Professional Documents
Culture Documents
LUKA BAKAR
Pembimbing :
dr. Anastasia, Sp.BP-RE
Disusun Oleh :
Roykedona Lisa Triksi
11.2015.059
NIM
: 11-2015-059
.............................
Dr. Pembimbing
.............................
STATUS PASIEN
I.
IDENTITAS
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Agama
Pekerjaan
Alamat
: An. FZ
: 8 Bulan
: Perempuan
: Islam
: Tidak Bekerja
: Jl. Bungur Besar
ANAMNESIS
Alloanamnesis:
Tanggal 27 Maret 2016, pukul: 10:39 WIB.
Keluhan utama:
Terkena air panas pada badan, tungkai kiri atas dan bawah 1 jam SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien terkena air panas saat sedang merangkak 1 jam SMRS. Air panas mengenai tungkai kiri
atas dan bawah pasien. Pasien tidak dibilas dengan air dingin ataupun diberikan pengobatan.
Pasien segera dibawa ke RSPAD Gatot Soebroto. Ibu pasien mengatakan bahwa pasien sudah
meminum kurang lebih 90cc air susu dan belum berkemih sesudah kejadian.
Riwayat Penyakit Dahulu
Diabetes mellitus (-), hipertensi (-), penyakit ginjal (-), dan paru (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
Diabetes mellitus (-), hipertensi (-), penyakit ginjal (-), dan paru (-)
Obat-obatan yang dikonsumsi harian tidak ada.
PRIMARY SURVEY
Airway
: bebas, tidak ada luka bakar pada wajah
Breathing
: spontan, RR 36x/menit, vesikuler, ronkhi dan wheezing tidak ada, tidak ada
Circulation
Disability
Exposure
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda vital
:
Nadi
: 140x/menit, reguler
Nafas
: 36x/menit
Suhu
: 36,3C
BB
: 6,5kg
Status Generalis
Kepala
Mata
THT
Leher
Thorax
Abdomen
Ekstremitas
Status Lokalis
Regio thorax dan abdomen:
Region
Anterior Trunk
Left Arm
Left Leg
Total
Ekstremitas
2A
6
3
10
2B
-
Dextra
3
-
Sinistra
Total
6
3
10%
Superior
Akral
Hangat
Hangat
Luka
Normal
Derajat 2A
Otot : tonus
Normotonus
Normotonus
Otot : massa
Eutrofi
Eutrofi
Sendi
Normal
Normal
Gerakan
Tidak Terbatas
Terbatas
Sensorik
Normal
Normal
Kekuatan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Edema
Deformitas
Akral
Hangat
Hangat
Luka
Normal
Derajat 2A
Otot : tonus
Normotonus
Normotonus
Otot : massa
Eutrofi
Eutrofi
Sendi
Normal
Normal
Gerakan
Tidak Terbatas
Terbatas
Sensorik
Normal
Normal
Kekuatan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Edema
Deformitas
Inferior
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan
Hasil
Nilai rujukan
Darah rutin
Hemoglobin
12,4
13 16 gr/dl
Leukosit
24.300
4.800 10.800/ul
Eritrosit
4,3
Hematokrit
35
37 47 %
Trombosit
418.000
150.000 400.000/UL
AST
22
8 33 IU/L
ALT
34
7 35 IU/L
Albumin
4.3
Resume
Pasien perempuan usia 8 bulan datang karena terkena air panas pada thorax, abdomen,
ekstremitas kiri atas dan bawah 1 jam SMRS. Pasien tidak dibilas air dingin dan tidak diberi
pengobatan apapun. Ibu pasien mengatakan bahwa pasien sudah meminum kurang lebih 90cc air
susu dan belum berkemih sesudah kejadian. Pada primary survey terdapat exposure berupa Luka
bakar derajat 2A 10% TBSA regio thorax, abdomen, ekstremitas kiri atas dan ekstremitas kiri
bawah akibat air panas. Pada pemeriksaan fisik tampak sakit sedang, compos mentis,tanda-tanda
vital nadi 140x/menit, regular, nafas: 36x/menit, suhu: 36,3C, BB: 6,5kg. pada status generalis
tidak ditemukan kelainan apapun. Pada status lokalis thorax dan abdomen terdapat 6% luka
bakar derajat 2A, ekstremitas kiri atas terdapat 3 % luka bakar derajat 2A dan pada ekstremitas
kiri bawah terdapat % luka bakar derajat 2A dengan total keseluruhan luas luka bakar 10%
derajat 2A. Pada pemeriksaan laboratorium tidak di dapatkan kelainan yang berarti.
