Professional Documents
Culture Documents
Puji syukur kami haturkan ke Hadirat Allah SWT, atas rahmat dan karuniaNya kami
telah dapat menyusun makalah ini yang berjudul PATENT DUCTUS ARTERIOSUS.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi salah satu mata kuliah ilmu dasar keperawatan 2.
Dalam proses penyusunan makalah ini, tim penyusun mengalami banyak hambatan. Akan
tetapi berkat arahan dan dukungan dari berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penyusun mengucapkan terima
kasih kepada tutor penyusun yaitu
Bapak Abdal Rohim S.KP,M.H.Kes.
Bapak Dedi Rahcman S.KP,M.Kep.
Bapak Heri Hermansyah, S.Kep.,Ners.
Bapak Roni Suhada S.Kep,Ners.
Ibu Nisa Sofia S.Kep,Ners.
Ibu Neneng Aria S.Kep,Ners.
Penyusun menyadari makalah ini masih belum sempurna, baik isi maupun sistematika
penulisannya, maka dari itu penyusun berterima kasih apabila ada kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini berguna khusunya untuk penyusun umumnya pembaca
makalah / pengguna makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan
1.4. Metode Penulisan
BAB II ANATOMI & FISIOLOGIS JANTUNG
2.1. Anatomi Jantung
2.1.1. Pengertian Jantung
2.1.2. Batas- Batas
2.1.3. Fungsi Jantung
2.1.4. Cara Kerja Jantung
2.1.5. Otot Jantung
2.1.6. Pola Respon Kardiovaskuler
2.1.7. Ruang-Ruang Jantung
2.1.8. Katup Katup Jantung
2.2. Fisiologi Jantung
2.2.1. Siklus Jantung
BAB III KASUS
3.1. Soal Kasus
3.2. Kata Kunci
3.3. Pengertian Patent Ductus Arteriosus
3.4. Etiologi
3.5. Patofisiologi
3.6. Klinis
3.7. Komplikasi
3.8. Penatalaksanaan Medis
3.9. Pemeriksaan Diagnostik
BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN
4.1. Pengkajian
4.2. Survey Sekunder
4.3. Analisa Data
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Ductus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta VI pada janin yang
menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta descenden. Bayi normal menutup secara
fungsional 10-15 jam setelah lahir secara anatomis mjd ligamentum arteriosum usia 2-3 mgg.
Jika tidak menutup PDA.
Patent Ductus Arteriosus (PDA) atau Duktus Arteriosus Paten (DAP) adalah kelainan
jantung kongenital (bawaan) dimana tidak terdapat penutupan (patensi) duktus arteriosus
yang menghubungkan aorta dan pembuluh darah besar pulmonal setelah 2 bulan pasca
kelahiran bayi. Biasanya duktus arteriosus akan menutup secara normal dalam waktu 2 bulan
dan meninggalkan suatu jaringan ikat yang dikenal sebagai ligamentum arteriosum. PDA
dapat merupakan kelainan yang berdiri sendiri (isolated), atau disertai kelainan jantung lain.
Kegagalan penutupan ductus anterior (arteri yang menghubungkan aorta & arteri
pulmonalis) dalam minggu I kelahiran selanjutnya terjadi patensy / persisten pada pembuluh
darah yang terkena aliran darah dari tekanan > tinggi pada aorta ke tek yang > rendah di arteri
pulmunal menyebabkan Left to Right Shunt.
1.2.
Rumusan masalah
1). Apa yang dimaksud dan bagaimana dengan anatomi dan fisologi jantung?
2). Apa yang di maksud Patent Ductus Arteriosus?
3). Hal-hal apa saja yang berhubungan dengan PDA?
4). Bagaimana Asuhan Keperawatan Anak atau Bayi dengan PDA ?
5). Bagaimana penatalaksanaan Anak atau Bayi dengan PDA?
6). Bagaimana cara pemeriksaan fisik Anak atau Bayi dengan PDA?
7). Bagaimana pemeriksaan tambahan dan penunjang pada Anak atau Bayi dengan
PDA?
1.3.
Tujuan
Tujuan umum:
Mahasiswa dapat mengetahui mengenai anatomi dan fisiologi jantung serta penyakit
yang terkait dengan kasus di atas yaitu Patent Ductus Arteriosus.
