Professional Documents
Culture Documents
PT Semen Padang
25 Mei 2015 24 Juli 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Kerja Praktek merupakan salah satu sarana bagi mahasiswa teknik kimia
untuk mengetahui penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi teknik kimia di
lapangan. Tujuan dasarnya adalah untuk menyelaraskan aplikasi dan keilmuan
bidang teknik kimia.
Pemahaman proses dan operasi yang terjadi di pabrik merupakan hal
penting yang akan menambah wawasan mahasiswa tentang industri. Kerjasama
antara perusahaan dan institusi perguruan tinggi perlu terus ditingkatkan agar
dunia akademik dapat mengikuti perkembangan dunia industri yang berkembang
semakin pesat. Oleh karena itu mahasiswa teknik kimia mempunyai tanggung
jawab besar untuk meningkatkan pemahaman baik dari segi keilmuan maupun
keterampilan dasar yang dituntut untuk menjadi seorang profesional.
Kemajuan rekayasa teknik dalam dunia industri adalah suatu hal yang penting
bagi dunia perindustrian global. Bersamaan dengan itu, perkembangan dunia
TUJUAN
Kerja Praktek ini dimaksudkan untuk:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
1.3.
2.2.
Lokasi Pabrik
PT. Semen Padang terletak di Kelurahan Indarung, Kecamatan Lubuk
Kilangan, Kotamadya Padang, Sumatera Barat, berjarak 15 km kearah timur pusat
kota Padang. Secara geografis, lokasi pabrik berada pada ketinggian sekitar 200 m
diatas permukaan laut.
2.3.
kemampuan
rekayasa
dan
engineering
untuk
6) Strengthening Teamwork
Tabel 2.1 Kapasitas produksi PT. Semen Padang
No
Pabrik
Kapasitas/Tahun
Indarung II
660.000 Ton
Indarung III
660.000 Ton
Indarung IV
1.620.000 Ton
Indarung V
2.300.000 Ton
Optimalisasi Pabrik
760.000 Ton
(Sumber :PT.Semen Padang)
2.4.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1.
Pengertian Semen
Semen (cement) adalah hasil industri dari paduan bahan baku batu kapur
sebagai bahan utama dan tanah liat atau bahan pengganti lainnya dengan hasil
akhir berupa padatan berbentuk bubuk, tanpa memandang proses pembuatannya,
yang mengeras atau membatu pada pencampuran dengan air. Bila semen
dicampurkan dengan air, maka terbentuklah beton. Beton nama asingnya,
dan
pengerasan
semen
hidrolik
disebabkan
adanya
10
Bahan Baku
Lime Stone (CaCO3)
Silica Stone (SiO2)
Tanah Liat (Al2O3)
Pasir Besi (Fe2O3)
Gypsum (CaSO4.nH2O)
3.4.
Proporsi
81 %
9%
10 %
1%
2-5 %
(Sumber : Laboratorium Proses Indarung IV)
: CaCO3
Fasa
: Padat (Solid)
Warna
Kadar Air
: 3%
Bulk Density
(halus)
Ukuran Material
: > 60mm = 0%
Silica Modulus
: 3.21
Alumina Modulus
: 1.44
: 50.9%
b) SiO2
: 5.88%
c) Al2O3
: 1.08%
d) Fe2O3
: 0.75%
e) MgO
: 0.7%
: Si2O3
Fasa
: Padat (Solid)
Warna
: Coklat Kemerahan
Kadar Air
: 10.95%
Bulk Density
11
: > 60mm = 0%
Silica Modulus
: 3.64
Alumina Modulus
: 2.073
: 1.86%
b) SiO2
: 68.76%
c) Al2O3
: 12.75%
d) Fe2O3
: 6.15%
e) MgO
: 1.05%
: Al2O3
Fasa
: Padat (Solid)
Warna
: Coklat Kekuningan
Kadar Air
: 34.8%
Bulk Density
: 750 g/l
Silica Modulus
: 0.912
Alumina Modulus
: 3.017
: 0.63%
b) SiO2
: 39.9%
c) Al2O3
: 32.86%
d) Fe2O3
: 10.89%
e) MgO
: 0.24%
: Fe2O3
Fasa
: Padat (Solid)
Warna
: Hitam
Kadar Air
: 2.1%
Bulk Density
: 1657 g/l
: 5.63%
12
: 26.48%
c) Al2O3
: 9.97%
d) Fe2O3
: 59.79%
e) MgO
: 2.75%
: 23,28 %
2) Hidrogen (H)
: 2,34 %
: 20,93 %
5) Sulfur (S)
: 18,62 %
2) Spesifik grafity
: 2,31 - 2,35
13
14
b) Hideration Shringkage
c) Carbonation Shringkage
15
BAB IV
DESKRIPSI PROSES
4.1.
