You are on page 1of 13

Kepik leher Famili Reduviidae, Ordo Hemiptera

ASSASSIN BUGS
Kepik leher adalah pemangsa yang mengesankan. Banyak jenis kepik ini
besar, dengan panjangnya 2cm atau lebih, tetapi ada juga yang lebih kecil. Bila
menemukan serangga untuk dimakan, ia membuka mulut pembuluhnya yang
tajam, menusukkan mulutnya ke serangga yang ditangkap dan mengisap bagian
dalamnya.
Kepik Assassin berleher panjang dan alat mulutnya yang berbentuk kurva
terlipat di bawah tubuhnya. Kepik ini memakan kutudaun, ulat-ulat kecil dan
telur serangga lain. Kepik ini adalah pemangsa ulat-ulat, kutu, kepik pengisap
(seperti Helopeltis) dan serangga lainnya. Kepik leher adalah pemburu yang
sangat efektif. Sebagian jenis kepik ini aktif siang hari dan sebagian malam hari.
Daur hidup Beberapa jenis kepik leher meletakkan kumpulan telur pada
permukaan tanaman. Jenis lain meletakkan telur secara terpisah.
Nimfa kepik leher bentuknya mirip dengan dewasa, tetapi lebih kecil dan
tidak mempunyai sayap sempurna jadi tidak dapat terbang. Debu dan kotoran
menempel pada badan beberapa jenis, sehingga tersamar. Banyak jenis kepik
leher dewasa berwarna coklat atau hitam,
tetapi ada juga yang berwarna terang,
serta yang berbentuk aneh, seperti daun
kering.

Bellows & Fisher (1999) menyatakan bahwa Reduviidae merupakan famili


penting dari kompleks musuh alami yang berperan sebagai predator dalam
mengendalikan serangga hama. Famili Reduviidae merupakan famili yang cukup
besar. Sebagian besar anggota famili serangga tersebut bersifat sebagai
predator. Serangga tersebut dikenal sebagai kepik pembunuh atau pengisap
darah karena cara hidupnya adalah menghisap cairan darah mangsanya
(Clausen, 1940; Richards & Davies, 1977). Terdapat kurang lebih 3000 spesies
Reduviidae yang terdiri dari 29 subfamili. Subfamili Harpactorinae merupakan
subfamili yang terbesar dengan anggota lebih dari 1000 spesies. Serangga
tersebut mempunyai kelimpahan yang tinggi sehingga dapat ditemukan di setiap
daerah (Matheson, 1951; Richards & Davies, 1977).
Kepik Reduviidae hidup pada berbagai habitat, seperti di sekitar semaksemak, tanaman herba, dan daun-daunan (Richards & Davies, 1977). Matheson
(1951) menyatakan bahwa mangsa utama predator Reduviidae adalah larva
Lepidoptera, lundi, kutu tanaman, dan hama-hama lainnya. Famili Reduviidae
mudah dikenali melalui bentuknya yang khas.
Antenna Reduviidae seringkali memiliki segmen dengan total 4 ruas.
Rostrum meruncing terdiri dari 3 segmen. Tibia tungkai depan memiliki fosula
yang berkaitan dengan daya adhesi, sedangkan bagian tarsus terdiri dari tiga
segmen (Richards & Davies, 1977). Contohnya Sycanus dichotomus, selain
memiliki ciri-ciri di atas, S. dichotomus mempunyai bentuk yang khas, yaitu
memiliki caput yang memanjang dengan bagian belakang yang menggenting
mirip leher, dan rostrum yang pendek dan kokoh. Tubuhnya berwarna hitam
dengan tanda segitiga kuning di bagian tengah sayap depan. Bagian tengah
abdomennya melebar sehingga tidak tertutupi oleh sayapnya (Mukhopadhyay
dan Sarker, 2009). Kepik predator melumpuhkan mangsanya dengan

mengeluarkan saliva yang beracun yang dapat menyebabkan paralisis pada


mangsanya (Matheson, 1951; Gillott, 1995). Beberapa subfamili Reduviidae yang
berperan penting sebagai predator antara lain Harpactorinae dan Peiratinae.
Ishikawa et al. (2007) melaporkan bahwa salah satu anggota subfamili
Harpactorinae, adalah Sycanus aurantiacus yang ditemukan pada pertanaman
kubis di Bali pada ketinggian 1000 m dpl (Gambar 2.3). S. aurantiacus adalah
spesies baru dari golongan serangga predator yang ditemukan pertama kali di
Pancasari pada pertanaman kubis sedang memangsa beberapa larva dari
serangga Lepidoptera yang berstatus sebagai hama pada tanaman kubis.