Tujuan khusus:
1.4.
Metode Penulisan
Penulis mencantumkan bahwa:
BAB I pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan umum, tujuan khusus,
BAB II
ANATOMI & FISIOLOGI JANTUNG
2.1. ANATOMI JANTUNG
2.1.1. Pengertian Jantung
Jantung = COR
Jantung adalah suatu organ muscular berbentuk kerucut tumpul yang memiliki empat
ruang yang terletak antara kedua paru-paru di bagian tengah rongga toraks. Yang berfungsi
sebagai sebuah pompa untuk memompakan darah venous ke dalam pulmo dan memompakan
darah arterial ke seluruh tubuh.
Jumlah : 1 bh
Ukuran
Atas
Ukuran jantung kira-kira panjang 12 cm, lebar 8-9 cm seta tebal kira-kira 6 cm.
Setiap harinya jantung berdetak 100.000 kali dan dalam masa periode itu jantung memompa
2000 galon darah atau setara dengan 7.571 liter darah.
2.1.2. Batas- Batas
Bagian depan dibatasi oleh sternum dan costae 3,4, dan 5. Hampir dua pertiga bagian
jantung terletak di sebelah kiri garis midsternal. Jantung terletak di atas diafragma, miring ke
depan kiri dan apex cordis berada paling depan dalam rongga thorax. Apex cordis dapat
diraba pada ruang intercostal 4-5 dekat garis medio-clavicular sisnistra.
Hubungan jantung dengan alat-alat yang ada di sekitarnya:
Dinding jantung berhubungan dengan sternum dan kartilago costalis setinggi kosta ke
tiga sampai keempat.
Agar tidak mudah berpindah dari tempatnya maka jantung didifiksasi atau dipertahankan oleh
organ-organ yang ada di sekitarnya. Penyokong utama jantung adalah paru-paru yang
letaknya menyokong jantung dari samping, dibagian bawah jatung disokong oleh diafragma,
dan adanya pembuluh darah besar yang keluar masuk jantung menyebabkan jantung tidak
mudah berpindah.
2.1.3. Fungsi Jantung
Secara umum fungsi jantung adalah memompa darah ke seluruh tubuh dan
menampungnya kembali setelah dibersihkan organ paru-paru. Hal ini berarti bahwa fungsi
jantung manusia adalah sebagai alat atau organ pemompa darah pada manusia. Pada saat itu
jantung menyediakan oksigen darah yang cukup dan dialirkan ke seluruh tubuh, serta
membersihkan
tubuh
darih
hasil
metabolisme
(karbondioksida).
Sehingga
untuk
melaksanakan fungsi tersebut jantung mengumpulkan darah yang kekurangan oksigen dari
seluruh tubuh dan selanjutnya memompanya ke paru-paru, dengan cara darah pada jantung
mengambil oksigen dan membuang karbondioksida. Pada jantung darah yang kaya akan
oksigen yang berasal dari paru-paru dipompa ke jaringan seluruh tubuh Manusia.
Bertambahnya usia seseorang, akan sangat berpengaruh terhadap fungsionalitas
jantung itu sendiri. Hal ini berarti karena jantung bekerja secara terus menerus selama
manusia hidup, akan berpengaruh terhadap kemampuan fungsi
jantung secara berangsur akan mengalami penurunan. Dan hal ini akan semakin
drastis penurunan fungsi jantung apabila terdapat keadaan lain yang mempengaruhi fungsi
jantung itu sendiri. Misalnya terjadi infeksi otot jantung atau selaput otot miokarditis atau
perikarditis, berkurangnya oksigen karena penyempitan pembuluh darah yang menyuplainya
sering disebut sebagai penyakit jantung koroner, bertambahnya massa otot karena
meningkatnya tekanan, dan sebagainya.
