You are on page 1of 24

PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK

BERBASIS KETERAMPILAN PROSES


PADA PELAJARAN KIMIA MADRASAH ALIYAH

Nana Umar Sumarna


Widyaiswara Balai Diklat Keagamaan Bandung
nusmarna@yahoo.co.id
abstrak
Pembelajaran saintifik tidak hanya memandang hasil belajar sebagai muara akhir, namun
proses pembelajaran dipandang sangat penting. Oleh karena itu pembelajaran saintifik
menekankan pada keterampilan proses. Model pembelajaran saintifik berbasis keterampilan
proses sains adalah model pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan proses sains ke
dalam sistem penyajian materi pembelajaran kimia.Model ini menekankan pada proses
pencarian pengetahuan dari pada transfer pengetahuan, peserta didik dipandang sebagai
subjek belajar yang perlu dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, guru sebagai
fasilitator yang membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan belajar.Model pendekatan
saintifik

berbasis

keterampilan

proses

juga

mencakup

penemuan

makna (meanings),organisasi, dan struktur dari ide atau gagasan, sehingga secara bertahap
peserta didik belajar bagaimana mengorganisasikan dan melakukan penelitian.
Kata kunci : keterampilan proses, pembelajaran saintifik, pembelajaran kimia
1.

Pendahuluan
Karakteristik pembelajaran pada setiap satuan pendidikan Madrasah Aliyah (MA)
terkait erat pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi yang telah ditetapkan
pemerintah. Standar Kompetensi Lulusan memberikan kerangka konseptual tentang
sasaran pembelajaran yang harus dicapai. Standar Isi memberikan kerangka konseptual
tentang kegiatan belajar dan pembelajaran yang diturunkan dari tingkat kompetensi dan
ruang lingkup materi.
Sesuai

dengan

Standar

Kompetensi

Lulusan,

sasaran

pembelajaran

mencakup

pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk


setiap satuan pendidikan. Ketiga

ranah

kompetensi

tersebut

memiliki

lintasan

perolehan

(proses psikologis)

yang

berbeda.

Sikap

diperoleh

melalui

aktivitas

menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan. Pengetahuan


diperoleh

melalui

aktivitas

mengevaluasi, dan mencipta.

mengingat,
Keterampilan

memahami,

menerapkan,

diperoleh melalui aktivitas

menganalisis,
mengamati,

menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Karaktersitik kompetensi beserta


perbedaan lintasan perolehan turut serta mempengaruhi karakteristik standar proses.
Pada kurikulum 2013 prinsip pembelajaran

menekankan perubahan paradigma: (1)

peserta didik diberi tahu menjadi peserta didik mencari tahu; (2) guru sebagai satu-satunya
sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar; (3) pendekatan tekstual
menjadi pendekatan proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah; (4)
pembelajaran

berbasis

konten

menjadi

pembelajaran

berbasis kompetensi; (5)

pembelajaran parsial menjadi pembelajaran terpadu; (6) pembelajaran yang menekankan


jawaban

tunggal

menjadi pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi

dimensi; (7) pembelajaran verbalisme menjadi keterampilan aplikatif; (8) peningkatan dan
keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan keterampilan mental (softskills);
(9) pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik
sebagai pebelajar sepanjang hayat; (10) pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai
dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing
madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses
pembelajaran (tut wuri handayani); (11) pembelajaranyang berlangsung di rumah, di
sekolah, dan di masyarakat; (12) pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa
saja adalah guru, siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas; (13)
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pembelajaran; dan (14) pengakuan atas perbedaan individual dan latar
belakang budaya peserta didik.
Selain itu Kurikulum 2013 juga menekankan penerapan pendekatan sintifik atau scientific
approach pada proses pembelajaran. Pendekatan sintifik(scientific approach) dalam
pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah,
menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran (Sudarwan, 2013).
Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
1

Pendekatan Saintifik

Pembelajaran sintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis


dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Dalam metode ini terdapat
langkah-langkah melakukan pengamatan, menentukan hipotesis, merancang eksperimen
untuk menguji hipotesis, menguji hipotesis, menerima atau menolak hipotesis dan
membuat kesimpulan.
Melalui metode ilmiah inilah peserta didik diharapkan memiliki pembiasaan terhadap
kecakapan berpikir sains dan kemampuan berpikir kreatif peserta didik dan yang lebih
penting adalah bagaimana sikap, pengetahuan, dan keterampilan diperoleh peserta didik.
Menurut McCollum (2009) dijelaskan bahwa komponen-komponen penting dalam mengajar
menggunakan pendekatan saintifikdiantaranya adalah guru harus menyajikan pembelajaran
yang dapat meningkatkan rasa keingintahuan (Foster a sense of wonder), meningkatkan
keterampilan mengamati (Encourage observation), melakukan analisis ( Push for analysis)
dan berkomunikasi (Require communication). (1) Meningkatkan rasa keingintahuan, pada
tahap ini semua pengetahuan dan pemahaman dimulai dari rasa ingin tahu dari peserta
didik. Pada pembelajaran Kimia MA rasa ingin tahu ini dapat difasilitasi dalam kegiatan
tanya jawab baik mulai dari kegiatan pendahuluan kegiatan inti dan penutup. Selain tanya
jawab, dapat juga dengan melalui memberikan suatu masalah, fakta-fakta atau kejadian
alam yang ada di sekitar peserta didik. (2) Mengamati, pada tahap ini pengamatan
dilakukan dengan registrasi inderawi melalui proses observasi. Pembiasaan kegiatan
mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik, sehingga
proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode observasi
peserta didik dapat menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis
dengan materi pembelajaran yang disajikan oleh guru. (3) Menganalisis, peserta didik perlu
dilatih

dan

dibiasakan

melakukan

analisas

data

yang

sesuai

dengan

tingkat

kemampuannya. Berikan kesempatan kepada peserta untuk meninjau kembali hasil


pengamatan dan mereka dilatih membuat pola-pola atau grafik dari data yang diperolehnya.
Latih peserta untuk melakukan klasifikasi, menghubungkan dan menghitung. (4)
Mengkomunikasikan, hasil-hasil yang diperoleh peserta didik dari tiga tahapan tadi
dikomunikasikan dengan peserta didik lain sehingga diperoleh kesepakatan belajar yang
saling melengkapi.

