You are on page 1of 42

PRESENTASI KASUS

Oleh :
Ayu Kusuma Dewi

G0001004

Erna Istanti
Giant Nita Yuliani
Irma Putri Damayanti

Pembimbing :
dr. Soetrisno, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI
SURAKARTA
2007

ABSTRAK
Sebuah kasus fetal distress disebabkan hamil postdate persalinan kala 1
fase laten dengan riwayat sectio caesaria 7 tahun yang lalu pada G 3P1A1, 33 tahun,
hamil 41 minggu kiriman bidan datang dengan keluhan kenceng-kenceng teratur
dirasakan sejak 3 jam yang lalu,gerakan janin masih dirasakan, air kawah keluar
sejak 2 jam yang lalu, lendir darah positif. Riwayat obstetrik buruk, janin tunggal,
DKP malpresentasi puncak kepala.Sectio caesaria dilakukan atas indikasi janin
yaitu fetal distress,disproporsi kepala panggul
Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam persalinan, tetapi yang
tidak kalah penting adalah hubungan antara kepala janin dengan luasnya panggul
ibu. Bila hubungan ini tidak imbang, maka terjadilah disproporsi kepala panggul,
yang bila berat, persalinan tidak mungkin dilanjutkan per vaginam. Persalinan
dengan DKP dapat mengakibatkan bahaya bagi ibu maupun janinnya, sehingga
dewasa ini penatalaksanaan dengan seksio caesaria merupakan pilihan yang tepat
dan aman.
____________________________________________________________________
Kata kunci : Fetal distress, DKP,hamil postdate

BAB I
PENDAHULUAN
Hidrosefalus adalah terjadinya peningkatan jumlah liquor cerebro spinal
(LCS). Istilah ini biasanya digunakan untuk menunjukkan suatu situasi abnormal
dari akumulasi LCS yang menyebabkan pembesaran sistem ventrikular.
Hidrosefalus merupakan salah satu anomali kongenital yang insidens terjadinya
adalah 0,3-2,5 / 1000 kelahiran hidup. Janin dengan hidrosefalus dapat disertai
kelainan kongenital lainnya, 1/3 kasus biasanya disertai dengan spina bifida,
meningokel, dan ensefalokel.
Saat ini, USG merupakan suatu alat diagnosis yang dapat membantu
diagnosis fetal hidrosefalus dan pemeriksaan yang teliti dapat menentukan
prognosis hidrosefalusnya. Kehamilan dengan janin hidrosefalus merupakan
dilema bagi seorang dokter untuk memberikan konseling dan pilihan terapi bagi
orang tua bila sejak kehamilan dini kelainan ini terdiagnosis. Persalinan dengan
fetal hidrosefalus menimbulkan bahaya akibat disproporsi kepala panggul yang
dapat memperburuk prognosis ibu dan segala akibatnya.
Etiologi
1. Stenosis dari aquaduktus Silvii karena malformasi : hal ini terjadi pada
10% dari seluruh kasus hidrosefalus pada neonatus.
2. Malformasi Dandy-Walker : malformasi ini didapatkan 2-4% neonatus
dengan hidrosefalus.
3. Malformasi Arnold-Chiari tipe 1 dan 2.
4. Agenesis foramen Monro.
5. Toxoplasmosis kongenital.
6. Sindroma Bickers-Adams : sindroma ini merupakan hidrosefalus Xlinked sebanyak 7% kasus yang terdapat pada laki-laki. Ditandai
dengan adanya stenosis pada aquaduktus Silvii, retardasi mental berat,
dan pada 50% kasus dengan deformitas adduksi-fleksi pada ibu jari.

Gawat janin atau secara umum disebut fetal distress perlu dibahas dan dirumuskan
dengan kompromi, karena sampai saat ini belum ada kesepakatan. Gawat janin
selama persalinan menunjukkan hipoksia janin pada saat kontraksi rahim. Tanpa
oksigen yang adekuat, denyut jantung janin kehilangan variabilitas dasarnya dan
menunjukkan deselerasi lanjut pada kontraksi uterus. Ada yang berpendapat
bahwa gawat janin memang benar terjadi berkaitan dengan asfiksia. Asfiksia baru
dapat ditentukan bila terdapat gejala neurologik atau skor APGAR kurang dari
tiga (Gulardi, 2004). Akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan
bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi
bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala
lanjut yang mungkin timbul (Asril, 1999). Gawat janin relatif cukup banyak ( 14,7
%) dan terutama terjadi pada persalinan. Sebaiknya sectio caesaria dilakukan bila
terjadi deselerasi lambat berulang, variabilitas yang abnormal (< 5/20 menit).
Kehamilan lewat waktu atau biasa disebut kehamilan postterm dapat
mengakibatkan kondisi yang tidak baik bagi janin, diduga adanya kadar kortisol
yang rendah pada janin, juga kurangnya air ketuban dan insufisiensi plasenta
berhubungan

dengan kehamilan

lewat

waktu. Kehamilan

postterm ini

meningkatkan resiko kematian perinatal 3 kali lebih besar dibandingkan


kehamilan aterm. Kematian janin akibat kehamilan lewat waktu terjadi pada 30%
sebelum persalinan, 55% dalam persalinan dan 15% post natal. Induksi persalinan
bisa dilakukan asalkan kondisi janin cukup optimal.
Tanda postterm dapat dibagi dalam 3 stadium :
1. Stadium 1
Kulit menunjukkan kehilangan vernik kaseosa dan maserasi berupa
kulit kering, rapuh dan mudah mengelupas
2. Stadium II
Gejala diatas disertai pewarnaan mekoneum (kehijauan) pada kulit.

