Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Judul
Pemanfaatan Alang-Alang sebagai bahan baku pembuatan pulp dengan proses soda.
1.2 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki daratan yang luas. Walaupun luas negara
Indonesia mencapai 1.904.569 km2, tidak seluruh dari luas wilayah tersebut dimanfaatkan
dengan ditanami dengan tanaman yang bermanfaat. Salah satu tumbuhan yang dirasa kurang
bermanfaat adalah rumput alang-alang. Kertas menjadi salah satu sarana komunikasi secara
nonverbal dalam berbagai sektor kehidupan. Indonesia yang penduduknya berjumlah
237.556.363 (sensus tahun 2010, Badan Pusat Statistik) menjadikan negara tersebut konsumtif
dalam pemakaian jumlah kertas. Sebagai negara berkembang kebutuhan informasi serta hiburan
berkembang pesat di Indonesia. Dalam segala usia, pemakaian kertas dipakai berdasarkan
kebutuhan yang berbeda-beda. Maka dari itu, seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan
kertas, industri-industri pembuatan kertas di Indonesia mengalami peningkatan.
Dengan meningkatnya kebutuhan yang besar akan kertas, dan tuntutan masyarakat akan
teknologi yang ramah lingkungan semakin meningkat, menyebabkan perlunya pemasokan bahan
baku kertas yang besar pula pada sektor industri kertas. Maka tanaman alang-alang yang
mengandung selulosa dapat dijadikan sebagai bahan pembuat pulp, karena selain persediaannya
yang banyak di Indonesia, dan juga dapat menggantikan bahan baku kayu di hutan sebagai bahan
baku pembuatan pulp.
Tanaman alang-alang yang tidak diharapkan masyarakat dapat diolah dengan
menggunakan proses soda. (Wibisono et al., 2011)
1.3 Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas dari proses pembuatan pulp dari Alang-alang ini adalah
bagaimana pengaruhtemperatur pemasakan dan lama pemasakan terhadap kualitas pulp yang di
hasilkan. Kebutuhan kertas
saat ini
bakunya juga
meningkat pula.
Pada praktikum yang akan kami lakukan mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Untuk dapat membandingkan pulp hasil penelitian yang telah terlaksana dengan pulp hasil
praktikum yang akan kami lakukan dengansuhu dan waktu pemasakan dengan tujuan
mengetahui kondisi operasi optimum pada proses operasi pulping dan bleaching.
2. Dapat melakukan analisa bahan baku dan bahan jadi pada proses pulping.
3. Dapat membuat pulp dari bahan baku Alang-alang.
1.5 Manfaat
Melalui praktikum ini kita dapat mengetahui bahwa Alang-alang dapat di gunakan
sebagai bahan baku alternatif dalam pembuatan kertas.
BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Alang-alang
2.1.1 Pengertian Alang-alang
Alang-alang
atau
ilalang
adalah
sejenis
rumput
berdaun
tajam,
yang
kerapmenjadi gulma di lahan pertanian. Nama ilmiahnya adalah Imperata cylindrica, dan
ditempatkan dalam anak suku Panicoideae. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagaibladygrass,
cogongrass, speargrass, silver-spike atau secara umum disebut satintail, mengacu pada malai
bunganya yang berambut putih halus. Orang Belanda menamainya snijgras, karena sisi daunnya
yang tajam dapat melukai.Alang-alang menyebar secara alami mulai dari India hingga ke Asia
Timur, Asia Tenggara, Mikronesia, dan Australia. Kini alang-alang juga ditemukan di Asia Utara,
Eropa, Afrika, dan Amerika (Wikipedia, 2015).
Klasifikasi Alang-alang
Kerajaan: Plantae
Divisi:
Magnoliophyta
Kelas:
Liliopsida
Ordo:
Poales
Famili:
Poaceae
Genus:
Imperata
Spesies:
I. cylindrica
Komposisi kimia
Alang-alang (%)
Alpha Selulosa
41,7
Pentosan
28,58
Lignin
Abu
18,2
5,4
Silika
3,6
(Sumber :wibisono et al., 2011)
2.2 Manfaat Tanaman Alang-alang
Alang-alang atau sering juga disebut dengan nama ilalang adalah sejenis rumput berdaun
tajam, yang kerap menjadi gulma di lahan pertanian. Nama ilmiah alang-alang adalah Imperata
cylindrica. Meski sering dianggap sebagai tanaman pengganggu, namun ternyata mempunyai
banyak sekali manfaat dan khasiat untuk kesehatan khususnya untuk pengobatan tradisional.