2.1.4. Cara Kerja Jantung
Jantung bekerja melalui mekanisme secara berulang dan berlangsung terus menerus
yang juga disebut sebagai sebuah siklus jantung sehingga secara visual terlihat atau disebut
sebagai denyut jantung. Melalui mekanisme berselang-seling, jantung berkonstraksi untuk
mengosongkan isi jantung dan melakukan relaksasi guna pengisian darah. Secara siklus,
jantung melakukan sebuah periode sistol yaitu periode saat berkontraksi dan mengosongkan
isinya (darah), dan periode diastol yaitu periode yang melakukan relaksasi dan pengisian
darah pada jantung. Kedua serambi mengendur dan berkontraksi secara bersamaan, dan
kedua bilik juga mengendur dan berkontraksi secara bersamaan pula untuk melakukan
mekanisme tersebut.
Atrium
Atrium merupakan bagian dari ruang atas jantung, yang berfungsi sebagai
penampungan darah yang selanjutnya akan mengalir menuju ventrikel. Atrium berkontraksi
untuk membantu pengisian ventrikel.
a) Atrium kanan
Atrium kanan memiliki struktur yang tipis dan memiliki tekanan yang rendah
sebelum memsuki atrium kanan, darah melewati dua vena yang bermuara ke atrium
kanan yaitu vena cava superior ( membawa darah dari bagian tubuh atas dan
ekstremitas atas) serta vena cava inferior (membawa darah dari ekstrenitas bawah dan
organ abdomen). Setelah melalui atrium kanan kemudian melewati katup tricuspid
darah menuju ventrikel kanan pada saat fase relaksasi otot jantung (diastole) atrium
kanan berfungsi sebagai penampung darah rendah oksigen dari seluruh tubuh.
Kemudian darah dipompakan ke ventrikel kanan melalui katub dan selanjutnya ke
paru.
b) Atrium kiri
Dinding atrium kiri sedikit lebih tebal disbanding atrium kanan. Darah yang telah
teroksigenasi melalui atrium kiri. Selanjutnya darah akan memasuki ventrikel kiri
melewati katup mitral pada saat relaksasi otot jantung (diastole). Fungsi dari atrium
kiri adalah sebagai ruang yang menerima darah yang kaya oksigen dari kedua paru
melalui 4 buah vena pulmonalis. Kemudian darah mengalir ke ventrikel kiri melalui
katub
dan
selanjutnya
ke
seluruh
tubuh
melalui
aorta.
dihubungkan dengan tepi daun katub atrioventrikuler oleh serat yang disebut korda
tendinae.
a) Ventrikel kanan
Tebal dinding luarnya 4-5 mm dengan bertekanan rendah. Fungsi dari ventrikel
kanan adalah memompa darah menuju paru-paru. Darah mengalir menuju arteri
pulmonal melewati katup pulmonal, pada saat fase kontraksi (sistolik).
b) Ventrikel kiri
ventrikel kiri memiliki otot besar. Tekanan pada ventrikel kiri sangat tinggi, darah
yang masuk berasal dari atrium kiri melalui katup mitral dan keluar dari ventrikel
melalui aorta. Fungsi dari ventrikel kiri adalah mengalirkan darah menuju seluruh
bagian tubuh yang selanjutnya kembali ke atrium kanan. Kedua ventrikel dipisahkan
oleh sekat yang disebut septum ventrikel.
2.1.8. Katup Katup Jantung
Katub jantung yang berjumlah 4 buah berfungsi mengalirkan darah dan mencegah
aliran balik darah. Katup ini membuka dan menutup secara pasif yang merupakan respon
dari perubahan ke kanan dan perubahan isi dari ruang-ruang jantung. Secara umum katup
jantung dibagi menjadi 2 jenis katup atrioventrikular dan katup semilunar.
a) Katup Atrioventrikuler
katup ini membagi jantung menjadi 2 bagian yaitu atrium dan ventrikel. Katup ini
menghubungkan aliran darah dari atrium ke ventrikel. Terdiri dari katup tricuspid dan
katup mitral.
1) Katup Tricuspid
Tricuspid memisahkan atrium kanan dan ventrikel kanan. Katup tricuspid memilik 3
daun katup (anterior, septal, posterior). Daun katup ini di sokong oleh 2 musculus
papilaris yang di hubungkan oleh korda tendinae. Fungsi tricuspid adalah membantu
darah mengalir dari atrium kanan ke ventrikel kanan selama diastole (daun katup
membuka). Saat systole katup menutup sehingga tidak terjadi aliran balik.