3. Stadium III
Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku,kulit dan tali pusat.
(sarwono 2006)
Keadaaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan
persalinan , tetapi yang tidak kalah penting adalah hubungan antara kepala janin
dengan panggul ibu. Besarnya kepala janin dalam perbandingan dengan luasnya
ukuran panggul ibu menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvic atau tidak.
Pintu atas panggul dianggap sempit apabila conjugata vera <10 cm atau diameter
transversa < 12 cm.Pada panggul sempit kemungkinan lebih besar bahwa kepala
tertahan oleh pintu atas panggul, maka dalam hal ini dapat mengakibatkan inersia
uteri serta lambannya pendataran dan pembukaan cervik. Apabila dalam panggul
sempit pintu atas panggul tidak tertutup sempurna oleh kepala janin, ketuban bisa
pecah pada pembukaan kecil dan ada bahaya pula tejadinya prolapsus funikuli.
Bahaya pada ibu :
1. Partus

lama

yang

seringkali

disertai

pecahnya

ketuban pada

pembukaaan kecil dapat menimbulkan dehidrasi,asidosis serta infeksi


intrapartum
2. Dengan his yang kuat, sedang kemajuan janin dalam jalan lahir tertahan,
dapat timbul regangan, dan akan timbul ruptur uteri.
3.

Dengan persalinan yang tidak maju karena disproporsi cefalopelvic,


jalan lahir pada suatu tempat akan mengalami tekanan yang lama antara
kepala janin dan tulang panggul . Hal itu akan menimbulkan gangguan
sirkulasi

Bahaya pada Janin


1. Partus lama dapat mengakibatkan kematian perinatal
2. Dengan adanya disproporsi sefalopelvic dapat terjadi perdarahan
intrakranial pada kepala janin.
3. Tekanan pada promontorium menyebabkan perlukaan pada jaringan
diatas tulang kepala janin
(sarwono 2006)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
i.

Fetal Distress
1.

Definisi
Fetal distress adalah adanya suatu kelainan pada fetus akibat

gangguan oksigenasi dan atau nutrisi yang bisa bersifat akut (prolaps tali
pusat), sub akut (kontraksi uterus yang terlalu kuat), atau kronik (plasenta
insufisiensi) (Bisher and Mackay, 1986).
2. Etiologi
Penyebab dari fetal distress diantaranya :
a. Ibu : hipotensi atau syok yang disebabkan oleh apapun, penyakit
kardiovaskuler, anemia, penyakit pernafasan, malnutrisi, asidosis dan
dehidrasi.
b. Uterus : kontraksi uterus yang telalu kuat atau terlalu lama, degenerasi
vaskuler.
c. Plasenta : degenerasi vaskuler, hipoplasi plasenta.
d. Tali pusat : kompresi tali pusat.
e. Fetus : infeksi, malformasi dan lain-lain.
2. Pembagian gawat janin
a. Gawat janin sebelum persalinan
Gawat janin sebelum persalinan biasanya merupakan gawat
janin yang bersifat kronik berkaitan dengan fungsi plasenta yang
menurun atau bayi sendiri yang sakit (Hariadi, 2004).

1. Data subyektif dan obyektif


Gerakan janin menurun. Pasien mengalami kegagalan
dalam pertambahan berat badan dan uterus tidak bertambah besar.
Uterus yang lebih kecil daripada umur kehamilan yang
diperkirakan memberi kesan retardasi pertumbuhan intrauterin atau
oligohidramnion. Riwayat dari satu atau lebih faktor-faktor resiko
tinggi, masalah-masalah obstetri, persalinan prematur atau lahir
mati dapat memberikan kesan suatu peningkatan resiko gawat
janin.
2. Faktor predisposisi
Faktor-faktor resiko tinggi meliputi penyakit hipertensi,
diabetes mellitus, penyakit jantung, postmaturitas, malnutrisi ibu,
anemia, dan lain-lain.
3. Data diagnostik tambahan
Pemantauan denyut jantung janin menyingkirkan gawat
janin sepenjang (a) denyut jantung dalam batas normal (b)
akselerasi sesuai dengan gerakan janin (c) tidak ada deselerasi
lanjut dengan adanya kontraksi uterus.
Ultrasonografi : Pengukuran diameter biparietal secara seri dapat
mengungkapkan bukti dini dari retardasi pertumbuhan
intrauterin. Gerakan pernafasan janin, aktifitas janin dan
volume cairan ketuban memberikan penilaian tambahan

kesekatan janin. Oligihidramnion memberi kesan anomali


janin atau retardasi pertumbuhan.
4. Penatalaksanaan
Keputusan harus didasarkan pada evaluasi kesehatan janin
inutero dan maturitas janin. Bila pasien khawatir mengenai gerakan
janin yang menurun pemantauan denyut jantung janin atau
dimiringkan atau oksitosin challenge test sering memberika
ketenangan akan kesehatan janin. Jika janin imatur dan keadaan
insufisiensi plasenta kurang tegas, dinasehatkan untuk mengadakan
observasi tambahan. Sekali janin matur, kejadian insufisiensi
plasenta biasanya berarti bahwa kelahiran dianjurkan. Persalinan
dapat diinduksi jika servik dan presentasi janin menguntungkan.
Selama induksi denyut jantung janin harus dipantau secara teliti.
Dilakukan sectio secaria jika terjadi gawat janin, sectio sesaria juga
dipilih untuk kelahiran presentasi bokong atau jika pasien pernah
megalami operasi uterus sebelumnya.

b. Gawat janin selama persalinan


Gawat janin selama persalinan menunjukkan hipoksia janin.
Tanpa oksigen yang adekuat, denyut jantung janin kehilangan
variabilitas dasarnya dan menunjukkan deselerasi lanjut pada kontraksi
uterus. Bila hipoksia menetap, glikolisis anaerob menghasilkan asam
laktat dengan pH janin yang menurun.