Tahapan proses yang terjadi pada Raw Mill
4.1.1. Pengumpanan Bahan Baku
Pengumpanan bahan baku ke dalam sistem proses diatur oleh dosimat
feeder, yang diletakkan tepat di bawah hopper. Prinsip kerja dosimat feeder ini
adalah mengatur kecepatan feed yang akan diumpankan ke belt conveyor dan
dikirim ke horizontal dan vertical roller mill untuk mengalami penggilingan dan
16
17
18
19
4.2.
ini berfungsi sebagai homogenizing dan blending raw mix, dengan prinsip kerja :
1) Memiliki 7 titik ekstraksi (Flap Valve A-G) dengan 6 segmen aerasi untuk
masing-masing titik aerasi.
2) Efek homogenasi didapatkan dari efek pencampuran antar lapisan material karna
perbedaan kecepatan penarikan pada masing-masing titik penarikan.
4.3.
Coal Mill
20
21
22
23
CaO + CO2
MgCO3
MgO + CO2
2CaO.SiO2
3CaO. Al2O3
5) Pembentukan C4AF
4CaO + Al2O3 + FeCO3
4CaO.Al2O3.Fe2O3
3CaO.SiO2
24
Perkiraan Suhu
Material
Zona
Awal
Akhir
Panjang zona
thd rasio
Penggunaan Batu
diameter Kiln
o
Preheating zone
( C)
( C)
100
900
Preheater
Light weight
firebrick, fireclay
Calcining zone
700
1050
4-6
Safety zone
1050
1150
Magnesia spinell
(60-70 % MgO)
Upper Transition
1150
1250
2-4
zone
Magnesia spinel
(80-90 % MgO)
Sintering zone
1350
1500
3-5
Lower transition
1350
1250
1-2
25
(80-90% MgO)
26
4.5.
27
3) Tahap Pemisahan
Ira Yuli Nutriani (03121003004)| Hilda Hayati (03121003016)
28
Tujuan dari penggilingan dan pencampuran Gypsum dan aditif lain adalah :
29
30
Alat Transport
Conveyor adalah alat yang berfungsi untuk mengangkut bahan-bahan
Belt Conveyor
Belt Conveyor menggunakan ban karet untuk memindahkan bahan bahan
dari satu lokasi ke lokasi lain. Secara umum susunan komponen atau peralatan
yang ada pada belt conveyor terdiri dari :
a) Komponen penggerak yang terdiri dari motor penggerak (motor,
coupling, gearbox), drive pulley, snub pulley, take-up pulley, head
pulley, dan tail pulley.
b) Bagian pembawa material yang terdiri dari sabuk (belt) yang di
sangga pada idler pembawa (troughed idler/carry idler), sedangkan
31
klinker dari grate cooler menuju ke silo klinker. Bentuk DBC ini
menyerupai bucket conveyor, hanya saja bucket yang dimiliki DBC lebih
dalam dan dapat menahan panas dari klinker yang baru keluar dari grate
cooler. Sudut potong 65, digunakan untuk bahan sangat kering dan
mudah mengalir.
