Professional Documents
Culture Documents
MAKALAH
Diajukan guna melengkapi nilai tugas Mata kuliah Perkembangan Peserta Didik
Oleh:
Iqmal Khadafi
150210203053
150210203054
M. Syahrul Efendy
150210302057
Bidayatul Hidayah
150210302062
KATA PENGANTAR
1
Penyusun
DAFTAR ISI
2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hasil pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal yang telah
dipelajari dapat membantunya dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan
hidupnya dan pada tuntutan masyarakat. Berdasarkan pengalaman-pengalaman yang di
dapat di sekolah dan di luar sekolah ia memiliki sejumlah pengetahuan, kecakapan,
minat-minat, dan sikap-sikap. Dengan pengalaman itu ia secara berkesinambungan
dibentuk menjadi seorang pribadi seperti apa yang ia miliki sekarang dan menjadi pribadi
tertentu dimasa yang akan datang.
Seseorang tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu menyesuaikan diri atau tidak
mampu menyesuaikan diri. Kondisi fisik, mental dan emosional dipengaruhi dan
diarahkan oleh faktor-faktor lingkungan dimana kemungkinan akan berkembang proses
penyesuaian yang baik atau yang salah.
Sejak lahir sampai meninggal seorang individu merupakan organisme yang aktif. Ia
aktif dengan tujuan dan aktivitas yang berkesinambungan. Ia berusaha untuk memuaskan
kebutuhan-kebutuhan jasmaninya dan juga semua dorongan yang memberi peluang
kepadanya untuk berfungsi sebagai anggota kelompoknya. Penyesuaian diri merupakan
suatu proses. Dan salah satu ciri pokok dari kepribadian yang sehat mentalnya ialah
memiliki kemampuan untuk mengadakan penyesuaian diri secara harmonis, baik
terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya. Untuk lebih jelasnya dari makalah
ini kita meninjau secara lebih rinci pengertian dan proses penyesuaian diri, penyesuaian
diri remaja, dan faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian diri, contoh
permasalahan-permasalahan penyesuaian diri remaja serta implikasi penyesuaian diri
remaja terhadap penyelenggaraan pendidikan.
diri
remaja
serta
impliksai
proses
penyesuaian
remaja
terhadap
penyelenggaraan pendidikan.
.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Penyesuaian Diri
Berikut defenisi atau pengertian penyesuaian diri menurut para ahli, diantaranya:
1. Schneiders (1964) menyatakan bahwa penyesuaian diri mempunyai banyak arti antara
lain: usaha manusia untuk mengurangi tekanan akibat dorongan kebutuhan, usaha untuk
memelihara keseimbangan antara pemenuhan dan tuntutan lingkungan serta usaha untuk
menyelaraskan hubungan individu dengan realitas. la memberikan batasan penyesuaian
diri sebagai proses yang melibatkan respon mental dan perilaku manusia dalam usaha
mengatasi dorongan-dorongn dari dalam diri agar diproses kesesuaian antara tuntutan dari
dalam diri dan lingkungan. Hal ini berarti penyesuaian diri merupakan suatu proses yang
dinamis dan bukan suatu kondisi yang stastis.
2. Menurut Meichati (1983) kunci penyesuaian diri terletak pada keberhasilan manusia
memenuhi dorongan dari dalam dan dari luar, di mana cara yang dilakukan untuk
memenuhi dorongan tersebut baik bagi dirinya tetapi juga baik untuk lingkungan.
Penyesuaian diri merupakan cara individu bergaul dengan diri sendiri, orang lain dan
dengan lingkunganya.
3. Satmoko (1995) mendefinisikan penyesuaian diri sebagai interaksi seseorang yang
kontinyu dengan dirinya sendiri, dengan orang lain dan dengan dunianya. Ketiga faktor
ini secara konsisten mempengaruhi seseorang dan hubungan ketiganya bersifat timbal
balik, permasalahan-permasalahan yang muncul merupakan efek samping dari interaksi
tersebut. Sesuatu yang normal dan tidak dapat dihindarkan, meskipun demikian manusia
mempunyai potensi untuk mengatasmya. Jadi penyesuaian diri merupakan suatu hal yang
tidak akan pernah berhenti sampai manusia itu mati.