1. Data subyektif dan obyektif


Gerakan janin yang menurun atau berlebihan menandakan
gawat janin. Tetapi biasanya tidak ada gejala-gejala subyektif.
Seringkali indikator gawat janin yang pertama adalah perubahan
dalam pola denyut jantung janin (bradikardia, takikardia, tidak
adanya variabilitas, atau deselerasi lanjut).
Hipotensi pada ibu, suhu tubuh yang meningkat atau
kontraksi uterus yang hipertonik atau ketiganya secara keseluruhan
dapat menyebabkan asfiksia janin.
2. Faktor-faktor etiologi
a. Insufisiensi uteroplasental akut
1. aktivitas uterus berlebihan.
2. hipotensi ibu.
3. solutio plasenta.
4. plasenta previa dengan pendarahan.
b. Insufisiensi uteroplasental kronik
1. penyakit hipertensi.
2. diabetes mellitus.
3. isoimunisasi Rh.
4. postmaturitas atau dismaturitas
c. Kompresi tali pusat

d. Anestesi blok paraservikal


3. Data diagnostik tambahan
Pemantauan denyut jantung janin : pencatatan denyut jantung janin
yang segera dan kontinu dalam hubungan dengan kontraksi uterus
memberika suatu penilaian kesehatan janin yang sangat membantu
dalam persalinan.
Indikasi-indikasi kemungkinan gawat janin adalah:
1. bradikardi : denyut jantung janin kurang dari 120 kali permenit.
2. takikardi : akselerasi denyut jantung janin yang memanjang (>
160) dapat dihubungkan dengan demam pada ibu sekunder
terhadap terhadap infeksi intrauterin. Prematuritas dan atropin
juga dihubungkan dengan denyut

jantung dasar yang

meningkat.
3. variabilitas: denyut jantung dasar yang menurun, yang berarti
depresi sistem saraf otonom janin oleh mediksi ibui (atropin,
skopolamin, diazepam, fenobarbital, magnesium dan analgesik
narkotik).
4. pola deselerasi: Deselerasi lanjut menunjukan hipoksia janin
yang disebabkan oleh insufisiensi uteroplasental. Deselerasi
yang bervariasi tidak berhubungan dengan kontraksi uterus
adalah lebih sering dan muncul untuk menunjukan kompresi
sementara waktu saja dari pembuluh darah umbilikus.
Peringatan tentang peningkatan hipoksia janin adalah deselerasi

lanjut, penurunan atau tiadanya variabilitas, bradikardia yang


menetap dan pola gelombang sinus.

4. Penatalaksanaan
Prinsip-prinsip umum
a. bebaskan setiap kompresi tali pusat.
b. perbaiki aliran darah uteroplasental.
c. menilai apakah persalinan dapat berlangsung normal atau
terminasi kehamilan merupakan indikasi. Rencana kelahiran
didasarkan pada faktor-faktor etiologi, kondisi janin, riwayat
obstetri pasien, dan jalannya persalinan.
Langkah-langkah khusus :
a. posisi ibu diubah dari posisi terlentang menjadi miring, sebagai
usaha untuk memperbaiki aliran darah balik, curah jantung, dan
aliran darah uteroplasental. Perubahan dalam posis juga dapat
membebaskan kompresi tali pusat.
b. oksigen diberikan 6 liter/menit, sebagai usaha meningkatkan
penggantian oksigen fetomaternal.
c. oksitosin dihentikan karena kontraksi uterus akan mengganggu
sirkulasi darah keruang intervilli.
d. hipotensi dikoreksi dengan infus IV D5% dalam RL. Transfusi
darah dapat diindikasikan pada syok hemorragik.

10

e. pemeriksaan pervaginan menyingkirkan prolaps tali pusat dan


menentukan perjalana persalinan. Elevasi kepala janin secara
lembut dapat merupakan suatu prosedur yang bermanfaat.
f. pengisapan mekoneum dari jalan nafasi bayi baru lahir
mengurangi resiko asfirasi mekoneum. Segera setelah kepala
bayi lahir, hidung dan mulut dibersikan dari mekoneum dengan
kateter penghisap. Segera setelah kelahiran, pita suara harus
dilihat dengan laringoskopi langsung sebagai usaha untuk
menyingkirkan

mekoneum

dengan

pipa

endotrakeal

(Melfiawati, 1994).

ii.

Disproposi Kepala Panggul


1.

Definisi
DKP adalah adanya ketidakseimbanngan

antara luasnya

panggul ibu dengan besarnya kepala janin (S. Martohoesodo dan R.


Hariadi. 1999)
2.

Etiologi
Kemungkinan penyebab dari DKP meliputi:
a.

b.