Berbagai jenis gangguan kesehatan dan penyakit bisa diobati dengan memanfaatkan tanaman
alang-alang misalnya asma, diare, hipertensi akibat sakit ginjal, kencing batu, keputihan,
melancarkan air seni, mimisan, hepatitis, prostat dan radang paru-paru(Anonim,2015).
Bagian Alang-alang yang sering digunakan adalah bagian akarnya yang mengandung
kandungan glukosa, malic acid, citric acid. Akar alang-alang juga ada kandungan kimia coixol,
fermenol, arundoin, cylindrin, simiarenol dan kandungan anemonin(Saputra, 2014).
2.3 Selulosa
Selulosa adalah bagian utama dari dinding sel kayu. Selulosa adalah suatu polimer
karbohidrat yang kompleks yang memilki presentasi komposisi yang sama dengan tepung (kanji)
dimana nilai glukosa dapat ditentukan dengan hidrolisis menggunakan asam. Unit molekul
penyusunan selulosa adalah glukosa yang merupakan gula. Banyak molekul glukosa yang
bergabung bersama-sama membentuk rantai selulosa. Rumus kimia selulosa adalah (C6H10O5)n
dimana n adalah jumlah unit pengulangan glukosa, n juga disebut derajat polimerasi (DP).
Nilai dari n bevariasi tergantung sumber selulosa yang berbeda. Selama pengolahan pulp
dalam digester, derajat polimerisasi akan menurun beberapa derajat. Ini penting untuk tidak turun
terlalu banyak, karena rantai selulosa jauh lebih pendek pada akhirnya menghasilkan pulp yang
kurang bagus.
Selulosa dalam kayu mempunyai nilai derajat polimerisasi rata-rata 3500 dimana selulosa
dalam pulp mempunyai rata-rata derajat polimerasi dalam rentang 600-1500. Karena sifat sifat
bahan yang mengandung selulosa berhubungan dengan derajat polimerisasi molekul selulosa.
4
2.
Berdasarkan derajat polimerisasi (DP), maka selulosa dapat dibedakan atas tiga jenis yaitu
1. Selulosa (Alpha Cellulose) adalah selulosa berantai panjang, tidak larut dalam larutan
NaOH 17,5% atau larutan basa kuat dengan DP (derajat polimerisasi) berkisar 600-1500.
Selulosa dipakai sebagai penduga dan atau penentu tingkat kemurnian selulosa.
2. Selulosa (Betha Cellulose) adalah selulosa berantai pendek, larut dalam larutan NaOH
17,5% atau basa kuat dengan
DP berkisar 15-90, dapat mengendap bila dinetralkan.
3. Selulosa (Gamma cellulose) adalah selulosa berantai pendek, larut dalam larutan NaOH
17,5% atau basa kuat dengan DP kurang daripada 15(Anonim, 2014).
2.4 Hemiselulosa
Hemiselulosa merupakan senyawa sejenis polisakarida yang terdapat pada semua jenis
serat, mudah larut dalam alkali, dan mudah terhidrolisis oleh asam mineral menjadi gula dan
senyawa lain. Hemiselulosa lebih mudah larut daripada selulosa, dan dapat diisolasi dari
kayu dengan ekstraksi.
lain dalam satu kesatuan, sehingga bisa menambah support dan kekuatan kayu (mechanical
strength) agar kokoh dan berdiri tegak.