4. Menurut Hurlock (1991) penyesuaian diri adalah kemampuan individu untuk
memperlihatkan sikap serta tingkahlaku yang menyenangkan, sehingga ia diterima oleh
kelompok atau lingkungannya. Kondisi yang diperlukan untuk mencapai penyesuaian diri
yang baik yaitu bimbingan untuk membantu anak belajar menjadi realistis tentang diri
dan kemampuannya dan bimbingan untuk belajar bersikap bagaimana cara yang akan
membantu penerimaan sosial dan kasih sayang dari orang lain.
Selain itu penyesuaian dapat diartikan atau dideskripsikan sebagai berikut :
1. Penyesuaian berarti adaptasi; dapat mempertahankan eksistensinya, atau bisa survive
dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan dapat mengadakan relasi
yang memuaskan dengan tuntutan sosial.
2. Penyesuaian dapat juga diartikan sebagai konformitas, yang berarti menyesuaikan sesuatu
dengan standar atau prinsip.
3. Penyesuaian dapat diartikan sebagai penguasaan, yaitu memiliki kemampuan untuk
membuat rencana dan mengorganisasi respon-respon sedemikian rupa, sehingga bisa
mengatasi segala macam konflik, kesulitan, dan frustasi-frustasi secara efisien. Individu
memiliki kemampuan menghadapi realitas hidup dengan cara yang adekuat atau
memenuhi syarat.
Secara keseluruhan, remaja ingin memahami kondisi seksual dirinya dan lawan
jenisnyaserta mampu bertindak untuk menyalurkan dorongan seksualnya yang dapat
dimengerti dan dapat dibenarkan oleh norma sosial dan agama.
4) Penyesuaian Diri Remaja terhadap Norma Sosial
Penyesuaian diri remaja terhadap norma sosial mengarah pada dua dimensi, yaitu remaja
ingin diakui keberadaannya dalam masyarakat dan remaja ingin bebas menciptakan
aturan-aturan tersendiri yang lebih sesuai untuk kelompoknya, tetapi menuntut agar dapat
dimengerti dan diterima oleh masyarakat dewasa.
5) Penyesuaian Diri Remaja terhadap Waktu Luang
Dalam kontek ini upaya yang harus dilakukan oleh remaja adalah melakukan
penyesuaian antara dorongan kebebasannya serta inisiatif dan kreativitasnya dengan
kegiatan-kegiatan yang bermanfaat agar dapat berguna bagi dirinya maupun orang lain.
6) Penyesuaian Diri Remaja terhadap Uang
Remaja berusaha untuk mampu bertindak secara proporsional, melakukan penyesuaian
antara kelayakan pemenuhan kebutuhannya dengan kondisi ekonomi orang tuanya.
7) Penyesuaian Diri remaja terhadap Kecemasan, Konflik, dan Frustasi
Menurut Signund Freud (Corey, 1989), strategi yang digunakan untuk mengatasi masalah
kecemasan, konflik, dan frustasi adalah menggunakan mekanisme pertahanan diri
(defence mechanism) seperti kompensasi, rasionalisasi, proyeksi, sublimasi, identifikasi,
regresi, dan fiksasi.
Tidak selamanya individu berhasi dalam melakukan penyesuaian diri, karena
kadang-kadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebaban tidak berhasil
melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam dirinya
atau mungkin diluar dirinya. Dalam hubungannya dengan rintangan-rintangan tersebut
ada individu-individu yang dapat melakukan penyesuaian diri secara positif, namun ada
pula individu-individu yang melakukan penyesuaian diri yang salah. Berikut ini ditinjau
dari karakteristik penyesuaian diri yang positif dan penyesuaian yang salah.
a. Penyesuaian Diri Secara Positif
Mereka yang tergolong mampu melakukan penyesuaian diri secara positif ditandai
1.
2.
3.
4.
5.
