Professional Documents
Culture Documents
OLEH:
NAMA
STAMBUK
: 15020130081
KELAS
: C.3
KELOMPOK : II
ASISTEN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Pengobatan tradisional yang menggunakan bahan-bahan alam
telah sangat berkembang hingga saat ini, dan sangat menarik minat
masyarakat pada umumnya untuk kembali menggunakan bahanbahan alam sebagai obat karena mempunyai beberapa kelebihan
dibandingkan dengan obat-obat sintesis. Oleh sebab itu perlu
dilakukan pemisahan senyawa bermanfaat dari tanaman untuk dapat
di manfaatkan secara maksimal.
Dalam bidang bioteknologi, kromatografi mempunyai peranan
yang sangat besar. Misalnya dalam penentuan, baik kualitatif
maupun kuantitatif, senyawa dalam protein. Protein sering dipilih
karena ia sering menjadi obyek molekul yang harus di-purified
(dimurnikan)
terutama
untuk
keperluan
dalam
bio-farmasi.
Kromatografi juga bisa diaplikasikan dalam pemisahan molekulmolekul penting seperti asam nukleat, karbohidrat, lemak, vitamin
dan molekul penting lainnya. Dengan data-data yang didapatkan
dengan menggunakan kromatografi ini, selanjutnya sebuah produk
obat-obatan dapat ditingkatkan mutunya, dapat dipakai sebagai data
awal untuk menghasilkan jenis obat baru, atau dapat pula dipakai
untuk mengontrol kondisi obat tersebut sehingga bisa bertahan lama.
pada
sifat
kelarutan
senyawa
yang
akan
kasar
daun kelor
tujuan
kimia
percobaan
fraksinasi
kasar
ini
yaitu
untuk memisahkan
daun Johar
(Cassia folium)
TINJAUAN PUSTAKA
A. Uraian Tanaman
1. Klasifikasi Sampel (itis.gov)
Kelor (Moringa Oliefera L).
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Brassicales
Famili
: Moringaceae
Genus
: Moringa
Spesies
: Moringa oliefera L.
2. Morfologi Tanaman (Bose, 2007)
Moringa oleifera L. dapat berupa semak atau dapat pula berupa
pohon dengan tinggi 12 m dengan diameter 30 cm. Kayunya
merupakan jenis kayu lunak dan memiliki kualitas rendah. Daun
tanaman kelor memiliki karakteristik bersirip tak sempurna, kecil,
berbentuk telur, sebesar ujung jari. Helaian anak daun memiliki
warna hijau sampai hijau kecoklatan, bentuk bundar telur atau
bundar telur terbalik, panjang 1-3 cm, lebar 4 mm sampai 1 cm,
ujung daun tumpul, pangkal daun membulat, tepi daun rata. Kulit
akar berasa dan berbau tajam dan pedas, dari dalam berwarna
kuning pucat, bergaris halus, tetapi terang dan melintang. Tidak
keras, bentuk tidak beraturan, permukaan luar kulit agak licin,
yaitu
merupakan
isotiosianat
dan
zat
terdapat
yang
glukosinolat.
dalam
Isotiosianat
berbagai
(ITC)
tanaman,
kromatografi
kolom,
campuran
yang
akan
dipisahkan
diletakkan berupa pita pada bagian atas kolom, penjerap yang berada
dalam tabung kaca, tabung logam atau bahkan tabung plastik. Pelarut
(fase gerak) dibiarkan mengalir melalui kolomkarena aliran yang
disebabkan oleh gaya berat atau didorong dengan tekanan. Pita senyawa
linarut bergerak melalui kolom dengan laju yang berbeda, memisah, dan
dikumpulkan berupa fraksi ketika keluar dari alas kolom. Metode ini
mdrupakan contoh kromatografi elusi karena linarut dielusi dari kolom
(Sastrohamidjojo, 1985).
Kromatografi kolom merupakan metode kromatografi klasik yang
masih
banyak
digunakan.
Kromatografi
kolom
digunakan
untuk
berkerja
berdasarkan
skala
yang
lebih
besar
menyempit (tabung allihn) atau tabung gelas yang pada bagian bawah
menyempit dan dilengkapi dengan kran sedangkan tabung bola jarang
digunakan. perbandingan panjang tabung trhadap diameter pada
umumnya ialah 40:1. Pengisian kolom dengan adsorben yang juga
disebut pengemasan kolom , harus dilakukan dengan hari-hari dengan
permukaan yang rata. Aluminium oksida atau silika gel dapat dikemas
dengan metode kering kedalam kolom . Agar pemisahan rata, tabung diisi
sambil diketuk-ketuk menggunakan tangan atau benda lunak lainnya pada
dinding kolom (Stahl,1991).