Sycanus sp. pernah dilaporkan oleh Kalshoven (1981) sebagai predator utama
penghisap daun, Helopeltis antonii Sign (Hemiptera: Miridae) pada tanaman teh
di Indonesia. Spesies lain dari genus Sycanus yang juga dilaporkan berpotensi
sebagai predator adalah S. affanis, S. pyrrhomelas (Walker), S. versicolor Dohrn
(Ambrose, 1999), S. croceovittatus (Daeli, 2011), S. annulicornis (Fitriyani, 2009)
dan S. dichotomus (Zulkefli et al., 2004). S. dichotomus umumnya ditemukan
sebagai predator yang menyerang ulat kantong (bagworms) Metisa plana Walker
(Lepidoptera: Psychidae) pada tanaman sawit. S. dichotomus dapat menusuk
langsung pembungkus ulat kantong dengan rostrumnya yang sangat panjang
(Zulkefli et al., 2004). Selain menyerang ulat kantong, S. dichotomus juga
dilaporkan menyerang ulat beluncas Setothosea asigna Van Eecke dan Darna
trima Moore (Lepidoptera: Limacodidae) (Singh, 1992). Selain itu, ada juga
spesies lain yang dilaporkan dari genus Sycanus yaitu S. macracanthus Stal.
yang memangsa Mahasena corbetti Tams (Lepidoptera: Psychidae) dan
Setothosea asigna (Tiong, 1996) yang juga merupakan hama pada tanaman
sawit. Serangga Sycanus sp. memangsa mangsanya dengan cara menusukkan
stiletnya yang runcing ke bagian tubuh serangga yang lunak. Mangsa segera
lumpuh akibat toksin yang dikeluarkan melalui stiletnya. Cahyadi (2004)
menyatakan bahwa beberapa nimfa menghisap mangsanya secara bersamasama apabila ukuran tubuh mangsanya lebih besar. Studi tentang biologi
Sycanus sudah dilakukan oleh Syari et al. (2011) yang meneliti perkembangan S.
dichotomus pada dua mangsa yang berbeda Corcyra cephalonica Stainton

(Lepidoptera: Pyralidae) dan Tenebrio molitor Linnaeus (Coleoptera:


