Professional Documents
Culture Documents
JURUSAN KIMIA
PRODI PENDIDIKAN KIMIA A 2014
I.
II.
III.
V.
Judul Percobaan
Hari/tanggal Percobaan
Selesai Percobaan
: Entropi Sistem
: Senin, 11 April 2016 pukul 13.00 WIB
: Senin,11 April 2016 pukul 16.00 WIB
IV. Tujuan Percobaan : Untuk mempelajari perubahan
dQ
0
T
Dimana dQ adalah elemen dari jumlah panas yang dipindahkan ke sistem pada
temperatur absolut T. Kalau semua proses dalam siklus dapat balik, maka dQ = dQ R dan
kesamaan dalam persamaan sebelumnya benar, yaitu:
dQ
T R =0
Sifat terbentuk dinamakan entropi, yamg untuk perubahan tak terhingga dari
keadaab, kemudian dapat didefinisikan sebagai
2
dQ R
S 2S1=
=0
T
1
Entropi adalah besaran termodinamika yang menyertai perubahan setiap keadaan,
dari keadaan awal sampai akhir sistem. Entropi menyatakan ukuran ketidakteraturan
sistem. Suatu sistem yang memiliki energi entropi tinggi berarti sistem tersebut makin
tidak teratur. Contohnya jika gas di panaskan, maka molekul-molekul gas akan
bergerak secara acak, yang menunjukkan entropi tinggi. Sebaliknya, jika suhu
diturunkan, gas bergerak lebih teratur atau entropi rendah.
Proses-proses transisi yang berlangsung pada suhu dan tekanan tetap seperti
perubahan wujud (penyubliman, penguapan, dan pelelehan) atau perubahan bentuk
kristal (transformasi) pada umumnya berlangsung secara reversibel. Persamaannya
sebagai berikut:
S=
Q rev
T
Persamaan tersebut berlaku pada sistem yang mengalami siklus reversibel dan
besarnya perubahan entropi (S) hanya bergantung pada keadaan akhir dan keadaan
awal sistem.
Proses tak reversibel (seperti pendinginan hingga mencapai temperatur yang
sama dengan temperatur lingkungan dan pemuaian bebas dari gas) adalah proses
spontan, sehingga proses itu disertai dengan kenaikan entropi. Kita dapat menyatakan
bahwa proses tak reversibel menghasilkan entropi. Sedangkan proses reversibel adalah
perubahan yang sangat seimbang, dengan sistem dalam keseimbangan dengan
lingkungannya pada setiap tahap. Setiap langkah yang sangat kecil di sepanjang
jalannya bersifat reversibel dan terjadi tanpa menyebarkan energi secara kacau,
sehingga juga tanpa kenaikan entropi; proses reversibel tidak menghasilkan entropi,
melainkan hanya memindahkan entropi dari satu bagian ke bagian lain (Atkins, 1986).
Jika dikembalikan ke keadaan semula secara reversibel, entropinya berubah
sebesar
nilai asalnya jika keadaannya dikembalikan). Energi yang harus diberukan sebagai
panas juga negatif dari perubahan dalam langkah maju, dan sama dengan dQ rev. Energi
ini berasal dari lingkungan sehingga lingkungan mengalami perubahan dQ = dQ rev dan
entropinya berubah sebesar dS = dQrev / T. Walaupun demikian, perubahan total sistem
global, terisolasi selama pemulihan bernilai nol (karena pemulihan ini berlangsung
reversibel). Oleh karena itu
S=
dQ rev
T
Dalam susunan partikel tiap zat tersebut, zat padat memiliki keteraturan partikel
yang tinggi, kemudian selanjutnya zat cair, dan kemudian gas. Hal ini dikarenakan pada
zat padat partikel tersusun rapat dan teratur satu sama lain karena gaya tarik
antarmolekulnya sangat besar sehingga partikel tidak dapat bergerak bebas, zat cair
gaya tarik molekulnya lebih kecil daripada zat padat sehingga molekul dapat bergerak
bebas dan tidak teratur, dan pada gas gaya tarik antarmolekulnya kecil sekali sehingga
jarak partikelnya sangat jauh satu sama lain dan semakin tidak teratur. Ketika di dalam
suatu sistem, maka susunan partikel maka perlu diketahui bagaimana keteraturan sistem
tersebut. Hal ini salah satunya dipengaruhi wujud zat. Beberapa faktor yang
mempengaruhi perubahan entropi suatu sistem, yaitu:
Perubahan Temperatur
Entopi meningkat seiring dengan kenaikan temperatur.Kenaikan temperatur
tersebut menunjukkan kenaikan energi kinetik rata-rata partikel.