Kolom kromatografi atau tabung untuk pengaliran karena gaya tarik
bumi (gravitasi) atau sistem bertekanan rendah biasanya terbuat dari kaca
yang dilengkapi dengan kranUkuran keseluruhan kolom beragam
beragam , tetapi biasanya penjang sekurang-kurang 10 kali garis tengah
dalammnya dan mungkin juga sampai 100 kalinya. Ukuran kolom
banyaknya penjerap ditentukan oleh bobot campuran linarut (ekstrak)
yang akan dipisahkan .Sifat ,derajat atau tingkat keaktifan penjerap da
ukuran partikelnya betul-betul penting dalam pengembangan sistem
kromatografi . Ukuran penjerap biasanya lebih besar daripada untuk KLT .
Kemasan kolom biasanya 63-250 meter untuk kolom yang dijalannkan
oleh gaya gravitasi (Raymond et al,2006).
Ada 3 pendekatan yang digunakan untuk memilih pelarut meliputi
(Anonim,2013) :
1. Penelusuran pustaka
Pemilihan
pelarut
berdasarkan
pendekatan
ini
biasanya
memutar
sambil
membuka
kran
kolom
pada
bagian
eluen
tersebut lalu
dituangkan
pelarut
yang
dipakai
pada
kromotografi,
pelarut
BAB III
Metode Kerja
A. Alat
Adapun alat yang digunakan pda praktikum kali ini adalah batang
pengaduk, corong kaca, kolom kaca, guntik, botol kaca, dan vial.
B. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada prakktikum kali ini adalah eluen
(n-hekan dan etil asetat), kapas, aluminium foil,kertas saring, silika gel,
dan fraksi dari daun kelor.
C. Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dimasukkan kapas pada ujung kolom (dasar kolom)
3. Dimasukkan eluen
1.
2.
Gambar
Hasil
Fraksi-Fraksi
Kromatografi
Kolom
Konvensional
Fraksi 1
Fraksi 2
Fraksi 3
Fraksi 4
Fraksi 5
Fraksi 6
Fraksi 7
Fraksi 8
Fraksi 9
Fraksi 10
Fraksi 11
Fraksi 12
3.
4.
BAB V
PEMBAHASAN
Kromatografi kolom konvensional adalah metode kromatografi klasik
yang sampai saat ini masih banyak digunakan. Kolom kromatografi
digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa dalam jumlah banyak.
Prinsip dari kromatografi kolom jenis ini adalah kecenderungan komponen
kimia untuk terdistribusi ke dalam fase diam atau fase gerak dengan
proses elusi berdasarkan gaya gravitasi.
Prinsip kerja kromatografi kolom adalah dengan adanya perbedaan
daya serap dari masing-masing komponen, campuran yang akan diuji,
dilarutkan dalam sedikit pelarut lalu di masukan lewat puncak kolom dan
dibiarkan mengalir kedalam zat menyerap. Senyawa yang lebih polar akan
terserap lebih kuat sehingga turun lebih lambat dari senyawa non polar
terserap lebih lemah dan turun lebih cepat. Zat yang di serap dari larutan
secara sempurna oleh bahan penyerap berupa pita sempit pada kolom.
Pelarut lebih lanjut / dengan tanpa tekanan udara masin-masing zat akan
bergerak turun dengan kecepatan khusus sehingga terjadi pemisahan
dalam kolom
Sistem pelarut dilakukan dengan cara menggantikan / mengubah
kepolaran dari eluen yang digunakan secara bertahap. Eluen tersebut
merupakan
campuran
dua
jenis
pelarut
dengan
kepolaran
BAB VI
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaanini, maka dapat disimpulkan bahwa dari
hasil kromatografi kolom konvensional di peroleh sebanyak 10 fraksi
yang dipisahkan berdasarkan tingkat kepolaran dan 6 fraksi
berdasarkan perbedaan warna.
B. SARAN
Bimbingan dari asisten sangat kami harapkan dalam melakukan
suatu praktikum agar praktikan dapat mengerjakan praktikum dengan baik
DAFTAR PUSTAKA
Anonim., 2013., Penuntun Praktikum Fitokimia II.,UMI; Makassar
Sudjadi., 1994., Metode Pemisahan.,Kanisius, Yogyakarta.
Gritter J.R, dkk., 1991., Pengantar Kromatografi., Penerbit ITB,
Bandung.
Raymond G. Reid and Satyajit D. Sarker, 2006.Isolation of natural Product
by Low-Pressure Collum Chromatografi in Sharker SD., Latif,Z
and Gray , Al (ED). Natural Product Isolation Humana Press.Inc.
Totowa New jersey
Sastrohamidjojo, Dr.H., 1985, Kromatografi, Penerbit Liberty, Yogyakarta.
Stahl, E.1985. Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopis.
Terjemahan kosasih P., Iwang S., Penerbit ITB ;Bandung.
Wijaya, Kusuma Hembing, 1996, Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia,
Jilid IV, Pustaka Kartini, Jakarta.
LAMPIRAN
A. Skema Kerja
B. Gambar