You are on page 1of 25

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Judul
Pemanfaatan Alang-Alang sebagai bahan baku pembuatan pulp dengan proses soda.
1.2 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki daratan yang luas. Walaupun luas negara
Indonesia mencapai 1.904.569 km2, tidak seluruh dari luas wilayah tersebut dimanfaatkan
dengan ditanami dengan tanaman yang bermanfaat. Salah satu tumbuhan yang dirasa kurang
bermanfaat adalah rumput alang-alang. Kertas menjadi salah satu sarana komunikasi secara
nonverbal dalam berbagai sektor kehidupan. Indonesia yang penduduknya berjumlah
237.556.363 (sensus tahun 2010, Badan Pusat Statistik) menjadikan negara tersebut konsumtif
dalam pemakaian jumlah kertas. Sebagai negara berkembang kebutuhan informasi serta hiburan
berkembang pesat di Indonesia. Dalam segala usia, pemakaian kertas dipakai berdasarkan
kebutuhan yang berbeda-beda. Maka dari itu, seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan
kertas, industri-industri pembuatan kertas di Indonesia mengalami peningkatan.
Dengan meningkatnya kebutuhan yang besar akan kertas, dan tuntutan masyarakat akan
teknologi yang ramah lingkungan semakin meningkat, menyebabkan perlunya pemasokan bahan
baku kertas yang besar pula pada sektor industri kertas. Maka tanaman alang-alang yang
mengandung selulosa dapat dijadikan sebagai bahan pembuat pulp, karena selain persediaannya
yang banyak di Indonesia, dan juga dapat menggantikan bahan baku kayu di hutan sebagai bahan
baku pembuatan pulp.
Tanaman alang-alang yang tidak diharapkan masyarakat dapat diolah dengan
menggunakan proses soda. (Wibisono et al., 2011)
1.3 Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas dari proses pembuatan pulp dari Alang-alang ini adalah
bagaimana pengaruhtemperatur pemasakan dan lama pemasakan terhadap kualitas pulp yang di
hasilkan. Kebutuhan kertas

saat ini

semakin meningkat sehingga bahan

bakunya juga

meningkat pula.

1.4 Tujuan Penelitian


1

Pada praktikum yang akan kami lakukan mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Untuk dapat membandingkan pulp hasil penelitian yang telah terlaksana dengan pulp hasil
praktikum yang akan kami lakukan dengansuhu dan waktu pemasakan dengan tujuan
mengetahui kondisi operasi optimum pada proses operasi pulping dan bleaching.
2. Dapat melakukan analisa bahan baku dan bahan jadi pada proses pulping.
3. Dapat membuat pulp dari bahan baku Alang-alang.
1.5 Manfaat
Melalui praktikum ini kita dapat mengetahui bahwa Alang-alang dapat di gunakan
sebagai bahan baku alternatif dalam pembuatan kertas.

BAB II
2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Alang-alang
2.1.1 Pengertian Alang-alang
Alang-alang

atau

ilalang

adalah

sejenis

rumput

berdaun

tajam,

yang

kerapmenjadi gulma di lahan pertanian. Nama ilmiahnya adalah Imperata cylindrica, dan
ditempatkan dalam anak suku Panicoideae. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagaibladygrass,
cogongrass, speargrass, silver-spike atau secara umum disebut satintail, mengacu pada malai
bunganya yang berambut putih halus. Orang Belanda menamainya snijgras, karena sisi daunnya
yang tajam dapat melukai.Alang-alang menyebar secara alami mulai dari India hingga ke Asia
Timur, Asia Tenggara, Mikronesia, dan Australia. Kini alang-alang juga ditemukan di Asia Utara,
Eropa, Afrika, dan Amerika (Wikipedia, 2015).

Klasifikasi Alang-alang
Kerajaan: Plantae
Divisi:

Magnoliophyta

Kelas:

Liliopsida

Ordo:

Poales

Famili:

Poaceae

Genus:

Imperata

Spesies:

I. cylindrica

2.1.2 Kandungan Alang-alang Kering


3

Komposisi kimia

Alang-alang (%)

Alpha Selulosa

41,7

Pentosan

28,58

Lignin
Abu

18,2
5,4

Silika
3,6
(Sumber :wibisono et al., 2011)
2.2 Manfaat Tanaman Alang-alang
Alang-alang atau sering juga disebut dengan nama ilalang adalah sejenis rumput berdaun
tajam, yang kerap menjadi gulma di lahan pertanian. Nama ilmiah alang-alang adalah Imperata
cylindrica. Meski sering dianggap sebagai tanaman pengganggu, namun ternyata mempunyai
banyak sekali manfaat dan khasiat untuk kesehatan khususnya untuk pengobatan tradisional.
Berbagai jenis gangguan kesehatan dan penyakit bisa diobati dengan memanfaatkan tanaman
alang-alang misalnya asma, diare, hipertensi akibat sakit ginjal, kencing batu, keputihan,
melancarkan air seni, mimisan, hepatitis, prostat dan radang paru-paru(Anonim,2015).
Bagian Alang-alang yang sering digunakan adalah bagian akarnya yang mengandung
kandungan glukosa, malic acid, citric acid. Akar alang-alang juga ada kandungan kimia coixol,
fermenol, arundoin, cylindrin, simiarenol dan kandungan anemonin(Saputra, 2014).
2.3 Selulosa
Selulosa adalah bagian utama dari dinding sel kayu. Selulosa adalah suatu polimer
karbohidrat yang kompleks yang memilki presentasi komposisi yang sama dengan tepung (kanji)
dimana nilai glukosa dapat ditentukan dengan hidrolisis menggunakan asam. Unit molekul
penyusunan selulosa adalah glukosa yang merupakan gula. Banyak molekul glukosa yang
bergabung bersama-sama membentuk rantai selulosa. Rumus kimia selulosa adalah (C6H10O5)n
dimana n adalah jumlah unit pengulangan glukosa, n juga disebut derajat polimerasi (DP).
Nilai dari n bevariasi tergantung sumber selulosa yang berbeda. Selama pengolahan pulp
dalam digester, derajat polimerisasi akan menurun beberapa derajat. Ini penting untuk tidak turun
terlalu banyak, karena rantai selulosa jauh lebih pendek pada akhirnya menghasilkan pulp yang
kurang bagus.
Selulosa dalam kayu mempunyai nilai derajat polimerisasi rata-rata 3500 dimana selulosa
dalam pulp mempunyai rata-rata derajat polimerasi dalam rentang 600-1500. Karena sifat sifat
bahan yang mengandung selulosa berhubungan dengan derajat polimerisasi molekul selulosa.
4