Lignin memiliki struktur kimiawi yang bercabang-cabang dan berbentuk polimer tiga
dimensi. Molekul dasar lignin adalah fenil propan. Molekul lignin memiliki derajat polimerisasi
tinggi. Oleh karena ukuran dan strukturnya yang tiga dimensi bisa memungkinkan lignin
berfungsi sebagai semen atau lem bagi kayu yang dapat mengikat serat dan memberikan
kekerasan struktur serat. Bagian tengah lamela pada sel kayu, sebagian besar terdiri dari lignin,
berikatan dengan sel-sel lain dan menambah kekuatan struktur kayu. Dinding sel juga
mengandung lignin. Pada dinding sel, lignin bersama-sama dengan hemiselulosa membentuk
matriks (semen) yang mengikat serat-serat halus selulosa. Lignin di dalam kayu memiliki
persentase yang berbeda tergantung dari jenis kayu (Wibisono et al., 2011).
2.6 Proses Pembuatan Pulp
Pemisahan serat sellulosa dari bahan-bahan bukan serat kayu dan bukan kayu dapat
dilakukan dengan berbagai proses, yaitu proses mekanik, proses semi-kimia dan proses kimia.
1) Proses Mekanik
Kayu gelondongan dihancurkan dengan gilingan batu sambil menyemprotkan air ke permukaan
gilingan batu untuk mengeluarkan bahan yang sudah digiling.Metode ini hanya digunakan untuk
jenis kayu lunak yaitu jenis kayu yang berasal dari pohon berdaun jarum. Proses mekamik ini
tidak ada bagian kayu yang terbuang.
2) Proses Kimia
Pada metode ini serpihan kayu dimasukkan ke dalam bahan kimia untuk mengeluarkan lignin
dan karbohidrat. Ada 3 proses kimia yang digunakan yaitu :
a.
Proses Soda
Sistem pemasakan alkali yang menggunakan tekanan tinggi dan menambahkan NaOH
yang berfungsi sebagai larutan pemasak dengan perbandingan 4 : 1 dari kayu yang digunakan.
Larutan yang dihasilkan dipekatkan dengan cara penguapan. Proses alkali jarang dipergunakan
dibandingkan dengan proses sulfit, karena proses alkali lebih sulit memperoleh zat kimia dari
larutan pemasak. Keuntungan proses soda adalah mudah mendapatkan kembali bahan kimia hasil
pemasakan (recovery) NaOH dari lindi hitam dan bahan baku yang dipakai dapat bermacammacam.
b.Proses Kraft
Proses kraft menggunakan natrium hidroksida yang ditambahkan natrium sulfat. Dalam
proses ini natrium sulfat yang ditambahkan, direduksi di dalam tungku pemulihan menjadi
natrium sulfida yang dibutuhkan untuk delignifikasi. Pada proses ini digunakan bahan pemutih
sehingga pulp yang dihasilkan mempunyai derajat putih yang berkualitas tinggi. Untuk proses ini
sering kali digunakan dalam proses pembuatan pulp dikarenakan pemulihan bahan kimia yang
lebih sederhana dan sifat-sifat pulpnya yang lebih baik. Walaupun proses ini sering digunakan
namun proses mempunyai kelemahan yang sukar diatasi seperti bau gas (SO 2 dan Cl2) yang tidak
enak dan kebutuhan bahan kimia pemutih yang tinggi untuk pulp kraft dari kayu lunak.
Keuntungan proses kraft adalah proses ini lebih fleksibel karena dapat digunakan untuk berbagai
jenis kayu.
c. Proses sulfit
Dalam proses sulfit digunakan campuran asam sulfur (H 2SO3) dan ion bisulfat (H2SO3)
untuk melarutkan lignin. Proses ini memisahkan lignin sebagai garam-garan asam lignosulfonat
dan sebagian besar struktur molekul lignin tetap utuh. Bahan kimia basa untuk bisulfit dapat
berupa ion kalsium, magnesium, sodium, atau ammonium. Pembuatan pulp sulfit berlangsung
dalam rentang pH yang lebar. Asam sulfit menunjukkan bahwa pembuatan pulp dibuat dengan
kelebihan asam sulfur (pH 1-2), sedangkan pemasakan bisulfit dibuat di bawah kondisi yang
kurang asam (pH 3-5). Pulp sulfit lebih cerah dan mudah diputihkan, tetapi lembaran kertasnya
lebih lemah dibandingkan pulp sulfat (kraft) (Surest dan Satriawan, 2010).