32
3) Bucket Elevator
4) Screw Conveyor
Jenis konveyor yang paling tepat untuk mengangkut bahan padat
berbentuk halus adalah konveyor sekrup (screw conveyor). Alat ini pada dasarnya
terbuat dari pisau yang berpilin mengelilingi suatu sumbu sehingga bentuknya
mirip sekrup. Pisau berpilin ini disebut flight. Kelebihan lain dari screw conveyor
adalah dapat mengeluarkan material pada beberapa titik yang dikehendaki. Hal ini
penting bagi material yang berdebu (dusty) dan material panas, material yang
berbau. Berdasarkan jenis bahan yang dipindahkan, conveyor dapat dibagi atas
beberapa jenis, yaitu :
1.
Pemindahan
bahan
berupa
butiran
kering
atau
material
serbuk
33
4.8.
Separator
Berdasarkan prinsip kerja peralatan, separator dapat dibagi menjadi dua
jenis, yaitu :
1) Static Separator
34
35
36
sementara bahan baku semen. Prinsip kerja dari alat ini yaitu sebagai penampung
sebelum bahan baku masuk kedalam unit raw mill dan di dukung dengan alat
dosimat feeder sebagai alat penimbang yang mengatur jumlah bahan baku yang
akan masuk kedalam raw mill dengan perbandingan yang telah ditentukan oleh
operator di CCP (Central Control Panel).
BAB V
TUGAS KHUSUS
EFISIENSI PANAS PADA KILN
5.1.
5.2.
37
5.4.
Latar Belakang
Rotary Kiln mulai diperkenalkan pada tahun 1908 sebagai inovasi dari
shaft kiln. Tahun 1910 pabrik semen pertama didirikan di Indonesia. Tahun 1918,
L.J Vicat menyatakan bahwa untuk membuat semen yang tahan air tidak hanya
dibutuhkan batu kapur, tetapi juga batu yang mengandung alumunium , silika,
magnesium, dan oksida besi dengan perbandingan tertentu. Pada awal
perkembangan, pabrik semen menggunakan tanur (kiln) vertikal sebagai tempat
pembakaran. Industri semen terus berkembang hingga ditemukan tanur putar
(rotary kiln) dan tube mill. Ditemukannya tanur putar memungkinkan produksi
semen secara kontinu.
Rotary kiln terdiri dari suatu tabung yang terbuat dari pelat baja, dan
dilapisi dengan bata tahan-api. Dengan kemiringan dari bejana (1-4) dan pelanpelan berputar di atas poros antara 30 dan 250 derajat per jam. Raw Mix diberi
makan di dalam di akhir yang bagian atas, dan perputaran dapur kapur/tempat
pengeringan menyebabkannya untuk secara berangsur-angsur bergerak ke arah
yang menurun kepada yang lain akhir dari dapur kapur/tempat pengerinngan. Di
bahan bakar akhir yang lain, dalam wujud gas, minyak, atau melumatkan bahan
bakar padat, adalah terbang masuk melalui "pipa pembakar", menghasilkan suatu
nyala api besar sepusat di dalam bagian bawah dari bejana kiln. Ketika material
menggerakkan di bawah nyala api, akan terjangkau temperatur puncak nya,
sebelum mundur dari tabung dapur kapur/tempat pengeringan ke dalam
pendingin. Udara ditarik pertama melalui pendingin dan lalu melalui kiln
pengeringan untuk pembakaran bahan bakar. Di dalam udara yang
dingin
38
5.6.
1)
Metode diskusi
39
Metode Literatur
Penulis mencari referensi yang berhubungan dengan tugas khusus
yang diperoleh dari berbagai sumber seperti control room, manual
operation, dan sumber-sumber lain yang dianggap relevan dari
perpustakaan di PT.Semen Padang.
3)
Reaksi
yang
terjadi
di
dalam
Rotary
Kiln
40
2CaO.SiO2 + CaO
2)
1200
1450 C
3CaO.SiO2
1100
1200 C
2CaO + SiO2
3)
2CaO.SiO2
3CaO + Al2O3
4)
900
1100 C
3CaO.Al2O3
500
900 C
4CaO.Al2O3.Fe2O3
41
SIM
SiO 2
Al 2 O3
Fe2 O3
Umumnya silica modulus berkisar antara 1,9 sampai 5,2. Tetapi silika
modulus yang lebih banyak dipakai adalah 2,2 sampai 2,6. Silika modulus yang
lebih tinggi yaitu antara 3 sampai 5 dijumpai untuk semen dengan kadar silika
tinggi (High Silicion Cement) dan juga untuk semen putih (white portland
cement).