Berkurangnya berat molekul di bawah tingkat tertentu akan menyebabkan berkurangnya


ketangguhan. Selulosa adalah polimer lurus tidak bercabang. Tersusun atas molekul glukosa
rantai lurus dan panjang merupakam komponen yang paling disukai dalam kesetimbangan
terbaik sifat sifat pembuatan kertas karena panjang dan kuat selain ini hal ini terjadi ketika
kebanyakan lignin tersisih dari serat. Sifat penting pada selulosa yang penting untuk pembuatan
kertas, antara lain:
1.

Gugus aktif alkohol (dapat mengalami oksidasi)

2.

Derajat polimerasi (serat menjadi panjang)

Berdasarkan derajat polimerisasi (DP), maka selulosa dapat dibedakan atas tiga jenis yaitu
1. Selulosa (Alpha Cellulose) adalah selulosa berantai panjang, tidak larut dalam larutan
NaOH 17,5% atau larutan basa kuat dengan DP (derajat polimerisasi) berkisar 600-1500.
Selulosa dipakai sebagai penduga dan atau penentu tingkat kemurnian selulosa.
2. Selulosa (Betha Cellulose) adalah selulosa berantai pendek, larut dalam larutan NaOH
17,5% atau basa kuat dengan
DP berkisar 15-90, dapat mengendap bila dinetralkan.
3. Selulosa (Gamma cellulose) adalah selulosa berantai pendek, larut dalam larutan NaOH
17,5% atau basa kuat dengan DP kurang daripada 15(Anonim, 2014).
2.4 Hemiselulosa
Hemiselulosa merupakan senyawa sejenis polisakarida yang terdapat pada semua jenis
serat, mudah larut dalam alkali, dan mudah terhidrolisis oleh asam mineral menjadi gula dan
senyawa lain. Hemiselulosa lebih mudah larut daripada selulosa, dan dapat diisolasi dari
kayu dengan ekstraksi.

Gambar:Struktur unit-unit penyusun hemiselulosa


2.5 Lignin
Lignin adalah zat yang bersama-sama dengan selulosa yang adalah salah satu sel yang
terdapat dalam kayu. Lignin berguna dalam kayu seperti lem atau semen yang mengikat sel-sel
5

lain dalam satu kesatuan, sehingga bisa menambah support dan kekuatan kayu (mechanical
strength) agar kokoh dan berdiri tegak.
Lignin memiliki struktur kimiawi yang bercabang-cabang dan berbentuk polimer tiga
dimensi. Molekul dasar lignin adalah fenil propan. Molekul lignin memiliki derajat polimerisasi
tinggi. Oleh karena ukuran dan strukturnya yang tiga dimensi bisa memungkinkan lignin
berfungsi sebagai semen atau lem bagi kayu yang dapat mengikat serat dan memberikan
kekerasan struktur serat. Bagian tengah lamela pada sel kayu, sebagian besar terdiri dari lignin,
berikatan dengan sel-sel lain dan menambah kekuatan struktur kayu. Dinding sel juga
mengandung lignin. Pada dinding sel, lignin bersama-sama dengan hemiselulosa membentuk
matriks (semen) yang mengikat serat-serat halus selulosa. Lignin di dalam kayu memiliki
persentase yang berbeda tergantung dari jenis kayu (Wibisono et al., 2011).
2.6 Proses Pembuatan Pulp
Pemisahan serat sellulosa dari bahan-bahan bukan serat kayu dan bukan kayu dapat
dilakukan dengan berbagai proses, yaitu proses mekanik, proses semi-kimia dan proses kimia.
1) Proses Mekanik
Kayu gelondongan dihancurkan dengan gilingan batu sambil menyemprotkan air ke permukaan
gilingan batu untuk mengeluarkan bahan yang sudah digiling.Metode ini hanya digunakan untuk
jenis kayu lunak yaitu jenis kayu yang berasal dari pohon berdaun jarum. Proses mekamik ini
tidak ada bagian kayu yang terbuang.
2) Proses Kimia
Pada metode ini serpihan kayu dimasukkan ke dalam bahan kimia untuk mengeluarkan lignin
dan karbohidrat. Ada 3 proses kimia yang digunakan yaitu :
a.
Proses Soda
Sistem pemasakan alkali yang menggunakan tekanan tinggi dan menambahkan NaOH
yang berfungsi sebagai larutan pemasak dengan perbandingan 4 : 1 dari kayu yang digunakan.
Larutan yang dihasilkan dipekatkan dengan cara penguapan. Proses alkali jarang dipergunakan
dibandingkan dengan proses sulfit, karena proses alkali lebih sulit memperoleh zat kimia dari
larutan pemasak. Keuntungan proses soda adalah mudah mendapatkan kembali bahan kimia hasil
pemasakan (recovery) NaOH dari lindi hitam dan bahan baku yang dipakai dapat bermacammacam.
b.Proses Kraft