Pembelajaran saintifik tidak hanya memandang hasil belajar sebagai muara akhir, namun
proses pembelajaran dipandang sangat penting. Oleh karena itu pembelajaran saintifik
menekankan pada keterampilan proses. Model pembelajaran saintifik berbasis peningkatan
keterampilan proses sains adalah model pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan
proses sains ke dalam sistem penyajian materi pembelajaran.
Model ini menekankan pada proses pencarian pengetahuan dari pada transfer
pengetahuan, peserta didik dKimiandang sebagai subjek belajar yang perlu dilibatkan
secara aktif dalam proses pembelajaran, guru sebagai fasilitator yang membimbing dan
mengkoordinasikan kegiatan belajar. Dalam model ini, Nuryani (1998) berpendapat bahwa
peserta didik diajak untuk melakukan proses pencarian pengetahuan berkenaan dengan
materi pelajaran melalui berbagai aktivitas proses sains sebagaimana dilakukan oleh para
ilmuwan (scientist) dalam melakukan penyelidikan sintifikdengan demikian peserta didik
diarahkan untuk menemukan sendiri berbagai fakta, membangun konsep, dan nilai-nilai
baru yang diperlukan untuk kehidupannya.
Model pendekatan saintifik berbasis keterampilan proses juga mencakup penemuan
makna (meanings), organisasi, dan struktur dari ide atau gagasan, sehingga secara
bertahap peserta didik belajar bagaimana mengorganisasikan dan melakukan penelitian.
Pembelajaran berbasis keterampilan proses sains menekankan pada kemampuan peserta
didik dalam menemukan sendiri (discover) pengetahuan yang didasarkan atas pengalaman
belajar, hukum-hukum, prinsip-prinsip dan generalisasi, sehingga lebih memberikan
kesempatan bagi berkembangnya keterampilan berpikir tingkat tinggi. Dengan demikian
peserta didik lebih diberdayakan sebagai subjek belajar yang harus berperan aktif dalam
memburu informasi dari berbagai sumber belajar, dan pendidik lebih berperan sebagai
organisator dan fasilitator pembelajaran.
Model

pembelajaran

berbasis

keterampilan

proses

sains

berpotensi

membangun

kompetensi peserta didik melalui pengembangan keterampilan proses sains, sikap ilmiah,
dan proses konstruksi pengetahuan secara bertahap. Keterampilan proses sains pada
hakikatnya adalah kemampuan dasar untuk belajar (basic learning tools) yaitu kemampuan
yang berfungsi untuk membentuk landasan pada setiap individu dalam mengembangkan
diri.

Sesuai dengan karakteristik kimia sebagai bagian dari natural science, pembelajaran kimia
harus merefleksikan kompetensi sikap ilmiah, berpikir ilmiah, dan keterampilan kerja ilmiah.
Kegiatan

pembelajaran

yang

dilakukan

melalui

proses

mengamati,

menanya,

mencoba/mengumpulkan data/informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan.


1.

Kegiatan mengamati bertujuan agar pembelajaran berkaitan erat dengan konteks situasi
nyata yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Proses mengamati mencakup kegiatan yang
memaksimalkan penggunaan seluruh indera untuk mencari informasi, melihat, mendengar,
membaca, dan atau menyimak. Obyek yang diamati adalah materi faktual (yang berbentuk
fakta), yaitu fenomena atau beristiwa yang dapat diamati secara langsung atau dalam bentuk
gambar, film, atau video.
Contohnya dalam pembelajaran Kimia KD 3.8 Menganalisis sifat larutan elektrolit dan
larutan non-elektrolit berdasarkan daya hantar listriknya peserta didikmengamati buah
apel yang baru dibelah dan potongan buah apel yang sudah berubah warna, serta paku
yang masih baru dan paku yang sudah berkarat. Fakta yang diperoleh dari pengamatan
ini adalah buah apel segar berwarna putih dan potongan buah apel warnanya
kecoklatan; ada paku yang (baru) tidak berkarat dan ada paku yang berkarat.

Kegiatan menanya dilakukan sebagai salah satu proses membangun pengetahuan peserta
didik berupa konsep, prinsip, prosedur, hukum dan teori, hingga berpikir metakognitif.
Tujuannya agar peserta didik memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi secara kritis (critical
thinking skill), logis, dan sistematis. Proses menanya dilakukan melalui kegiatan diskusi dan
kerja kelompok serta diskusi kelas. Praktik diskusi kelompok memberi ruang kebebasan
mengemukakan ide/gagasan dengan bahasa sendiri, termasuk dengan menggunakan bahasa
daerah.
Pada contoh di atas kegiatan menanya dapat terjadi dalam diskusi sewaktu peserta
didik mengamati potongan buah apel yang berwarna coklat dan paku yang berkarat
tadi. Pertanyaan antara lain dapat berupa: mengapa buah apel yang tadinya berwarna
putih setelah dibiarkan di udara menjadi berwarna kecoklatan? Mengapa paku (besi)
bisa berkarat? Apakah yang menyebabkan perubahan warna potongan buah apel dan
karat pada paku (besi)?