Bayi besar (disproposi absolut)


o

Faktor hereditas

postdate

diabetes

multiparitas

Presentasi abnormal (disproposi relatif)


Janin normal lahir dalam posisi occipito anterior Jika kepala
fleksi dengan baik kemudian

kepala dalam posisi diameter

suboccipito bregmatika (9,5 cm ) dan akan mudah melewati

11

panggul. Pada presentsi diameter tang lain akan menghasilkan


presentasi dengan diameter yang lebih besar (11.5 cm - 13.5 cm).
c.

Panggul kecil

d.

Kelainan bentuk panggul abnormal

e.

Kelainan traktus genital


o

cervix : kekakuan kongenital, parut pasca operasi

vagina : septum kongenital

Fibroid dapat menyebabkan obstruksi


(Merck, 2005)

3.

Diagnosa
a.

b.

Anamnesis
o

Riwayat bedah cesar atas indikasi DKP

Riwayat trauma atau penyakit panggul

Persalinan yang tidak maju.

Pemeriksaan Fisik
o

Hamil aterm, kepala belum masuk panggul.

Pemeriksaan panggul dalam panggul sempit.

Sudut Muller Kerr Monroe tumpul.


(SMF Obsgin RSDM, 2004)

Diagnosa dari DKP seringkali ketika perjalanan dari persalinan tidak


adekuat dan terapi medis seperti oksitosin tidak berhasil dicoba. DKP
sulit didiagnosa sebelum persalinan dimulai jika bayi diperkirakan
besar dan pangul ibu diketahui sempit.

USG digunakan untuk

memperkirakan ukuran janin, meskipun tidak 100 % akurat dalam


menentukan berat badan janin.

Pemeriksaan fisik khususnya

pengukuran pelvis seringkali lebih akurat dalam menentukan diagnosa


DKP. (Merck, 2005)
Untuk mengantisipasi adanya kecurigaan DKP bila terdapat :
a.

Tinggi badan kurang dari 145 cm

b.

Malnutrisi yang kronis

12

4.

c.

Trauma yang menyebabkan fraktur pada panggul

d.

Gangguan neuromuskular

e.

Kyphoscoliosis

f.

Riwayat obsterik jelek

Penatalaksanaan
a.

DKP berat yang mengakibatkan persalinan macet sectio


cesaria

b.

DKP ringan dapat dicoba partus percobaan


(SMF Obsgin RSDM, 2004)

iii.

Kehamilan Postdate
1.

Definisi
Kehamilan post date adalah kehamilan yang telah melewati hari
perkiraan kelahiran, yaitu 280 hari, dihitung dari hari pertama
menstruasi terakhir.

2. Etiologi (Sarwono)
Tidak timbulnya his
rendahnya kadar kortisol bayi-> rentan stres-> tidak timbul his
kurangnya air ketuban
insufisiensi plasenta
2.

Kriteria Diagnosis

Usia kehamilan telah melewati 280 hari.

Palpasi bagian-bagian janin lebih jelas karena


berkurangnya air ketuban.

Kemungkinan

dijumpai

abnormalitas

denyut

jantung janin.

Pengapuran

atau

kalsifikasi

placenta

pada

pemeriksaan USG.
(Chrisdiono, 2004)
D. Hubungan antara hamil postdate dengan fetal distress

13

Fungsi plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 38 minggu dan


kemudian mulai menurun terutama setelah 42 minggu, hal ini dapat dibuktikan
dengan penurunan kadar estriol dan plasental laktogen. Rendahnya fungsi
plasenta berkaitan dengan fetal distress dengan risiko 3 kali. Akibat dari proses
penuaan plasenta maka pemasokan makanan dan oksigen akan menurun
disamping adanya spasme arteri spiralis. Kemampuan
memperbaiki

kerusakan

yang

diakibatkan

plasenta tua untuk

kekurangan

oksigen

atau

iskhemi.Pada kehamilam umur 36 minggu, kalsium menumpuk dipermukaan


villi plasenta menghambat pertukaran zat makanan antara ibu dan
janin.Setelah kehamilan 42 minggu efisiensi plasenta lambat laun akan
berkurang dan tidak lagi mampu memberi suplai nutrisi bagi janin.
E.Hubungan antara disproporsi kepala panggul (DKP) dengan postdate
Janin postdate mungkin terus bertambah berat badannya sehingga bayi
tersebut luar biasa besar pada saat lahir.Janin yang terus tumbuh menunjukkan
bahwa fungsi plasenta tidak terganggu.Sekitar 20 persen janin akan terus
tumbuh hingga berat janin mencapai 9 pon atau lebih pada saat
persalinan.yang diikuti dengan peningkatan insiden dari sectio caesar karena
janin tidak bisa melewati jalan lahir
F. Hubungan antara disproporsi kepala panggul dengan fetal distress
Persalinan yang abnormal sering terjadi Apabila terdapat disproporsi
antar bagian presentasi janin dan jalan lahir dan ditandai oleh terlau lambatnya
kemajuan persalinan. Panggul sempit dan juga terjadi ketuban pecah lama
infeksi intra uterus, resiko janin dan ibu akan muncul infeksi intra partum
bukan saja merupakan penyulit yang serius pada ibu, tetapi juga merupakan
penyebab penting kematian janin dan neonatus.Hal ini disebabkan karena
bakteri pada cairan amnion menembus amnion dan invasi desidua serta
pembuluh korion, sehingga terjadi bakterimia pada ibu janin.Pneumonia janin,
akibat aspirasi cairan amnion yang terinfeksi, adalah konsekuensi serius
lainnya.

14

15

BAB III
STATUS PENDERITA
A.