Proses kraft menggunakan natrium hidroksida yang ditambahkan natrium sulfat. Dalam
proses ini natrium sulfat yang ditambahkan, direduksi di dalam tungku pemulihan menjadi
natrium sulfida yang dibutuhkan untuk delignifikasi. Pada proses ini digunakan bahan pemutih
sehingga pulp yang dihasilkan mempunyai derajat putih yang berkualitas tinggi. Untuk proses ini
sering kali digunakan dalam proses pembuatan pulp dikarenakan pemulihan bahan kimia yang
lebih sederhana dan sifat-sifat pulpnya yang lebih baik. Walaupun proses ini sering digunakan
namun proses mempunyai kelemahan yang sukar diatasi seperti bau gas (SO 2 dan Cl2) yang tidak
enak dan kebutuhan bahan kimia pemutih yang tinggi untuk pulp kraft dari kayu lunak.
Keuntungan proses kraft adalah proses ini lebih fleksibel karena dapat digunakan untuk berbagai
jenis kayu.
c. Proses sulfit
Dalam proses sulfit digunakan campuran asam sulfur (H 2SO3) dan ion bisulfat (H2SO3)
untuk melarutkan lignin. Proses ini memisahkan lignin sebagai garam-garan asam lignosulfonat
dan sebagian besar struktur molekul lignin tetap utuh. Bahan kimia basa untuk bisulfit dapat
berupa ion kalsium, magnesium, sodium, atau ammonium. Pembuatan pulp sulfit berlangsung
dalam rentang pH yang lebar. Asam sulfit menunjukkan bahwa pembuatan pulp dibuat dengan
kelebihan asam sulfur (pH 1-2), sedangkan pemasakan bisulfit dibuat di bawah kondisi yang
kurang asam (pH 3-5). Pulp sulfit lebih cerah dan mudah diputihkan, tetapi lembaran kertasnya
lebih lemah dibandingkan pulp sulfat (kraft) (Surest dan Satriawan, 2010).
3) Organosolv
Pembuatan biomassa secara efisien dapat dilakukan dengan menerapkan konsep
biomass refining yaitu pemrosesan dengan menggunakan pelarut organik ( organosolve
process ). Prinsipnya adalah melakukan fraksionasi biomassa menjadi komponen-komponen
utama penyusunnya (selulosa, hemiselulosa, dan lignin) tanpa banyak merusak ataupun
mengubahnya, serta dapat diolah lebih lanjut menjadi produk yang dapat dipasarkan. Fraksionasi
biomassa menggunakan pelarut organik yang telah menjadi suatu metode alternatif bagi prosesproses konvensional dalam pembuatan pulp, yang lebih dikenal dengan organosolve pulping.
Kelebihan dari proses organosolv dibandingkan dengan proses konvensional adalah:
1. Berdampak kecil bagi lingkungan, yaitu tidak menyebabkan timbulnya pencemaran seperti
gas-gas berbau yang disebabkan oleh belerang
2. Cairan pemasak (pelarut organik) bekas dapat digunakan kembali setelah dimurnikan terlebih
dahulu
7

3. Produk samping mempunyai daya jual seperti glukosa, pentosa, fulfural, adhesiv serta bahanbahan kimia (Masrianto, 2012).
a. Acetosolv
Penggunaan asam asetat sebagai pelarut organik disebut dengan proses asetosolv.
Kekuatan tarik pulp asetosolv setara dengan kekuatan tarik pulp kraft. Proses asetosolv dalam
pengolahan pulp memiliki beberapa keunggulan, antara lain: bebas senyawa sulfur, daur ulang
limbah dapat dilakukan hanya dengan metode penguapan dengan tingkat kemurnian yang cukup
tinggi, yaitu dengan distilasi saja daur ulang pemakaian asam asetat sebagai bahan pemasaknya,
dan nilai hasil daur ulangnya jauh lebih mahal dibanding dengan hasil daur ulang limbah kraft.
Keuntungan lain dari proses asetosolv adalah bahwa bahan pemasak yang digunakan dapat
diambil kembali tanpa adanya proses pembakaran bahan bekas pemasak. (Wibisono et al., 2011).
4) Proses Biologis
Menambahkan enzim lipase pada proses pre-treatment dalam pembuatan pulp. Enzim
lipase dimanfaatkan dalam proses penghilangan noda dan penghilangan tinta pada proses
pembuatan kertas daur ulang .
Pada saat ini telah dikembangkan pembuatan kemasan makanan dan minuman terbuat
dari bahan baku alam (lignoselulosa) karena bahan kemasan berasal dari lignoselulosa, maka
dapat terurai secara hayati (biodegradable) jika dibuang di alam dan dapat menggantikan bahan
dari styrofoam. Sifat ini tidak terdapat pada kemasan berbahan dasar plastik (styrofoam) yang
sulit atau tidak dapat mengalami biodegradasi. Selain itu sifat bahan baku biodegradable pada
serat TKS (Tandan Kosog Sawit) juga dapat dikembangkan sebagai media tanam kecambah
kelapa sawit. Salah satu kegiatan utama Pusat Penelitian Kelapa Sawit bergerak dalam produksi
kecambah dan pembibitan kelapa sawit. Media tanam ini diharapkan dapat menjadi alternatif
untuk meminimalisasi penggunaan tanah sebagai media tanam secara umum pada tahap
pembibitan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan teknologi produksi pulp TKS yang
berkualitas tinggi sebagai bahan baku kertas cetak, moulding dan media tanam kecambah kelapa
sawit.
2.7 Proses Soda
Sistem pemasakan alkali yang menggunakan tekanan tinggi dan menambahkan
NaOH yang berfungsi sebagai larutan pemasak. Larutan yang dihasilkan dipekatkan
dengan cara penguapan. Proses alkali jarang dipergunakan dibandingkan dengan proses
sulfit karena proses alkali lebih sulit memperoleh zat kimia dari larutan pemasak.
8

