You are on page 1of 3

REVIEW JURNAL

INOVASI FORMULA DAN PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI SEDIAAN SIRUP


EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) DAN PALIASA (Kleinhovia
hospita Linn.) SEBAGAI HERBAL TERSTANDAR HEPATOPROTEKTOR DAN
HIPOKOLESTEROLEMIK

Pendahuluan dan Tujuan


Berbagai Negara di dunia juga banyak memproduksi obat herbal dengan khasiat yang
berbeda-beda. Oleh karena itu, presentase penggunaan tanaman obat di Indonesia sendiri
cukup tinggi yaitu jahe (50,36%), kencur (48,77%), temulawak (39,65%), meniran (13,93),
dan pace (11,17%). Dari data tersebut, maka dilakukan penelitian untuk merancang formula
yang mengandung ekstrak temulawak yang diketahui mempunyai efek hipokolesterolemik
dan hepatoprotektor dengan kombinasi paliasa (Kleinhovia hospital Linn).
Formula dirancang dalam bentuk sediaan sirup kombinasi dari ekstrak temulawak
(Curcuma xanthorrhiza Roxb) dan paliasa (Kleinhovia hospital Linn). Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui efek hepatoprotektor dan hiperlipidemia sediaan

sirup

kombinasi paliasa-temulawak pada tikus (Rattus novergicus). Identitas tumbuhan terlebih


dahulu diidentifikasi dengan menggunakan herba-rium yang tersedia di Laboratorium
Farmakognosi-Fitokimia.
METODE PENELITIAN
a. Alat yang digunakan:

alat suntik oral mencit no. 14,

spektro-fotometer UV-Vis (Agilent

alat suntik steril 1 dan 5 mL,

8453),

mikropipet,

lemari pendingin (freezer),

tip dan tabung Eppendrof,

sentrifus (thermo fisher),

tabung reaksi,

ultra sonic,

vial,

alat pengering beku (Heto),

aluminium foil,

timbangan mencit,

autoklaf, lempeng sumur mikro

timbangan analitik,

pelat tetes,

alat bedah,

vorteks,

berdasar V,

inkubator

kocok,

Eppendorf,

oven, mortar dan alu,

sentrifus

jarum ose, alat bedah,

alat penggiling,

kandang hewan,

eksikator kaca dan alat-alat gelas

jangka

sorong

(Schlieper,

yang digunakan di laboratorium

Germany),

farmakologi.

Bahan yang digunakan :

daun

paliasa

dan

rimpang

temulawak,

kalsium, fosfor),

PTU

(propil

tiourasil)

0,01%,

Tikus putih jantan galur wistar,

larutan fisiologis NaCl,

karbon tetraklorida (CCl4),

pakan standar (kuning telur, tepung

natrium alginat, sukrosa,

ikan, lemak kambing,

natrium benzoat, sari markisa,

Mbm, bungkil kedelai,

kertas`saring, kapas, tissue, kain

minyak kelapa,

jagung, polar,

simvastatin,

flannel, dan

air suling.

b. Pengolahan simplisa dan pembuatan ekstrak


Pemberian identitas tumbuhan dengan herbarium lalu dicuci dan dikeringkan
selanjutnya digiling. Kemudian di ekstraksi dan hasilnya diuapkan dengan alat
pengering beku.
c. Rancangan Formula

d. Uji Hiperkolesterolemik
Pengujian ini diantaranya :

Penyiapan hewan uji : menggunakan tikus putih jantan ( Rattus


norvegicus) 35 ekor.

Penyiapan pakan : pakan hiperkoleterolemia.

Pemberian perlakuan pada hewan : pemberian ekstrak palisa 54


mg/kgBB, dan ekstrak temulawak 27 mg/kgBB.

Proses Pengujian
Simplisia yang telah diketahui identitasnya selanjutnya dicuci dan dikeringkan.
Simplisia paliasa (Kleinhovia hospita Linn) digiling menjadi serbuk kasar. Ekstraksi serbuk
simplisia dilakukan dengan merebus dengan air yang lazim digunakan untuk membuat
ekstrak (rebusan) air tumbuhan. Ekstrak yang diperoleh diuapkan

airnya dengan

menggunakan alat pengering beku dan ekstrak kering yang diperoleh disimpan dalam
eksikator. Rimpang temulawak (Curcuma xanthor-rhiza Roxb.) ekstraksi dilakukan dengan
cara diblender dengan kecepatan sedang, kemudian diperas dan ekstraknya dikumpulkan dan
dikering-kan dengan menggunakan alat rotary epavorator hingga terbentuk ekstrak kering.
Maka diperoleh Rendeman dari ekstraksi kedua simplisia tersebut.
Selanjutnya

dilakukan uji efek antihiperlipidemia

(hipokolesterolemik).

Tikus

diberikan ekstrak temulawak dengan dosis 27 mg/kg BB dan 54 mg/kg BB, ekstrak paliasa
dengan dosis 27 mg/kg BB dan 54 mg/kgBB, sirup yang dibuat dalam tiga variasi formula,
dan kontrol negatif yaitu air. Sediaan uji diberikan bersama dengan pakan tinggi kolesterol
selama 14 hari lalu dilakukan pengukuran berat badan, kolesterol total, kadar trigliserida,
HDL (High Density Lipoprotein) dan LDL (Low Density Lipoprotein).

KESIMPULAN
1. Peningkatan terendah kolesterol total adalah pada pemberian sirup paliasa-temulawak
formula II yang diberikan 1 kali sehari yaitu sebesar 1,93 1,48%.
2. Peningkatan terendah kadar trigliserida adalah pada pemberian sirup paliasa-temulawak
formula II yang diberikan 1 kali sehari yaitu sebesar 5,204,01%.
3. Peningkatan HDL tertinggi pada pemberian sirup formula II yang diberikan 1 kali sehari
yaitu 30,776,15%
4. peningkatan LDL terendah pada pemberian sirup formula II yang diberikan 1 kali sehari
dengan nilai 2,631,26

You might also like