ANAMNESIS
Tanggal 26 Januari 2007 jam 11.30 WIB
1. Identitas Penderita
Nama

: Ny. Sumini

Umur

: 32 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Agama

: Islam

Alamat

: Genengan RT 03 RW XII Mojosongo Surakarta

Status Perkawinan

: Kawin

HPMT

: 1 Mei 2006

HPL

: 8 Februari 2007

UK

: 36 minggu + 4 hari

Tanggal Masuk

: 25 Januari 2007

No.CM

: 823934

Berat badan

: 50 Kg

Tinggi Badan

: 150 cm

2. Keluhan Utama
Ingin melahirkan
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Datang seorang G1P0A0, 32 tahun, merasa hamil 9 bulan,.
Kenceng-kenceng teratur dirasakan sejak 2 jam yang lalu. Air kawah
sudah dirasakan keluar sejak 10 jam yang lalu.Lendir darah (+).Gerakan
janin masih dirasakan.

4. Riwayat Penyakit Dahulu

16

Riwayat sesak nafas

: Disangkal

Riwayat Hipertensi

: Disangkal

Riwayat Penyakit Jantung

: Disangkal

Riwayat DM

: Disangkal

Riwayat Asma

: Disangkal

Riwayat Alergi Obat/makanan

: Disangkal

Riwayat Minum Obat Selama Hamil

: Disangkal

Riwayat Operasi

: Operasi kelenjar belakang


telinga kanan dan kiri oleh
karena TBC,Operasi SC
DKP di Sragen 7thn yll

5. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat Mondok

: Disangkal

Riwayat Hipertensi

: Disangkal

Riwayat Penyakit Jantung

: Disangkal

Riwayat DM

: Disangkal

Riwayat Asma

: Disangkal

Riwayat Alergi Obat/makanan

: Disangkal

6. Riwayat Fertilitas
Baik
7. Riwayat Obstetri
Penderita telah mempunyai seorang anak,Riw Sectio Caesaria krn
DKP,BB = 2600 gram,saat ini berusia 7 tahun. Anak yang kedua abortus
2 bulan dan tidak dikuret.
8. Riwayat Ante Natal Care (ANC)
Teratur, pertama kali periksa ke puskesmas pada usia kehamilan 1 bulan.

17

9. Riwayat Haid
-

Menarche

: 14 tahun

Lama menstruasi

: 6 hari

Siklus menstruasi

: 28 hari

10. Riwayat Perkawinan


Menikah 1 kali
11. Riwayat Keluarga Berencana
Menggunakan KB suntik selama 5 tahun.
B.

PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Interna
Keadaan Umum : Sedang, CM, Gizi cukup
Tanda Vital

Tensi

: 170/120 mmHg

Nadi

: 82 x / menit

Respiratory Rate : 22 x/menit


Suhu

: 36,5 0C

Kepala

: Mesocephal

Mata

: Conjuctiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-)

THT

: Tonsil tidak membesar, Pharinx hiperemis (-)

Leher

: Pembesaran kelenjar tiroid (-)

Thorax

: Gld. Mammae dalam batas normal, areola mammae


hiperpigmentasi (+)

Cor

Inspeksi

: IC tidak tampak

Palpasi

: IC tidak kuat angkat

Perkusi

: Batas jantung kesan normal

Auskultasi : Bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising (-)

18

Pulmo :
Inspeksi

: Pengembangan dada ka = ki

Palpasi

: Fremitus raba dada ka = ki

Perkusi

: Sonor/Sonor

Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), Ronki basah kasar (-/-)


Abdomen:
Inspeksi

: Dinding perut > dinding dada


Stria gravidarum (+)

Palpasi

: Supel, NT (-), hepar lien tidak membesar

Perkusi

: Tympani pada bawah processus xipoideus,redup pada


daerah uterus

Auskultasi : Peristaltik (+) normal


Genital

: Lendir darah (+) ,air ketuban (+)

Ekstremitas :

Oedema
+

Akral dingin
-

2. Status Obstetri
Inspeksi
Kepala

: Mesocephal

Mata

: Conjungtiva Anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)

Wajah

: Kloasma gravidarum (+)

Thorax

: Glandula mammae hipertrofi (+), aerola mammae


hiperpigmentasi (+)

Abdomen

Inspeksi : Dinding perut > dinding dada, stria gravidarum (+)

19

Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), terapa janin tunggal, intra


uterin, memanjang, puka, preskep, kepala masuk
panggul < 1/3 bagian, TFU ... cm ~
TBJ janin I :2200 gram,
TBJ janin II: 2000 gram
HIS (+) 2x/10/20-30/sedang.
Pemeriksaan Leopold
I

: TFU setinggi .....cm, Teraba bagian lunak


kesan bokong

II

: Di sebelah kanan teraba bagian keras, rata,


memanjang

III : teraba bagian keras dan bulat, kesan kepala


IV : kepala masuk panggul
Perkusi : Tympani pada bawah processus xipoideus,redup
pada daerah uterus
Auskultasi : DJJ (+) I 12-13-12/13-12-13/12-13-12/reguler
II....................................
Genital eksterna : Vulva/uretra tidak ada kelainan, lendir darah (+),
peradangan (-), tumor (-)
Ekstremitas :

Oedema
+

akral dingin
-

Pemeriksaan Dalam :

20

VT

: vulva / uretra tenang, dinding vagina dalam batas normal,


portio lunak,mendatar =2cm, preskep, kepala turun di HI
penunjuk belum dapat dinilai, kepala belum masuk
panggul, KK (-), AK (+), jernih, tidak berbau, STLD (+),
Nietrazin Test (

UPD

: promontorium tidak teraba


linea terminalis teraba , 1/3 bagian
spina ischiadica tidak menonjol
arcus pubis > 90
sudut MKM tumpul

C.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.