Proses soda digunakan untuk pembuatan pulp dari kayu keras yaitu kayu yang
berasal dari pohon yang daunnya lebar, mempunyai panjang serat lebih kecil 0,25 cm.
Ciri ciri dari proses ini adalah :
1. Mudah mendapatkan kembali bahan kimia hasil pemasakan (recovery) NaOH dari
lindi hitam (Black Liquor).
2. Bahan baku yang dipakai dapat bermacam macam.
Sedangkan variabel-variabel yang mempengaruhi proses soda adalah:
a) Perbandingan bahan kimia terhadap bahan baku
Perbandingan bahan kimia terhadap bahan baku dipengaruhi oleh densitas
bahan baku. Karena bahan baku berdensitas tinggi biasanya kandungan ligninnya
tinggi sehingga bahan kimia berdensitas tinggi lebih besar daripada kebutuhan
bahan kimia berdensitas rendah.
b) Konsentrasi dari cooking liquor
Proses pulp sebaiknya dilakukan pada konsentrasi cooking liquor yang
rendah yang dipertahankan selama proses dengan metode infection cooking yaitu
pemasakan dimulai pada konsentrasi rendah dan diadakan penambahan alkali
selama jangka waktu tertentu dalam pemasakan sehingga konsentrasi white liquor
tetap terjaga.
c) Suhu dan Pemasakan
Kenaikan suhu dalam proses akan menurunkan hasil dan viskositas pulp.
Dalam suhu yang tinggi degradasi terhadap karbohidrat sangat besar sehingga bila
waktu pemasakan singkat maka suhu harus tinggi dan sebaliknya.

2.8 NaOH
2.8.1 Sifat Fisika NaOH
NaOH (Natrium Hidroksida) anhidrat berbentuk kristal berwarna putih NaOH bersifat sangat
korosif terhadap kulit. Istilah yang paling sering digunakan dalam industry yaitu soda kaustik.
Soda kaustik apabila dilarutkan dalam air akan menimbulkan reaksi eksotermis.
Tabel 2.4 Sifat Fisika NaOH
NaOH
Berat Molekul
Spesific Gravity
Titik Leleh
Titik Didih
Kelarutan pada 20C
gr/100gr air

Nilai
39.998 gr/mol
2.130
318C
1390C
299.6

2.8.2 Sifat Kimia NaOH


Larutan NaOH sangat basa dan biasanya digunakan untuk reaksi dengan asam lemah,
dimana asam lemah seperti natrium karbonat tidak efektif. NaOH tidak bisa terbakar
meskipun reaksinya dengan metal amfoter seperti aluminium, timah, seng menghasilkan gas
nitrogen yang bisa menimbulkan ledakan NaOH biasanya digunakan untuk memproduksi
garam natrium. NaOH juga digunakan untuk mengendapkan logam logam berat seperti
hidroksinya dan dalam mengontrol keasaman air.
2.9

Pemutihan (Bleaching)

Bleaching dilakukan dalam beberapa tahap dengan tujuan menghilangkan lignin tanpa merusak
selulosa. Dalam industri pulp terdapat beberapa tahap dalam proses pemutihan. Masing-masing
tahapan dijabarkan di bawah ini.
C : tahap klorinasi, menggunakan Cl2 dalam media asam
E : Extraksi Alkali, untuk melarutkan hasil degradasi lignin yang terbentuk pada tahap
sebelumnya dengan larutan NaOH.
D : Klorin dioksida, mereaksikan ClO2 dengan pulp pada kondisi asam
O : Oksigen, digunakan pada tekanan tinggi dan suasana basa
H : Hipoklorit, mereaksikan NaClO dalam media basa
P : Peroksida, reaksi dengan hidrogen peroksida (H2O2) dalam kondisi basa
Z : Ozon, menggunakan ozon (O3) dalam kondisi asam
X : Xylanase, Biobleaching dengan enzim murni mikroba dalam kondisi netral (Nova, 2011).
Bleaching merupakan suatu proses kimia yang dilakukan untukmenghilangkansisa lignin
dari proses pulping. Untukmenghilangkansisa lignin dilakukan proses oksidasi yang
diikutidenganreaksipemutihan(bleaching). Proses bleaching dapat meningkatan derajat putih,
kemurnianselulosadankualitaskertas.Bahanpemutih yang banyak digunakandalamindustri pulp
adalahklorin(Cl2),

klorindioksida

(ClO2),

oksigen

(O2),

hidrogenperoksida

(H2O2),

natriumhipoklorit (NaOCl), asamhipokolit (HOCl), natriumhidroksida (NaOH), dan ozon (O3).


