You are on page 1of 2

Hubungan Tugas dan Wewenang DPR terhadap Kunjungan

Setya Novanto dan Fadli


Zon Menghadiri Kampanye
Trump.

Setya Novanto dan Fadli Zon hadir dalam konferensi pers Donald Trump terkait
pencalonannya sebagai kandidat calon presiden AS di Trump Tower, New York City. Dalam
konferensi pers itu, Trump memperkenalkan Setya sebagai tamu khususnya.
Kehadiran Setya Novanto dan Fadli Zon di acara tersebut tentunya tidak sesuai dengan
tugas dan wewenang sebagai Anggota DPR RI. Setya Novanto dan Fadli Zon dianggap telah
melanggar kode etik DPR RI serta telah merendahkan martabat anggota DPR RI. Sebab, Tujuan
utama keberangkatan Setya Fadli ke Amerika mewakili indonesia menggunakan fasilitas
negara dalam rangka kunjungan kerja bukan untuk menghadiri kampanye calon Presiden
Amerika. Hal ini dapat membuat pandangan bahwa Indonesia mendukung Trump dalam
pencalonan Presiden Amerika. Secara etika politik itu sangat tidak dibenarkan dan bertentangan
dengan Tugas Fungsi dan wewenang DPR RI.
Bedasarkan alasan yang diberikan oleh Setya Novato dan Fadli Zon, mereka mengatakan
bahwa selain menjalankan diplomasi terhadap pengusaha Trump untuk menarik melakukan
investasi di Indonesia. Namun, hal ini dianggap oleh masyarakat diluar dari pada tugas, fungsi
dan wewenang DPR. Tidak satu pun pasal yang memberi hak bagi anggota maupun pimpinan
DPR untuk mencari investor atas nama negara atau atas nama DPR.
Adapun bunyi aturan Pasal 1 ayat 10 itu adalah, "Perjalanan dinas adalah perjalanan pimpinan
dan/atau anggota untuk kepentingan negara dalam hubungan pelaksanaan tugas dan wewenang
sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan, baik yang dilakukan di dalam
wilayah Republik Indonesia maupun di luar wilayah Republik Indonesia."
Kemudian, Bab II Kode Etik Bagian Kesatu Ketentuan Umum Pasal 2 ayat (1) menyebutkan,
"Anggota dalam setiap tindakannya harus mengutamakan kepentingan bangsa dan negara
daripada kepentingan pribadi, seseorang, dan golongan." Dalam ayat (2) tertulis, "Anggota
bertanggung jawab mengemban amanat rakyat, melaksanakan tugasnya secara adil, mematuhi
hukum, menghormati keberadaan lembaga legislatif, dan mempergunakan fungsi, tugas, dan
wewenang yang diberikan kepadanya demi kepentingan dan kesejahteraan rakyat."

Selanjutnya, ayat (4) menyebutkan, "Anggota harus selalu menjaga harkat, martabat,
kehormatan, citra, dan kredibilitas dalam melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenangnya serta
dalam menjalankan kebebasannya menggunakan hak berekspresi, beragama, berserikat,
berkumpul, dan mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan." Adapun ayat
Lebih jauh, keduanya juga diduga melanggar Bab II Kode Etik Bagian Kedua Integritas ayat (1)
yang menyatakan, "Anggota harus menghindari perilaku tidak pantas atau tidak patut yang
dapat merendahkan citra dan kehormatan DPR baik di dalam gedung DPR maupun di luar
gedung DPR menurut pandangan etika dan norma yang berlaku dalam masyarakat."
Demikian juga pelanggaran ayat (2) yang menyebutkan, "Anggota sebagai wakil rakyat memiliki
pembatasan pribadi dalam bersikap, bertindak, dan berperilaku," serta ayat (4) yang
menyatakan "Anggota harus menjaga nama baik dan kewibawaan DPR."

Dari beberapa pasal tersebut maka dapat kita lihat bahwa, Setya Novanto dan Fadli Zon
telah melanggar kode etik Anggota DPR. Dengan melakukan beberapa pelanggaran etika DPR,
sehingga harus melalui sidang perkara dugaan pelanggaran kode etik Mahkamah Kehormatan
Dewan (MKD). Selain itu adanya dugaan terkait membawa keluarga dalam menjalankan tugas
keluar negeri. Tentunya hal ini akan belum terbukti dan akan di buktikan pada persidangan kode
etik.
Tentunya hal ini menjadikan pelajaran bagi seluruh anggota DPR maupun pejabat tinggi
negara yang lainnya. Agar fokus menjalankan sesuai tugas, fungsi dan wewenangnya masingmasing, apalagi menggunakan fasilitas dan di biayai oleh negara.

You might also like