6. Menghargai pengalaman.
7. Bersikap realistik dan objektif.
10
Dengan belajar, individu akan banyak memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang
dapat membantu menyesuaikan diri. Misalnya seorang guru akan lebih dapat
menyesuaikan diri dengan banyak belajar tentang berbagai pengetahuan keguruan.
7) Penyesuaian dengan inhibisi dan pengendalian diri.
Penyesuaian diri akan lebih berhasil jika disertai dengan kemampuan memilih tindakan
yang tepat dan pengendalian diri secara tepat pula. Dalam situasi ini individu berusaha
memilih tindakan mana yang harus dilakukan, dan tindakan mana yang tidak perlu
dilakukan. Cara inilah yang disebut inhib.isi. Di samping itu, individu harus mampu
mengendalikan dirinya dalam melakukan tindakannya.
8) Penyesuaian dengan perencanaan yang cermat.
Dalam situasi ini tindakan yang dilakukan merupakan keputusan yang diambil
berdasarkan perencanaan yang cermat. Keputusan diambil setelah dipertimbangkan dari
berbagai segi, antara lain segi untung dan ruginya.
b. Penyesuaian Diri yang Salah
Kegagalan dalam melakukan penyesuaian diri secara positif, dapat mengakibatkan
individu melakukan penyesuaian yang salah. Penyesuaian diri yang salah ditandai dengan
berbagai bentuk tingkah laku yang serba salah, tidak terarah, emosional, sikap yang tidak
realistik, agresif, dan sebgainya. Ada tiga bentuk reaksi dalam penyesuaian yang salah
yaitu, reaksi bertahan, reaksi menyerang, dan reaksi melarikan diri.
1. Reaksi bertahan (Defence Reaction)
Individu berusaha untuk mempertahankan dirirnya, seolah-olah tidak menghadapi
kegagalan. Ia selalu berusaha untuk menunjukkan bahwa dirinya tidak mengalami
kegagalan. Bentuk khusus reaksi ini antara lain :
Rasionalisasi, yaitu bertahan dengan mancari-cari alasan untuk membenarkan
tindakannya.
Represi, yaitu berusaha untuk menekan pengalamannya yang dirasakan kurang
enak ke alam tidak sadar. Ia berusaha melupakan pengalamannya yang kurang
menyenangkan. Misalnya seorang pemuda berusaha melupakan kegagalan
pada diri sendiri, perasaan rendah diri, ketergantungan, perasaan ingin dikasihani dan
sebagainya.
Perkembangan, Kematangan, dan Penyesuaian Diri
Dalam proses perkembangan, respon anak berkembang dari respon yang bersifat
instinktif menjadi respon yang diperoleh melalui belajar dan pengalaman. Dengan
bertamabahnya usia perubahan dan perkembangan respon, tidak hanya melalui proses
belajar saja melainkan anak juga menjadi matang untuk melakukan respon dan ini
menentukan pola-pola penyesuaian dirinya.
Sesuai dengan hukum perkembangan, tingkat kematangan yang dicapai berbeda
antara individu yang satu dengan lainnya, sehingga pencapaian pola-pola penyesuaian
diri pun berbeda pula secara individual. Dengan kata lain, pola penyesuaian diri akan
bervariasi sesuai dengan tingkat perkembangan dan kematangan yang dicapainya. Di
samping itu, hubungan antara penyesuaian dengan perkembangan dapat berbeda menurut
jenis aspek perkembangan yang dicapai. Kondisi-kondisi perkembangan mempengruhi
setiap aspek kepribadian seperti: emosional, sosial, moral, keagamaan dan intelektual.
Dalam fase tertentu salah satu aspek mungkin lebih penting dari aspek lainnya. Misalnya
pertumbuhan moral lebih penting daripada kematangan sosial, dan kematangan
emosional merupakan yang terpenting dalam penyesuaian diri. Contohnya adalah banyak
orang yang telah mengetahui bahwa menolong itu baik, tetapi mereka banyak yang tidak
melakukannya.