Bahan kimia yang digunakan dalam bleaching terbagi menjadi 2 macam yaitu:
1. Oksidator

10

Oksidator berfungsi untuk mendegradasi dan menghilangkan lignin dari gugus kromofor.
Oksidator yang sering digunakan adalah Khlor (Cl), Oksigen (O2), Hipoklorit, Klordioksida,
Hydrogen Peroksida, Ozon dan Nitrogen dioksida.
2. Alkali
Alkali berfungsi untuk mendegradasikan lignin dengan cara hidrolisis dan melarutkan gugus gula
sederhana yang masih bersatu dalam pulp. Biasanya menggunakan NaOH sebagai basa kuat
(Maruf, 2012).
2.10 Kaporit (Ca(ClO)2)
Kaporit atau Kalsium Hipoklorit adalah senyawa kimia yang memiliki rumus kimia
(Ca(ClO)2). Kaporit biasanya digunakan sebagai zat disinfektan air. Kalsium hipoklorit adalah
padatan putih yang siap didekomposisi di dalam air untuk kemudian melepaskan oksigen dan
klorin. Kalsim hipoklorit memiliki aroma klorin yang kuat. Senyawa ini tidak terdapat di
lingkungan secara bebas.
Interaksi kalsium hipoklorit terhadap lingkungan terutama di air dan tanah senyawa ini
berpisah menjadi ion kalsium (Ca2+) dan hipoklorit (ClO-). Ion ini dapat bereaksi dengan
substansi substansi lain yang terdapat di air. Kalsium hipoklorit utamanya digunakan sebagai
agen pemutih atau desinfektan. Senyawa ini adalah komponen yang digunakan dalam pemutih
komersial yang biasanya digunakan sebagai pemutihan (bleaching) pada produk produk kertas
dan tekstil. Yang keamanannya tergantung pada level kadar dari kalsium hipoklorit yang
digunakan (Wikipedia, 2015).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Rancangan Percobaan
Penelitian dilakukan di laboratorium terdiri dari 3 tahap :
Tahap I

: Analisa terhadap bahan dasar

Tahap II

: Pemasakan dengan proses soda

Tahap III

: Analisa pulp hasil pemasakan

3.2 Alat dan Bahan yang Digunakan


3.2.1Alat yang Digunakan
Tabel 4: Alat yang Digunakan
No.

Alat

Ukuran

Jumlah

11

1.

Ember

1 buah

2.

Neraca Digital

1 buah

3.

Digester

1 buah

4.

Oven

1 buah

5.

Desikator

1 buah

3.2.2. Gambar Rangkaian Alat Digester

Gambar: Alat Digester


3.2.3 Cara Kerja Alat Digester
a. Menghubungkan kabel alat dengan sumber arus listrik (PLN)
b. Memasukkan bahan-bahan pembuatan ke dalam tangki
c. Mengatur suhu sesuai dengan set point
d. Menyalakan alat pada control panel dengan dengan cara menekan tombol ON
e. Mengatur control valve pada pressure gauge agar tidak melampaui batas (<1kg/cm2)
f. Memasak bahan-bahan selama waktu yang ditentukan
g. Mematikan alat dengan cara menekan tombol OFF
3.2.4 Bahan yang Digunakan
a. Bahan bahan pembuatan pulp :
1. Bahan baku berupa alang-alang kering
2. Larutan NaOH
b. Bahan bahan untuk analisa :
1. Larutan NaOH 17,5%
2. Larutan CH3COOH (Asam Asetat) 2N
3. Kaporit (Ca(ClO)2)
4. Aquadest
5. KMnO4 0,1 N
6. Na2S2O3 0,1 N
7. Larutan KI 166 gr/liter
8. H2SO4 4 N
3.3 Variabel Percobaan
12

Variabel Tetap

: Berat sampel

= 50 gram

NaOH

= 2,5 %,

Variabel Berubah

: Temperatur pemasakan

Waktu pemasakan

= 70 10 menit

= 100 10 C

3.4 Rancangan percobaan


Dalam percobaan/penelitian proses pulping yang digunakan adalah proses soda, dengan
perhitungan :
a. Bahan baku fleksibel dan mudah didapat di Indonesia
b. Pemanfaatan hasil pertanian sehingga mengurangi limbah
c. Kekuatan pulp hasil pemasakan relatif tinggi

Tabel Rancangan pulping dengan metode acetosolve


Percobaan

Variabel Berubah

Kadar air

Kadar
selulosa

T ( 0C )

t ( menit )

90

60

a1

b1

II

110

80

a2

b2

III

90

80

a3

b3

IV

110

60

a4

b4

Tabel Rancangan Percobaan Praktikum Bleaching


Analisa
Kadar sellulosa
Hasil warna sebelum bleaching
Hasil warna setelah bleaching

Hasil
%
Warna
Warna

13

NaOH

Analisa
kadar air
dan selulosa

Gambar: Diagram Blok Pembuatan Pulp


3.5 Metode Pendekatan
Percobaan yang akan dilakukan meliputi 3 tahap, yaitu :
1.
2.
3.

Analisa terhadap bahan dasar


Pemasakan dengan proses soda
Proses pemutihan (bleaching)

Pada analisa bahan dasar alang-alang, akan dilakukan beberapa macam analisa yaitu :
1.
1.
2.

Menentukan kadar air


Menentukan kadar abu
Menentukan kadar -selulosa

Selanjutnya pada analisa hasil pulp pemasakan akan dilakukan beberapa macam analisa, yaitu:
1.
3.