Diagnosis Kerja
Luka bakar derajat 2A 10% TBSA regio thorax, abdomen, ekstremitas kiri atas dan ekstremitas
kiri bawah akibat air panas.
Tatalaksana
Resusitasi cairan:
o RL: 4cc x BB x Luas luka bakar per 24 jam
4x6,5x10 / 24 = 10,8cc/jam
o Glukosa 5%: BB x 100cc
Prognosis
Ad vitam
: dubia ad bonam
BAB I
PENDAHULUAN
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan karena kontak dengan
sumber panas. Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering terjadi. Luka bakar berat
menyebabkan morbiditas dan derajat cacat yang lebih tinggi dibandingkan cedera oleh sebab
lain. Biaya untuk penanganannya pun tinggi. Di Amerika Serikat, kurang lebih 250.000 orang
mengalami luka bakar setiap tahunnya. Dari angka tersebut, 112.000 penderita luka bakar
membutuhkan tindakan emergensi dan sekitar 210 penderita luka bakar meninggal dunia. Di
Indonesia belum ada angka pasti mengenai luka bakar, tetapi dengan bertambahnya jumlah
penduduk serta industri, angka luka bakar tersebut semakin meningkat.
Luka bakar menyebabkan hilangnya integritas kulit dan nuga menimbulkan efek sistemik
yang sangat kompleks. Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang ditentukan oleh
kedalaman luka bakar. Beratnya luka bergantung pada dalam, luas, dan letak luka. Selain luka
bakar, umur dan keadaan kesehatan pasien merupakan faktor yang sangat mempengaruhi
prognosis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Etiologi
Penyebab luka bakar tersering adalah terbakar api langsung yang dapat dipicu atau
diperparah dengan adanya cairan yang mudah terbakar seperti bensin, gas kompor rumah tangga,
cairan dari tabung pematik api, yang akan menyebabkan luka bakar pada seluruh atau atau
sebagian tebal kulit. Pada anak, kurang lebih 60% disebabkan oleh air panas yang terjadi pada
kecelakaan rumah tangga, dan umumnya luka bakar superfisial, tetapi dapat mengenai seluruh
ketebalan kulit (derajat 3).1
Penyebab luka bakar lainnya adalah pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun
bahan kimia. Bahan kimia biasanya merupakan asam atau basa kuat. Asam kuat menyebabkan
nekrosis koagulasi, denaturasi protein, dan rasa nyeri yang hebat. Asam hidrofluorida dapat
menembus jaringan sampai ke dalam dan dapat menyebabkan toksisitas siskemik yang fatal,
bahkan pada luka kecil sekalipun. Alkali atau basa kuat yang banyak terdapat di dalam peralatan
rumah tangga seperti pemutuh pakaian. Luka bakar karena basa kuat dapat menyebabkan
nekrosis yang mencair (liquefactive necrosis). Kemampuan alkali menembus jaringan lebih kuat
disbanding asam. Kerusakan sel lebih berat karena sel mengalami dehidrasi dan terjadi
denaturasi protein dan kolagen. Rasa sakit timbul belakangan sehingga pasien terlambat datang
untuk berobat dan kerusakan jaringan sudah meluas.1
Patofisiologi1
Kulit adalah organ terluar tubuh manusia dengan luas 0.0025m 2 pada anak yang baru
lahir sampai 1m2 pada orang dewasa. Apabila kulit terbakar atau terpajan suhu tinggi, pembuluh
darah kapiler dibawahnya, area dibawahnya, maupun area yang jauh sekalipun akan mengalami
kerusakan dan menyebabkan permeabilitas meningkat. Terjadilah kebocoran cairan intrakapiler
ke interstisial sehingga terjadi udem dan bula yang berisi banyak elektrolit. Rusaknya kulit akibat
luka bakar dapat menyebabkan hilangnya fungsi kulit sebagai barrier dan penahan penguapan.
Infeksi ringan dan non invasif (tidak dalam) ditandai dengan keropeng yang mudah
terlepas dengan nanah yang banyak. Infeksi yang invasif ditandai dengan perubahan jaringan di
tepi keropeng yang kering dengan perubahan jaringan di tepi keropeng yang mula-mula sehat
menjadi nekrotik; akibatnya, luka bakar yang mula-mula derajat 2 menjadi derajat 3. Infeksi
kuman menimbulkan vaskulitis pada pembuluh kapiler di jaringan yang terbakar dan
menimbulkan trombosis sehingga jaringan yang diperdarahinya mati.