2) Katup Mitral/Bicuspid
Katup mitral memisahkan atrium kiri dengan ventrikel kiri. Terdiri dari 2 daun
katup/bikuspidalis (anterior dan posterior). Fungsi katup ini adalah membantu darah
mengalir dari atrium kiri ke ventrikel kiri saat diastole (daun katup membuka). Saat
systole daun katup menutup sehingga tidak terjadi aliran balik.
b) Katup Semilunar
Katup ini memisahkan ventrikel dari pembuluh darah besar. Dua katup semilunar ini
memiliki 3 katup yang mengalirkan darah dari ventrikel ke pulmonary artery dan aorta.
Fungsi katup ini adalah membiarkan darah mengalir dari ventrikel ke pembuluh darah
besar selama diastole (daun katup terbuka).
1) Katup Pulmonal
Katup pulmonal terletak pada arteri pulmonalis dan memisahkan pembuluh ini dari
ventrikel kanan. Katup ini terdiri dari 3 katup (anterior kanan, anterior kiri dan
posterior). Fungsi dari katup ini adalah membiarkan darah mengalir dari ventrikel
kanan ke arteri pulmonal selama periode systole (daun katup membuka).
2) Katup Aorta
Terletak antara ventrikel kiri dan aorta. Kedua katup ini mempunyai bentuk yang
sama terdiri dari 3 buah daun katup yang simetris (coroner kiri, coroner kanan, dan
non coronary). Danya katup ini memungkinkan darah mengalir dari masing-masing
ventrikel ke arteri selama sistole (daun katup membuka) dan mencegah aliran balik
pada waktu diastole. Pembukaan katup terjadi pada waktu masing-masing ventrikel
berkontraksi, dimana tekanan ventrikel lebih tinggi dari tekanan didalam pembuluh
darah arteri.
2.2. FISIOLOGI JANTUNG
2.2.2.
Siklus Jantung
Proses sirkulasi darah di dalam tubuh manusia terdiri dari 2 jenis sirkulasi yaitu
sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmonal (paru). Dalam keadaan normal darah secara
terus menerus mengalir ke dalam atrium yang berasal dari sistemik dan vena pulmonal
lalu masuk ke ventrikel dan selanjutnya keluar dialirkan ke seluruh tubuh. Secara umum
siklus jantung dibagi menjadi beberapa fase yaitu fase diastole (fase pengisian darah0
dan fase systole (fase pengeluaran darah/ejeksi) dari ventrikel.
1) Fase diastole ventrikel, yang terdiri dari 4 fase yaitu:
I. Protodiastole
Fase ini terjadi pada saat awal dari ventrikel relaksasi dan katup aorta serta
katup pulmonal tertutup. Lalu diikuti dengan penutupan katup tricuspid dan katup
mitral. Pada saat ini terjadi pengisian darah ke atrium tetapi belum ada darah yang
masuk ke ventrikel.
II. Isometric Relaxation (Isometric Relaksasi)
Pada fase ini ventrikel terus menerus berelaksasi sampai tekanan di ventrikel
menurun. Sedangkan pada tingkat atrium pengisian darah terus berlanjut sampai
dengan tekanan atrium meningkat. Pada fase ini darah belum ada yang masuk ke
dalam ventrikel.
III.Passive Filling
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
3.1. Trigger Case 1
An.K (21 bulan), 2 hari yang laludatang ke rumah sakit sumber sehat dan saat ini di rawat di
ruang perawatan anak. Data yang di dapatkan perawat dari hasil pengkajian adalah sebagai
berikut:
1. Wawancara : menurut ibunya, pada saat anak lahir anak tampak normal dan
menunjukan perkembangan yang baik. Selama satu bulan sejak lahir, berat badan
anak sudah naik mencapai 4.5 kg. Namun sejak usia 2.5 bulan, ibu mulai melihat
bahwa anak tampak terengah-engah saat sedang sedang menyusu, menghisap susu
sebentar-sebentar kemudian berhenti. An.K juga sering mengalami ISPA.