Menentukan kadar Air


Menentukan kadar -selulosa

3.6 Prosedur Kerja


3.6.1 Analisa Bahan Baku
a. Menentukan Kadar Air
Langkah langkahnya :
1. 4 gram sampel ditimbang dalam cawan porselen

14

2. Dikeringkan dalam oven pada suhu 1000C selama 1 jam lalu didinginkan dalam desikator
kemudian ditimbang. Hal ini kita ulangi hingga memperoleh penimbangan dengan berat
konstan
3. Kadar air = (b-(c-a))/b x 100 %
Keterangan :

a = Berat cawan porselen


b = Berat bahan
c = Berat cawan dan bahan setelah di oven

b. Menentukan Kadar Abu


Langkah langkahnya :
1) Krus kosong dibakar dalam muffle furnace (oven yang suhunya lebih tinggi) pada suhu
1000C hingga memperoleh berat konstan. Misal a gram
2) Timbang 4 gram sample, masukkan dalam krus porselen tadi, kemudian pindahkan dalam
muffle furnace dan dibakar pada suhu 6000C selama 2 s/d 4 jam hingga seluruh karbon
terbakar.
3) Dinginkan dalam desikator
4) Ulangi percobaan hingga diperoleh berat konsatn
ba

5) Kadar abu : berat sampel bebas air x100%


Keterangan :
a = Berat krus porselen setelah dibakar dalam muffle furnace
b = Berat bahan dan berat krus porselen setelah dibakar di furnace
c. Menentukan Kadar Sellulosa
Langkah langkahnya :
1) Timbang 4 gram sampel kering dalam beaker glass, letakkan dalam cooler bath dan suhu
dijaga 200C.
2) Tambahkan 35 ml NaOH 17,5% diaduk selama 5 menit lalu tambahkan lagi 10 ml dan
aduk selama 10 menit. Tambahkan lagi masing-masing 10 ml pada menit ke 2,5;5;10
menit berikutnya.
3) Tutup beaker glass dengan kaca arloji dan biarkan selama 3 menit.
4) Tambahkan aquadest 100 ml aduk hingga homogen dan biarkan selama 30 menit.
5) Saring dengan saringan penghisap dan sisa sampel dalam beaker glass dikeluarkan
dengan bantuan penambahan 25 ml NaOH 8,5%.
6) Endapan dicuci dengan aquadest 5 50 ml.
7) Saring dengan saringan penghisap dan lanjutkan pencucian dengan aquadest 400 ml.
8) Tambahkan 40 ml asam asetat 2 N.

15

9) Biarkan endapan terendam dahulu baru cairan dibuang kemudian dicuci dengan aquadest
hingga larutan menjadi netral. Setiap kali pencucian diuji.
10) Setelah netral dikeringkan dalam oven pada suhu 1050C 300C.
11) Didinginkan dalam desikator dan timbang, ulangi hal tersebut hingga diperoleh berat
konstan, misal b gram.
12) Kadar

selulosa :

b
x100%
3

Keterangan :
b = berat beaker glass dan berat sampel yang telah kering di oven
3.6.2 Pemasakan (Pulping) dengan Proses Soda
1) Memotong alang-alang kering yang sudah disiapkan dengan menggunakan pisau atau
gunting
2) Menimbang alang-alang kering sebanyak 50 gram kemudian masukan dalam digester dan
tambahkan larutan pemasak NaOH 2,5%
3) Memasak selama 60menit dengan suhu 90oC untuk percobaan 1, 80 menit dengan suhu
110 oC untuk percobaan 2, 60 menit dengan suhu 110 oC untuk percobaan 3, 80 menit
dengan suhu 90 oC untuk percobaan 4
4) Menentukan kadar sellulosa, hasil yang terbaik selanjutnya dilakukan proses bleaching
dengan menggunakan kaporit.
3.6.3 Analisa Pulp Hasil Pemasakan
1. Menentukan kadar Air
1. Menentukan kadar sellulosa
Penjelasan :
a) Menentukan Kadar Air
Langkah-langkah pengerjaan :
1) Timbang 4 gram pulp hasil pemasakan dan masukkan dalam cawan
porselen.
2) Kemudian Pulp dioven hingga kering dan masukkan dalam desikator
kemudian timbang hingga konstan.
3) Menghitung kadar air dengan rumus :
Kadar Air = (b-(c-a))/b x 100 %
b) Menentukan Kadar sellulosa
Langkah langkah pengerjaan :
1) Timbang 4 gram sampel kering dalam beaker glass, letakkan dalam water
bath dan suhu dijaga 25C

16

2) Tambahkan 35 ml larutan NaOH 17,5 % diaduk selama 5 menit lalu


tambahkan lagi 10 ml dan aduk selama 10 menit. Tambahkan lagi masing
masing 10 ml pada menit ke 2,5 ; 5 ; 10 berikutnya
3) Tutup beaker glass dengan kaca arloji dan biarkan selama 3 menit
4) Tambahkan aquadest 100 ml aduk hingga homogeny dan biarkan selama 3
menit
5) Saring dengan saringan penghisap dan sisa sampel dalam beaker glass,
keluarkan dengan bantuan penambahan 25 ml NaOH 8,5%.
6) Endapan dicuci dengan aquadest 5 x 50 ml.
7) Saring dengan saringan penghisap dan lanjutkan pencucian dengan
aquadest 400 ml.
8) Tambahkan 40 ml asam asetat 2 N.
9) Biarkan endapan direndam dahulu baru cairan dibuang kemudian dicuci
dengan aquadest hingga netral.
10) Keringkan dalam oven pada suhu 105C 30C.
11) Dinginkan dalam desikator dan timbang hingga berat konstan

(misal b

gram).

17

BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
4.1.