3) Organosolv
Pembuatan biomassa secara efisien dapat dilakukan dengan menerapkan konsep
biomass refining yaitu pemrosesan dengan menggunakan pelarut organik ( organosolve
process ). Prinsipnya adalah melakukan fraksionasi biomassa menjadi komponen-komponen
utama penyusunnya (selulosa, hemiselulosa, dan lignin) tanpa banyak merusak ataupun
mengubahnya, serta dapat diolah lebih lanjut menjadi produk yang dapat dipasarkan. Fraksionasi
biomassa menggunakan pelarut organik yang telah menjadi suatu metode alternatif bagi prosesproses konvensional dalam pembuatan pulp, yang lebih dikenal dengan organosolve pulping.
Kelebihan dari proses organosolv dibandingkan dengan proses konvensional adalah:
1. Berdampak kecil bagi lingkungan, yaitu tidak menyebabkan timbulnya pencemaran seperti
gas-gas berbau yang disebabkan oleh belerang
2. Cairan pemasak (pelarut organik) bekas dapat digunakan kembali setelah dimurnikan terlebih
dahulu
7
3. Produk samping mempunyai daya jual seperti glukosa, pentosa, fulfural, adhesiv serta bahanbahan kimia (Masrianto, 2012).
a. Acetosolv
Penggunaan asam asetat sebagai pelarut organik disebut dengan proses asetosolv.
Kekuatan tarik pulp asetosolv setara dengan kekuatan tarik pulp kraft. Proses asetosolv dalam
pengolahan pulp memiliki beberapa keunggulan, antara lain: bebas senyawa sulfur, daur ulang
limbah dapat dilakukan hanya dengan metode penguapan dengan tingkat kemurnian yang cukup
tinggi, yaitu dengan distilasi saja daur ulang pemakaian asam asetat sebagai bahan pemasaknya,
dan nilai hasil daur ulangnya jauh lebih mahal dibanding dengan hasil daur ulang limbah kraft.
Keuntungan lain dari proses asetosolv adalah bahwa bahan pemasak yang digunakan dapat
diambil kembali tanpa adanya proses pembakaran bahan bekas pemasak. (Wibisono et al., 2011).
4) Proses Biologis
Menambahkan enzim lipase pada proses pre-treatment dalam pembuatan pulp. Enzim
lipase dimanfaatkan dalam proses penghilangan noda dan penghilangan tinta pada proses
pembuatan kertas daur ulang .
Pada saat ini telah dikembangkan pembuatan kemasan makanan dan minuman terbuat
dari bahan baku alam (lignoselulosa) karena bahan kemasan berasal dari lignoselulosa, maka
dapat terurai secara hayati (biodegradable) jika dibuang di alam dan dapat menggantikan bahan
dari styrofoam. Sifat ini tidak terdapat pada kemasan berbahan dasar plastik (styrofoam) yang
sulit atau tidak dapat mengalami biodegradasi. Selain itu sifat bahan baku biodegradable pada
serat TKS (Tandan Kosog Sawit) juga dapat dikembangkan sebagai media tanam kecambah
kelapa sawit. Salah satu kegiatan utama Pusat Penelitian Kelapa Sawit bergerak dalam produksi
kecambah dan pembibitan kelapa sawit. Media tanam ini diharapkan dapat menjadi alternatif
untuk meminimalisasi penggunaan tanah sebagai media tanam secara umum pada tahap
pembibitan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan teknologi produksi pulp TKS yang
berkualitas tinggi sebagai bahan baku kertas cetak, moulding dan media tanam kecambah kelapa
sawit.
2.7 Proses Soda
Sistem pemasakan alkali yang menggunakan tekanan tinggi dan menambahkan
NaOH yang berfungsi sebagai larutan pemasak. Larutan yang dihasilkan dipekatkan
dengan cara penguapan. Proses alkali jarang dipergunakan dibandingkan dengan proses
sulfit karena proses alkali lebih sulit memperoleh zat kimia dari larutan pemasak.
8
Proses soda digunakan untuk pembuatan pulp dari kayu keras yaitu kayu yang
berasal dari pohon yang daunnya lebar, mempunyai panjang serat lebih kecil 0,25 cm.
Ciri ciri dari proses ini adalah :
1. Mudah mendapatkan kembali bahan kimia hasil pemasakan (recovery) NaOH dari
lindi hitam (Black Liquor).
