Professional Documents
Culture Documents
Segala Puji bagi Allah SWT, Shalawat dan Salam kami panjatkan bagi Nabi Besar kita Nabi
Muhammad SAW. Dalam mengikuti kegiatan Sistem Kedokteran Komunitas dan Kedokteran
Keluarga ini, kami sebagai Dokter Muda dituntut agar bisa memahami dan menerapkan ilmu
tersebut dalam praktik kedokteran nanti setelah menyelesaikan masa pendidikan di bangku
perkuliahan.
Penulis berharap semoga hasil dari laporan ini dapat bermanfaat bagi diri penulis sendiri dan
orang lain, sehingga diharapkan lebih banyak masyarakat yang lebih sadar bahwa dalam
kehidupan bertetangga memiliki risiko dan potensi bahaya. Bahwa penting sekali dalam
melakukan berbagai kegiatan diperhatikan aspek-aspek yang dapat melindungi diri sehingga
tidak membawa dampak penyakit dimasa mendatang sehingga produktivitas dapat terganggu dan
biaya untuk berobat/perawatan tidak sebanding dengan hasil yang diperoleh dari tempat kita
bekerja.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada keluarga, dosen-dosen
pembimbing dan sahabat-sahabat di fakultas kedokteran Universitas Muhammadiyah Jakarta.
BAB I
PENDAHULUAN
Asma adalah gangguan inflamasi kronis jalan napas dimana berbagai sel dan elemen seluler
berperanan. Inflamasi kronik berhubungan dengan hiperesponsivitas jalan napas yang
menyebabkan episode berulang dari wheezing, sesak napas, dan batuk, terutama pada malam dan
pagi hari. Episode ini umumnya berhubungan obstruksi jalan napas yang seringkali reversibel
baik spontan maupun setelah pengobatan. Gangguan fisiologis yang terjadi pada asma adalah
menyempitnya jalan nafas yang dikarakteristikan dengan terbatasnya aliran nafas ketika
ekspirasi,yang dapat disertai dengan perubahan struktur jalan nafas.
Asma merupakan masalah yang mendunia dan mengenai kira kira 300 juta individu dengan
prevalensi global sebanyak 1 18 % yang menurun pada Amerika Utara dan Eropa Barat serta
meningkat pada Afrika, Amerika Latin, dan sebagian Asia. WHO memperkirakan 15 juta
disability-adjusted life years (DALYs) hilang setiap tahun karena asma, sebanyak 1% dari total
tanggungan penyakit global. Kematian pada penderita asma sekitar 250.000. Hasil penelitian
International Study on Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC) pada tahun 2005
menunjukkan bahwa di Indonesia prevalensi penyakit asma meningkat dari 4,2% menjadi 5,4%.
Diperkirakan prevalensi asma di Indonesia 5% dari seluruh penduduk Indonesia, artinya saat ini
ada 12,5 juta pasien asma di Indonesia.
Faktor faktor yang dapat mempengaruhi tercetusnya asma adalah :
Faktor host
1
Genetik
2 Obesitas
3 Sex
Faktor lingkungan
1. Allergen
2. Infeksi
3. Occupational Sensitizer
4. Rokok
menurunkan fungsi paru. Pada asma eksaserbasi terdapat hubungan antara polusi
dengan kejadian asma, kemungkinan allergen spesifik yang terkandung didalam
polusi dapat mensensitisasi individu sehingga menimbulkan efek hiperresponsif pada
saluran pernafasan.
6. Makanan : bayi yang diberikan susu formula memiliki insidensi
yang lebih tinggi untuk terjadinya asma dibandingkan
dengan bayi
Pada pembinaan kasus kali ini akan dikemukakan mengenai penyakit, asma, dan faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi keberhasilan penatalaksanaannya baik dari segi genetik, perilaku,
lingkungan dan pelayanan kesehatan. Mengingat sifat penyakit ini yang harus terus dilakukan
pencegahan serangan, maka peran serta keluarga akan sangat berpengaruh baik dalam menjamin
kelangsungan terapi maupun pengontrolan kondisi penyakit kearah yang lebih baik sehingga
perburukan ataupun komplikasi dapat dicegah. Oleh karena itu, diperlukan suatu pendekatan
dokter keluarga agar penatalaksaan yang diberikan dapat optimal. Pembinaan ini penting
dilakukan untuk mengetahui pendekatan kedokteran keluarga yang baik dan dapat optimal
terutama pada kasus yang bersangkutan.
BAB II
LAPORAN KASUS
I.
II.
Identitas Pasien
Nama
:
Ny. A.
Umur
:
67 tahun
Jenis Kelamin :
Perempuan
Alamat
:
Cipayung, Ciputat
Pekerjaan
:
Tidak Bekerja
Pendidikan
:
SD
Suku
:
Sunda
Agama
:
Islam
Anamnesis
Anamnesis dilakukan pada hari Jumat, 22 Januari 2016 secara autoanamnesis di tempat
tinggal pasien.
