You are on page 1of 3

BAB IV

PEMBAHASAN
Dari asuhan kebidanan yang dilakukan pada Ny R, di dapatkan bahwa ibu berusia 36
tahun. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan jika faktor yang meningkatkan terjadinya
plasenta previa adalah usia < 20 tahun dan > 35 tahun. Hal ini dikarenakan pertumbuhan
endometrium yang kurang maksimal sehingga endometrium menjadi kurang vaskularisasi dan
zigot turun ke segmen bawah rahim untuk melakukan nidasi (Chandranita, 2012)
Pada data subjektif didapatkan bahwa Ny R mengeluh mengeluarkan darah berwarna
merah segar dari jalan lahir dan tidak ada nyeri perut. Hal ini sesuai dengan teori yang
mengatakan bahwa ciri khas dari plasenta previa adalah perdarahan melalui vagina warna merah
segar tanpa rasa nyeri (Prawirohardjo, 2014). Hal ini dapat terjadi karena perdarahan terjadi
apabila ada bagian dari plasenta yang terlepas saat serviks mendatar dan membuka.
Pada data pemeriksaan fisik didapatkan, janin Ny R letak kepala dan belum masuk PAP.
Hal ini sesuai teori jika implantasi plasenta di segmen bawah rahim menyebabkan bagian
terendah tidak mungkin masuk pintu atas panggul atau menimbulkan kelainan letak janin dalam
rahim (Chandranita, 2012).
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan kadar hemoglobin Ny R yaitu 8,4 dimana kadar
hemoglobin normal yaitu 11,7-15,5. Hal ini menunjukkan bahwa Ny R mengalami anemia.
Anemia bisa terjadi karena perdarahan antepartum yang dialami Ny R. Menurut Dutta (2004)
komplikasi plasenta previa salah satunya yaitu selama kehamilan dapat menyebabkan perdarahan
antepartum yang dapat menimbulkan anemia bahkan syok.
Pada pemeriksaan penunjang juga didapatkan bahwa Ny R mengalami hipoalbumin,
dengan kadar albumin 2,83. Hipoalbumin ini bisa disebabkan karena kurangnya intake protein.
Dimana pada subjektif didapatkan Ny R kurang menkonsumsi makanan yang tinggi protein,
seperti ikan, telur, atau daging.
Pada analisa didapatkan bahwa GIII P2002 UK 33/34 minggu tunggal, hidup, intrauterin
dengan antepartum bleeding karena plasenta previa totalis dan anemia serta hipoalbumin. Pada
analisa plasenta previa totalis sesuai hasil USG yang memperlihatkan plasenta corpus anterior
meluas menutupi ostium uteri internum. Menurut teori plasenta previa totalis atau komplit adalah
plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum (Prawirohardjo, 2014). Sedangkan analisa
anemia dan hipoalbumin sesuai dengan hasil pemeriksaan penunjang hemoglobin dan albumin
yang dibawah normal.

Pada penatalaksanaan kepada Ny R adalah sectio caesarea dengan usia kehamilan 33-34
minggu dan disertai perdarahan pervaginam. Menurut Prawirohardjo apabila kehamilan diatas 22
minggu dengan plasenta previa totalis dan disertai perdarahan pervaginam yang banyak dan
aktif, harus ditatalaksana secara aktif tanpa memandang maturitas janin dengan tujuan terminasi
dengan SC. Sehingga antara teori dan penatalaksanaan tidak ada perbedaan.
Sebelum dilakukan SC, penatalaksanaan pada Ny R yaitu memperbaiki keadaan umum
Ny R terlebih dahulu yang berkaitan dengan anemia dan hipoalbumin. Untuk penatalaksanaan
aneminya, Ny R ditransfusi PRC sampai dengan Hb 10. Untuk penatalaksanaan
hipoalbuminnya, diet tinggi kalori tinggi protein extra putih telur dan VIP albumin 3x2 tab.

BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah
rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri
internum). Hal ini dapat terjadi karena endometrium yang tipis atau terdapat massa sehingga
plasenta melakukan perluasan untuk mampu memberikan nutrisi pada janin (Chandranita,
2012). Ada 3 klasifikasi yaitu plasenta previa totalis, plasenta previa parsialis dan plasenta
previa marginalis. Komplikasi yang ditimbulkan perdarahan, syok hipovolemik hingga fetal
distress (Prawirohardjo, 2014).

Seksio sesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding
perut dan dinding uterus dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas
500 gram (Saifuddin, 2010).
Asuhan kebidanan yang diberikan meliputi pengkajian data subjektif dan objektif,
penegakan diagnosis dan penatalaksanaan telah terlaksana sesuai dengan konsep asuhan
kebidanan sehingga komplikasi yang disebabkan oleh plasenta previa totalis tidak terjadi.
SARAN
1. Bagi petugas kesehatan
Pada kasus dengan plasenta previa, petugas kesehatan harus selalu waspada
terhadap terjadinya komplikasi yang menyertai. Sebagai tenaga medis profesional
diharapkan mampu memberikan asuhan kebidanan secara tepat dan sesuai kebutuhan
serta mampu berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain pada saat memberikan
pelayanan kepada pasien.
2. Bagi pasien dan keluarga
Ibu dan keluarga diharapkan lebih kooperatif dalam menerima asuhan yang
diberikan oleh petugas dan bersedia melaksanakan anjuran-anjuran yang diberikan. Hal
ini dilakukan untuk mencegah komplikasi yang terjadi akibat plasenta previa totalis.

You might also like