2. Bahan baku yang dipakai dapat bermacam macam.
Sedangkan variabel-variabel yang mempengaruhi proses soda adalah:
a) Perbandingan bahan kimia terhadap bahan baku
Perbandingan bahan kimia terhadap bahan baku dipengaruhi oleh densitas
bahan baku. Karena bahan baku berdensitas tinggi biasanya kandungan ligninnya
tinggi sehingga bahan kimia berdensitas tinggi lebih besar daripada kebutuhan
bahan kimia berdensitas rendah.
b) Konsentrasi dari cooking liquor
Proses pulp sebaiknya dilakukan pada konsentrasi cooking liquor yang
rendah yang dipertahankan selama proses dengan metode infection cooking yaitu
pemasakan dimulai pada konsentrasi rendah dan diadakan penambahan alkali
selama jangka waktu tertentu dalam pemasakan sehingga konsentrasi white liquor
tetap terjaga.
c) Suhu dan Pemasakan
Kenaikan suhu dalam proses akan menurunkan hasil dan viskositas pulp.
Dalam suhu yang tinggi degradasi terhadap karbohidrat sangat besar sehingga bila
waktu pemasakan singkat maka suhu harus tinggi dan sebaliknya.
2.8 NaOH
2.8.1 Sifat Fisika NaOH
NaOH (Natrium Hidroksida) anhidrat berbentuk kristal berwarna putih NaOH bersifat sangat
korosif terhadap kulit. Istilah yang paling sering digunakan dalam industry yaitu soda kaustik.
Soda kaustik apabila dilarutkan dalam air akan menimbulkan reaksi eksotermis.
Tabel 2.4 Sifat Fisika NaOH
NaOH
Berat Molekul
Spesific Gravity
Titik Leleh
Titik Didih
Kelarutan pada 20C
gr/100gr air
Nilai
39.998 gr/mol
2.130
318C
1390C
299.6
Pemutihan (Bleaching)
Bleaching dilakukan dalam beberapa tahap dengan tujuan menghilangkan lignin tanpa merusak
selulosa. Dalam industri pulp terdapat beberapa tahap dalam proses pemutihan. Masing-masing
tahapan dijabarkan di bawah ini.
C : tahap klorinasi, menggunakan Cl2 dalam media asam
E : Extraksi Alkali, untuk melarutkan hasil degradasi lignin yang terbentuk pada tahap
sebelumnya dengan larutan NaOH.
D : Klorin dioksida, mereaksikan ClO2 dengan pulp pada kondisi asam
O : Oksigen, digunakan pada tekanan tinggi dan suasana basa
H : Hipoklorit, mereaksikan NaClO dalam media basa
P : Peroksida, reaksi dengan hidrogen peroksida (H2O2) dalam kondisi basa
Z : Ozon, menggunakan ozon (O3) dalam kondisi asam
X : Xylanase, Biobleaching dengan enzim murni mikroba dalam kondisi netral (Nova, 2011).
Bleaching merupakan suatu proses kimia yang dilakukan untukmenghilangkansisa lignin
dari proses pulping. Untukmenghilangkansisa lignin dilakukan proses oksidasi yang
diikutidenganreaksipemutihan(bleaching). Proses bleaching dapat meningkatan derajat putih,
kemurnianselulosadankualitaskertas.Bahanpemutih yang banyak digunakandalamindustri pulp
adalahklorin(Cl2),
klorindioksida
(ClO2),
oksigen
(O2),
hidrogenperoksida
(H2O2),
10
Oksidator berfungsi untuk mendegradasi dan menghilangkan lignin dari gugus kromofor.
Oksidator yang sering digunakan adalah Khlor (Cl), Oksigen (O2), Hipoklorit, Klordioksida,
Hydrogen Peroksida, Ozon dan Nitrogen dioksida.
2. Alkali
Alkali berfungsi untuk mendegradasikan lignin dengan cara hidrolisis dan melarutkan gugus gula
sederhana yang masih bersatu dalam pulp. Biasanya menggunakan NaOH sebagai basa kuat
(Maruf, 2012).