Kegiatan mencoba bermanfaat untuk meningkatkan keingintahuan peserta didik untuk


memperkuat pemahaman konsep, prinsip, dan prosedur dengan mengumpulkan data,
mengembangkan

kreativitas,

dan

keterampilan

kerja

ilmiah.

Kegiatan

ini

mencakup

merencanakan, merancang, dan melaksanakan eksperimen, serta memperoleh, menyajikan,


dan mengolah data. Pemanfaatan sumber belajar termasuk mesin komputasi dan automasi
sangat disarankan dalam kegiatan ini.
Lanjutan dari contoh di atas peserta didik dapat menggali data dari berbagai
sumber, seperti buku-buku referensi, internet, dsb, mengenai perubahan kimia yang
menyebabkan terjadinya perubahan warna potongan buah apel di udara dan karat pada
besi.Selanjutnya

peserta

didik

diharapkan

akan

termotivasi

untuk

merencanakan/merancang dan melakukan kegiatan/percobaan pembakaran yang


berkaitan dengan reaksi oksidasi reduksi dan serah terima elektron.
1

Kegiatan mengasosiasi bertujuan untuk membangun kemampuan berpikir dan bersikap ilmiah.
Data yang diperoleh dibuat klasifikasi, diolah, dan ditemukan hubungan-hubungan yang
spesifik. Kegiatan dapat dirancang oleh pendidik melalui situasi yang direkayasa dalam
kegiatan tertentu sehingga peserta didik melakukan aktivitas antara lain menganalisis data,
mengelompokkan, membuat kategori, menyimpulkan, dan memprediksi/ meramalkan dengan
memanfaatkan lembar kerja diskusi atau praktik. Hasil kegiatan mencoba dan mengasosiasi
memungkinkan peserta didik menguasai keterampilan berpikir kritis tingkat tinggi (higher order
thinking skills) hingga berpikir metakognitif.
Dari contoh di atas, peserta didik menganalisis/mengolah berbagai data yang diperoleh
sehingga dapat menyimpulkan hasil reaksi pembakaran dan serah terima elektron.
Lebih lanjut peserta didik berlatih menuliskan reaksi serah terima elektron sehingga
dapat menjelaskan konsep reaksi oksidasi reduksi dan menentukan bilangan oksidasi
unsur dalam senyawa atau ion.

Kegiatan mengomunikasikan adalah sarana untuk menyampaikan hasil konseptualisasi dalam


bentuk lisan, tulisan, gambar/sketsa, diagram, atau grafik. Kegiatan ini dilakukan agar peserta
didik mampu mengomunikasikan pengetahuan, keterampilan, dan penerapannya, serta kreasi
peserta didik melalui presentasi, membuat laporan, dan/ atau unjuk karya.
Pada contoh di atas peserta didik menyajikan hasil percobaan reaksi
pembakaran dan serah terima elektron, serta penyelesaian penentuan bilangan oksidasi
unsur dalam senyawa atau ion.

Kelima pengalaman belajar (mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi dan


mengomunikasikan) tersebut harus dibelajarkan kepada peserta didik melalui model-model
pembelajaran yang sesuai dengan materi Kimia.
1

Strategi Pembelajaran Saintifik Pada Pelajaran Kimia Di MA


Untuk melaksanakan pembelajaran kimia dengan menggunakan pendekatan saintifik
diperlukan strategi yang sesuai. Strategi ini dimulai dari Analisis KI yang sesuai dengan
pembelajaran kimia di MA.

1.

Analisis KI
Prosedur analisis kompetensi inti (KI) dilakukan dengan langkah sebagai berikut
Melakukan linearisasi kompetensi dasar dari KI 3 dan KI 4 sesuai materi pokok seperti tabel
berikut ini.
Kompetensi
Dasar
Materi Pokok
Menganalisis Struktur Atom
dan Tabel
perkembanga
Periodik
n model atom
Partikel
Menganalisis
partikel
struktur atom
penyusun atom
berdasarkan
Nomor
teori atom
atom dan
Bohr dan teori
nomor massa
mekanika
Isotop,
kuantum.
isobar, isoton
Menganalisis
Perkem
hubungan
bangan model
konfigurasi
atom
elektron dan

Materi
Pelajaran
Fakta

diagram orbital

ssa

untuk

Konfigur
asi elektron

Pendekatan Saintifik
Mengamati (Observing)

Partikel

Diberikan tabel partikel-

partikel

partikel dasar, siswa mengamati

penyusun

partikel partikel penyusun atom

atom

dan menentukan nomor atom dan


Snomor massa suatu unsur serta

istem periodik Isotop, isobar, isoton


unsur Sifat
unsur

Mengamati perkembangan
model atom untuk menentukan

Konse konfigurasi elektron, diagram


p

orbital, bilangan kuantum dan


Nomor bentuk orbital serta hubungannya

atom

dengan letak unsur dalam tabel

dannomor ma periodik.
Mengamati perkembangan
Isotop, tabel periodik unsur untuk

menentukan
letak unsur
dalam tabel
periodik dan
sifat-sifat
periodik unsur.
Mengolah dan
menganalisis
perkembanga
n model atom.
Mengolah dan
menganalisis
truktur atom

dan diagram isobar, isoton menentukan golongan dan


orbital
Bilanga perioda berdasarkan kulit dan
Bilangan
n kuantum dan subkulit atom serta sifat
kuantum dan
bentuk orbital. keperiodikan unsur
bentuk orbital. Prinsip
Menanya (Questioning)
Sistem
Aufbau
Mengajukan pertanyaan
periodik unsur

Pauli

berkaitan dengan partikel partikel

(sifat

Hund

penyusun atom, misalnya: adakah

keperiodikan
unsur)

Prosedur
Konfigu
rasi elektron
dan diagram
orbital

unsur yang sama mempunyai


netron berbeda?
Mengajukan pertanyaan
yang berkaitan dengan struktur
atom, misalnya: bagaimana

berdasarkan

partikel dasar tersusun dalam

teori atom

atom (konfigurasi elektron)?