Keadaan Fisik dan Perubahan Fasa
Bila suatu reaksi kimia terjadi perubahan dari keadaan teratur menjadi kurang
teratur dikatakan perubahan entropinya (S) positif.Namun, bila pada suatu
reaksi kimia terjadi perubahan dari keadaan kurang teratur menjadi teratur
dikatakan perubahan entropinya (S) negatif.
Pelarutan Solid atau Liquid
Entropi solid atau liquid terlarut biasanya lebih besar dari solut murni, tetapi
jenis solut dan solven dan bagaimana proses pelarutannya mempengaruhi
entropi overall.
Pelarutan Gas
Gas begitu tidak teratur dan akan menjadi lebih teratur saat dilarutkan dalam
liquid atau solid. Entropi larutan gas dalam liquid atau solid selalu lebih kecil
dibanding gas murni.Saat O2 (S(g) = 205,0J/mol K) dilarutkan dalam air, entropi
turun drastis (S(aq) = 110,9 J/mol K).
Ukuran Atom atau Kompleksitas Molekul
Perbedaan entropi zat dengan fasa sama tergantung pada ukuran atom dan
kompleksitas molekul.
Sistem alami cenderung kearah tidak teratur, random, distribusi partikel kurang
teratur.
Beberapa sistem cenderung lebih tidak teratur (es meleleh) tetapi ada juga yang
semesta
proses
akan berlangsung
Jika
proses
proses
berlangsung setimbang
Hubungan Entropi dan Suhu
Pada mulanya, untuk perubahan entropi dirumuskan sebagai dS = dq / T. Untuk
perubahan yang kecil, maka dS = dqreversibel/ T diintegralkan .
dS = dqreversibel/ T
bergantung pada proses yang terjadi apakah pada tekanan tetap atau volume tetap. Jika
pada tekanan tetap, C yang digunakan adalah Cp, jika pada volume tetap, C yang
digunakan adalah Cv.
, sehingga
, sehingga
endotermik,
bernilai negatif (
akan
entropi
reaksi
terhadap
suhu
dapat
diperoleh
dengan
VI.
VII.
1.
2.
3.
4.
5.
Alat
Tabung reaksi
Termometer
Spatula
Tempat rol film
Gelas ukur
3 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Bahan
NaOH padat
KNO3 padat
Larutan HCl 0,1 M
NH4Cl padat
Aquades
Logam Mg
Ba(OH)2 padat
sendok spatula
sendok spatula
5 mL
sendok spatula
secukupnya
2 potong
sendok spatula
Alur Kerja
Percobaan I
-
Tabung 1
10 ml H2O
Dimasukkan dalam tabung 1
Diukur suhunya dan dicatat
Suhu T1
Tabung 2
10 ml H2O
Dimasukkan dalam tabung 2
Diukur suhunya dan dicatat
Suhu T1
Suhu T2
Suhu T2
- Tabung 3
5 ml HCl
Dimasukkan dalam tabung 3
Diukur suhunya dan dicatat
Suhu T1
Ditambahkan logam mg
Dikocok hingga larut
Diukur suhunya
Percobaan II
Suhu T2
1 Sendok spatula Ba(OH)2
Suhu T1
Kotaknya ditutup
Dikocok
Tutup kotak dibuka
Dicium bau gas yang terjadi
Diukur suhunya
dicatat
Suhu T2
VIII.
Hasil Pengamatan
No
1.
