematian akibat As sering tidak menimbulkan kecurigaan karena gejala keracunan akutnya
menyerupai gejala gangguan gastrointestinal yang hebat sehingga terdiagnosa sebagai suatu
penyakit.
Terdapat dua jenis keracunan As yaitu keracunan akut dan kronik. Pada kematian
akibat keracunan akut, pemeriksaan luar mayat memberi kesan telah terjadinya dehidrasi
hebat pada tubuh. Pada pembedahan ditemukan kelainan pada sepanjang saluran pencernaan
berupa perdarahan submukosa, erosi, dan ulserasi sering juga ditemukan masa berupa bubuk
putih dari As trioksida. Pada keracunan kronik pemeriksaan luar menunjukan adanya kelainan
pigmentasi pada kulit, garis putih pada kuku serta tubuh korban yang kahektis. Pemeriksaan
pembedahan akan menunjukan kelainan pada saluran pencernaan yang ringan. Kelainan
histologic degenerative akan ditemukan pada hati dan ginjal. Diagnosa ditegakan dengan
analisis toksikologi pada darah, isi lambung dan urin. Pada keracunan kronik pemeriksaan
terhadap rambut, kuku dan tulang akan memberikan hasil positif.
Keracunan Barbiturat
Barbiturat seringkali digunakan sebagai sedative, hipnotik, antikonvulsan, anestetik
atau kombinasi dengan derivate pirazolon, saisilat dan para-aminofenol untuk memperoleh
potensiasi efek analgetik. (A,C,D) Dengan kemudahan yang didapatkan setiap orang untuk
memperoleh barbiturat menyebabkan peningkatan jumlah keracunan barbiturate tiap
tahunnya. Kematian akibat barbiturate seringkali terjadi sebagai akibat dari bunuh diri atau
kecelakaan yang timbul oleh terjadinya dosis berlebihan. Pada keracunan barbituran akan
terjadi depresi pada pusat pernapasan yang menyebabkan hipoksia sehingga pada
pemeriksaan luar lebam mayat akan berwarna gelap. Sedangkan korban yang berada dalam
keadaan koma cukup lama, sering didapatkan tanda gangguan mikrosirkulasi yang
memberikan vesikel atau bulla yang simetris pada kulit.
Pada saat dilakukan oembedahan mayat akan ditemukan perbendungan pad alaat
dalam, paru yang edmatosus dengan busa halus dalam saluran pernapasan, bintik-bintik
perdarahan pada substansi otak. Dalam lambung mungkin masih ditemukan sisa obat.
Kematian pasti akibat barbiturate ditegakkan dengan ditemukannya dalam darah dan urin.
Sedangkan pemeriksaan dengan bahan isis lambung akan dilakukan pada

pemeriksaan

pendahuluan.
Keracunan Narkotika
8

Narkotika adalah obat yang bisa menghilangkan rasa nyeri dan dapat menyebabkan
keadaan stupor. (A,C) Tetapi sekarang telah diperluas karena ada juga yang tidak dapat
menimbulkan narkosis yang tertera dalam Undang-undang No. 9 tahun 1976 tentang
narkotika, pasal 1 butir 1 sampai 13. Berdasarkan sifat kimianya dapat digolongkan dalam
morfin, turunan benzomorfan, golongan 4-fenilpiperidin, golongan difenilpropilamin dan
analgesic asiklik dan lain-lain. Dari golongan yan telah disebutkan diatas yang paling sering
disalahgunakan yaitu golongan morfin dan heroin.
Pada pengguna narkotika, kematian akan lebih sering disebabkan karena kecelakaan.
Pemeriksaan kasus mati yang diduga akibat narkotika, harus diperhatikan adanya bekas
suntikan baru maupun lama. Bila korban semasa hidupnya menggunakan suntik dapat
ditemukan pembesaran kelenjar limfe regional. Kadangkala ditemukan pula tattoo pada
tempat yang tidak lazim, pada lipat siku misalnya yang dibuat agar luka bekas suntikan tidak
terlihat. Kematian pada kasus keracunan narkotika akibat terjadinya depresi pernafasan. Pada
pemeriksaan mayat akan ditemukan kelainan pada paru berupa pembendungan hebat dan
edema hebat pada paru, narcotic lung atau gambaran pneumonia lobaris. Perbendungan juga
muncul pada organ lain. Pemeriksaan toksikologi dilakukan pada darah, urin, cairan empedu,
serta periksa juga tempat masuknya narkotika seperti suntikan, nasal swab bila dengan
sniffing, isis lambung pada yang menelan narkotika.
Sebab, Cara, dan Mekanisme Kematian
Pada saat seseorang dinyatakan meninggal, dokter harus membuat surat keterangan
kematian. Agar dapat melengkapi surat tersebut pastikan bahwa dokter membagi dalam tida
bagian yaitu sebab kematian, cara kematian, dan mekanisme kematian.(C,D) Sebab kematian
adalah penyakit atau cedera/ luka yang bertanggung jawab atas terjadinya kematian. Dapat
terjadi secara langsung akibat suatu penyakit atau luka dan sebagainya sehingga langsung
menyebabkan kematian. Dapat pula secara perlahan sesuai dengan proses perjalanan penyakit
atau suatu luka yang nantinya (minggu, bulan, atau tahun) akan menyebabakan kematian
pada seseorang. Misalnya akibat tuberculosis paru, cardiac arrest, hepatic failure, keracunan
dan sebagainya.
Cara kematian adalah kejadian-kejadian yang menimbulkan kematian. Bila kematian
terjadi sebagai akibat suatu penyakit semata-mata maka cara kematian adalah wajar (natural
death). Bila kematian terjadi sebagai akibat dari cedera atau luka, atau pada seseorang yang
awalnya telah mengidap suatu penyakit. Kemudian kematiannya dipercepat oleh adanya
9