Tenebrionidae). Siklus hidup S. dichotomus bila diberi makan larva T. molitor
rata-rata 156,5 4,6 hari, dan 122,8 2,3 hari jika diberi larva C. cephalonica.
Dewasa betina S. dichotomus dapat menghasilkan satu hingga empat kelompok
telur selama hidup imagonya dengan lama stadia telur 16,2 hari. Sementara itu
Zulkefli, et al. (2004) melaporkan bahwa imago betina S. dichotomus mampu
menghasilkan 15 119 butir telur dengan stadium telur 11 39 hari. Nimfa S.
dichotomus yang baru menetas seluruh tubuhnya (caput, toraks, dan abdomen)
berwarna kekuningan. Bagian tungkai berwarna coklat, dengan femur dan tibia
berwarna kehitaman (Zulkefli et al. 2004). Nimfa S. dichotomus mengalami lima
kali ganti kulit (Syari et al. 2011 ; Zulkefli et al. 2004). Stadia nimfa S.
dichotomus berlangsung 69 hari (Zulkefli et al. 2004), sedangkan nimfa S.
annulicornis berlangsung selama 79 hari (Erawati, 2005). Lama hidup imago
betina S. dichotomus menurut hasil penelitian Syari et al. (2011) adalah 61,40
4,90 hari, sedangkan menurut Zulkefli et al. (2004) adalah 87,64 3,31 hari.
Zulkefli et al. (2004) menyatakan bahwa siklus hidup S. dichotomus dari telur
hingga imago yang diberi makan C. cephalonica adalah 193,44 2,41 hari dan
jika diberi P. xylostella siklus hidupnya adalah 203,91 2,77 hari. Anggota lain
dari Reduviidae adalah S. annulicornis (Hemiptera: Reduviidae). Manley (1982)
menyatakan bahwa kepik pedator S. annulicornis memiliki kisaran inang yang
luas terutama dari ordo Lepidoptera. Fitriyani (2009) menyatakan bahwa S.
annulicornis efektif untuk mengendalikan C. pavonana. Selama ini petani kubis
melakukan pengendalian hama-hama kubis dengan insektisida sintetik karena
belum ditemukannya musuh alami yang cocok. S. annulicornis merupakan salah
satu predator yang potensial, bersifat generalis, memiliki kemampuan
beradaptasi di berbagai agroekosistem dan kemampuan memangsa yang cukup
tinggi rata-rata 4,7 ekor per hari (De Clercq, 2000). Cahyadi (2004), menyatakan
bahwa tingkat pemangsaan C. pavonana oleh S. annulicornis mencapai 3 ekor
larva per hari. Dalam perkembangannya, S. annulicornis mengalami 5 kali ganti
kulit. Nimfa instar I, II, III S. annulicornis berwarna jingga. Nimfa instar IV
berwarna jingga kecoklatan, sedangkan nimfa instar V berwarna lebih gelap
(Cahyadi, 2004). Imago Sycanus sp. melakukan kopulasi yang dapat berlangsung
selama 60 menit. Waktu yang diperlukan dari proses kopulasi selesai sampai
imago betina meletakkan telur adalah tujuh hari (Cahyadi, 2004). Telur yang
diletakkan oleh Sycanus sp. menyerupai paket telur di mana telur tersebut
memiliki lapisan pelindung (Hasibuan, 2005).

Menurut Kalshoven (1981) Sycanus croceovittatus diklasifikasikan sebagai


berikut: Kingdom : Animalia Pilum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Hemiptera
Famili : Reduviidae Genus : Sycanus Spesies : Sycanus croceovittatus Dohrn.
Biologi Sycanus sp. (Hemiptera: Reduviidae)
Telur Kelompok telur berwarna coklat dan biasanya tersusun dalam pola
baris miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa
hidupnya. Dari 68 pasang imago Sycanus, hanya 50% dari telurnya yang
menetas. Semua telur (15 119 telur per kelompok) menetas dalam hari yang
sama. Masa inkubasi telur adalah 11 39 hari (Zulkefli dkk, 2004).

Nimfa
Nimfa mengalami pergantian kutikula sebanyak lima kali sebelum
mencapai fase dewasa. Nimfa yang baru muncul berwarna kekuning-kuningan
pada kepala, toraks dan abdomennya. Tungkai coklat dengan bagian femur dan
tibia lebih gelap. Nimfa instar pertama hidup berkelompok dan mengubah posisi
dalam jangka waktu pendek dengan bersilangan satu sama lain. Instar kedua

membutuhkan waktu yang lebih pendek sebelum berganti kulit menjadi instar
berikutnya. Warnanya sama dengan instar yang pertama kecuali pada bagian
tubuhnya (Zulkefli dkk, 2004). Nimfa instar ketiga lebih gelap daripada nimfa
instar kedua. Bintik pada abdomen juga lebih lebar. Perbandingan antara
perbedaan mangsa menunjukkan tidak banyak perbedaan pada ukuran tubuh.
Nimfa instar keempat membutuhkan waktu tiga minggu sebelum berganti kulit
menjadi instar berikutnya. Hampir semua nimfa berhasil menjadi imago, dan
hanya sedikit imago tidak normal karena pergantian kutikula yang sulit. Masa
nimfa 69 hari (Zulkefli dkk, 2004).