Prosedur Percobaan
-
Tabung 1
10 ml H2O
- Dimasukkan dalam
tabung 1
- Diukur suhunya dan
dicatat
Suhu T1
- + sendok spatula
NaOH padatan yang
sudah ditimbang
- Dikocok hingga larut
- Diukur suhunya
Suhu T2
Tabung 2
10 ml H2O
- Dimasukkan dalam tabung 2
- Diukur suhunya dan dicatat
Suhu T1
- + sendok spatula KNO3
padatan yang sudah
ditimbang
- Dikocok hingga larut
- Diukur suhunya
Hasil Pengamatan
Sebelum :
1) Air : tidak berwarna
2) NaOH padat :
padatan berwarna
putih
3) KNO3 padat : Kristal
berwarna putih
4) Larutan HCl : larutan
tidak berwarna
5) Logam Mg : butiran
Mg hitam
Sesudah :
- Tabung 1
Massa NaOH : 0,1974
gram
Air + NaOH : larutan
tidak berwarna
T1 : 33oC
T2 : 380C
- Tabung 2
Massa KNO3 : 0,0905
gram
Air +KNO3 : larutan
tidak berwarna
T1 : 33oC
T2 : 32oC
- Tabung 3
Massa logam Mg :
Dugaan/Reaksi
HCl + NaOH
H2O
H2O + KNO3
H2O
2 HCl + Mg
H2
NaOH +
KNO3 +
MgCl2 +
Kesimpulan
Tabung 1
Reaksi yang terjadi adalah
reaksi eksoterm yang
ditandai dengan T2 > T1
dengan T = 5oC
Sehingga didapatkan
S = -2,355 x 10-4 J/K
H = 0,07182 J
Tabung 2
Reaksi yang terjadi adalah
reaksi endoterm yang
ditandai dengan T2 < T1
dengan T = -1oC
Sehingga didapatkan
S = 0,006022 J/K
H = - 1,873 J
Tabung 3
Reaksi yang terjadi adalah
reaksi eksoterm yang
ditandai dengan T2 > T1
dengan T = 1oC
0,0006 gram
HCl +logam Mg :
larutan kuning (-)
T1 : 33oC
T2 : 34oC
Timbul gas H2
Suhu T2
Tabung 3
Sehingga didapatkan
S = 6,1411 x 10-6 J/K
H = - 1,8853 x 10-3 J
5 ml HCl
Dimasukkan dalam tabung 3
Diukur suhunya dan dicatat
Suhu T1
Ditambahkan logam mg
Dikocok hingga larut
Diukur suhunya
Suhu T2
2.
Sebelum :
Sesudah :
Massa Ba(OH)2: 0,0618
gram
Massa NH4Cl : 0,0630
Dimasukkan kedalam kotak plastic roll film
gram
Diukur suhunya
BaCl2 : gel putih
T1 : 32oC
T2 : 34oC
Suhu T1
Timbul gas H2
Kotaknya ditutup
Dikocok
Tutup kotak dibuka
Dicium bau gas yang terjad
Diukur suhunya
dicatat
Suhu T2
IX.
sempurna yang
T2
T1
Didapat perubahan entropi (S) sebesar 0,006022 J/K. Pada percobaan ini terjadi
perubahan entropi (S) yang bernilai positif. Hal ini berarti sistem berubah dari keadaan
teratur menjadi kurang teratur. Ada yang menyebabkan perubahan entropi (S) bernilai
positif yaitu adanya kenaikan suhu. Dimana pada percobaain ini didapat T 2 > T1.
Kenaikan suhu menunjukkan kenaikan energi kinetik rata rata partikel sehingga
partikel akan bergerak lebih acak dan menyebabkan ketidakteraturan sistem meningkat.
Perubahan entropi (S) bernilai positif pada percobaan ini juga disebabkan karena
perubahan fasa dari padat yang memiliki susunan partikel teratur menjadi fasa cair yang
memiliki susunan partikel yang kurang teratur. Reaksi pada perobaan ini merupakan
reaksi irreversibel dan spontan atau dapat langsung bereaksi pada tekanan tetap.
berwarna kuning dan timbul gas H2 yang ditandai dengan munculnya gelembung gas.