Bohr dan teori

dimana kemungkinan keberadaan

mekanika

elektron dalam orbital (bilangan

kuantum.

kuantum)?

Menyajikan
hasil analisis
hubungan
konfigurasi
elektron dan
diagram orbital
untukmenentu
kan letak
unsur dalam
tabel periodik
dan sifat-sifat
periodik unsur

Mengajukan pertanyaan
berkaitan dengan tabel periodik,
misalnya: apa dasar
pengelompokan unsur dalam tabel
periodik, bagaimana hubungan
konfigurasi elektron dengan letak
unsur dalam tabel periodik, apa
yang menyebabkan keteraturan
sifat unsur dalam tabel periodik?
Mengumpulkan
Data(Experimenting)
Mengamati nomor atom
dan nomor massa beberapa unsur

dalam tabel periodik untuk


menentukan jumlah elektron,
proton dan netron unsur tersebut.
Menganalisis jumlah
proton, elektron, dan netron suatu
unsur untuk menentukan isotop,
isobar dan isoton.
Menganalisis
perkembangan model atom untuk
menentukan konfigurasi elektron,
diagram orbital, bilangan kuantum
dan bentuk orbital serta
hubungannya dengan letak unsur
dalam tabel periodik.
Menganalisis tabel dan
grafik hubungan antara nomor
atom dengan sifat keperiodikan
unsur (jari-jari atom, energi
ionisasi, afinitas elekton, dan
keelektronegtifan)
Mengasosiasi (Associating)
Menyimpulkan bahwa
golongan dan perioda unsur
ditentukan oleh nomor atom dan
konfigurasi elektron.
Menyimpulkan adanya
hubungan antara konfigurasi
elektron suatu unsur dengan sifat
keperiodikan unsur (jari-jari atom,
energi ionisasi, afinitas elekton,
dan keelektronegtifan)
Mengkomunikasikan(Communic

ating)
Mempresentasikan perkembangan
teori atom dan perkembangan
tabel periodik unsur dengan
menggunakan tata bahasa yang
benar.

A.

Penutup
Ilmu Kimia sebagai bagian tak terpisahkan dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan
sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan eksperimen,
pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala
yang dapat dipercaya. Ada tiga kemampuan dalam Kimia yaitu: (1) kemampuan untuk
mengetahui apa yang diamati, (2) kemampuan untuk memprediksi apa yang belum diamati,
dan kemampuan untuk menguji tindak lanjut hasil eksperimen, (3) dikembangkannya sikap
ilmiah. Kegiatan pembelajaran Kimia mencakup pengembangan kemampuan dalam
mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, memahami jawaban, menyempurnakan
jawaban tentang apa, mengapa, dan bagaimana tentang gejala alam maupun
karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis yang akan diterapkan dalam
lingkungan dan teknologi. Kegiatan tersebut dikenal dengan kegiatan ilmiah yang
didasarkan pada metode ilmiah.
Kimia berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga Kimia
bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,
atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan Kimia
diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam
sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan
sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung
untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara
ilmiah.

Daftar Pustaka

Mc

Colum

(2009)

A scientific

approach

to

teaching.

http://en.wordpress.com/typo/?

subdomain=kamcollum
Nuryani_Rustaman,
http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN_IPA/195012311979032NURYANI_RUSTAMAN/Asesmen_pendidikan_IPA.pdf
Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 2013 tentang perubahan atas PP No. 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional pendidikan (Lembar Negara RI Tahun 2013 No.71, Tambahan
Lembar Negara)
Permendikbud No.54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan
Menengah;
Permendikbud No.64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.
Permendikbud No.65 Tahun 2013 tentang Standar proses Pendidkan Dasar dan Menengah.
Permendikbud No.66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan Dasar dan Menengah.
Permendikbud No.69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah.
Sudarwan. (2013). Pendekatan-pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran. Pusbangprodi

PENDEKATAN SAINTIFIK
PADA PEMBELAJARAN KIMIA

Dibuat: 08 Agustus 2014 Ditulis oleh TATANG SUNENDAR ISKANDAR

Pendekatan pembelajaran yang digunakan pada kurikulum 2013 adalah


pendekatan saintifik, Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang
mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui
metode ilmiah.Model pembelajaran yang diperlukan adalah yang memungkinkan
terbudayakannya kecakapan berpikir sains, terkembangkannya sense of inquiry
dan kemampuan berpikir kreatif siswa.. Penguatan proses pembelajaran
dilakukan melalui pendekatan saintifik, yaitu pembelajaran yang mendorong
siswa lebih mampu dalam mengamati, menanya, mencoba/mengumpulkan data,
mengasosiasi/menalar, dan mengomunikasikan. Pembelajaran kurikulum 2013
adalah pembelajaran kompetensi dengan memperkuat proses pembelajaran dan
penilaian autentik untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan
keterampilan hal ini dapat dituangkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP)

tak

terkecuali

untuk

mata

pelajaran

kimia.

