You are on page 1of 35

REFERAT

TUBERKULOSIS
PADA ANAK
Ajeng Permata Anggitasari
Pembimbing:
Dr. Endang Sp.A

Pendahuluan
Tuberkulosis (TB) penyakit infeksi yang
disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis
dengan penularan biasanya melalui udara.
WHO setiap tahun terdapat 1,3 juta kasus
TB anak dan 450.000 anak usia dibawah 15
tahun meninggal dunia karena TB.
Di Indonesia TB merupakan masalah utama
kesehatan masyarakat. Indonesia peringkat
ke 3 setelah India dan China dalam jumlah
pasien TB terbanyak.

Tinjauan Pustaka

Definisi
Tuberkulosis anak adalah penyakit
menular yang terjadi pada anak usia 014 tahun akibat infeksi kuman
Mycobacterium
tuberculosis
yang
terhirup secara aerosol dari orang
yang terinfeksi, bersifat sistemik
sehingga dapat mengenai hampir
semua organ tubuh, dengan lokasi
terbanyak di paru yang biasanya
merupakan lokasi infeksi primer.

Etiologi
Penyebab tuberkulosis adalah
Mycobacterium tuberculosis.
Mikobacteria yang menyebabkan
penyakit tuberculosis yaitu tipe
human (berada dalam bercak ludah
dan droplet) dan tipe bovin yang
berada dalam susu sapi.

Ciri-ciri kuman berbentuk batang


lengkung, gram positif lemah,
pleiomorfik, tidak bergerak, dengan
ukuran panjang 14 m dan tebal
0.30.6 m, tidak berspora sehingga
mudah dibasmi dengan pemanasan
sinar matahari dan ultra violet.

Faktor Risiko
A. Risiko infeksi TB
Faktor risiko terjadinya infeksi TB
antara lain adalah anak yang terpajan
dengan orang dewasa dengan TB aktif
(kontak TB positif), daerah endemis,
kemiskinan, lingkungan yang tidak
sehat, dan tempat penampungan
umum.

B. Risiko sakit TB
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan
berkembangnya infeksi TB menjadi sakit
TB.
Usia 5 tahun
Malnutrisi
Keadaan imunokompromais (infeksi HIV,
keganasan, transplantasi organ, pengobatan
imunosupresi)
Sosioekonomi rendah dan lingkungan padat.

Penularan
Penularan tuberkulosis dari
seseorang penderita dahak berupa
droplet.
Anak umumnya mengidap TB karena
tertular dari orang dewasa. Namun
pada anak yang menderita TB tidak
menularkan penyakit kepada orang
lain.

Patogenesis

Klasifikasi
1. Lokasi atau organ tubuh yang
terkena
2. Riwayat pengobatan sebelumnya
3. Berat dan ringannya penyakit
4. Status HIV
5. Resistensi Obat

Lokasi atau organ tubuh yang


terkena
Tuberkulosis paru, yaitu tuberkulosis yang
menyerang jaringan (parenkim) paru, tidak
termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar
pada hilus.
Tuberkulosis ekstra paru, yaitu tuberkulosis
yang menyerang organ tubuh lain selain
paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput
jantung (pericardium), kelenjar lymfe,
tulang, persendian, kulit, usus, ginjal,
saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.

Riwayat pengobatan sebelumnya


Baru: Kasus TB anak yang belum pernah
mendapat pengobatan dengan OAT atau
sudah pernah menelan OAT kurang dari satu
bulan (28 dosis) dengan hasil pemeriksaan
bakteriologis positif, lokasi penyakit bisa paru
atau ekstra paru.
Pengobatan ulang: Kasus TB Anak yang
pernah mendapat pengobatan dengan OAT
lebih dari 1 bulan ( 28 dosis) dengan hasil
pemeriksaan bakteriologis positif, lokasi
penyakit bisa paru atau ekstra paru.

Berat dan ringannya penyakit


TB ringan: tidak berisiko menimbulkan
kecacatan berat atau kematian, misalnya
TB primer tanpa komplikasi, TB kulit, TB
kelenjar dll.
TB berat: TB pada anak yang berisiko
menimbulkan kecacatan berat atau
kematian, misalnya TB meningitis, TB
milier, TB tulang dan sendi, TB abdomen,
termasuk TB hepar, TB usus, TB paru BTA
positif, TB resisten obat, TB HIV.

Status HIV
Pemeriksaan HIV direkomendasikan pada semua anak
suspek TB pada daerah endemis HIV atau risiko tinggi
terinfeksi HIV. Berdasarkan pemeriksaan HIV, TB pada anak
diklasifikasikan sebagai:
HIV positif
HIV negatif
HIV tidak diketahui
HIV expose/ curiga HIV. Anak dengan orang tua penderita
HIV diklasifikasikan sebagai HIV expose, sampai terbukti
HIV negatif. Apabila hasil pemeriksaan HIV menunjukkan
hasil negatif pada anak usia < 18 bulan, maka status HIV
perlu diperiksa ulang setelah usia > 18 bulan.

Resistensi Obat
Monoresistance adalah M. tuberculosis yang resistan
terhadap salah satu jenis OAT lini pertama.
Poly Drug Resistance adalah M. tuberculosis yang
resistan terhadap lebih dari satu jenis OAT lini pertama
selain Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara bersamaan.
Multi Drug Resistance (MDR) adalah M. tuberculosis
yang resistan terhadap Isoniazid (H) dan Rifampisin (R)
dengan atau tanpa OAT lini pertama lainnya.
Extensive Drug Resistance (XDR) adalah MDR
disertai dengan resistan terhadap salah satu OAT
golongan fluorokuinolon dan minimal salah satu dari OAT
lini kedua jenis suntikan yaitu Kanamisin, Kapreomisin
dan Amikasin.