Makin tinggi silika modulus dalam kiln feed, maka burn abilitynya makin
tinggi yang berarti pembakaran klinker makin sukar (hard burning) juga liquid
phase dalam burning zone akan berkurang dan ini menyebabkan cenderung
terbentuknya coating di dalam kiln. Tingginya silika modulus juga menyebabkan
sifat pengikatan awal dari semen makin lama. Sebaliknya, jika makin rendah akan
memperbanyak fasa liquid di dalam burning zone dan juga akan menurunkan burn
ability (easy burn ability) dari klinker dan akan memperbaiki pembentukan
coating di dalam kiln.
2) Alumina Modulus atau alumina ratio (ALM)
ALM
Al O
2
Fe2 O3
Alumina
modulus
ialah
sifat
dari
kiln
feed
Umumnya alumina ratio antar 1,5 sampai 2,5. Fe2O3 mempunyai sifat
mempercepat reaksi antara kalsium oksida dan silika oksida. Makin tinggi
kandungan Fe2O3, maka akan menyebabakan kiln feed makin mudah menjadi
klinker. Alumina ratio juga menentukan komposisi fasa liquid di dalam klinker.
3) Lime Saturation Factor (LSF)
42
% Berat
13,78
3,23
2,02
44,29
0,54
0,5
0,25
Komponen
SiO2
Al2O3
Fe2O3
2) Komposisi Klinker
% Berat
21,95
6,08
3,46
43
66,77
0,98
0,3
% Berat
57,87
3,47
0,98
7,9
0,88
11,7
17,11
= 303.000 kg/jam
= 22.450 kg/jam
= 12.160 kg/jam
= 8750C
= 93% (referensi)
= 10% (referensi)
= 8% (referensi)
% Berat
13,78
Al2O3
3,23
Fe2O3
2,02
CaO
44,29
MgO
0,54
H2O
0,5
Impuritis
0,25
total
64,61
Ira Yuli Nutriani (03121003004)| Hilda Hayati (03121003016)
44
%CaCO3 =
100
X 44,29
56
= 79,09 %
%
MgCO 3=
BMMgCO 3
X MgO
BMMgO
84
X 0,54
= 40
= 1,13 %
Menghitung massa masing-masing komponen pada umpan kiln
Massa SiO2 =
13,78
X 303000 kg/ jam
100
= 41753,4 kg/jam
Dengan cara yang sama dapat diketahui massa masing-masing komponen yang
menjadi umpan kiln, sehingga diperoleh massa sebagai berikut:
Komposisi
% Berat
SiO2
13,78
41753,40
Al2O3
3,23
9786,90
Fe2O3
2,02
6120,60
CaCO3
79,09
239640,54
MgO3
1,13
3436,02
H2O
0,50
1515,00
impuritis
0,25
757,50
45
100,00
302252,46
% Berat
Massa (kg)
SiO2
13,78
37485,35009
Al2O3
3,23
8786,479012
Fe2O3
2,02
5494,949723
CaCO3
79,09
215146,3236
MgCO3
1,13
3073,907518
H2O
Impuritis
0,25
680,068035
Total
99,5
270667,0779
CaO terbentuk
BMCaO
XBerat CaCO 3 yan g terkalsinasi
BMCaCO 3
46
CO2 terbentuk
BMCO 2
XBerat CaCO 3 yang terkalsinasi
BMCaCO 3
44
X 200086,0809 kg
100
= 88037,8756 kg
CaCO3 Sisa
Reaksi (2)
MgCO3 MgO + CO2
MgCO3 yang terkalsinasi
MgO terbentuk
BMMgO
XBeratMgCO 3 yangterkalsinasi
= BMMgCO 3
=
40
X 2858,733992 kg
84
= 1361,301901 kg
CO2 terbentuk
BMCO 2
XBeratMgCO 3 yangterkalsinasi
BMMgCO 3
44
X 2858,733992kg
84
= 1497,432091 kg