Kata kunci : Pendekatan saintifik,penilaian autentik, pembelajaran Kimia


Pada tahuh 2014 ini kurikulum 2013 diterapkan secara menyeluruh untuk semua
jenjang dan jenis pendidikan, dimana tahun 2013 penerapan Kurikulum 2013
hanya diterapkan disekolah secara piloting,adapun dalam pelaksanaanya pada
piloting jenjang SMA hanya untuk tiga mata pelajaran yaitu mata pelajaran
matematika, sejarah dan bahasa Indonesia. Namun walaupun penerapan hanya
tiga mata pelajaran bukan berarti pelajaran lainnya tidak diberlakukan tetapi
secara mandiri guru guru selain ketiga mata pelajaran untuk menyesuaikannnya,
khusus terkait dengan penerapan pendekatan saintifik maupun peniaian autentik.
Hal tesebut diatas diberlakukan karena dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses disebutkan bahwa
setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) secara lengkap
pembelajaran
menantang,

berlangsung

secara interaktif,

memotivasi peserta

didik

untuk

dan

inspiratif,

sistematis

agar

menyenangkan,

berpartisipasi

aktif,

serta

memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian

sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis


peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan perlu melakukan perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses
pembelajaran dengan strategi yang benar untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.
Adapun untuk mengembangkan RPP guru mata pelajaran kimia diharapkan
mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A
Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran,
menyebutkan bahwa Strategi pembelajaran sangat diperlukan dalam menunjang
terwujudnya seluruh kompetensi yang dimuat dalam Kurikulum 2013. Kurikulum
memuat apa yang seharusnya diajarkan kepada peserta didik, sedangkan
pembelajaran merupakan cara bagaimana apa yang diajarkan bisa dikuasai oleh
peserta didik. Pelaksanaan pembelajaran didahului dengan penyiapan RPP yang
dikembangkan oleh guru baik secara individual maupun kelompok yang
mengacu pada Silabus.
Sedangkan Strategi penilaian disiapkan untuk memfasilitasi guru dalam
mengembangkan pendekatan, teknik dan instrumen penilaian hasil belajar
dengan pendekatan autentik.Penilaian memungkinkan para pendidik mampu
menerapkan program remedial bagi peserta didik yang tergolong pebelajar
lambat dan program pengayaan bagi peserta didik yang termasuk kategori
pebelajar cepat.
Pembelajaran kurikulum 2013 adalah pembelajaran kompetensi dengan
memperkuat proses pembelajaran dan penilaian autentik untuk mencapai
kompetensi

sikap,

pengetahuan

dan

keterampilan.

Penguatan

proses

pembelajaran dilakukan melalui pendekatan saintifik, yaitu pembelajaran yang


mendorong

siswa

lebih

mampu

dalam

mengamati,

menanya,

mencoba/mengumpulkan data, mengasosiasi/menalar, dan mengomunikasikan.


Karakteristik pembelajaran pada setiap satuan pendidikan terkait erat pada
Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi. Standar Kompetensi Lulusan
memberikan kerangka konseptual tentang sasaran pembelajaran yang harus

dicapai. Standar Isi memberikan kerangka konseptual tentang kegiatan belajar


dan pembelajaran yang diturunkan dari tingkat kompetensi dan ruang lingkup
materi.
Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup
pengembangan

ranah

sikap,

pengetahuan,

dan

keterampilan

yang

dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga ranah kompetensi tersebut


memiliki

lintasan

perolehan

(proses psikologis)

yang

berbeda.

Sikap

diperoleh melalui aktivitas menerima, menjalankan, menghargai, menghayati,


dan

mengamalkan.

memahami,

Pengetahuan diperoleh

menerapkan,

menganalisis,

melalui

aktivitas

mengevaluasi,

mengingat,

dan

mencipta.

Keterampilan diperoleh melalui aktivitas mengamati, menanya, mencoba,


menalar, menyaji, dan mencipta. Karaktersitik kompetensi beserta perbedaan
lintasan perolehan turut serta mempengaruhi karakteristik standar proses.
Penguatan pendekatan

saintifik perlu diterapkan pembelajaran berbasis

penyingkapan/penelitian

(discovery/inquiry

learning).

Untuk

mendorong

kemampuan peserta didik menghasilkan karya kontekstual, baik individual


maupun

kelompok

pembelajaran

yang

maka

sangat

disarankan

menghasilkan

karya

menggunakan pendekatan

berbasis

pemecahan masalah

(project based learning).


Prinsip pembelajaran pada kurikulum 2013 menekankan perubahan paradigma:
(1) peserta didik diberi tahu menjadi peserta didik mencari tahu; (2) guru sebagai
satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar; (3)
pendekatan

tekstual

menjadi pendekatan

proses

sebagai

penguatan

penggunaan pendekatan ilmiah; (4) pembelajaran berbasis konten menjadi


pembelajaran

berbasis

kompetensi;

(5)

pembelajaran

parsial

menjadi

pembelajaran terpadu; (6) pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal


menjadi pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi; (7)
pembelajaran verbalisme menjadi keterampilan aplikatif; (8) peningkatan dan
keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan keterampilan mental
(softskills);

(9)

pembelajaran

yang

mengutamakan

pembudayaan

dan

pemberdayaan

peserta

didik

sebagai

pebelajar

sepanjang

hayat;

(10)

pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing


ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut
wuri handayani); (11) pembelajaranyang berlangsung di rumah, di sekolah,
dan di masyarakat; (12) pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa
saja adalah guru, siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas; (13)
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi
dan efektivitas pembelajaran; dan (14) pengakuan atas perbedaan individual
dan latar belakang budaya peserta didik.
Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif
untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output)
pembelajaran, yang meliputi ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Penilaian autentik menilai kesiapan siswa, serta proses dan hasil belajar secara
utuh. Keterpaduan penilaian ketiga komponen (input proses output) tersebut
akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan hasil belajar peserta didik, bahkan
mampu menghasilkan dampak instruksional (instructional effect) dan dampak
pengiring (nurturant effect) dari pembelajaran.
Pendekatan Pembelajaran saintifik
Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkahlangkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah.Model
pembelajaran yang diperlukan adalah yang memungkinkan terbudayakannya
kecakapan berpikir sains, terkembangkannya sense of inquiry dan kemampuan
berpikir kreatif siswa (Alfred De Vito, 1989). Model pembelajaran yang
dibutuhkan adalah yang mampu menghasilkan kemampuan untuk belajar (Joice
& Weil: 1996), bukan saja diperolehnya sejumlah pengetahuan, keterampilan,
dan sikap, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana pengetahuan,
keterampilan, dan sikap itu diperoleh peserta didik (Zamroni, 2000; &Semiawan,
1998).