Bila luka bakar di biopsi dan eksudatnya dibiak, biasanya ditemukan kuman dan terlihat
invasi kuman tersebut ke jaringan sekelilingnya. Luka bakar demikian disebut luka bakar septik.
Bila penyebabnya kuman Gram positif, seperti Staphylococcus atau basil Gram negatif lainnya,
dapat terjadi penyebaran kuman lewat darah (bakteremia) yang dapat menimbulkan fokus infeksi
di usus. Syok septik dan kematian dapat terjadi karena toksin kuman yang menyumbat di darah.
Bila penderita dapat mengatasi infeksi, luka bakar derajat 2 dapat sembuh dengan
meninggalkan cacat berupa parut. Penyembuhan ini dimulai dari sisa elemen epitel yang masih
vital, misalnya sel kelenjar sebasea, sel basal, sel kelenjar keringat, atau sel pangkal rambut.
Luka bakar derajat 2 yang dalam mungkin menimbulkan parut hipertrofik yang nyeri, gatal,
kaku, dan secara estetik sangat jelek.
Luka bakar derajat 3 yang dibiarkan sembuh sendiri akan mengalami kontraktur. Bila ini
terjadi dipersendian, fungsi sendi dapat berkurang atau hilang. Pada luka bakar dapat ditemukan
ileus paralitik. Pada fase akut, peristaltik usus menurun atau berhenti karena syok, sedangkan
pada fase mobilisasi, peristalsis dapat menurun karena kekurangan ion kalium.
Stress atau beban faali yang terjadi pada penderita luka bakar berat dapat menyebabkan
terjadinya tukak di mukosa lambung atau duodenum dengan gejala yang sama dengan gejala
tukak peptik. Kelainan ini dikenal sebagai tukak Curling. Yang di khawatirkan pada tukak
Curling ini adalah penyulit perdarahan yang tampil sebagai hematemesis dan/atau melena.
Fase permulaan luka bakar merupakan fase katabolisme sehingga keseimbangan protein
menjadi negatif. Protein tubuh banyak hilang karena eksudasi, metabolisme tinggi, dan infeksi.
Penguapan berlebihan dari kulit yang rusak juga memerlukan kalori tambahan. Tenaga yang
diperlukan tubuh pada fase ini terutama didapat dari pembakaran protein dari otot skelet. Oleh
karena itu, penderita menjadi sangat kurus, otot mengecil dan berat badan menurun. Dengan
demikian, korban luka bakar menderita penyakit berat yang disebut penyakit luka bakar. Bila
luka bakar menyebabkan cacat, terutama bila luka bakar mengenai wajah sehingga rusak berat,
penderita mungkin menderita beban kejiwaan berat. Jadi, prognosis luka bakar terutama
ditentukan oleh luasnya luka bakar.
Luas Luka Bakar
Luas luka bakar dinyatakan persen terhadap luas seluruh tubuh. Pada dewasa digunakan
rumus rules of nine. Bila permukaan tubuh dihitung sebagai 100%, maka kepala adalah 9%, tiap
tiap ekstremitas bagian atas adalah 9%, dada bagian depan adalah 18%, bagian belakang adalah
18%, tiap-tiap ekstremitas bagian bawah adalah 18% dan leher 1%.
Rumus tersebut tidak dapat digunakan pada anak dan bayi karena relatif luas permukaan
kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Oleh karena itu,
digunakan `Rule of ten` dari Linch and Blocker untuk bayi dan `Rule of 10-15-20` untuk anak.
Untuk keperluan medis dapat digunakan kartu luka bakar dengan cara Lund and Browder. Dasar
presentasi yang digunakan dalam rumus tersebut adalah luas telapak tangan dianggap seluas 1%.
Gambar 1.
De jong, buku ajar ilmu bedah edisi 3.
Gambar 2.
http://www.med.unc.edu/surgery/plastic/hidden/grabb/Chapter
%2017.pdf
Apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, tetapi kelenjar sebasea
masih utuh. Biasanya penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 10-14 hari.