MgCO3 sisa
47
SiO2
37485,35009
Al2O3
8786,479012
Fe2O3
5494,949723
CaCO3 sisa
15060,24265
MgCO3 sisa
215,1735263
CaO
112048,2053
MgO
1361,301901
Impuritis
680,068035
Total
181131,7702
CO2 Hasil Kalsinasi = Berat CO2 Hasil Reaksi 1+ Berat CO2 Hasil Reaksi 2
= 200086,0809 + 2858,733992
= 89535,30769 kg
Perhitungan Kebutuhan Batubara di Suspensi Preheater :
Jumlah Batubara masuk SP = 22540 Kg
Komposisi Batubara :
Komponen
C
% Berat
57,87
Massa (kg)
13043,898
H2
3,47
782,138
N2
0,98
220,892
O2
7,9
1780,66
0,88
198,352
Moist (H2O)
11,7
2637,18
Ash content
17,11
3856,594
Total
99,91
22519,714
48
% Berat
21,95
Massa (kg)
850,4343812
Al2O3
6,08
235,564512
Fe2O3
3,46
134,0548045
CaO
66,77
2586,947774
MgO
0,98
37,96927989
SO3
0,3
11,62324895
Total
99,54
3856,594
= 12 gr/mol
BM H2O
= 18 gr/mol
BM H2
= 2 gr/mol
BM SO2
= 64 gr/mol
BM S
= 32 gr/mol
BM O2
= 32 gr/mol
BM CO2
= 44 gr/mol
Sehingga,
Reaksi 1 :
C + O2 CO2
CO2 yang terbentuk
BMCO 2
X beratC
BMC
44
X 13043,898 kg
12
= 47827,626 kg
49
O2 yang diperlukan
BMO 2
XberatC
BMC
32
X 13043,898 kg
12
= 34783,728 kg
Reaksi 2
S + O2 SO2
SO2 yang terbentuk
BMSO 2
X berat S
BMS
64
X 198,352 kg
32
= 396,704 kg
O2 yang diperlukan
BMO 2
X berat S
BMS
32
X 198,352
32
198,352 kg
Reaksi 3
H2 + O2 H2O
H2O yang Terbentuk =
BMH 2O
XberatH 2
BMH 2
18
X 782,138 kg
2
= 7039,242 kg
O2 yang diperlukan
BMO2
XberatH 2
BMH 2
1 32
X 782,138 kg
2 2
= 6257,104 Kg
Ira Yuli Nutriani (03121003004)| Hilda Hayati (03121003016)
50
= 1780,66 kg
Kebutuhan O2 teoritis
100
Xkebutu h an O 2 sesunggu h nya
21
100
X 40642,27972 kg
21
= 193534,6653 kg
N2 dari udara
79
Xkebutu h an udara sesunggu h nya
100
79
X 193534,6653 kg
100
= 152892,3856 kg
N2 total
= (152892,3856 + 220,892)kg
= 153113,2776 kg
O2 sisa pembakaran
H2O total
51
Massa (kg)
47827,626
N2
153113,2776
H2O
9676,422
SO2
396,704
Total
211014,0296
Umpan Kiln
SiO2 total
Al2O3 total
Fe2O3 total
CaCO3
= 15060,24265 kg
MgCO3
= 215,1735263 kg
52
MgO total
Impuritis
= 680,068035 kg
Ash
= 3856,594 kg
Al2O3
9022,043524
Fe2O3
5629,004527
CaCO3
15060,24265
MgCO3
215,1735263
CaO
114635,1531
MgO
1399,271181
Impuritis
680,068035
Ash
3856,594
Total
188833,335
Massa (kg)
303000
OUTPUT
Komponen
H2O yang menguap
Massa (kg)
9676,422
preheater
Umpan batubara
22540
89535,30769
Udara tersier
193534,6653
O2 sisa pembakaran
1183,75572
GHP
Ira Yuli Nutriani (03121003004)| Hilda Hayati (03121003016)
53
Total
Umpan kiln
188833,335
211014,0296
Debu
18831,81532
519074,665
Total
519074,6653
ROTARY KILN
BMCaO
XBeratCaCO 3
BMCaCO 3
56
x
15060,24265 kg
100
= 8433,73588 kg
CO2 terbentuk