1. Keluhan Utama
Sesak nafas sejak 3 jam yang lalu
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh sesak sejak 3 jam yang lalu. Sesak dirasakan timbul perlahan, awalnya
pasien hanya mengeluh agak berat bernafas, namun lama kelamaan semakin sesak hingga
terdengar bunyi ngik. Pasien masih dapat berbicara kalimat per kalimat, keluhan ini
biasanya jarang timbul, sebulan paling banyak hanya satu kali. Sesak diawali batuk
kering. Malam hari pasien jarang mengeluhkan keluhan yang sama, demam disangkal,
Biasa hilang dengan meminum salbutamol. Riwayat merokok disangkal.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Saat tahun 1972 pasien baru mengeluhkan keluhan yang sama. Riwayat penyakit jantung
disangkal. Riwayat DM disangkal. Riwayat TB disangkal. Riwayat alergi makanan dan
obat disangkal.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Ayah, kakak, dan kedua anak pasien memiliki keluhan yang sama.
Genogram Keluarga
5
Keterangan :
III.
: Laki Laki
: DM
: Perempuan
: Asma
Pemeriksaan Fisik
Tanggal 22 Januari 2016 di tempat tinggal pasien
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda vital
:
Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 82 x/menit
Suhu
: 36,50 C
Pernapasan
: 28 x/menit
TB
BB
IMT
: meninggal
: 155 cm
: 59 kg
: 59kg/(1,55m)2
: 24,56 (normal)
Status Generalis
Kepala
: Normocephal
Mata
: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung
: Normosepti, sekret (-), concha hipertrofi (-)
Bibir
: pucat (-), sianosis (-)
Tenggorok
: T1-1, faring hiperemis (-), nyeri telan (-)
Leher
: Trakhea di tengah, pembesaran KGB (-/-)
Thoraks
Paru paru
-Inspeksi: Bentuk dada normal, simetris, retraksi suprasternal -/-, retraksi interkostal -/-Palpasi: Gerak nafas simetris, sama tinggi, tidak ada bagian yang tertinggal, stem
fremitus kanan=kiri
-Perkusi: sonor diseluruh lapangan paru depan dan belakang, batas paru hepar setinggi
ICS V linea midklavikularis kanan, peranjakan paru positif kira-kira 2 sela iga
-Auskultasi: Suara dasar vesikuler, rhonchi (-/-), wheezing (+/+)
Jantung
- Auskultasi: Bunyi Jantung I-II normal, gallop (-), murmur(-)
Abdomen
-Inspeksi: Bentuk datar
-Palpasi: supel, tidak teraba benjolan, nyeri tekan (-), hepar lien tak teraba, ballotemem
IV.
V.
VI.
BAB III
ANALISIS KEDOKTERAN KELUARGA
Identitas Keluarga
N
o
Keterangan
I. Kepala Keluarga
II. Pasangan
Nama
Tn. M
Ny. A
Umur
51 tahun
67 tahun
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
Menikah
Menikah
Agama
Islam
Islam
Suku bangsa
Jawa
Sunda
Pendidikan
SMP
SD
Pekerjaan
Wiraswasta
IRT
.
1
.
2
.
3
.
4
.
Status
perkawinan
5
.
6
.
7
.
8
.
9
Tangerang Selatan.
Anggota Keluarga
No
Anggota
Usia
Pekerjaan
Keluarga
Hubungan
Status
Keluarga
Pernikahan
Serumah
1.
2.
3.
4.
Ny. A
Ny. R
Nn. E
Nn. H
67 tahun
32 tahun
28 tahun
26 tahun
(-)
Karyawati
Karyawati
Karyawati
Ibu
Anak
Anak
Anak
Menikah
Menikah
Menikah
Belum
Ya
Tidak
Tidak
Ya
5.
Nn. I
24 tahun
Belum
Anak
Menikah
Belum
Ya
bekerja
Menikah
Status Keluarga
No.
Ekonomi Keluarga
Keterangan
1.
Luas tanah
7 x 5 meter
2.
Luas Bangunan
5 x 3 meter
Rumah
ialah
kontrakan
pasien
rumah
dengan
Pembagian ruangan
tamu, 2 kamar tidur, 1 kamar
mandi, 1 dapur, dan 1
tempat mencuci baju.
4.
Rp 3.000.000,00
Rp 8.500.000,00
No.
Perilaku Kesehatan
Keterangan
1.
Pelayanan promotif/preventif
Puskesmas
9
2.
keluarga lain
3.
Pelayanan pengobatan
4.
BPJS
No.
Keterangan
Makan 2 kali sehari (pagi,
siang dan malam). Nasi,
tahu, tempe, ayam, ikan,
1.
No.
1.