Diagnosis
Anamnesis
Nafsu makan kurang
Berat badan sulit naik, menetap atau malah
turun.
Demam subfebril berkepanjangan
Pembesaran kelenjar superfisial di daerah leher,
aksila, inguinal, atau tempat lain.
Keluhan respiratorik berupa batuk kronik lebih
dari 3 minggu atau nyeri dada.
Diare persisten yang tidak sembuh dengan
pengobatan baku

Pemeriksaan fisik
Antropometri: gizi kurang dengan grafik berat badan dan
tinggi badan pada posisi daerah bawah.
Suhu subfebris dapat ditemukan pada sebagian pasien.
Kelainan pemeriksaan fisik baru dijumpai jika TB mengenai
organ tertentu.
TB vertebra : gibbus, kifosis, paraparesis, paraplegia.
TB koksae atau TB genu: jalan pincang, nyeri pada pangkal
paha atau lutut.
Pembesaran KGB multipel, tidak nyeri tekan dan konfluens
(saling menyatu).
Meningitis TB: kaku kuduk dan tanda rangsang meningeal lain.
Skofuloderma: ulkus kulit dengan skinbridge biasanya terjadi
didaerah leher, aksila atau inguinal.
Konjungtivitis flikenularis yaitu bintik putih di limbus kornea
yang sangat nyeri.

Pemeriksaan penunjang
Tes tuberculin
Uji tuberkulin dilakukan dengan injeksi 0,1 ml PPD
(Purified Protein Derivative) secara intradermal
dengan metode mantoux divolar atau permukaan
belakang lengan bawah.
Penyuntikan dianggap berhasil jika saat penyuntikan
didapatkan indurasi diameter 6-10 mm.
Uji ini dibaca dalam waktu 48-72 jam setelah
suntikan.
Hasil uji tuberculin dicatat sebagai diameter indurasi
bukan ukuran kemerahan

Pemeriksaan darah
TB mulai aktif : leukositosis ringan,
shift to the left, limfopenia, LED
meningkat sedikit
Perbaikan: leukosit kembali normal,
limfosit tinggi, LED kembali turun
Anemia ringan
Gamma globulin meningkat

Pemeriksaan sputum ( Mikrobiologi )


Pada anak, pemeriksaan mikrobiologi
langsung sulit dilakukan karena sulit
mendapatkan sputum.
Radiologi
Pemeriksaan radiologis secara anteroposterior (AP) dan lateral, gambaran
radiologis tidak khas pada TB paru biasa.
Gambaran TB biasanya terdapat
pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal,
infiltrate, kalsifikasi, cavitas, efusi pleura,
konsolidasi, millier, atelectasis.

Diagnosis TB pada anak dengan


sistem skoring
Diagnosis TB pada anak umumnya
sulit ditegakkan.
Oleh karena itu Unit Kerja Koordinasi
Respirologi PP IDAI telah membuat
Pedoman Nasional TB Anak dengan
menggunakan sistem skor (scoring
system), yaitu sistem pembobotan
terhadap gejala atau tanda klinis.

Penatalaksanaan

Dosis OAT KDT (kombinasi dosis


tetap) anak

Pencegahan
Perlindungan terhadap sumber penularan. Prioritas
sumber penularan sekarang ditujukan terhadap
orang dewasa.
Vaksinasi BCG
Kemoprofilaksis
Primer anak yang kontak dengan TB menular, terutama
dengan BTA sputum positif, tetapi belum terinfeksi (uji
tuberculin negatif) isoniazid dengan dosis 5-10
mg/kgBB/hari dengan dosis tunggal selama 6 bulan.
Sekunder anak yang telah terinfeksi, tetapi belum
sakit, ditandai dengan uji tuberculin positif selama 6-12
bulan

Pengobatan terhadap infeksi dan


penemuan sumber penularan.
Pencegahan terhadap penyakit
dengan diagnosis dini.
Penyuluhan dan pendidikan
kesehatan.

Komplikasi
Dapat terjadi penyebaran secara
limfogen hematogen akan terjadi TB
millier, meningitis TB, pleuritis, TB
tulang

Diagnosis Banding
Diagnosis
Asma

Pertusis

Gejala
Riwayat wheezing berulang, kadang tidak berhubungan
dengan batuk dan pilek

Hiperinflasi dinding dada

Ekspirasi memanjang

Respon baik terhadap bronkodilator

Batuk paroksismal yang diikuti dengan whoop, muntah,


sianosis atau apnu

Bisa tanpa demam

Belum imunisasi DPT atau imunisasi DPT tidak lengkap

Klinis baik di antara episode batuk

Perdarahan subkonjingtiva

Diagnosis
HIV

Bronkiektasis

Abses paru

Gejala
Diketahui atau diduga infeksi HIV pada ibu

Riwayat transfuse darah

Gagal tumbuh

Oral thrush

Parotitis kronis

Infeksi kulit akibat herpes zoster (riwayat atau sedang menderita)

Limfadenopati generalisata

Demam lama

Diare persisten

Riwayat tuberculosis atau aspirasi benda asing

Tidak ada kenaikan berat badan

Sputum purulen, nafas bau

Jari tabuh

Suara pernapasan menurun di daerah abses

Tidak ada kenaikan berat badan atau anak tampak sakit kronis

Pada foto dada tampak kista atau lesi berongga

Prognosis
Penyembuhan tuberculosis pada anak
dipengaruhi oleh banyak faktor seperti:
umur anak
lama infeksi
keadaan gizi
keadaan sosial ekonomi keluarga
diagnosis dini
pengobatan adekuat
adanya infeksi lain seperti morbili pertussis,
diare yang berulang.

You might also like