BMCO 2
XBeratCaCO 3
= BMCaCO 3
=
44
x
15060,24265 kg
100
54
BMMgO
XBeratMgCO 3
BMMgCO 3
40
x
84 215,1735263 kg
= 102,4635839 kg
CO2 terbentuk
BMCO 2
XBeratMgCO 3
BMMgCO 3
44
x 215,1735263 kg
84
= 112,7099423 kg
Total CO2 hasil kalsinasi
15060,24265 kg
8433,735883 kg
6626,506765 kg
215,1735263 kg
102,4635839 kg
112,7099423 kg
Total MgO
55
= 12160 kg/jam
Komponen
C
% Berat
57,87
Massa (kg)
7036,992
H2
3,47
421,952
N2
0,98
119,168
O2
7,9
960,64
0,88
107,008
Moist (H2O)
11,7
1422,72
Ash Content
17,11
2080,576
Total
99,91
12149,056
Komponen
SiO2
% Berat
21,95
Massa (kg)
458,7968977
Al2O3
6,08
127,0836054
Fe2O3
3,46
72,32060438
CaO
66,77
1395,620449
MgO
0,98
20,4838706
SO3
0,3
6,270572634
Total
99,54
2080,576
Asumsi
: BM C
= 12 gr/mol
BM H2O
= 18 gr/mol
BM H2
= 2 gr/mol
56
Sehingga
BM SO2
= 64 gr/mol
BM S
= 32 gr/mol
BM O2
= 32 gr/mol
BM CO2
= 44 gr/mol
Reaksi 1
C + O2 CO2
CO2 yang terbentuk
BMCO 2
XBeratC
BMC
44
x
12 7036,992 kg
= 25802,304 kg
O2 yang diperlukan
BMO 2
XBeratC
BMC
32
x 7036,992 kg
12
= 18765,312 kg
Reaksi 2
S + O2 SO2
SO2 yang terbentuk
BMSO 2
XBeratS
BMS
64
x
32 107,008 kg
= 214,016 kg
O2 yang diperlukan
BMO2
XBeratS
BM C
57
32
12
x 107,008 kg
= 285,3546667 kg
Reaksi 3
H2 + O2 H2O
H2O yang terbentuk
BMH 2O
XBeratH 2
BMH 2
18
x
421,952 kg
2
= 3797,568 kg
O2 yang diperlukan
BMO2
XBeratH 2
BMH 2
16
x 421,952kg
2
= 3375,616 kg
Massa (kg)
SO2
214,016
H2O
N2
Total
3797,568
119,168
29933,056
O2 dalam Reaksi
Massa (kg)
25802,304
58
18765,312
Reaksi 2
285,3546667
Reaksi 3
3375,616
Total
22426,28267
Kebutuhan O2 teoritis
100
Xkebutu h anO 2 sesunggu h nya
21
100
x 31161,50784 kg
21
= 148388,1326 kg
N2 dari udara
79
XKebutu h anO 2 sesunggu h nya
21
79
X 31161,50784 kg
21
= 117226,6247 kg
N2 total
= (117226,6247 + 119,168) kg
= 117345,7927 kg
O2 sisa pembakaran
59
= 10% X 148388,1326 kg
= 14838,81326 kg
Al2O3 total
Fe2O3 total
CaO total
MgO total
SO3 total
= 114641,4237 kg
60
% Berat
21,95
Massa (kg)
38794,58137
Al2O3
6,08
9149,12713
Fe2O3
3,46
5701,325132
CaO
66,77
16455,8631
MgO
0,98
235,6573969
SO3
0,3
114641,4237
Total
99,54
680,068035
Massa (kg)
188833,335
OUTPUT
Komponen
CO2 hasil kalsinasi
Massa (kg)
6739,216708
Umpan batubara
12160
O2 sisa pembakaran
2308,25984
Udara primer
14838,81326
Produk klinker
185658,0458
Udara sekunder
133549,3193
163373,888
Debu ke Ep
Total
349381,4676
Total
349381,4676
61
: 188833,335 kg
Tref
: 25C
Komponen
Cp( kcal/kgC)
T (C)
SiO2
Massa (kg/h)
38335,78447
0,23
900
Q (kkal)
7715076,625
Al2O3
9022,043524
0,22
900
1736743,378
Fe2O3
5629,004527
0,23
900
1132837,161
CaCO3