Dengan persamaan reaksi :
2HCl (l) + Mg (s) MgCl2 (aq) + H2 (g)
Kemudian campuran pada tabung reaksi 3 diukur suhunya dengan termometer dan
didapat suhu (T2) yaitu sebesar 340C. Dalam percobaan pada tabung reaksi 3 terjadi
kenaikan suhu yaitu T2 > T1. Hal ini menandakan pada reaksi terjadi pelepasan kalor dari
sistem ke lingkungan. Reaksi yang terjadi adalah reaksi eksoterm. Dengan perubahan
suhu (T) sebesar 10C. Kemudian dihitung nilai perubahan entropi (S) dengan cara
yang sama seperti pada tabung reaksi 1 dan 2. Didapat nilai perubahan entropi (S)
sebesar 6,1411 10-6 J/K. Pada percobaan ini terjadi perubahan entropi (S) yang
bernilai positif. Hal ini berarti sistem berubah dari keadaan teratur menjadi kurang
teratur. Ada yang menyebabkan perubahan entropi (S) bernilai positif yaitu adanya
kenaikan suhu. Dimana pada percobaain ini didapat T2 > T1. Kenaikan suhu menunjukkan
kenaikan energi kinetik rata rata partikel sehingga partikel akan bergerak lebih acak
dan menyebabkan ketidakteraturan sistem meningkat. Perubahan entropi (S) bernilai
positif pada percobaan ini juga disebabkan karena perubahan fasa dari padat yang
memiliki susunan partikel teratur menjadi fasa cair yang memiliki susunan partikel yang
kurang teratur. Reaksi pada perobaan ini merupakan reaksi irreversibel dan spontan atau
dapat langsung bereaksi pada tekanan tetap.
Setelah didapat nilai perubahan entropi (S) kemudian dihitung nilai perubahan
entalpi (H) dengan cara yang sama seperti pada tabung 2 dan 3 dan didapat nilai
perubahan entalpi (H) sebesar -1,8853 10-3 J. Perubahan entalpi (H) bernilai negatif,
hal ini menandakan terjadi reaksi eksoterm yaitu adanya pelepasan kalor dari sistem ke
lingkungan.
Percobaan 2 :
Pada percobaan yang kedua, disiapkan wadah plastik dengan penutupnya.
Kemudian dimasukkan 1 sendok spatula Ba(OH)2 yang berupa serbuk putih dengan
massa 0,0618 gram. Selanjutnya diukur suhu awal (T 1) dengan termometer dan didapat
suhu sebesar 320C. Setelah itu, ditambahkan sendok spatula NH4Cl yang berupa kristal
berwarna putih dengan massa 0,0630 gram dan ditutup dengan segera kemudian dikocok
dengan kuat sampai tercampur sempurna yaitu selama 5 menit. Dengan persamaan reaksi
:
Ba(OH)2 (s) + 2NH4Cl (s) BaCl2 (s) + 2NH3 (g) + 2H2O (l)
Setelah dikocok akan berbentuk gel berwarna putih. Kemudian tutup wadah
dibuka dan diukur suhunya dengan termometer sambil di bau gas yang keluar. Didapat
suhu (T2) sebesar 340C dan bau menyengat dari gas NH3. Dalam percobaan terjadi
kenaikan suhu yaitu T2 > T1. Hal ini menandakan pada reaksi terjadi pelepasan kalor dari
sistem ke lingkungan. Reaksi yang terjadi adalah reaksi eksoterm. Dengan perubahan
suhu (T) sebesar 20C. Kemudian dihitung nilai perubahan entropi (S) dengan cara
yang sama seperti pada percobaan 1. Didapat nilai perubahan entropi (S) sebesar 1,778
10-4 J/K. Pada percobaan ini terjadi perubahan entropi (S) yang bernilai positif. Hal
ini berarti sistem berubah dari keadaan teratur menjadi kurang teratur. Selain itu ada yang
menyebabkan perubahan entropi (S) bernilai positif yaitu adanya kenaikan suhu.
Dimana pada percobaain ini didapat T2 > T1. Kenaikan suhu menunjukkan kenaikan
energi kinetik rata rata partikel sehingga partikel akan bergerak lebih acak dan
menyebabkan ketidakteraturan sistem meningkat. Perubahan entropi (S) bernilai positif
pada percobaan ini juga disebabkan karena perubahan fasa dari memiliki susunan
partikel teratur menjadi fasa yang memiliki susunan partikel yang kurang teratur. Reaksi
pada perobaan ini
X.
Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
Pada percobaan 1 pada tabung reaksi 1 terjadi reaksi eksoterm dapat ditandai dengan
besarnya T1< T2 sehingga nilai S positif, yang artinya reaksi dapat berlangsung
spontan.
Pada percobaan 1 pada tabung reaksi 2 terjadi reaksi endoterm dapat ditandai dengan
besarnya T1> T2 sehingga nilai S negatif, yang artinya reaksi tidak dapat
berlangsung spontan.
Pada percobaan 1 pada tabung reaksi 3 terjadi reaksi eksoterm dapat ditandai dengan
besarnya T1< T2 sehingga nilai S positif, yang artinya reaksi dapat berlangsung
spontan.