2. Pemeriksaan fisik : anak tidak aktif dan tampak lemah. Tekanan darah 90/40 mmHg.
Terdapat distensi vena jugularis di leher. Bentuk dada asimetris dengan dada kiri
tampak lebih menonjol. RR 35 kali/menit. Suara nafas rales. HR 144 kali/menit.
Melalui auskultasi terdengar bunyi jantug I normal, namun pada bunyi jantung II
terdengar suara bunyi yang kontinyu. Terdengar bunyi murmur mid diastolic derajat
2/6 pada apeks. Terdengar pula gallop. Palpasi abdomen pada kuadran kanan atas
teraba hepar 4.5 cm. akral teraba dingin.
Berat badan sekarang 7700 gram, panjang 75 cm. dan riwayat lahir normal berat
badan 3100 gram dan panjang badan 49 cm.
3.2. Kata Kunci
1. ISPA adalah singkatan dari infeksi saluran pernafasan akut atau URI ( under
respiratory infection) yaitu penyakit infeksi yang bersifat akut dimana melibatkan
organ saluran pernafasan mulai dari hidung, sinus, laring, hingga alveoli.
2. Distensi adalah penggelembungan atau pembesaran, biasanya mengacu pada perut
3. vena adalah pembuluh darah yang membawa darah menuju jantung
4. Jugularis adalah nadi utama di depan kedua sisi leher.
5. Auskultasi (auscultation) adalah metode pemeriksaan fisik dengan mendengarkan
suara-suara tubuh, biasanya dengan bantuan stetoskop.
2. Ibu alkoholisme.
3. Umur ibu lebih dari 40 tahun.
4. Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.
5. Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu.
Faktor Genetik :
1. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
2. Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
3. Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.
4. Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.
(Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah
Nasional Harapan Kita, 2001 ; 109)
3.5. Patofisiologi
Patofisiologi yang terjadi adalah :
1. Pirau dari kiri ke kanan, berakibat peningkatan aliran darah ke arteri pulmonalis
2. Dilatasi atrium kiri peningkatan tekanan atrium kiri
3. Peningkatan volume (volume overload) ventrikel kiri
Derajat beratnya pirau kiri kenan ditentukan oleh besarnya defek. Kecuali pada
yang non restriktif, pirau ditentukan oleh perbedaan relatif tahanan antara sirkulasi sistemik
dan sirkulasi paru. Peningkatan tekanan di atium kiri sebagai akibat dari pirau kiri ke kanan
dapat memicu terjadinya pirau kiri ke kanan tambahan dari foramen ovale yang teregang/
terbuka (stretched foramen ovale). (Bila volume di atrium kiri bertambah tekanan
bertambah septum inter atrium akan terdorong ke arah atrium kanan foramen ovale
teregang terbuka, disebut stretched foramen ovale ).
Pada saat janin/fetus, plasenta adalah sumber prostaglandin utama. Setelah lahir,
plasenta tidak ada. Paru-paru merupakan tempat metabolisme prostaglandin. Dengan
hilangnya plasenta, ditambah dengan semakin matangnya fungsi paru, maka kadar
prostaglandin neonatus akan segera menurun. Maka duktus akan mulai menutup secara
fungsional (konstriksi) dimulai dari sisi pulmonal. Penutupan duktus ini dipengaruhi oleh
kadar PaO2 ateri, prostaglandin, thromboksan.
Pada
neonatus
preterm,
penutupan
duktus
terjadi
lambat,
karena
juga tidak baik. Sementara itu, dengan bertambahnnya umur, tahanan vaskular paru akan
menurun, maka pirau kiri ke kanan akan bertambah, sehingga muncullah gejala. Pada usia 2
minggu, duktus akan menutup secara anatomi dengan terjadinya perubahan degeneratif dan
timbulnya jaringan fibrotik, berubah menjadi ligamentum arteriosum
3.5.1. Pathways
Faktor-faktor genetik dan prenatal
Anoksia jaringan
Metabolisme anaerob
jenuh CO2
Penurunan saturasi O2 arteri
MK : Asidosis metabolik
(hipoksemis)
akut
Spell
kronis
Fatique with
polisitemia
feeding
Kegagalan
pencapaian BB
normal
Anemia (jika
Fe tidak siap
dipecah Hb)
Clubbing
fingers dan
toes
ManifestasiGangguan
Klinis Tumbang
3.6.