Pembelajaran saintifik tidak hanya memandang hasil belajar sebagai muara


akhir, namum proses pembelajaran dipandang sangat penting. Oleh karena itu
pembelajaran

saintifik

menekankan

pada

keterampilan

proses.

Model

pembelajaran berbasis peningkatan keterampilan proses sains adalah model


pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan proses sains ke dalam
sistem penyajian materi secara terpadu (Beyer, 1991). Model ini menekankan
pada proses pencarian pengetahuan dari pada transfer pengetahuan, peserta
didik dipandang sebagai subjek belajar yang perlu dilibatkan secara aktif dalam
proses pembelajaran, guru hanyalah seorang fasilitator yang membimbing dan
mengkoordinasikan kegiatan belajar. Dalam model ini peserta didik diajak untuk
melakukan proses pencarian pengetahuan berkenaan dengan materi pelajaran
melalui berbagai aktivitas proses sains sebagaimana dilakukan oleh para
ilmuwan (scientist) dalam melakukan penyelidikan ilmiah (Nur: 1998), dengan
demikian peserta didik diarahkan untuk menemukan sendiri berbagai fakta,
membangun konsep, dan nilai-nilai baru yang diperlukan untuk kehidupannya.
Fokus proses pembelajaran diarahkan pada pengembangan keterampilan siswa
dalam memproseskan pengetahuan, menemukan dan mengembangkan sendiri
fakta, konsep, dan nilai-nilai yang diperlukan (Semiawan: 1992).
Model ini juga tercakup penemuan makna (meanings), organisasi, dan struktur
dari ide atau gagasan, sehingga secara bertahap siswa belajar bagaimana
mengorganisasikan

dan

melakukan

penelitian.

Pembelajaran

berbasis

keterampilan proses sains menekankan pada kemampuan peserta didik dalam


menemukan sendiri (discover) pengetahuan yang didasarkan atas pengalaman
belajar,

hukum-hukum,

prinsip-prinsip

dan

generalisasi,

sehingga

lebih

memberikan kesempatan bagi berkembangnya keterampilan berpikir tingkat


tinggi (Houston, 1988). Dengan demikian peserta didik lebih diberdayakan
sebagai subjek belajar yang harus berperan aktif dalam memburu informasi dari
berbagai sumber belajar, dan guru lebih berperan sebagai organisator dan
fasilitator

pembelajaran.

Model pembelajaran berbasis keterampilan proses sains berpotensi membangun


kompetensi dasar hidup siswa melalui pengembangan keterampilan proses

sains, sikap ilmiah, dan proses konstruksi pengetahuan secara bertahap.


Keterampilan proses sains pada hakikatnya adalah kemampuan dasar untuk
belajar (basic learning tools) yaitu kemampuan yang berfungsi untuk membentuk
landasan pada setiap individu dalam mengembangkan diri (Chain and Evans:
1990).
Sesuai dengan karakteristik kimia

sebagai bagian dari natural science,

pembelajaran kimia harus merefleksikan kompetensi sikap ilmiah, berfikir ilmiah,


dan keterampilan kerja ilmiah. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan melalui
proses

mengamati,

menanya,

mencoba/mengumpulkan

data/informasi,

mengasosiasi, dan mengomunikasikan.


(1)

Kegiatan mengamati bertujuan agar pembelajaran berkaitan erat dengan

konteks situasi nyata yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Proses


mengamati fakta atau fenomena mencakup mencari informasi, melihat,
mendengar, membaca, dan atau menyimak.
(2)

Kegiatan menanya dilakukan sebagai salah satu proses membangun

pengetahuan siswa dalam bentuk konsep, prisnsip, prosedur, hukum dan teori,
hingga berpikir metakognitif. Tujuannnya agar siswa memiliki kemapuan berpikir
tingkat tinggi (critical thingking skill) secara kritis, logis, dan sistematis. Proses
menanya dilakukan melalui kegiatan diksusi dan kerja kelompok serta diskusi
kelas. Praktik diskusi kelompok memberi ruang kebebasan mengemukakan
ide/gagasan dengan bahasa sendiri, termasuk dengan menggunakan bahasa
daerah.
(3)
untuk

Kegiatan mencoba bermanfaat untuk meningkatkan keingintahuan siswa


memperkuat

pemahaman

konsep

dan

prinsip/prosedur

dengan

mengumpulkan data, mengembangkan kreatifitas, dan keterampilan kerja ilmiah.


Kegiatan

ini

mencakup

merencanakan,

merancang,

dan

melaksanakan

eksperimen, serta memperoleh, menyajikan, dan mengolah data. Pemanfaatan


sumber belajar termasuk mesin komputasi dan otomasi sangat disarankan dalam
kegiatan ini.