15060,24265
0,23
900
3030873,833
MgCO3
215,1735263
0,23
900
43303,67217
CaO
114635,1531
0,23
900
23070324,56
MgO
1399,271181
0,23
900
281603,3252
Impuritis
680,068035
0,22
900
130913,0967
Ash
3856,594
0,23
900
776139,5425
Total
188833,335
37917815,2
Total
Massa (kg/h)
Cp(kkal/kg.C)
TC
Batubara
12160
0,29
72
Q(kkal)
162214,4
162214,4
Total
3. Panas Pembakaran Batubara
Input batubara = 12160 kg/h
Tref
25C
Komponen
Carbon
% Berat
57,87
Massa (kg)
7036,992
Hydrogen
3,47
421,952
Nitrogen
0,98
119,168
Oxygen
7,9
960,64
Sulfur
0,88
107,008
62
11,7
1422,72
Ash
17,11
2080,576
Total
99,91
12149,056
Hc
Hc
= 5336,7295 kkal/kg
= M x Hc
Q batubara
= 64850804,42 kkal/h
Massa
Cp (kkal/KgC)
TC
Q (kkal)
Udara
14838,8132
6
0,232
30
17213,0233
8
17213,0233
Total
8
5. Panas udara Sekunder
Tref
25C
Kompone
Massa
Cp (kkal/KgC)
ToC
Q (kkal)
133549,3193
0,246
1200
38602430,74
n
Udara
38602430,74
Total
6. Panas dari H2O dalam Batubara
Tref
25C
Komponen
H2O
Massa
1422,72
Cp (kkal/KgC)
TC
0,47
70
Total
Q (kkal)
30090,528
30090,528
63
OUTPUT PANAS
1. Panas Hot Clinker Keluar
Tref
25C
Cp
Komponen
Massa
TC
Q (kkal)
(kkal/KgC)
SiO2
38794,58137
0,23
1350
11822648,67
Al2O3
9149,12713
0,22
1350
2666970,558
Fe2O3
5701,325132
0,23
1350
1737478,834
CaO
15060,24217
0,23
1350
4589608,8
MgO
215,1735263
0,23
1350
65574,13214
SO3
16455,8681
0,22
1350
4796885,551
Total
85376,31742
25679166,55
Total
Massa
6739,21670
8
Cp (kkal/KgC)
0,236
TC
900
Total
Q (kkal)
2339057,14
2339057,14
Massa
Cp (kkal/KgC)
0,254
0,813
0,5
0,259
0,245
Total
TC
800
800
800
800
800
Q (kkal)
64
Massa
1999,2
Cp (kkal/KgC)
0,47
Total
TC
100
Q (kkal)
70471,8
70471,8
Hf (kkal/KgC)
538,1
Total
TC
70
Q (kkal)
48499592,4
48499592,4
Massa
1999,2
5. Panas Konduksi
T
ro
ln
r1
Q Konduksi
= K.2rL
L kiln
D kiln
= 80 m
=5m
r0
= 2,5 m
r1
= 0,22 m
= 0,225 kkal/molC
T
= K.2rL ln ro
r1
138425
= 0,225 x 2 (3,14). 2,5. 80. ln 2,5
0,04
Q konduksi
= 92874,9531 kkal
6. Panas Konveksi
Hc
Ts
T
A
A
Qkonveksi
= 0,00039 (kkal/j.m2 C )
= Suhu shell kiln ( C) = 13840C
= Suhu Lingkungan ( C) = 250C
= Luas Permukaan Kiln (m2)
= 2r2t = 2.(3,14).(2,5m)2.80m = 3140 m2
= Hc x A x (Ts-T)
= 0,00039 x 3140 x (1384-25)
= 1664,2314 kkal
7. Panas Radiasi
65
Ts
A
Qr
8. Panas Debu ke EP
Komponen
Debu ke EP
Massa
125542,125
Cp(Kkal/Kg Co)
0,26
ToC
900
Panas Kkal
29376857,3
Output (kkal)
umpan kiln
Panas dari udara primer
17213,02338
38602430,74
162214,4
30090,528
dalam Coal
Panas pembakaran Coal
64850804,42
25679166,55
panas
Panas dari CO2 hasil
1391648,25
kalsinasi
Panas laten H2O dalam Coal
34514475,84
30678100,64
(GHP)