2.

Laboratorium Darah tanggal 25 Januari 2007


Hemoglobin

: 11,1 gr/dl

Hematokrit

: 33,4 %

Antal Eritrosit

: 4,69 x 103/uL

Antal Leukosit

: 8,3 x 103/uL

Antal Trombosit

: 184x 103/uL

Golongan Darah

:B

GDS

: 84mg/dL

Ureum

: 27 mg/dL

Creatinin

: 1,3 mg/dL

Na

: 129 mmol/L

: 4,1 mmol/L

Ion Ca

: 1,27

HbS Ag

: negatif

Ultrasonografi (USG) tanggal 25 Januari 2007:


Tampak janin ganda, intrauterin, preskep-preskep,DJJ (+),dgn biometri:
I. BPD

: 82

II. BPD

: 83

FL

: 65

FL

: 65

21

AC

: 278

AC

: 280

EFBW

: 2147

EFBW

:1927

Plasenta berinsersi di fundus Grade II


Air ketuban kesan cukup
Tak tampak kelainan kongenital mayor
Kesimpulan : saat ini janin dalam keadaan baik
D.

KESIMPULAN
Seorang G1P0A0, 32 tahun, UK 36+4 minggu, riwayat obstetri belum
diketahui,riwayat fertilitas baik,teraba janin ganda, intra uterin memanjang,
preskep-preskep, kepala masuk panggul < 1/3 bagian. Nitrasin Test (+)
TJB I

: 2200 gr,TJB II : 2000 gr, DJJ (+), regular, his (+) dalam

persalinan kala I fase laten dengan hipoalbuminemia.


E.

DIAGNOSA AWAL
PEB, Gemelli, preskep-preskep,KPD ..... jam ..... pada primigravida h.
Preterm dalam persalinan kala I fase laten persalinan berlangsung 2 jam
dengan hipoalbuminemia.

F.

PROGNOSA
.............

G. TERAPI

Mondok VK

O2 4-5 L/menit

Infus RL 20 tpm

Pasang DC balance cairan

Injeksi Vicillin 1gr/8jam

Transfusi albumin

Nifedipin 10 mg oral jika T 180 / 110

Obs 10 (awasi ketat tanda-tanda persalinan)

22

NST (CST)

Usul Kala II diperingan dengan episiotomi lebar

Konsul neurologi Didapatkan HT, defisit neurologis belum jelas

Evaluasi 4 jam lagi (15.30)

Evaluasi tanggal 25 Januari 2007 pukul 15.30


Keadaan Umum

: sedang, CM, Gizi cukup

Keluhan

: Kenceng-kenceng

Tanda vital

: T : 160/110
N: 88x/menit
Rr: 22x/menit
T : 37OC

Mata

: Conjunctiva anemis (-/-) sklera ikterik (-/-)

Thorax

: cor : dalam batas normal


Pulmo: dalam batas normal

Abdomen

: Supel, nyeri tekan(-)


His (+) 2-3 x /10 menit/40-50 detik/kuat

VT

DJJ (+) I

:12-12-11/11-12-12/reg

DJJ (+) II

: 11-11-12/11-11-12/reg

: V/U tenang, dinding vagina dalam batas normal , portio


lunak,

mendatar,

diameter

cm,

KK(+)

menonjol,

preskep,kepala turun di H II-III, UUK sulit dinilai AK (+)


jernih, STLD (+).
Dx

: PEB, Gemelli,preskep-preskep, KPD........ jam pot.iinfected.


Padad primigravida h.preterm dp kalaI fase laten p.b 6 jam
hipoalbumin pada kala I fase laten pada pembukaan 6 +
hipoalbuminemia.

Tx

:
-

10 Obs.

O2 4-5 L/ menit

Balance cairan

23

Nifedipin oral 10 mg bila T > 180/110

Observasi ketat tanda-tanda impending


eklamsi

Evaluasi tanggal 25 Januari 2007 pukul 17.45


Keadaan Umum

: sedang, CM, Gizi cukup

Keluhan

: Kenceng-kenceng

Tanda vital

: T : 170/100
N: 88x/menit
Rr: 22x/menit
T : 37,2OC

Mata

: Conjunctiva anemis (-/-) sklera ikterik (-/-)

Thorax

: cor : dalam batas normal


Pulmo: dalam batas normal

Abdomen

: Supel, nyeri tekan(-)


His (+) 2-3 x /10 menit/40-50 detik/kuat

VT

DJJ (+) I

:12-12-11/11-12-12/reg

DJJ (+) II

: 11-11-12/11-11-12/reg

: V/U tenang, dinding vagina dalam batas normal ,


portio tidak teraba,tidak lengkap, KK(-) menonjol,
preskep,kepala turun di H III, UUK di jam 12, AK
(+) jernih, ,STLD (+)

Dx

: Kala II, PEB, gemwlli, preskep-preskep, KPD....