Penentu Psikologis terhadap Penyesuaian Diri
Banyak sekali faktor psikologis yang mempengaruhi penyesuaian diri, di antaranya
adalah:
a. Pengalaman
Tidak semua pengalaman mempunyai arti bagi penyesuaian diri. Pengalamanpengalaman tertentu yang mempunyai arti dalam penyesuaian diri adalah pengalaman
14
15
16
4) Penolakan, yaitu pola hubungan di mana orang tua menolak kehadiran anaknya.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penolakan orang tua terhadap anaknya
dapat menimbulkan hambatan dalam penyesuaian diri.
c. Hubungan saudara
Suasana hubungan saudara yang penuh persahabatan, kooperatif, saling menghormati,
penuh kasih sayang, mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk tercapainya
penyesuaian yang lebih baik. Sebaliknya suasana permusuhan, perselisihan, iri hati,
kebencian, dan sebagainya dapat menimbulkan kesulitan dan kegagalan penyesuaian diri.
d. Masyarakat
Keadaan lingkungan masyarakat di mana individu berada merupakan kondisi yang
menentukan proses dan pola-pola penyesuaian diri. Kondisi studi menunjukkan bahwa
banyak gejala tingkah laku salah satu bersumber dari keadaan masyarakat. Pergaulan
yang salah suai bersumber dari keadaan masyarakat. Pergaulan yang salah di kalangan
remaja dapat mempengaruhi pola-pola penyesuaian dirinya.
e. Sekolah
Sekolah mempunyai peranan sebagai media untuk mempengaruhi kehidupan intelektual,
sosial, dan moral para siswa. Suasana di sekolah baik sosial maupun psikologis
menentukan proses dan pola penyesuaian diri. Di samping itu, hasil pendidikan yang
diterima anak di sekolah akan merupakan bekal bagi proses penyesuaian diri di
masyarakat.
penyesuaian dirinya. Contohnya tata cara kehidupan di sekolah, di mesjid, gereja, dan
semacamnya akan mempengaruhi bagaimana anak menempatkan diri dan bergaul dengan
masyarakat sekitarnya.
Sedangkn agama memberikan suasana psikologis tertentu dalam mengurangi konflik,
frustasi dan ketegangan lainnya. Agama juga memberikan suasana damai dan tenang bagi
anak, serta agama merupakan sumber nilai, kepercayaan dan pola-pola tingkah laku yang
akan memberikan tuntunan bagi arti, tujuan, dan kestabilan hidup umat manusia.
Kehidupan yang efektif menuntut adanya tuntunan hidup yang mutlak. Sembahyang dan
berdoa merupakan medium dalam agama untuk menuju kearah kehidupan yang berarti.
Agama memegang peranan penting sebagai penentu dalam proses penyesuaian diri.
Soetarno (1993) mengemukakan bahwa pada dasamya mengadakan hubungan
dengan manusia lain mengandung suatu pengertian yang lebih luas, yakni mengadakan
hubungan dengan lingkungan. Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik, yakni alam
benda-benda yang kongkrit, dan lingkungan non fisik misalnya kevakinan ide-ide dan
falsafah yang terdapat di lingkungan individu itu. Individu manusia selalu mengadakan
hubungan dengan individu lain baik secara fisik, psikis maupun rohani karena hubungan
dengan lingkungan dapat menggiatkan dan merangsang perkembangan atau pemberian
sesuatu yang ia perlukan. Tanpa hubungan ini seseorang tidak dapat dikatakan individu
lagi.
Selanjutnya Soetarno (1993) mengemukakan bahwa pada dasarnya terdapat empat
jenis hubungan antar individu dengan lingkungan yaitu :
1)
2)
3)
4)
18
Diantara persoalan terpenting yang dihadapi remaja dalam kehidupan sehari-hari dan
yang menghambat penyesuaian diri yang sehat adalah hubungan remaja dengan orang
dewasa terutama orang tua.
Tingkat penyesuaian diri dan pertumbuhan remaja sangat tergantung pada sikap
orang tua dan suasana psikologi dan sosial dalam keluarga. Contoh : sikap orang tua yang
menolak. Penolakan orang tua terhadap anaknya dapat dibagi menjadi dua macam.