cedera atau luka, maka kematian demikian adalah kematian yang tidak wajar (unnatural
death). Kematian tidak wajar ini dapat terjadi akibat kecelakaan, bunuh diri atau
pembunuhan. Pada suatu akhir penyidikan terkadang penyidik masih belum dapat
menentukan cara kematian. Dengan demikian kematian akan dinyatakan sebagai kematian
dengan cara yang tidak dapat ditentukan.

Mekanisme

kematian

adalah

gangguan

fisiologik dan atau biokimiawi yang ditimbulkan oleh penyebab kematian. Termasuk tandatanda seperti asidosis dan alkalosis, sepsis, toxaemia atau paralisis, dan sebagainya.
Kesimpulan
Kasus yang didapatkan yaitu suatu hari dokter didatangi pentidik dan diminta untuk
membantu mereka dalam memeriksa suatu tempat kejadian perkara (TKP). Menurut
penyidik, TKP adalah sebuah rumah yang cukup besar milik seorang pengusaha perkayuan
yang terlihat sukses. Tadi pagi si pengusaha dan isterinya ditemukan meninggal dunia di
dalam kamarnya yang terkunci di dalam. Anaknya yang pertama kali mencurigai hal itu
(pukul 08.00) karena si ayah yang biasanya bangun untuk lari pagi, hari ini belum keluar dari
kamarnya.

la

bersama

dengan

pak

Ketua

RT melaporkannya

kepada

Poilisi.

Penyidik telah membuka kamar tersebut dan menemukan kedua orang tersebut , tiduran di
tempat tidurnya dan dalam keadaan mati. Tidak ada tanda-tanda perkelahian di ruang
tersebut, segalanya masih tertata rapi sebagaimana biasa, tutur anaknya. Dari pengamatan
sementara tidak ditemukan luka-luka pada kedua mayat dan tidak ada' barang yang hilang.
Salah seorang penyidik ditelepon oleh petugas asuransi bahwa ia telah dihubungi oleh anak si
pengusaha berkaitan dengan kemungkinan klaim asuransi jiwa pengusaha tersebut.
Pada kasus diatas sebab kematian, cara kematian, dan mekanisme kematian belum
dapat ditegakan karena kurangnya informasi yang didapatkan dalam kasus tersebut. Dari
diskusi kelompok kami serta pengamatan yang telah dilakukan pada kasus ini, kami
mengambil kesimpulan bahwa kematian dari pasangan suami istri tersebut disebabkan oleh
racun. Karena pada pemeriksaan tempat kejadian tidak ditemukan tanda-tanda mencurigakan
seperti perkelahian, pembobolan dan sebagainya seperti yang telah tertera diatas. Dimana
opini tersebut dapat dipertimbangkan karena pada pemeriksaan mayat juga tidak ditemukan
adanya tanda-tanda kekerasan yang menyebabkan luka-luka. Tetapi akan lebih baik jika
semua prosedur untuk membatu penyidik dan mendapatkan barang bukti seperti pemeriksaan
luar dan dalam pada mayat serta pemeriksaan analisis toksikologi dan pemeriksaan lain yang

10

diperlukan diketahui terlebih dahulu. Setelah itu disimpulkan sebab kematian, cara kematian,
dan mekanisme kematian kemudian membuat visum et repertum guna membantu penyidik.

11

Daftar Pustaka
a. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, et all. Ilmu kedokteran forensik. Jakarta:
Bagian Keodkteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitan Indonesia; 1997.h. 71146.
b. United States Consumer Product Safety Commision. Diunduh dari
http://www.cpsc.gov/en/Safety-Education/Safety-Education-Centers/CarbonMonoxide-Information-Center. 15 Desember 2015.
c. Staf Pengajar Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Teknik autopsy forensik. Jakarta: Bagian Keodkteran Forensik Fakultas Kedokteran
Universitan Indonesia; 2000.
d. Vij K. Textbook of forensic medicine and toxicology. Ed 5. India: Elsevier; 2011.

12

You might also like