jam post infected pada primigravida h.preterm
dengan hipoalbuminemia

Tx

: - siapkan VE
- Siapkan resusitasi bayi

Evaluasi tanggal 25 Januari 2007 pukul 17.55


Lahir bayi I : Jenis kelamin Laki-laki, 1800 g, PB : 45cm
AS

: 7-8-9, dengan 2x tarikan ringan

24

Identifikasi janin II
VT : janin II,preskep, dengan tali pusat membumbng
DJJ 7-8-8/7-7-6/Fetal distress
Pukul 18.05
- Lahir bayi II : Laki-laki 1800 gr, PB: 45 cm
AS:3-4-5
Pukul 18.35
Plasenta
Lahir spontan,lengkap bentuk cakram , tipe monoamnion,monoplasenta, ukuran
20x20x3 cm
PTP : 50 cm,insersi :paraplasental
Lama persalinan
Kala I : 8 jam 15 menit

Kala II : 100 cc

KalaII : 20 menit

Kala III : 80 cc

Kala III: 30 menit

Kala IV : 50 cc

Total : 9 Jam 5 menit

Total 230 cc

Pukul 20.00
-

Selesai jahit episiotomi

Identifikasi perdarahan

Pukul 20.30
Perdarahan rembes (+)
Evaluasi Pukul 20.30
Keadaan Umum

: lemah, somnolen, gizi cukup

Keluhan

Tanda vital

: T : 90/70
N: 120x/menit
Rr: 20x/menit
T : 36,8OC

Mata

: Conjunctiva anemis (+/+) sklera ikterik (-/-)

25

Thorax

: cor : dalam batas normal


Pulmo: dalam batas normal

Abdomen

: Supel, nyeri tekan(-)


TFU 2 jari dari bawah pusat , lembek , kontraksi
kurang baik

Genital

: Perdarahan pervaginam (+)

Dx

: Atonia uteri

Tx

: - O2 5L/menit
-

Pasang IV 2 jalur RL 1fl+RL 1fl+sintodrip

20 tpm
- Injeksi Metergin 1 ampul (IM)
- Massage uterus
- Cytotex 3 tablet
- Sedia darah 2 kolf WB
Lab Cito : Hb : 4,8 gr/dL
Hct : 15,3 %
AL : 23,3x103
AT : 193x 103
Evaluasi Pukul 21.00
Keadaan Umum

: jelek, gelisah

Keluhan

Tanda vital

: T : 90/60
N: 120x/menit
Rr: 24x/menit
T : 36,8OC

Mata
Thorax

: Conjunctiva anemis (+/+) sklera ikterik (-/-)


: cor : dalam batas normal
Pulmo: dalam batas normal

Abdomen

: Supel, nyeri tekan(-)


TFU teraba, kontraksi uterus membaik

26

Genital

: Perdarahan pervaginam (+) belum berkurang

Dx

: Atonia uteri

Tx

: - Infus 3 Jalur
- Transfusi 2 kolf WB
- Siapkan darah 4 kolf WB

Konsul dr.Supriyadi, Sp.OG advis :- atasi perdarahan


- pasang tampon padat pervaginam
Evaluasi Pukul 21.15
Eksplorasi jalan lahir
Inspekulo : V/U tampak keluar darah dari itroitus vagina, dinding vagina
tampak perdrahan di dinding anterior dan posterior, portio
utuh mecucu, tak tampak robekan, dinding vagina tampak
laserasi pada 1/3 distal depan dan dinding belakang vagina.
Dx

: Syok, perdarahan postpartum dini e/c laserasi jalan lahir


dengan atonia uteri teratasi, post VE a/i ........

Tx

: - Repasrasi jalan lahir


- O2 %L/mnt
- Resusitasi cairan IV 3 jalur
- Siapkan darah
- Balance cairan

Evaluasi pukul 00.00


Keadaan Umum

: jelek, gelisah

Keluhan

Tanda vital

: T : 90/60
N: 120x/menit
Rr: 24x/menit
T : 36,7OC

Mata
Thorax

: Conjunctiva anemis (+/+) sklera ikterik (-/-)


: cor : dalam batas normal

27

Pulmo: dalam batas normal


Abdomen

Genital

: Perdarahan masih rembes

oleh karena pasien tidak kooperatif

konsul konsulen jaga untuk

dilakukan eksplorasi di OK UGD. Acc : konsul anestesi : prinsip


setuju pengelolaan anestesi ASA IIe pada pasien tersebut dan
perawatan post OP di ICU dengan ventilator.

:
H. LAPORAN OPERASI
Out come :

Neonatus, jenis kelamin laki-laki, berat badan 3000 gram, paanjang


badan 48 cm, lingkar kepala/ lingkar dada : 31/32 cm APGAR SCORE
5-6-7, Anus (+).
Diagnosa post operasi :

Post SCTP emergensi atas indikasi Fetal Distress DKP oleh karena
panggul sempit pd multigravida h.postdate d.p kala I fase laten p.b
2jam,dg riwayat SC 7 th yang lalu

I.

FOLLOW UP
Tanggal 25 September 2006
Keadaan umum : Baik, cm, gizi kesan cukup
Keluhan

: Belum kentut

Tanda vital

: T = 100/70 mmHg
N = 80x/menit

Respiratory Rate = 18x/menit


Suhu = 36,9 0C

Mata

: Conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)

Thorax

: Cor

: dalam batas normal

28

Pulmo : dalam batas normal


Laktasi (-)
Abdomen

: Supel, nyeri tekan (-), TFU teraba 2 jari dibawah pusat,


luka operasi terutup verband.