Pertama, penolakan mungkin merupak penolakan tetap sejak awal, di mana orang tua
merasa tidak sayang kepada anakanya, karena berbagai sebab, mereka tidak menhendaki
kelahirannya. Menurut Boldwyn yang dikutip oleh Zakiah Darajat (1983): bapak yang
menolak anaknya berusaha menundukkan anaknya dengan kaidah-kaidah kekerasan,
karena itu ia mengambil ukuran kekerasan, kekejaman tanpa alasan nyata. Jenis kedua,
dari penolakan adalah dalam bentuk berpura-pura tidak tahu keinginan anak. Contoh:
orang tua memberi tugas kepada anaknya berbarengan dengan rencana anaknya untuk
pergi nonton bersama dengan teman sejawatnya.
Hasil dari kedua macm penolakan tersebut ialah remaja tidak dapat menyesuaikan
diri, cenderung untuk menghabiskan waktunya diluar rumah. Terutama pada gadis-gadis
mungkin akan terjadi perkawinan yang tidak masuk akal dengan pemikiran bahwa rumah
diluar rumah tangganya sendiri akan lebih baik daripada rumahnya sendiri. Disamping
itu, sikap orang tua yang memberikan perlindungan yang berlebihan akibatnya juga tidak
baik. Remaja yang mendapatkan pemeliharaan yang berlebihan, menyebabkan ia juga
mengharapkan bantuan dan perhatian dari orang lain dan ia berusaha menarik perhatian
mereka, serta menyangka bahwa perhatian seperti itu adalah haknya.
Sikap orang tua yang otoriter, yaitu yang memaksakan kekuasaan dan otoritas kepada
remaja juga akan menghambat proses penyesuaian diri remaja. Biasanya remaja berusaha
untuk menentang kekuasaan orang tua dan pada gilirannya ia akan cenderung otoriter
terhadap teman-temannya dan cenderung menentang otoritas yang ada baik di sekolah
maupun di masyarakat.
19
20
pelajaran. Sebagai akibat antara lain adalah prestasi belajar menjadi menurun dibanding
dengan prestasi di sekolah sebelumnya.
Persoalan-persoalan umum yang seringkali dihadapi remaja antara lain memilih
sekolah. Jika kita mengharapkan remaja mempunyai penyesuaian diri yang baik,
seyogyanya kita tidak mendikte mereka agar memilih jenis sekolah tertentu sesuai
keinginan kita. Orang tua atau pendidik hendaknya mengarahkan pilihan sekolah sesuai
dengan kemampuan, bakat, dan sifat-sifat pribadinya. Tidak jarang terjadi anak tidak mau
sekolah, tidak mau belajar, suka membolos dan sebagainya karena ia dipaksa oleh orang
tuanya untuk masuk sekolah yang tidak ia sukai.
Pemasalahan lain yang mungkin timbul adalah penyesuaian diri yang berkaitan
dengan kebiasaan belajar yang baik. Bagi siswa yang baru masuk sekolah lanjutan
mungkin mengalami kesulitan dalam membagi waktu belajar, yakni adanya pertentangan
antara belajar dan keinginan untuk ikut aktif dalam kegiatan sosial, kegiatan ekstra
kurikuler, dan sebagainya.
Untuk memahami masalah-masalah remaja dan karakteristik atas permaalahan pada
remaja Santrock (2007) menggunakan 2 pendekatan. Berikut penjelasan mengenai
pendekatan tersebut.
a. Pendekatan Biopsikososial
Pendekatan ini menekankan pengaruh interaktif dari faktor-faktor biologis, psikologis,
dan sosial terhadap berkembangnya masalah remaja dan orang-orang yang berasal dari
berbagai usia lainnya.
b. Pendekatan Psikopatologi
Pendekatan ini berfokus pada upaya mendeskripsikan dan mengeksplorasi jallur
perkembangan masalah. Menurut Chang & Gjerde dalm Satrock (2000) memaparkan
bahwa jalur perkembangan yang mendeskripsikan kesinambungan dan transformasi yang
sedang berlangsung di dalam faktor-faktor yang mempengaruhi dampaknya.