Tabel Hasil Percobaan


Tabel 4.1.1 Hasil analisa bahan baku
Analisa

Persentase (%)
57,00 %
20,75 %
35,00 %

Kadar air
Kadar abu
Kadar selulosa

Tabel 4.1.2 Hasil pulping dengan proses soda


Percobaan

Variabel berubah

Kadar Air

Kadar

Suhu (oC)

Waktu (menit)

(%)

selulosa (%)

90

60

6,75 %

40,67 %

II

110

80

10,00 %

36,33 %

III

90

80

27,50 %

33,66 %

IV

110

60

29,50 %

32,00 %

Tabel 4.1.3 Hasil analisa pulping dan bleaching


Pulp yang di bleaching adalah pulp dengan kondisi operasi:
Suhu(T) : 90oC , waktu(t) : 60 menit, karena menghasilkan -selulosa paling tinggi
dan kadar air paling kecil.
Analisa
Hasil warna sebelum bleaching
Hasil warna setelah bleaching

Hasil
Kuning Cerah
Putih Kekuningan

4.2 Pembahasan
4.2.1 Hasil Analisa Bahan Baku
Pada bahan baku kami menganalisa kadar air didapatkan nilai sebesar 57,00 % ,
lalu kadar abu yang kami dapatkan yaitu sebesar 20,75 % , kemudian pada analisa kadar
selulosanya kami dapatkan kadarnya sebesar 35,00% , dari hasil analisa tersebut

dengan kadar selulosa yang cukup tinggi maka bahan baku yang kami gunakan dapat
diolah menjadi pulp yang cukup baik.
4.2.2 Hasil Pulping dengan Proses Soda
18

Pada proses pemasakan dengan bahan Natrium hidroksida(NaOH) 2,5 % dan


Sodium karbonat (Na2CO3) 1,5% pada kondisi operasi yang berbeda-beda dari suhu
hingga waktu yang digunakan, maka berikut hasil analisa pulpnya : Variabel I dengan
suhu yang digunakan sebesar 90oC dan waktu operasi selama 60 menit didapatkan analisa
kadar air sebesar 6,75 % dengan kadar -selulosa sebesar 40,67% , Variabel II dengan
suhu 110oC dan waktu operasi selama 80 menit didapatkan analisa kadar air sebesar
10,00 % dengan kadar -selulosa sebesar 36,33 %, Variabel III dengan suhu 90 oC dan
waktu operasi selama 80 menit didapat analisa kadar air sebesar 27,50% dengan kadar selulosa 33,66%, dan Variabel IV dengan suhu 110 oC dan waktu operasi selama 60 menit
didapat kadar air sebesar 29,50% dan kadar -selulosa 32,00%.
Dari empat percobaan diatas, didapatkan nilai -selulosa tertinggi dan kadar air
terendah pada kondisi operasi dengan suhu 90oC dan waktu 60 menit.
4.2.3 Hasil Pulp dengan Tahapan Bleaching
Hasil pulp yang telah kami uji analisanya didapatkan pulp terbaik dengan kondisi
operasi 90oC dan waktu 60 menit. Kemudian pulp dilakukan proses bleaching dengan
menggunakan kaporit[Ca(ClO)2]. Dari proses bleaching, didapatkan hasil dengan
perubahan warna dari kuning cerah menjadi putih kekuningan.
4.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Pulping
a. Suhu
Suhu pemasakan sebaiknya tidak terlalu tinggi maupun terlalu rendah (sesuai
dengan proses pulping yang digunakan). Apabila suhu pemasakan terlalu tinggi maka
akan merusak selulosa yang terdapat di dalam bahan sehingga rendemen yang
dihasilkan terlalu kecil. Sedangkan apabila suhu pemasakan kurang panas maka
proses pemasakan belangsung tidak sempurna.

19

b. Konsentrasi
Konsentrasi larutan pemasak sangat berpengaruh pada penguraian serat selulosa.
Semakin tinggi konsentrasi larutan pemasak yang digunakan akan memperbesar
kadar -selulosa dari bahan. Konsentrasi larutan pemasak ini juga disesuaikan dengan
jenis proses pulping yang digunakan.
c. Waktu
Waktu pemasakan yang digunakan jangan terlalu lama atau terlalu cepat. Jika
terlalu lama waktu pemasakan, maka dapat merusak selulosa pada pulp, sedangkan
jika terlalu cepat waktu pemasakannya maka proses pemasakan tidak sempurna.
.

BAB V
20

PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Bahan baku yang digunakan pada praktikum kami adalah alang-alang yang merupakan
bahan baku alternatif yang dapat digunakan dalam pembuatan kertas karena memiliki
kadar sellulosa yang cukup tinggi.
2. Proses pulping yang digunakan adalah proses soda, dengan pertimbangan sebagai berikut:
5
Mudah mendapatkan kembali bahan kimia hasil pemasakan (recovery) NaOH dari
6
7
8

lindi hitam (Black Liquor).


Bahan baku yang dipakai dapat bermacam macam.
Pulp yang dihasilkan berwarna kuning cerah
Dapat menghilangkan komponen yang tidak diinginkan pada bahan baku pulp serta

mengendapkan logam logam berat.


3. Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pembuatan pulp yang
paling baik terdapat pada percobaan I, yaitu pada kondisi operasi dengan suhu 90oC dan
waktu pemasakan 60 menit didapatkan kadar air sebesar 6,75% dan kadar -selulosa
sebesar 40,67%.
4. Pada proses pemutihan (bleaching), dilakukan dengan perendaman dalam larutan kaporit
(Ca(ClO)2) dan menghasilkan warna kuning keputih-putihan (lebih putih dari warna pulp
sebelum bleaching).
5.2 Saran
1. Alang-alang sebelum digunakan dalam praktikum perlu penanganan pendahuluan seperti
penjemuran dan pemotongan sehingga ukurannya lebih kecil dan lebih memudahkan
dalam pemasakan.
2. Dalam pulping, suhu harus dikontrol jangan sampai melebihi atau kurang dari suhu
pemasakan yang ditentukan agar hasil praktikum lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2015. Manfaat Alang-alang untuk Pengobatan Tradisional. Diakses tanggal 14 September
2015.
21

Id.wikipedia.org/wiki/Alang-alang. Diakses tanggal 14 September 2015.


Id.wikipedia.org/wiki/Asam Asetat. Diakses tanggal 14 September 2015.
Id.wikipedia.org/wiki/Kaporit. Diakses tanggal 14 September 2015.
Maruf, A. 2012. Proses Bleaching dan Chelating pada Pembuatan Kertas. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Masrianto, 2012. Prarancangan Pabrik Pulp dari Corn Stover (Jerami jagung) dengan
Proses Organosolv. Diakses tanggal 14 September 2015.
Saputra, G.A. 2014. Mengenal Kandungan Alang-alang dan Manfaat Alang-alang. Diakses tanggal
14 September 2015.
Surest, A.H. dan D. Satriawan. 2010. Pembuatan Pulp dari Batang Rosella dengan Proses Soda.
Jurnal Teknik Kimia, III(17).
Wibisono, I., H. Leonardo, Antaresti dan Aylianawati. 2011. Pembuatan Pulp dari Alang-alang.
Widya Teknik,X(1): 11-20.

LAMPIRAN

Perhitungan kebutuhan NaOH 17,5%


Volume aquadest yang dibutuhkan : 100 ml
Berat NaOH yang dibutuhkan : 17,5 gram
22

Perhitungan kebutuhan NaOH 8,5%


Volume aquadest yang dibutuhkan : 100 ml
Berat NaOH yang dibutuhkan : 8,5 gram
Perhitungan kebutuhan NaOH 10 %
Volume aquadest yang dibutuhkan : 100 ml
Berat NaOH yang dibutuhkan : 10 gram
Perhitungan kebutuhan Na2CO3 10 %
Volume aquadest yang dibutuhkan : 100 ml
Berat Na2CO3 yang dibutuhkan : 10 gram
Perhitungan kebutuhan asam asetat(CH3COOH) 2N dalam 100 ml aquadest

Kebutuhan aquadest : 100 ml 31,75 ml = 68,25 ml


Analisa kadar air bahan baku (Alang-alang)
Berat sampel : 4 gram
Berat cawan kosong : 42,69 gram
Berat cawan porselen kosong + sampel yang telah di keringkan : 44,41 gram

Analisa kadar abu bahan baku (Alang-alang)


Berat sampel : 4 gram
Berat cawan porselen kosong setelah dibakar dalam muffle Furnace (a) : 32,74 gram
Berat cawan porselen + sampel setelah dibakar dalam muffle Furnace (b) : 33,57 gram

Analisa -selulosa bahan baku (Alang-alang)


Berat sampel
: 4 gram
Berat cawan kosong
: 32,72 gram
Berat cawan kosong + sampel
: 33,77 gram
Berat sampel konstan
: 1,05 gram

23

Analisa kadar air dalam pulp variabel I suhu 90oC, waktu 60 menit
Berat sampel : 4 gram
Berat cawan kosong : 35,80 gram
Berat cawan porselen kosong + sampel yang telah di keringkan : 39,53 gram

Analisa kadar air dalam pulp variabel II suhu 110oC, waktu 80 menit
Berat sampel : 4 gram
Berat cawan kosong : 29,44 gram
Berat cawan porselen kosong + sampel yang telah di keringkan : 33,04 gram

Analisa kadar air dalam pulp variabel III suhu 90oC, waktu 80 menit
Berat sampel : 4 gram
Berat cawan kosong : 32,75 gram
Berat cawan porselen kosong + sampel yang telah di keringkan : 35,65 gram

Analisa kadar air dalam pulp variabel IV suhu 110oC, waktu 60 menit
Berat sampel : 4 gram
Berat cawan kosong : 42,73 gram
Berat cawan porselen kosong + sampel yang telah di keringkan : 45,55 gram

24

Analisa kadar -selulosa pulp variabel I (Suhu 90oC, waktu 60 menit)


Berat sampel
: 4 gram
Berat cawan kosong
: 42,64 gram
Berat cawan kosong + sampel
: 43,86 gram
Berat sampel konstan
: 1,22 gram

Analisa kadar -selulosa pulp variabel II (Suhu 110oC, waktu 80 menit)


Berat sampel
: 4 gram
Berat cawan kosong
: 32,70 gram
Berat cawan kosong + sampel
: 33,79 gram
Berat sampel konstan
: 1,09 gram

Analisa kadar -selulosa pulp variabel III (Suhu 90oC, waktu 80 menit)
Berat sampel
: 4 gram
Berat cawan kosong
: 30,73 gram
Berat cawan kosong + sampel
: 31,74 gram
Berat sampel konstan
: 1,01gram

Analisa kadar -selulosa pulp variabel IV (Suhu 110oC, waktu 60 menit)


Berat sampel
: 4 gram
Berat cawan kosong
: 41,72 gram
Berat cawan kosong + sampel
: 42,68 gram
Berat sampel konstan
: 0,96 gram

25

You might also like