Aktivitas Keluarga
Aktivitas fisik
a. Ayah
b. Ibu (pasien)
c. Anak
Keterangan
Meninggal
Mencuci baju, memasak dan
membersihkan rumah
3 anak berkerja di
perusahaan swasta, 1 belum
bekerja
Aktivitas mental
No
Lingkungan
Keterangan
Hubungan dengan lingkungan
sekitar baik, sebagian warga
1.
Sosial
Sederhana
7 x 5 meter
5 x 3 meter
Lampu listrik
Kamar mandi bergabung
dengan WC
Melalui saluran air ke parit
Limbah
Sumber air sehari-hari
Sumber air minum
Pembuangan sampah
Air tanah
Air galon
Sampah langsung dibuang ke
tempat pembuangan di sekitar
tempat tinggal.
3.
Lingkungan Kerja
- Suami
- Istri (Pasien)
- Anak
(-)
Di dalam rumah
Di luar dan dalam rumah
Kriteria
Adaptasi
Hampir
Selalu
(2)
Pernyataan
Saya
puas
keluarga saya
Kadang
Kadang
(1)
Hampir tidak
pernah (0)
dengan
karena
11
masing-masing
anggota
keluarga
sudah
menjalankan
sesuai
dengan seharusnya
Kemitraan
Saya
puas
dengan
keluarga saya karena
dapat
membantu
memberikan
solusi
terhadap
permasalahan
yang dihadapi
Saya
puas
dengan
kebebasan yang diberikan
keluarga
saya
untuk
mengembangkan
kemampuan yang saya
miliki
Saya
puas
dengan
kehangatan dan kasih
Kasih sayang
sayang yang diberikan
keluarga saya
Pertumbuhan
Kebersamaa
n
Total
10
Ya
Tidak
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
Gaya hidup
Diagnosis Keluarga
Status Kesehatan dan Faktor Risiko
Terdapat anggota keluarga lain yang mengalami Asma.
Status pengetahuan hidup bersih dan sehat cukup baik dan perlu ditingkatkan lagi.
13
1
2
Pengobatan/Tindakan
.
1.
Individu
Keluarga
KOMUNITAS
Mandala Of Health
GAYA HIDUP
Sederhana, Cukup Sehat
PERILAKU
Berobat bila sakit
Tidak Utamakan Pencegahan
Jarang Sarapan & Olahraga
Makan cukup baik
Mencuci Tangan tidak teratur
LINGKUNGAN PSIKO-SOSIO-EKONOMI
Ling. Ekonomi Menengah-Kebawah
Hub. Pasien dan Warga Baik
KELUARGA
PELAYANAN KESEHATAN
Jaminan Kesehatan Nasional
Pengobatan
Edukasi Pasien Asma
PASIEN ASMA
PEKERJAAN
Tidak Berkerja
Ibu rumah tangga
LINGKUNGAN FISIK
Ling. Fasilitas Sederhana
Pencahayan Rumah Kurang
Ada riwayat penyakit Asma di keluarga
Ventilasi jarang dibuka
Lingkungan Komunitas :
Daerah Padat Penduduk
FAKTOR BIOLOGI
15
BAB IV
KESIMPULAN
Pada keluarga ini, penulis mengambil kesimpulan bahwa asma yang diderita oleh pasien
terutama disebabkan karena adanya factor biologis yaitu ayah pasien juga memiliki asma. Selain
dari factor biologic, penyakit asma juga erat hubungannya dengan factor lingkungan pasien
seperti debu dan polusi udara yang dapat menyebabkan timbulnya serangan asma. Namun, dalam
pengamatan penulis melalui aspek psikososioekonomi tidak ditemukan factor pencetus. Pada
lingkungan fisik kemungkinan dapat mencetuskan asma melalui keadaan ventilasi udara di
rumah kontrakan pasien yang jarang dibuka. Hal ini dapat menimbulkan berkumpulnya debu
rumah tangga akibat pertukaran udara yang terganggu. Aktifitas fisik seperti olahraga jarang
dilakukan oleh pasien. Olahraga dapat membantu perbaikan fungsi paru terutama pada penderita
asma.
Pasa kasus asma, factor biologis memang erat kaitannya dengan risiko timbulnya penyakit.
Namun, ringan atau beratnya asma sangat dipengaruhi oleh factor pencetus asma yang dalam hal
ini berupa allergen. Edukasi yang baik mengenai penyakit asma, identifikasi, pengenalan factor
pencetus, pencegahan serangan, dan pengobatan asma sangat berpengaruh dalam prognosis
asma. Pendekatan keluarga sangat perlu dilakukan agar menjadi motivasi baik untuk pasien
maupun keluarga pasien untuk dapat mengendalikan dan mencegah serangan asma agar tidak
menjadi lebih buruk dari sebelumnya.
16
LAMPIRAN
Foto bersama Ny. Aisyah dan kader kelurahan Cipayung di ruang keluarga kontrakan Ny. Aisyah
(anak pasien tidak dapat hadir karena sedang bekerja).
17