21
Berbicara mengenai maslah yang dihadapi remaja, tentunya mencakup tentang apa saja
yang mempengaruhinya. Adapun masalah atau gangguan utama yang dihadapi remaja
menurut Satrock (2007) secara garis besar dibagi atas 5:
a. Pendidikan/ Sekolah
Berbicara mengenai maslah pendidikan tentunya sangat luas. Ada beberapa masalah
menyakngut masalah pendidikan yakni, kurang sesuainya kebutuhan siswa/ remaaja
dengan kesempatan yang diberikan oleh sekolah, tekanan untuk harus berprestasi,
masalah ekonomi yang rendah, dan lain-lain.
b. Masalah Seksual
Masalah seksual inipun juga merupakan masalah yang sangat parah dialmi oleh siswa.
c. Penyalahgunaan Obat
Berdasarkan penelitian yang yang dilakukan oleh Hops (2002) ; Petraitis, Fray &
Miller (1995) menyimpulkan bahwa faktor yang berkaitan dengan penyalahgunaan obat
di masa remaja adalah termasuk lingkungan sekitarnya, orang tua, kawan-kawan sebaya,
dan sekolah.
Di suatu masa dalam perkembangannya, sebagian besar remaja pernah menjadi
pengguna obat, terlepas dari apakah penggunaanya itu terbatas pada alkohol, kafein,
rokok, atau kemudian melepas ke maryuana, kokain, dan obat-obatan keras lainnnya.
Satu hal yang perlu diperhatikan secara khusus adalah remaja mulai menggunakan obat di
awal masa remaja atau bahkan di masa kanak-kanak.
d. Kenakalan remaja
Merujuk kepada berbagai perilaku mulai dari perilaku yang dapat diterima secara
sosial (seperti acting out di sekolah) hingga status pelanggaran (melarikan diri dari
rumah) ke tindakan kriminal (seperti pencurian). Jenis kenakalan inipun, dibagi atas 2
berdasarkan keperluan hukum, antara lain:
1. Indeks pelanggaran (index offenses): tindakan kriminal yang memang dilakukan oleh
remaja dan orang dewasa.
2. Status pelanggaran (offenses status) : tindakan ini ditampilkan oleh anak-anak muda
dibawah umur yang diklasifikasi sebgai pelanggar remaja. Berdasarkan hasil studi
yang dlakukan oleh Bongers dkk (2004) dalam Satrock menemukan bahwa suatu
pelanggaran cenderung meningkat di masa remaja.
22
kelas.
Ramah (cheerful) dan optimistis.
Mampu mengontrol diri, tidak mudah kacau (terganggu), dan teratur tindakannya,
Senang kelakar, mempunyai rasa humor.
Mengetahui dan mengakui kesalahan-kesalahannya sendiri.
Jujur dan objektif dalam memperlakukan siswa.
Menunjukkan pengertian dan rasa simpati dalam bekerja dengan siswa-siswanya.
Jika para guru bersama dengan seluruh staf di sekolah dapat melaksanakan tugasnya
dengan baik, maka anak-anak didik di sekolah itu yang berada dalam usia remaja akan
cendrung berkurang kemungkinannya untuk mengalami permasalahan-permasalahan
penyesuaian diri atau terlibat dalam masalah yang bisa menyebabkan perilaku yang
menyimpang.
24
3.2 Saran
25
Setelah mengetahui konsep dan pengertian penyesuaian diri dari remaja serta
permasalahan-permasalahan yang dihadapi remaja. Sebagai calon guru dan calon orang
tua hendaknya kita dapat membimbing dan mengarahkan anak didik yang mempunyai
masalah pribadi, masalah penyesuaian diri baik terhadap dirinya maupun terhadap
lingkunan sekitar. Selain itu dari pemaparan di atas, menyadarkan kita bahwa betapa
pentingnya peran orang tua dan lingkungan untuk kelancaran penyesuaian diri seorang
remaja.
26
DAFTAR PUSTAKA
Sunarto dan Hartono, B. Agung. 1995. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: P.T. Rineka Cipta.
27