Pada percobaan pertama diperoleh data:
- Pada tabung 1, T1< T2 dengan S = 0,006022 J/K dan H = -1,873 J.
- Pada tabung 2, T1> T2 dengan S = - 2,355 10-4 J/K dan H = 0,07182 J.
- Pada tabung 3, T1< T2 dengan S = 6,1411 x 10-6 J/K dan H= -1,8853 10-3 J.
Pada percobaan 2 terjadi reaksi eksoterm dapat ditandai dengan besarnya T 1< T2
sehingga nilai S positif, yang artinya reaksi dapat berlangsung spontan dan
diperoleh data dengan S = 1,778 10-4 J/K dan H = - 0,05458 J.
XI.
Daftar Pustaka
Alonson, M., & Finn, E. J. 1990. Dasar-Dasar Fisika Universitas Edisi Kedua. Jakarta:
Erlangga.
Atkins, P. W. 1990. Kimia Fisika Edisi keempat. Jakarta: Erlangga.
Bahl, A., & dkk. 1999. Essentials Of Physical Chemistry. Chandigarh: S. Chand.
Dixon, S. L. (986. Mekanika Fluida: Termodinamika Mesin Turbo. Jakarta: UI-Press.
Liapril, J. 2012. Entropi Sistem. Retrieved Maret 23, 2016, from https://www.scribd.com
Reynolds, W. C., & Perkins, H. C. 1996. Termodinamika Teknik (Kedua ed.). Jakarta:
Erlangga.
Rohman, I., & Mulyani, S. 2004. Kimia Fisika I. Bandung: IMSTEP UPI.
Jawaban Pertanyaan
T2
T1
Sehingga didapat:
Percobaan 1
Tabung 1
Diketahui:
Massa NaOH
= 0,1974 g
Mr NaOH
= 40 g/mol
Cp air
= 75,291 J/K.mol
T1
= 33C = 306 K
T2
= 38C = 311 K
Ditanya:
S dan H
Jawab:
= ?
0,1974 g 75,291 J
311 K
. mol ln
g
K
306 K
40
mol
= 0,006022 J/K
H
= -S x T2
= - 0,006022 J/K x 311K
= - 1,873 J (reaksi eksoterm)
Tabung 2
Diketahui:
Massa KNO3
= 0,0965 g
Mr KNO3
= 101 g/mol
Cp air
= 75,291 J/K.mol
T1
= 33C = 306 K
T2
= 32C = 305 K
Ditanya:
S dan H
= ?
Jawab:
T2
S
= nKNO3 x Cp x ln T 1
=
H
0,0965 g
305 K
75,291 J / K . mol ln
101 g/mol
306 K
= - 2,355x10-4 J/K
= -S x T2
= - (- 2,355X10-4 ) J/K x 305 K
= 0,07182 J (reaksi endoterm)
Tabung 3
Diketahui:
Massa Mg
= 0,0965 g
Mr Mg
= 101 g/mol
Cp air
= 75,291 J/K.mol
T1
= 33C = 306 K
T2
= 34C = 307 K
MHCl
= 0,1 M
VHCl
= 5 mL
Ditanya:
S dan H
= ?
Jawab:
Persamaan reaksi: Mg (s) + 2HCl (aq) MgCl2 (aq) + H2 (g)
n Mg =
Massa Mg 0,0006 g
=
=2,5 105=0,000025mol
Ar Mg
24 g /mol
H2 (g)
0,000025
0,000025
307 K
306 K
Percobaan 2
Diketahui:
Massa Ba(OH)2
= 0,0618 g
Mr Ba(OH)2
= 171 g/mol
Massa NH4Cl
= 0,0630 g
Mr NH4Cl
= 53,45 g/mol
Cp air
= 75,291 J/mol
T1
= 32C = 305 K
T2
= 34C = 307 K
Ditanya:
S dan H
=?
Jawab:
Persamaan reaksi:
Ba(OH)2 (s) + 2 NH4 (s) BaCl2 (s) + 2 NH3 (g) + 2 H2O (l)
massa 0,0618 g
=
=3,614 104
n Ba(OH)2 =
Mr
171 g/mol
n NH4 =
massa
0,0630 g
=
=1,1787 104
Mr
53,45 g/mol
2 NH3 (g)
+ 2 H2O (l)
R: 3,614 10
7,222 10
3,614 10
3,614 10
4,559 104
3,614 104
3,614 104
T2
ln
= nBaCl x Cp x
T1
=
H
1,778 10
J
K
= - S x T2
=-
J
307
ln
mol
305
1,778 104
J
307 K
K
= - 0,05458 J (eksoterm)
2. Deskripsikan hasil analisis saudara.
Pada percobaan entropi sistem ini bertujuan untuk mempelajari perubahan entropi
sistem pada beberapa reaksi. Dalam percobaan ini terdapat dua percobaan.