Manifestasi klinis PDA pada bayi prematur sering disamarkan oleh masalah-masalah
lain yang berhubungan dengan prematur (misalnya sindrom gawat nafas). Tanda-tanda
kelebihan beban ventrikel tidak terlihat selama 4 6 jam sesudah lahir. Bayi dengan PDA
kecil mungkin asimptomatik, bayi dengan PDA lebih besar dapat menunjukkan tandatanda gagal jantung kongestif (CHF)
Tekanan nadi besar (water hammer pulses) / Nadi menonjol dan meloncat-loncat,
Tekanan nadi yang lebar (lebih dari 25 mm Hg)
Apnea
Tachypnea
Nasal flaring
Retraksi dada
Hipoksemia
(Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236, Betz & Sowden, 2002 ; 376)
Jika PDA memiliki lubang yang besar, maka darah dalam jumlah yang besar akan membanjiri
paru-paru. Anak tampak sakit, dengan gejala berupa:
berkeringat
Timbulnya gejala tersebut menunjukkan telah terjadinya gagal jantung kongestif, yang
seringkali terjadi pada bayi prematur.
3.7.
Komplikasi
Enterokolitis nekrosis Kelainan pada saluran pencernaan berupa bercak pada mukosa
atau submokosa yang sering terjadi pada bayi pematur
Gangguan paru yang terjadi bersamaan (misalnya sindrom gawat nafas atau displasia
bronkkopulmoner)
Gagal tumbuh
Gagal ginjal
(Betz & Sowden, 2002 ; 376-377, Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236)
3.9.
Pemeriksaan Diagnostik
a) Foto Thorak : Atrium dan ventrikel kiri membesar secara signifikan (kardiomegali),
gambaran vaskuler paru meningkat
b) Ekhokardiografi : Rasio atrium kiri tehadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada bayi
cukup bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi praterm (disebabkan oleh peningkatan
volume atrium kiri sebagai akibat dari pirau kiri ke kanan)
c) Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk mengevaluasi aliran darah
dan arahnya.
d) Elektrokardiografi (EKG) : bervariasi sesuai tingkat keparahan, pada PDA kecil tidak
ada abnormalitas, hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang lebih besar.
e) Kateterisasi jantung : hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil ECHO
atau Doppler yang meragukan atau bila ada kecurigaan defek tambahan lainnya.
(Betz & Sowden, 2002 ;377)
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
IV.1.
PENGKAJIAN
1. Biodata
a. Identitas klien
Nama
: An.K
Jk
: laki-laki
Umur
: 21 Bulan
Agama
:islam
Pekerjaan
:Pendidikan
:Suku / bangsa :indonesia
Gol. Darah
:A
Alamat
:
Tgl. Masuk RS
:
Tgl. Pengkajian
:
Diagnose medis
: patent duktus arteriosis(pda)
No. medrek :
b. Identitas penanggung jawab
Nama
: Ny. A
JK
:perempuan
Umur
:23 tahun
Pekerjaan
:ibu rumah tangga
Alamat
:
Hub. Dg klien : orang tua
IV.2. SURVEY SEKUNDER
1. Keluhan utama : ISPA
2. Riwayat kesehatan sekarang :
P (provocative/ Paliative= hal-hal apa saja yang dapat
memperburuk/memperingan gejala sakit pasien) : Q(qualitas & quantitas = seberapa berat keluhan yang dirasakan,bagaimna
rasa nya,seberapa sering terjadi nya.) : anak tidak aktif dan tampak lemah
R(region =lokasi mana yang dirasakan nyeri) : terdapat distensi vena
jugularis di leher,dan bentuk dada asimetris dg dada kiri tampak lebih menonjol.
S(severity/scale =tingkat keluhan apakah sampai mengganggu aktivitas klien)
: T(timing =kapan keluhan tsb mulai ditemukan /dirasakan) : 3. Riwayat kesehatan yang lalu
Pada saat lahir anak tampak normal dan menunjukan perkembangan yang
baik,selama 1 bulan sejak lahir BB anak sudah naik mencapai 4.5 KG. namun
sejak usia 2.5 bulan ibu mulai melihat bahwa anak tampak terengah-engah
sedang ,menyusu,menghisap susu sebentar-sebentar kemudian berhenti.An.K juga
sering mengalami ISPA.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga mengatakan dalam keluarga nya tidak ada yang mempunyai penyakit
genetic/keturunan ataupun penyakit menular lain nya.