(4)

Kegiatan mengasosiasi bertujuan untuk membangun kemampuan berpikir

dan bersikap ilmiah. Data yang diperoleh dibuat klasifikasi, diolah, dan
ditemukan hubungan-hubungan yang spesifik. Kegiatan dapat dirancang oleh
guru melalui situasi yang direkayasa dalam kegiatan tertentu sehingga siswa
melakukan aktifitas antara lain menganalisis data, mengelompokan, membuat
kategori, menyimpulkan, dan memprediksi/mengestimasi dengan memanfaatkan
lembar kerja diskusi atau praktik. Hasil kegiatan mencoba dan mengasosiasi
memungkinkan siswa berpikir kritis tingkat tinggi (higher order thinking skills)
hingga berpikir metakognitif.
(5)

Kegiatan mengomunikasikan adalah sarana untuk menyampaikan hasil

konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, gambar/sketsa, diagram, atau grafik.


Kegiatan ini dilakukan agar siswa mampu mengomunikasikan pengetahuan,
keterampilan, dan penerapannya, serta kreasi siswa melalui presentasi,
membuat laporan, dan/ atau unjuk karya.
Tantangan baru dinamika kehidupan yang makin kompleks menuntut aktivitas
pembelajaran bukan sekedar mengulang fakta dan fenomena keseharian yang
dapat diduga melainkan mampu menjangkau pada situasi baru yang tak
terduga.Dengan

dukungan

kemajuan

teknologi

dan

seni,

pembelajaran

diharapkan mendorong kemampuan berpikir siswa hingga situasi baru yang tak
terduga.
Agar pembelajaran terus menerus membangkitkan kreativitas dan keingintahuan
siswa, kegiatan pembelajaran kompetensi dilakukan dengan langkah sebagai
berikut
1.

Menyajikan atau mengajak siswa mengamati fakta atau fenomena baik

secara langsung dan/ atau rekonstruksi sehingga siswa mencari informasi,


membaca, melihat, mendengar, atau menyimak fakta/fenomena tersebut
2.

Memfasilitasi diskusi dan tanya jawab dalam menemukan konsep, prinsip,

hukum,dan

teori

3.

Mendorong

siswa

4.

Memaksimalkan

aktif

mencoba

pemanfaatan

melaui

tekonologi

kegiatan

dalam

eksperimen

mengolah

data,

mengembangkan
5.

penalaran

dan

memprediksi

fenomena

Memberi kebebasan dan tantangan kreativitas dalam mengomunikasikan

sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dimiliki melalui presentasi dan/atau


unjuk karya dengan aplikasi pada situasi baru yang terduga sampai tak terduga.
Pengembangkan Materi pembelajaran
Pengembangan materi pembelajaran merujuk pada materi pokok dalam silabus
dan

kompetensi

dasar

yang

termuat

dalam

kompetensi

inti

ke

tiga

(pengetahuan).Dalam penjabaran materi pembelajaran tetap diperlukan untuk


melihat

linierisai

dengan

kompetensi

inti

ke

empat

(keterampilan).

Hasil pengembangan materi pembelajaran dikelompokan dalam empat kategori,


yaitu:
(1)

Fakta, yaitu kejadian atau peristiwa yang dapat dilihat, didengar, dibaca,

disentuh, atau diamati. Contoh fakta adalah peristiwa kebakaran, es mencair dan
air
(2)

menguap,

besi

berkarat,

dan

sebagainya.

Konsep, merupakan ide yang mempersatukan fakta-fakta atau dengan kata

lain konsep merupakan suatu penghubung antara fakta-fakta yang saling


berhubungan. Contoh konsepadalah reaksi, larutan, endapan, dan sebagainya.
(3)

Prinsip, merupakan generalisasi tentang hubungan antara konsep-konsep

yang berkaiatan. Prinsip IPA bersifat analitik, sebab merupakan generalisasi


induktif yang ditarik dari berapa contoh. Contoh prinsip adalah hukum Dalton,
persamaan reaksi dan sebagainya. Termasuk ke dalam kategori prinsip adalah
hukum,
(4)

teori,

dan

azas.

Prosedur, merupakan sederatan langkah yang bertahap dan sistematis

dalam menerapkan prinsip. Langkah prosedural merupakan bagian dari


kompetensi pada aspek keterampilan. Pada mata pelajaran kimia, langkah kerja
ilmiah merupakan bagian tidak terpisahkan pada setiap materi pokok. Contoh:
percobaan elektrolisis, percobaan menentukan kecepatan reaksi, dan lain-lain.
Mengembangkan Alternatif Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dikembangkan dengan pendekatan saintifik yaitu


mengamati, menanya, mencoba/mengumpulkan data, mengasosiasi/menalar,
dan

mengomunikasikan.

Merumuskan

indikator

pencapaian

Dalam penyusunan indikator pencapaian perlu diperhatikan hal-hal berikut ini


(1)

Indikator dirumuskan dengan kata kerja operasional yang terukur,

didalamnya terdapat dua unsur, yiatu


(pengetahuan
(2)

dan

keterampilan)

Penyusunan indikator mengacu pada kompetensi inti, kompetensi dasar,

materi
(3)

tingkat kompetensi dan konten

pokok,

kegiatan

pembelajaran

dan

penilaian

dalam

silabus

Tingkat kompetensi indikator harus mencapai tingkat kompetensi minimal

yang tercantum pada kompetensi dasar maupun kompetensi inti dan dapat
dikembangkan hingga ke tingkat yang paling tinggi untuk mencapai target
pencapaian kompetensi sesuai dengan karakteristik dan daya dukung sekolah
dan
(4)

lingkungannya
Tingkat kompetensi pada aspek sikap adalah menerima, menjalankan,

menghargai,
(5)

mengamalkan

menerapkan,

menganalisis,

mengevalasi,

dan

mengkreasi

Tingkat kompetensi pada aspek keterampilan adalah mengamati, menanya,

mencoba,
(7)

dan

Tingkat kompetensi pada aspek pengetahuan adalah mengingat,

memahami,
(6)

menghayati,

menalar,

menyaji,

dan

mencipta

Keseluruhan indikator yang disusun memadai untuk mencapai kompetensi

dasar, kompetensi inti, dan standar kompetensi lulusan


Mengembangkan alternatif penilaian (Penilaian Autentik)
Dalam pengemangan penilaian autentik dilakukan dengan langah langkah
sebagai
1.