2.10 Kaporit (Ca(ClO)2)
Kaporit atau Kalsium Hipoklorit adalah senyawa kimia yang memiliki rumus kimia
(Ca(ClO)2). Kaporit biasanya digunakan sebagai zat disinfektan air. Kalsium hipoklorit adalah
padatan putih yang siap didekomposisi di dalam air untuk kemudian melepaskan oksigen dan
klorin. Kalsim hipoklorit memiliki aroma klorin yang kuat. Senyawa ini tidak terdapat di
lingkungan secara bebas.
Interaksi kalsium hipoklorit terhadap lingkungan terutama di air dan tanah senyawa ini
berpisah menjadi ion kalsium (Ca2+) dan hipoklorit (ClO-). Ion ini dapat bereaksi dengan
substansi substansi lain yang terdapat di air. Kalsium hipoklorit utamanya digunakan sebagai
agen pemutih atau desinfektan. Senyawa ini adalah komponen yang digunakan dalam pemutih
komersial yang biasanya digunakan sebagai pemutihan (bleaching) pada produk produk kertas
dan tekstil. Yang keamanannya tergantung pada level kadar dari kalsium hipoklorit yang
digunakan (Wikipedia, 2015).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Rancangan Percobaan
Penelitian dilakukan di laboratorium terdiri dari 3 tahap :
Tahap I
Tahap II
Tahap III
Alat
Ukuran
Jumlah
11
1.
Ember
1 buah
2.
Neraca Digital
1 buah
3.
Digester
1 buah
4.
Oven
1 buah
5.
Desikator
1 buah
Variabel Tetap
: Berat sampel
= 50 gram
NaOH
= 2,5 %,
Variabel Berubah
: Temperatur pemasakan
Waktu pemasakan
= 70 10 menit
= 100 10 C
Variabel Berubah
Kadar air
Kadar
selulosa
T ( 0C )
t ( menit )
90
60
a1
b1
II
110
80
a2
b2
III
90
80
a3
b3
IV
110
60
a4
b4
Hasil
%
Warna
Warna
13
NaOH
Analisa
kadar air
dan selulosa
Pada analisa bahan dasar alang-alang, akan dilakukan beberapa macam analisa yaitu :
1.
1.
2.
Selanjutnya pada analisa hasil pulp pemasakan akan dilakukan beberapa macam analisa, yaitu:
1.
3.
14
2. Dikeringkan dalam oven pada suhu 1000C selama 1 jam lalu didinginkan dalam desikator
kemudian ditimbang. Hal ini kita ulangi hingga memperoleh penimbangan dengan berat
konstan
3. Kadar air = (b-(c-a))/b x 100 %
Keterangan :
15
9) Biarkan endapan terendam dahulu baru cairan dibuang kemudian dicuci dengan aquadest
hingga larutan menjadi netral. Setiap kali pencucian diuji.
10) Setelah netral dikeringkan dalam oven pada suhu 1050C 300C.
11) Didinginkan dalam desikator dan timbang, ulangi hal tersebut hingga diperoleh berat
konstan, misal b gram.
12) Kadar
selulosa :
b
x100%
3
Keterangan :
b = berat beaker glass dan berat sampel yang telah kering di oven
3.6.2 Pemasakan (Pulping) dengan Proses Soda
1) Memotong alang-alang kering yang sudah disiapkan dengan menggunakan pisau atau
gunting
2) Menimbang alang-alang kering sebanyak 50 gram kemudian masukan dalam digester dan
tambahkan larutan pemasak NaOH 2,5%
3) Memasak selama 60menit dengan suhu 90oC untuk percobaan 1, 80 menit dengan suhu
110 oC untuk percobaan 2, 60 menit dengan suhu 110 oC untuk percobaan 3, 80 menit
dengan suhu 90 oC untuk percobaan 4
4) Menentukan kadar sellulosa, hasil yang terbaik selanjutnya dilakukan proses bleaching
dengan menggunakan kaporit.
3.6.3 Analisa Pulp Hasil Pemasakan
1. Menentukan kadar Air
1. Menentukan kadar sellulosa
Penjelasan :
a) Menentukan Kadar Air
Langkah-langkah pengerjaan :
1) Timbang 4 gram pulp hasil pemasakan dan masukkan dalam cawan
porselen.