Imago Imago jantan dan betina dapat dibedakan dari ukuran tubuh dan bagian
abdomennya. Imago jantan lebih kecil dibandingkan dengan imago betina. Imago
yang baru terbentuk tidak dapat bergerak selama 15 20 menit (Zulkefli dkk,
2004). Sycanus relatif mudah dikenali karena bentuknya yang khas. Kepik ini
memiliki ciri kepala memanjang, bagian belakang kepala menggenting mirip
leher, rostrum pendek dan kokoh. Tubuhnya berwarna hitam dengan tanda
segitiga kuning di bagian tengah sayap depan. Bagian tengah abdomennya
melebar sehingga tidak tertutupi oleh sayapnya. Panjang tubuh 2,25 cm dan
lebar bagian abdomen 0,5 cm (Mukhopadhyay dan Sarker, 2009). Kepik ini
adalah pemburu yang ganas (assasin bug). Sewaktu mencari mangsa geraknya
lamban, tetapi jika mangsa telah ditemukan pada jarak tertentu akan menyergap
dengan tiba-tiba dan mengisap habis cairan tubuh mangsa tersebut (Susilo,
2007).

Perilaku Predator Sycanus sp.


Nimfa Sycanus mempunyai siklus hidup yang lama, aktivitas makan lambat dan
berlangsung pada siang hari. Ketika ulat api tersedia, kepik ini akan menusuk
dengan segera dan mengisap cairan tubuh ulat dalam waktu 4 sampai 5 jam
(Sipayung dkk, 1988). Dalam satu hari tidak banyak ulat yang dapat dimangsa,
seekor Sycanus dapat mengkonsumsi 430 ulat selama hidupnya (Wood, 1971).
Sycanus adalah predator yang polifagus. Di lapangan, kepik ini dijumpai
menyerang Mahasena sp., maupun larva Thosea bisura dan Darna trima instar
terakhir. Di daerah Serawak (Kalimantan bagian Malaysia) juga dijumpai Sycanus
macracanthus yang menyerang ulat api Thosea asigna (Sipayung dan de
Chenon, 1989).

Kalshoven, L. G. E., 1981.The Pest of Crops in Indonesia. Revised and Tranlated


By P.A. Van der laan. P.T. Ichtiar Baru-Van Hoeve. Jakarta.
Mukhopadhyay, A. dan M. Sarker. 2009. Natural Enemies of Some Tea Pests with
Special Reference to Darjeeling, Terai and The Doors. A National Tea Research
Foundation Publication. 56 pp.
Sipayung, A., R. D. de Chenon dan P. Sudharto. 1988. Natural Enemies of
LeafEating Lepidoptera in Oil Palm Plantations, North Sumatera. In Symposium
on Biological Control of Pests in Tropical Agricultural Ecosystems, Bogor. Biotrop
Special Publication 36: 99-121.

Sipayung, A. dan R. D. de Chenon. 1989. Survai/Inventarisasi Hama dan Musuh


Alamiah pada Perkebunan Kelapa Sawit di Kalimantan Barat dan Timur. Dalam
Prosiding Temu Ilmu Ilmiah, Entomologi Perkebunan Indonesia. Perhimpunan
Entomologi Indonesia Cabang Sumatera Utara-Aceh. Hal. 105-117.
Susilo, F.X. 2007. Pengendalian Hayati dengan Memberdayakan Musuh Alami
Hama Tanaman. Graha Ilmu, Yogyakarta. Hal. 95-96.
Wood, B.J. 1971. Development of Integrated Control Programs for Pests of
Tropical Perennial Crops in Malaysia. In Proceedings of an AAAS Symposium on
Biological Control, held at Boston, Massachusetts. p. 422-430.
Zulkefli, M., K. Norman dan M.W. Basri. 2004. Life Cycle of Sycanus dichotomus
(Hemiptera: Reduviidae) A Common Predator of Bagworm in Oil Palm. Journal of
Oil Palm Research 16(2):50-56.

MUSUH ALAMI, HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN LADA


Proyek Pengendalian Hama Terpadu Perkebunan Rakyat Direktorat Perlindungan
Perkebunan, Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan Departemen Pertanian
Jakarta, 2002

You might also like