5. Keadaan umum
a. Tingkat kesadaran : apatis
b. TTV : TD : 90/40 mmhg
HR : 144x/mnt
RR : 35 x/mnt
c. Penampilan umum :anak tidak aktif dan tampak lemah.
6. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
:bentuk dada asimetris dengan dada kiri tampak lebih menonjol
b. Auskultasi
: TD 90/40 mmhg,suara nafas rales terdengar bunyi jantung 1
normal namun pada bunyi jantung 2 terdengar suara bising yang
kontinyu,terdengar bunyi murmur mid diastolic derajat 2/6 pada
apeks,terdengar pula bunyi gallop.
c. Perkusi
:d. Palpasi
: abdomen kuadran kanan atas teraba hepar 4.5 cm dan akral
teraba dingin
IV.3.
ANALISA DATA
NO
DATA FOKUS
PATOFISIOLOGI
MASALAH KEPERAWATAN
DX
Malforasi jantung
kongesti
Ketidaseimbangan
Intoleransi aktifitas
DS : anak sering
mengalami ISPA
DO : suara nafas rales RR
=35 x/mnt
DX
DO : tampak lemah
pemakaian
oksigen
IV.5.
no
1.
Intervensi
Dx askep
Penurunan
intervensi
-Observasi kualitas
rasional
-Permulaan gangguan
dan kekuatan
denyut jantung,
nada perubahan
jantung.
yang adekuat
tanda-tanda vital
Tupen:
dan kehangatan
- pucat menunjukan
- mengetahui
kulit
adanya penurunan
akibat dari
-Tegakkan derajat
perfusi sekunder
Curah
tujuan
Tupan : dapat
jantung Mempertahankan
terhadap ketidak
-Menunjukan
(sirkumoral,
adekuatan curah
tanda-tanda
membran mukosa,
jantung,
membaiknya
clubbing)
vasokontriksi dan
curah jantung.
-Monitor tanda-
anemia
Dengan kriteria:
TD:99/65 mmHg,
takikardi,
mengetahui adanya
Nadi:110x/mnt,
tachypnea, sesak,
gagal jantung
RR:30-40x/mnt
mudah lelah,
periorbital edema,
mencegah semakin
oliguria, dan
memburuk nya
hepatomegali
keadaan klien
-Kolaborasi
pemberian digoxin
sesuai order, dengan
menggunakan
teknik pencegahan
bahaya toksisitas.
2.
Gangguan
Tupan:
-Observasi kualitas
-Membantu klien
pertukaran gas
-melakukan
dan kekuatan
untuk memenuhi
b.d kongesti
tindakan
denyut jantung,
oksigen nya
pulmonal
keperawatan 3x24
jamdiharapkan
dan kehangatan
dapat mengurangi
kulit
akan memperburuk
adanya
keadaan
peningkatan
-Menurunkan
resistensi
kebutuhan oksigen
pembuluh paru
yang terinfeksi
dalam tubuh
Tupen:
-Berikan istirahat
-Membantu klien
- mengetahui
yang cukup
untuk memenuhi
akibat dari
-Kolaborasi berikan
oksigenasinya jika
pertukaran gas
tidak sesuai
-Anak akan
indikasi untuk
parameter, klien di
menunjukan
deteksi dini
tanda-tanda tidak
adanya
pernafasan
peningkatan
resistensi
pembuluh paru.
P:RR:35x/mnt,
H:144x/mnt,
perawatan lebih
lanjut
3.
TD:90/40mmHg
Tupan: dapat
Intoleransi
-Kaji toleransi
-Persiapan dan
pasien terhadap
aktifitas
melakukan aktifitas
menggunakan
parameter berikut:
-Agar klien
N:20/mnt diatas
termotifasi untuk
frekuensi istirahat,
melakukan aktivitas
oksigen ke sel
intoleransi
cacat peningkatan
sehingga terpacu
aktivitas
untuk sembuh
kelelahan berat,
-Klien termotivasi
berkeringat, pusing
untuk sembuh
aktivitas
b.d Mempertahankan
ketidakseimban
gan
pemakaian
oksigen
tingkat aktivitas
Tupen:
oleh mengetahuai
dan pingsan
-Kaji kesiapan
pasien untuk
meningkatkan
aktifitas
-Dorong
memajukan
aktivitas
-Dorong pasien
untuk partisifasi
dalam memilih
periode
IV.6.