Percobaan 1 :
Percobaan yang pertama, disiapkan 3 tabung reaksi. Tabung reaksi pertama di isi
dengan 10 mL air kemudian di ukur suhu awal dengan termometer. Dimana pada
percobaan suhu awal (T1) sebesar 330C. Setelah itu, ditambah dengan sendok spatula
NaOH padat yang berwarna putih yang ditimbang terlebih dahulu, didapat massa sebesar
0,1974 gram dan dikocok sampai padatan tercampur atau larut
sempurna yang
T2
T1
Didapat perubahan entropi (S) sebesar 0,006022 J/K. Pada percobaan ini terjadi
perubahan entropi (S) yang bernilai positif. Hal ini berarti sistem berubah dari keadaan
teratur menjadi kurang teratur. Ada yang menyebabkan perubahan entropi (S) bernilai
positif yaitu adanya kenaikan suhu. Dimana pada percobaain ini didapat T 2 > T1.
Kenaikan suhu menunjukkan kenaikan energi kinetik rata rata partikel sehingga
partikel akan bergerak lebih acak dan menyebabkan ketidakteraturan sistem meningkat.
Perubahan entropi (S) bernilai positif pada percobaan ini juga disebabkan karena
perubahan fasa dari padat yang memiliki susunan partikel teratur menjadi fasa cair yang
memiliki susunan partikel yang kurang teratur. Reaksi pada perobaan ini merupakan
reaksi irreversibel dan spontan atau dapat langsung bereaksi pada tekanan tetap.
Setelah didapat nilai perubahan entropi (S) kemudian dihitung nilai perubahan
entalpi (H) dengan rumus :
H = - S T2
Sehingga didapat nilai perubahan entalpi (H) sebesar 1,873 J. Hal ini
menandakan terjadi reaksi eksoterm yaitu adanya pelepasan kalor dari sistem ke
lingkungan.
Pada tabung reaksi 2 juga diisi dengan 10 mL air kemudian diukur suhu awal
(T1) yaitu sebesar 330C. Kemudian ditambah dengan KNO3 padat yang berupa kristal
berwarna putih dengan massa sebesar 0,0965 gram kemudian dikocok sampai tercampur
sempurna yang menghasilkan larutan tidak berwarna. Dengan persamaan reaksi :
H2O (l) + KNO3 (s) KNO3 (aq)
Kemudian campuran pada tabung reaksi 2 di ukur suhunya dengan termometer
dan didapat suhu (T2) sebesar 320C. Dalam percobaan pada tabung 2 terjadi penurunan
suhu yaitu T2 < T1. Hal ini menandakan pada reaksi terjadi perpindahan kalor dari
lingkungan ke sistem. Reaksi yang terjadi adalah reaksi endoterm. Dengan perubahan
suhu (T) sebesar -1 0C. Kemudian dihitung nilai perubahan entropi (S) dengan cara
yang sama seperti pada tabung reaksi 1. Didapat perubahan entropi (S) sebesar 2,355
10-4 J/K. Pada percobaan ini terjadi perubahan entropi (S) yang bernilai negatif. Hal
ini berarti sistem berubah dari keadaan kurang teratur menjadi teratur. Ada yang
menyebabkan perubahan entropi (S) bernilai negatif yaitu adanya penurunan suhu.
Dimana pada percobaain ini didapat T2 < T1. Penurunan suhu menunjukkan penurunan
energi kinetik rata rata partikel sehingga partikel akan bergerak lebih teratur dan
menyebabkan ketidakteraturan sistem menurun. Reaksi pada percobaan ini merupakan
reaksi reversibel dan tidak spontan pada tekanan tetap. Setelah didapat nilai perubahan
entropi (S) kemudian dihitung nilai perubahan entalpi (H) dengan cara yang sama
dengan tabung reaksi 1. Didapat nilai perubahan entalpi (H) sebesar 0,07182 J. Hal ini
menandakan terjadi reaksi endoterm yaitu adanya perpindahan kalor dari lingkungan ke
sistem.