Ira Yuli Nutriani (03121003004)| Hilda Hayati (03121003016)
66
1664,2314
Panas radiasi
8237894,873
Panas Konduksi
92874,9531
Debu ke EP
29376857,3
141.580.568,31
129.972.682,63
= 0,376787673
= 0,010479502
= 0,387267176
Faktor Klinker adalah jumlah massa klinker yang akan terbentuk setelah proses
pembakaran di kiln.
Faktor Klinker
Efisiensi Kiln
Efisiensi kiln adalah perbandingan jumlah panas yang dibutuhkan untuk
pembakaran pada kiln dengan jumlah panas yang masuk.
67
Efisiensi
BAB VI
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
6.1 Pembahasan
Pada sistem rotary kiln, rawmix yang akan diumpankan dilakukan
pemanasan awal atau preheating terlebih dahulu di dalam SP (Suspension
Preheater). Hal ini bertujuan untuk mengurangi beban kerja dari rotary kiln.
Rawmix yang diumpankan ke suspension preheater dapat menjadi patokan
terhadap kiln feed yang masuk ke rotary kiln dan energi yang dibutuhkan untuk
pembakaran kiln feed. Hal ini menunjukan bahwa semakin banyak kiln feed yang
diumpankan maka semakin banyak pula batubara yang digunakan untuk
pembakaran, begitu pula massa udara yang digunakan untuk pembakaran batubara
tersebut. Penggunaan energi di dalam rotary kiln disesuaikan dengan jumlah
produk semen yang dihasilkan.
Pada perhitungan tugas khusus yang telah dilakukan dapat dilihat adanya
kesetimbangan pada neraca massa di dalam rotary kiln. Massa input total yang
masuk ke dalam rotary kiln adalah sebesar 303.000 Kg/jam. Di dalam Suspension
preheater massa input yang masuk akan mengalami penyusutan massa yang
disebut dengan hilang pijar, hal ini berhubungan langsung dengan nilai faktor
klinker yang menjadi acuan jumlah massa klinker yang akan terbentuk. Untuk unit
Indarung IV nilai faktor klinker yang didapatkan dari perhitungan adalah sebesar
68
69
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Maulana. 2013. Suspension Preheater. http://maulanablog.com (Diakses
pada tanggal 05 Juni 2015)
Holderbank. 2000. Cement Seminar Process Technology II. Holderbank
Management & Consulting
Perry,Robert H. Perrys Chemical Engineers Handbook, Sixth Edition, McGrowHill Book Company
Pratama, Haris. 2013. Laporan kerja praktek semen gersik tugas khusus analis
massa dan energi. http://www.scribd.com/doc/186864506/LAPORANKERJA-PRAKTEK-SEMEN-GERSIK-BAB-IV-pdf.(diakses tanggal 01
Juni 2015)
Wahyu dian dan Sumiati Ruzita.2009. Analisis Energi Pada sistem Rotary Kiln
unit indarung IV, PT.Semen Padang. Jurnal vol.6,No.2,Desember 2009
ISSN 1829-8958.
Walter,H Duda. Cement Data Book, Macdonald & Even, London, 1985.
70
71