NO
1.
IMFLEMENTASI
DX
DX 1
HARI/TANGGAL
TINDAKAN KEPERAWATAN
-
TTD
RESPON/HASIL
Mengobservasi
kualitas
dan
kekuatan
nadi
denyut
jantung,
menegakkan
derajat
sianosis
(sirkumoral,
membran
mukosa,
clubbing)
Memonitor
tanda-tanda
CHF
Kolaborasi
pemberian
digoxin
2.
DX 2
Mengobservasi
kekuatan
denyut
kualitas
jantung,
dan
nadi
3.
DX 3
gangguan pernafasan
mengkaji toleransi pasien terhadap
aktifitas menggunakan parameter
berikut: N:20/mnt diatas frekuensi
istirahat, cacat peningkatan TD,
nyeri dada, kelelahan berat,
berkeringat, pusing dan pingsan
IV.7.
NO
1.
EVALUASI
DX
DX 1
HARI/TGL
JAM
EVALUASI
TTD
S: keluarga klien mengatakan
bahwa keadaan klien sudah mulai
membaik
O: tanda-tanda kembali normal
A: masalah teratasi
P: intervensi dilanjutkan
I: kaji curah jantung
E: bias
2.
DX 2
pola
pernafasan
klien
DX 3
tidak
S: keluarga klien mengatakan
bahwa keadaan aktivitas klien
mulai aktif
O: tanda-tanda kembali normal
A: masalah teratasi
P: intervensi dilanjutkan
I: kaji aktivitas klien
E: bisa
R: sebagian berhasil sebagian
tidak
BAB V
PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah kelainan jantung kongenital (bawaan) dimana
tidak terdapat penutupan (patensi) duktus arteriosus yang menghubungkan aorta dan
pembuluh darah besar pulmonal. Kondisi ini sering ditemui pada bayi yang lahir prematur
namun tidak menutup kemungkinan terjadi pada bayi cukup bulan. Duktur arteriosus
umumnya menutup 12-24 jam setelah bayi lahir dan mencapai penutupan sempurna pada usia
3 minggu. Apabila duktus tersebut masih terbuka, penutupan spontan 75% dapat terjadi
sampai bayi berusia 3 bulan. Lebih dari 3 bulan, penutupan spontan sangat jarang terjadi.
Gejala dari PDA tergantung dari besarnya kebocoran, apabila Duktus Arteriosus (DA)
kecil mungkin saja tidak menimbulkan gejala, apabila DA sedang sampai besar dapat
mengalami batuk, sering infeksi saluran pernapasan, dan infeksi paru. Apabila DA besar,
maka gagal jantung serta gagal tumbuh dapat terjadi. Pada PDA manapun juga, penutupan
baik
dengan
operasi
maupun
kateterisasi
(tanpa
operasi)
sebaiknya
dilakukan
mempertimbangkan risiko terinfeksinya jantung akibat kelainan ini. Apabila tetap tidak
ditangani, dapat terjadi kemungkinan risiko kematian 20% pada usia 20 tahun, 42% pada usia
45 tahun, dan 60% pada usia 60 tahun.
5.2.
Saran
1. Semoga makalah sederhana ini dapat menjadi ilmu yang bermanfaat bagi pembaca
2. makalah ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pembaca terutama perawat dalam
membuat asuhan keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
- Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta.
- Doenges, M.E.,Moorhouse M.F.,Geissler A.C., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3,
EGC, Jakarta.
- Engram, Barbara, 1998, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3, EGC,
Jakarta.
- Ignatavicius D.D., Bayne M.V., 1991, Medical Surgical Nursing, A Nursing Process Approach,
An HBJ International Edition, W.B. Saunders Company, Philadelphia.
- www.askep.blogspot.com