Derajat 2 dalam (deep)
: Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian
dermis. Apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
sebagian masih utuh. Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung apendises kulit
yang tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan.
c. Luka bakar derajat 3
Pada luka bakar derajat 3 kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis dan lapisan yang
lebih dalam. Apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
mengalami kerusakan. Pada luka bakar derajat 3 sudah tidak lagi dijumpai bula. Kulit
yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Kulit menjadi kering, dan letaknya lebih
rendah dibandingan kulit sekitar akibat koagulasi protein pada lapis epidermis dan dermis
(dikenal sebagai sebutan eskar). Tidak dijumpai rasa nyeri, bahkan hilang sensasi karena
ujung-ujung serabut saraf sensorik mengalami kerusakan/kematian. Penyembuhan pada
luka bakar derajat 2 menjadi lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan baik dari
dasar luka, tepi luka, maupun apendises kulit.
Oleh karena itu merendam bagian yang terbakar selama 15 menit pertama dalam air sangat
bermanfaat untuk menurunkan suhu jaringan sehingga kerusakan lebih dangkal dan diperkecil.
Dengan demikian luka yang sebenarnya menuju derajat dua dapat berhenti pada derajat satu, atau
luka yang akan menjadi derajat tiga dihentikan pada tingkat dua atau satu. Pencelupan atau
penyiraman dapat dilakukan dengan air apa saja yang dingin.1
Pada luka bakar ringan, prinsip penanganan utama adalah mendinginkan daerah yang
terbakar dengan air, mencegah infeksi dan memberi kesempatan sisa-sisa sel epitel untuk
berploriferasi dan menutup permukaan luka. Luka dapat dirawat secara tertutup atau terbuka. (1)
Pada luka bakar berat, selain penanganan umum seperti pada luka bakar ringan, kalau
perlu dilakukan resusitasi segera bila penderita menunjukkan gejala syok. Bila penderita
menunjukkan gejala terbakarnya jalan nafas, diberikan campuran udara lembab dan oksigen.
Kalau terjadi edema laring, dipasang endotrakeal tube atau dibuat trakeostomi. Trakeostomi
berfungsi untuk membebaskan jalan nafas, mengurangi ruang mati dan memudahkan
pembersihan jalan nafas dari lendir atau kotoran. Bila ada dugaan keracunan CO, diberikan
oksigen murni.1
Perawatan lokal adalah mengoleskan luka dengan antiseptik dan membiarkannya terbuka
untuk perawatan terbuka atau menutupnya dengan pembalut steril untuk perawatan tertutup.
Kalau perlu, penderita dimandikan terlebih dahulu. Selanjutnya diberikan pencegahan tetanus
berupa ATS dan/atau toksoid. Analgesik diberikan bila penderita kesakitan.1
Resusitasi Cairan
Tujuan dari resusitasi cairan adalah untuk menyediakan pengganti yang memadai untuk
cairan yang hilang melalui kulit dan cairan yang hilang ke dalam interstitium dari kapiler
sistemik.3
Kebutuhan Nutrisi
Nutrisi harus diberiakan cukup untuk menutupi krbutuhan kalori dan keseimbangan
nitrogen yang negative pada fase katabolisme, yaitu sebanyak 2500-3000 kalori sehari dengan
kadar tinggi protein.
Komplikasi
1. Hipertrofi Jaringan Parut
Hipertrofi jaringan parut merupakan komplikasi kulit yang biasa dialami pasien dengan
luka bakar yang sulit dicegah, akan tetapi masih bisa diatasi dengan tindakan tertentu
terbentuknya hipertrofi jaringan parut pada pasien luka bakar dipengaruhi oleh berbagai faktor
antara lain :
Sifat kulit
Usia pasien
Penanduran kulit.
2. Kontraktur
Kontraktur adalah komplikasi yang hampir selalu menyertai luka bakar dan menimbulkan
gangguan fungsi pergerakan. Beberapa tindakan yang dapat mencegah atau mengurangi
komplikasi kontraktur adalah :
Ambulasi yang dilakukan 2-3 kali/hari sesegera mungkin (perhatikan jika ada fraktur)
pada pasien yang terpasang berbagai alat invasif (misalnya, IV, NGT, monitor EKG, dll)
perlu dipersiapkan dan dibantu (ambulasil pasif).
Pressure grament adalah pakaian yang dapat memberikan tekanan yang bertujuan
menekan timbulnya hipertrosi scar, dimana penggunaan presure grament ini dapat
menghambat mobilitas dan mendukung terjadinya kontraktur.
Daftar Pustaka