Pada tabung reaksi 3 diisi dengan 5 mL HCl yang tidak berwarna. Kemudian
diukur suhu awal (T1) dengan termometer yaitu sebesar 330C. Setelah itu,ditambah
dengan logam Mg yang berupa butiran hitam dengan massa sebesar 0,00069 gram
kemudian dikocok sampai larutan tercampur secara sempurna yang menghasilkan larutan
berwarna kuning dan timbul gas H2 yang ditandai dengan munculnya gelembung gas.
Dengan persamaan reaksi :
2HCl (l) + Mg (s) MgCl2 (aq) + H2 (g)
Kemudian campuran pada tabung reaksi 3 diukur suhunya dengan termometer
dan didapat suhu (T2) yaitu sebesar 340C. Dalam percobaan pada tabung reaksi 3 terjadi
kenaikan suhu yaitu T2 > T1. Hal ini menandakan pada reaksi terjadi pelepasan kalor dari
sistem ke lingkungan. Reaksi yang terjadi adalah reaksi eksoterm. Dengan perubahan
suhu (T) sebesar 10C. Kemudian dihitung nilai perubahan entropi (S) dengan cara
yang sama seperti pada tabung reaksi 1 dan 2. Didapat nilai perubahan entropi (S)
sebesar 6,1411 10-6 J/K. Pada percobaan ini terjadi perubahan entropi (S) yang
bernilai positif. Hal ini berarti sistem berubah dari keadaan teratur menjadi kurang
teratur. Ada yang menyebabkan perubahan entropi (S) bernilai positif yaitu adanya
kenaikan suhu. Dimana pada percobaain ini didapat T2 > T1. Kenaikan suhu menunjukkan
kenaikan energi kinetik rata rata partikel sehingga partikel akan bergerak lebih acak
dan menyebabkan ketidakteraturan sistem meningkat. Perubahan entropi (S) bernilai
positif pada percobaan ini juga disebabkan karena perubahan fasa dari padat yang
memiliki susunan partikel teratur menjadi fasa cair yang memiliki susunan partikel yang
kurang teratur. Reaksi pada perobaan ini merupakan reaksi irreversibel dan spontan atau
dapat langsung bereaksi pada tekanan tetap.
Setelah didapat nilai perubahan entropi (S) kemudian dihitung nilai perubahan
entalpi (H) dengan cara yang sama seperti pada tabung 2 dan 3 dan didapat nilai
perubahan entalpi (H) sebesar -1,8853 10-3 J. Perubahan entalpi (H) bernilai negatif,
hal ini menandakan terjadi reaksi eksoterm yaitu adanya pelepasan kalor dari sistem ke
lingkungan.
Percobaan 2 :
Pada percobaan yang kedua, disiapkan wadah plastik dengan penutupnya.
Kemudian dimasukkan 1 sendok spatula Ba(OH)2 yang berupa serbuk putih dengan
massa 0,0618 gram. Selanjutnya diukur suhu awal (T 1) dengan termometer dan didapat
suhu sebesar 320C. Setelah itu, ditambahkan sendok spatula NH4Cl yang berupa kristal
berwarna putih dengan massa 0,0630 gram dan ditutup dengan segera kemudian dikocok
dengan kuat sampai tercampur sempurna yaitu selama 5 menit. Dengan persamaan reaksi
:
Ba(OH)2 (s) + 2NH4Cl (s) BaCl2 (s) + 2NH3 (g) + 2H2O (l)
Setelah dikocok akan berbentuk gel berwarna putih. Kemudian tutup wadah
dibuka dan diukur suhunya dengan termometer sambil di bau gas yang keluar. Didapat
suhu (T2) sebesar 340C dan bau menyengat dari gas NH3. Dalam percobaan terjadi
kenaikan suhu yaitu T2 > T1. Hal ini menandakan pada reaksi terjadi pelepasan kalor dari
sistem ke lingkungan. Reaksi yang terjadi adalah reaksi eksoterm. Dengan perubahan
suhu (T) sebesar 20C. Kemudian dihitung nilai perubahan entropi (S) dengan cara
yang sama seperti pada percobaan 1. Didapat nilai perubahan entropi (S) sebesar 1,778
10-4 J/K. Pada percobaan ini terjadi perubahan entropi (S) yang bernilai positif. Hal
ini berarti sistem berubah dari keadaan teratur menjadi kurang teratur. Selain itu ada yang
menyebabkan perubahan entropi (S) bernilai positif yaitu adanya kenaikan suhu.