berikut

Aspek sikap melalui pengamatan, yaltu penilaian diri, penilaian sebaya,

dan/atau jurnal. Penilaian sikap melalui pengematan menggunakan lembar


pengamatan atau daftar cheklist pengamatan yang memuat aspek sikap yang
daiamati. Rincian aspek sikap yang diamati merujuk pada indikator sikap yang

dijabarkan dari KI-1 dan KI-2 pada saat dilakukan analisis kompetensi. Penilaian
sikap dilakukan sebagai upaya mengembangkan sikap sosial dan sikap religius
dalam rangka pengembangan nilai karakter bangsa. Penjabaran penilaian sikap
dalam

tabel

pembelajaran
2.

analisis

perlu

direlasikan/dihubungkan

yang

dilakukan

dengan

peserta

kegiatan
didik.

Aspek pengetahuan melalui tes tertulis, tes lisan, dan/atau penugasan.

Pemilihan bentuk penugasan dijabarkan dalam tabel analaisis menjadi aspekaspek yang digunakan dalam penilaian. Aspek penilaian tugas ini bermanfaat
dalam
3.

mengembangkan

rubrik

dan

pedoman

penskoran.

Aspek keterampilan melalui tes praktik,proyek dan penilaian portofolio.

Penilaian keterampilan mencakup dua ranah keterampilan yang dapat


dikembangkan sesuai dengan kompetensi lulusan tingkat SMA yang diharapkan,
yaitu ranah abstrak dan ranah konkrit. Jabaran penilaian keterampilan pada tabel
analisis merinci aspek penilaian yang dilakukan dan direlasikan dengan kegiatan
pembelajaran yang dilakukan peserta didik.
Hasil Linierisasi Kompetensi Dasar
1. Hasil Linierisasi Kompetensi Dasar

Efektifitas pembelajaran merupakan indikator keberhasilan belajar, artinya bahwa


semakin efektifitasnya tinggi dalam kegiatan pembelajaran maka hasil belajar
semakin berkualitas dan sebaliknya semakin tidak efektifnya pembelajaran maka
berdampak

hasil

belajar

yang

tidak

optimal.

Kurikulum 2013 mengembangkan dua modus proses pembelajaran yaitu proses


pembelajaran langsung dan proses pembelajaran tidak langsung. Proses
pembelajaran langsung adalah proses pendidikan di mana peserta didik
mengembangkan

pengetahuan,

kemampuan

berpikir

dan

keterampilan

psikomotorik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang


dalam silabus dan RPP berupa kegiatan-kegiatan pembelajaran. Dalam
pembelajaran langsung peserta didik melakukan kegiatan belajar dengan
pendekatan saintifik yaitu melalui mengamati, menanya, mengumpulkan
informasi, mengasosiasi atau menganalisis, dan mengkomunikasikan apa yang
sudah ditemukannya dalam kegiatan analisis. Oleh karena itu fokus pertama dan
utama bagi guru dalam menyiapkan pembelajaran adalah melakukan analisis
pada ketiga kompetensi itu. Dari analisis itulah akan diperoleh penjabaran materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan penilaian yang diperlukan
Pembelajaran tidak langsung adalah proses pendidikan yang terjadi selama
proses pembelajaran langsung tetapi tidak dirancang dalam kegiatan khusus.
Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pengembangan nilai dan
sikap.Baik pembelajaran langsung maupun pembelajaran tidak langsung terjadi
secara terintegrasi dan tidak terpisah.Pembelajaran langsung berkenaan dengan
pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3 dan KI-4.
Keduanya, dikembangkan secara bersamaan dalam suatu proses pembelajaran
dan menjadi wahana untuk mengembangkan KD pada KI-1 dan KI-2.
Pembelajaran

tidak

langsung

menyangkut

KD

yang

berkenaan

dikembangkan

dengan
dari

pembelajaran

yang

KI-1

KI-2.

dan

Pelaksanaan pembelajaran didahului dengan penyiapan rencana pelaksanaan


pembela-jaran (RPP) yang dikembangkan oleh guru baik secara individual
maupun kelompok yang mengacu pada Silabus.

Dalam hal ini, strategi pembelajaran sangat diperlukan dalam menunjang


terwujudnya seluruh kompetensi yang dimuat dalam Kurikulum 2013 agar KI-1,
KI-2,

KI-3,

dan

KI-4

dapat

tercapai

secara

terintegrasi.

Untuk menyiapkan kemampuan guru dalam merancang dan melaksanakan


pembelajaran saintifik serta melakukan penilaiain autentik menggunakan silabus
sebagai acuan, perlu penjabaran operasional antara lain dalam mengembangkan
materi pembelajaran yang memuat fakta, konsep, prinsip dan prosedur.
Selanjutnya mengembangkan langkah alternatif pembelajaran serta merancang
dan melaksanakan penilaian autentik. Sedangkan Strategi penilaian disiapkan
untuk memfasilitasi guru dalam mengembangkan pendekatan, teknik dan
instrumen penilaian hasil belajar dengan pendekatan autentik.

You might also like