2) Kemudian Pulp dioven hingga kering dan masukkan dalam desikator
kemudian timbang hingga konstan.
3) Menghitung kadar air dengan rumus :
Kadar Air = (b-(c-a))/b x 100 %
b) Menentukan Kadar sellulosa
Langkah langkah pengerjaan :
1) Timbang 4 gram sampel kering dalam beaker glass, letakkan dalam water
bath dan suhu dijaga 25C
16
(misal b
gram).
17
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
4.1.
Persentase (%)
57,00 %
20,75 %
35,00 %
Kadar air
Kadar abu
Kadar selulosa
Variabel berubah
Kadar Air
Kadar
Suhu (oC)
Waktu (menit)
(%)
selulosa (%)
90
60
6,75 %
40,67 %
II
110
80
10,00 %
36,33 %
III
90
80
27,50 %
33,66 %
IV
110
60
29,50 %
32,00 %
Hasil
Kuning Cerah
Putih Kekuningan
4.2 Pembahasan
4.2.1 Hasil Analisa Bahan Baku
Pada bahan baku kami menganalisa kadar air didapatkan nilai sebesar 57,00 % ,
lalu kadar abu yang kami dapatkan yaitu sebesar 20,75 % , kemudian pada analisa kadar
selulosanya kami dapatkan kadarnya sebesar 35,00% , dari hasil analisa tersebut
dengan kadar selulosa yang cukup tinggi maka bahan baku yang kami gunakan dapat
diolah menjadi pulp yang cukup baik.
4.2.2 Hasil Pulping dengan Proses Soda
18
19
b. Konsentrasi
Konsentrasi larutan pemasak sangat berpengaruh pada penguraian serat selulosa.
Semakin tinggi konsentrasi larutan pemasak yang digunakan akan memperbesar
kadar -selulosa dari bahan. Konsentrasi larutan pemasak ini juga disesuaikan dengan
jenis proses pulping yang digunakan.
c. Waktu
Waktu pemasakan yang digunakan jangan terlalu lama atau terlalu cepat. Jika
terlalu lama waktu pemasakan, maka dapat merusak selulosa pada pulp, sedangkan
jika terlalu cepat waktu pemasakannya maka proses pemasakan tidak sempurna.
.
BAB V
20
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Bahan baku yang digunakan pada praktikum kami adalah alang-alang yang merupakan
bahan baku alternatif yang dapat digunakan dalam pembuatan kertas karena memiliki
kadar sellulosa yang cukup tinggi.
2. Proses pulping yang digunakan adalah proses soda, dengan pertimbangan sebagai berikut:
5
Mudah mendapatkan kembali bahan kimia hasil pemasakan (recovery) NaOH dari
6
7
8
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2015. Manfaat Alang-alang untuk Pengobatan Tradisional. Diakses tanggal 14 September
2015.
21
LAMPIRAN
23
Analisa kadar air dalam pulp variabel I suhu 90oC, waktu 60 menit
Berat sampel : 4 gram
Berat cawan kosong : 35,80 gram
Berat cawan porselen kosong + sampel yang telah di keringkan : 39,53 gram
Analisa kadar air dalam pulp variabel II suhu 110oC, waktu 80 menit
Berat sampel : 4 gram
Berat cawan kosong : 29,44 gram
Berat cawan porselen kosong + sampel yang telah di keringkan : 33,04 gram
Analisa kadar air dalam pulp variabel III suhu 90oC, waktu 80 menit
Berat sampel : 4 gram
Berat cawan kosong : 32,75 gram
Berat cawan porselen kosong + sampel yang telah di keringkan : 35,65 gram
Analisa kadar air dalam pulp variabel IV suhu 110oC, waktu 60 menit
Berat sampel : 4 gram
Berat cawan kosong : 42,73 gram
Berat cawan porselen kosong + sampel yang telah di keringkan : 45,55 gram
24
Analisa kadar -selulosa pulp variabel III (Suhu 90oC, waktu 80 menit)
Berat sampel
: 4 gram
Berat cawan kosong
: 30,73 gram
Berat cawan kosong + sampel
: 31,74 gram
Berat sampel konstan
: 1,01gram
25