Dimana pada percobaain ini didapat T2 > T1. Kenaikan suhu menunjukkan kenaikan
energi kinetik rata rata partikel sehingga partikel akan bergerak lebih acak dan
menyebabkan ketidakteraturan sistem meningkat. Perubahan entropi (S) bernilai positif
pada percobaan ini juga disebabkan karena perubahan fasa dari memiliki susunan
partikel teratur menjadi fasa yang memiliki susunan partikel yang kurang teratur. Reaksi
pada perobaan ini
Lampiran Foto
No
Gambar
Keterangan
Menyiapkan alat
10
11
Mengukur temperatur
larutan sebagai T2
12
suhu
13
14
15
Meletakkan
beberapa
potongan logam Mg ke dalam
cawan petri dan mengukur
massanya
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Lampiran Perhitungan
Percobaan 1
Tabung 1
Diketahui:
Massa NaOH
= 0,1974 g
Mr NaOH
= 40 g/mol
Cp air
= 75,291 J/K.mol
T1
= 33C = 306 K
T2
= 38C = 311 K
Ditanya:
S dan H
= ?
Jawab:
Persamaan reaksi: NaOH (s) + H2O (l) NaOH (aq)
T2
S
= nNaOH x Cp x ln T 1
0,1974 g 75,291 J
311 K
. mol ln
g
K
306 K
40
mol
= 0,006022 J/K
= -S x T2
= - 0,006022 J/K x 311K
= - 1,873 J (reaksi eksoterm)
Tabung 2
Diketahui:
Massa KNO3
= 0,0965 g
Mr KNO3
= 101 g/mol
Cp air
= 75,291 J/K.mol
T1
= 33C = 306 K
T2
= 32C = 305 K
Ditanya:
S dan H
= ?
Jawab:
T2
S
= nKNO3 x Cp x ln T 1
=
H
0,0965 g
305 K
75,291 J / K . mol ln
101 g/mol
306 K
= - 2,355x10-4 J/K
= -S x T2
= - (- 2,355X10-4 ) J/K x 305 K
= 0,07182 J (reaksi endoterm)
Tabung 3
Diketahui:
Massa Mg
= 0,0965 g
Mr Mg
= 101 g/mol
Cp air
= 75,291 J/K.mol
T1
= 33C = 306 K
T2
= 34C = 307 K
MHCl
= 0,1 M
VHCl
= 5 mL
Ditanya:
S dan H
= ?
Jawab:
Persamaan reaksi: Mg (s) + 2HCl (aq) MgCl2 (aq) + H2 (g)
Massa Mg 0,0006 g
=
=2,5 105=0,000025mol
n Mg =
Ar Mg
24 g /mol
n HCl = M x V = 0,1 M x 5 mL = 0,5 mmol = 0,0005 mol
Mg(s)
+
M: 0,000025
R : 0,000025
S: -
H2 (g)
0,000025
0,000025
= nMgCl2 x Cp x ln
=
T2
T1
307 K
306 K
Percobaan 2
Diketahui:
Massa Ba(OH)2
= 0,0618 g
Mr Ba(OH)2
= 171 g/mol
Massa NH4Cl
= 0,0630 g
Mr NH4Cl
= 53,45 g/mol
Cp air
= 75,291 J/mol
T1
= 32C = 305 K
T2
= 34C = 307 K
Ditanya:
S dan H
=?
Jawab:
Persamaan reaksi:
Ba(OH)2 (s) + 2 NH4 (s) BaCl2 (s) + 2 NH3 (g) + 2 H2O (l)
massa 0,0618 g
4
=
=3,614 10
n Ba(OH)2 =
Mr
171 g/mol
n NH4 =
massa
0,0630 g
=
=1,1787 104
Mr
53,45 g/mol
3,614 104
3,614 104
4,559 104
3,614 104
3,614 104
+ 2 H2O (l)
7,222 104
T2
= nBaCl x Cp x ln T 1
=
2 NH3 (g)
= - S x T2
J
K
J
307
ln
mol
305
=-
1,778 104
J
307 K
K
= - 0,05458 J (eksoterm)