Genital

: Perdarahan (+)
Lochia (-)

Diagnosa

: Post SCTP emergensi atas indikasi Fetal Distress, DKP


oleh karena panggul sempit pd multigravida h.postdate,
d.p kala I fase laten pb 2jam dg riwayat SC 7 th yang lalu
dph 1

Terapi

:
1. Balance cairan
2. Puasa sampai dengan peristaltik (+)
3. IVFD RL:D5 = 1:1 (16 tpm)
4. Injeksi Cefotaxim 1 gr/12jam
5. Infus drip Metronidazole 500 mg/8 jam
6. Injeksi Gentamycin 80 mg/8 jam
7. Injeksi Tramadol 1 ampul / 8 jam
8. Injeksi Alinamin F 1 ampul/ 8 jam
9. Injeksi Transamin 1 ampul/8 jam
10. Injeksi Vit C 1 ampul / 8 jam
11. Injeksi Vit B compleks 2 cc/ 24jam

Tanggal 26 September 2006


Keadaan umum : Baik, cm, gizi kesan cukup
Keluhan

: batuk(+), dahak tidak keluar,kentut (+)

Tanda vital

: T = 110/80 mmHg
N = 80x/menit

Thorax

: Cor

Respiratory Rate = 20x/menit


Suhu = 36,8 0C

: dalam batas normal

Pulmo : dalam batas normal

29

Laktasi (+)
Abdomen

: Supel, nyeri tekan (-), TFU teraba 2 jari dibawah pusat,


luka operasi terutup verband, peristaltik (+)

Genital

: Perdarahan (+) sedikit


Lochia (-)

Diagnosa

: Post SCTP emergensi atas indikasi Fetal Distress, DKP


oleh karena panggul sempit pd multigravida h.postdate,
d.p kala I fase laten pb 2jam dg riwayat SC 7 th yang lalu
dph 2

Terapi

:
1. Balance cairan
2. IVFD RL:D5 = 1:1 (16 tpm)
3. Injeksi Cefotaxim 1 gr/12jam
4. Infus drip Metronidazole 500 mcg/8 jam
5. Injeksi Gentamycin 80 mg/8 jam
6. Injeksi Tramadol 1 ampul / 8 jam
7. Injeksi Alinamin F 1 ampul/ 8 jam
8. Injeksi Transamin 1 ampul/8 jam
9. Injeksi Vit C 1 ampul / 8 jam
10. Injeksi Vit B compleks 2 cc/ 24 jam
11. usul ganti oral

Tanggal 27 September 2006


Keadaan umum : Baik, cm, gizi kesan cukup
Tanda vital

: T = 130/80 mmHg
N = 82x/menit

Thorax

: Cor

Respiratory Rate = 18x/menit


Suhu = 36,7 0C

: dalam batas normal

Pulmo : dalam batas normal


Laktasi (+)

30

Abdomen

: Supel, nyeri tekan (-), TFU teraba 2 jari dibawah pusat,


luka operasi terutup verband, peristaltik (+)

Genital

: Perdarahan (-)
Lochia (+)

Diagnosa

: Post SCTP emergensi atas indikasi Fetal Distress, DKP


oleh karena panggul sempit pd multigravida h.postdate,
d.p kala I fase laten pb 2jam dg riwayat SC 7 th yang lalu
dph 3

Terapi

:
1. Pindah bangsal
2. Amoxicillin 3x1
3. Metronidazole 3x1
4. Vit C 3x1
5. Prednison 3x1
6. Sakaneuron 2x1
7. Medikasi

Tanggal 28 September 2006


Keadaan umum : Baik, cm, gizi kesan cukup
Tanda vital

: T = 120/80 mmHg
N = 84x/menit

Thorax

: Cor

Respiratory Rate = 20x/menit


Suhu = 36,5 0C

: dalam batas normal

Pulmo : dalam batas normal

31

Laktasi (+)
Abdomen

: Supel, nyeri tekan (-), TFU teraba di pertengahan pusatSOP, luka operasi kering, pus (-), darah (-), peristaltik (+)

Genital

: Perdarahan (-)
Lochia (+)

Diagnosa

: Post SCTP emergensi atas indikasi Fetal Distress, DKP


oleh karena panggul sempit pd multigravida h.postdate,
d.p kala I fase laten pb 2jam dg riwayat SC 7 th yang lalu
dph 4

Terapi

:
1.Amoxicillin 3x1
2.Metronidazole 3x1
3.Vit C 3x1
4.Prednison 3x1
5.Sakaneuron 2x1
6.Medikasi

Tanggal 29 September 2006


Keadaan umum : Baik, cm, gizi kesan cukup
Tanda vital

: T = 120/90 mmHg
N = 80x/menit

Thorax

: Cor

Respiratory Rate = 20x/menit


Suhu = 36,5 0C

: dalam batas normal

Pulmo : dalam batas normal


Laktasi (+)

32

Abdomen

: Supel, nyeri tekan (-), TFU teraba di pertengahan pusatSOP, luka operasi kering, pus (-), darah (-), peristaltik (+)

Genital

: Perdarahan (-)
Lochia (+)

Diagnosa

: Post SCTP emergensi atas indikasi Fetal Distress, DKP


oleh karena panggul sempit pd multigravida h.postdate,
d.p kala I fase laten pb 2jam dg riwayat SC 7 th yang lalu
dph 5

Terapi

:
1.Amoxicillin 3x1
2.Metronidazole 3x1
3.Vit C 3x1
4.Prednison 3x1
5.Sakaneuron 2x1
6.Medikasi

Tanggal 30 September 2006


Keadaan umum : Baik, cm, gizi kesan cukup
Tanda vital

: T = 120/80 mmHg
N = 80x/menit

Thorax

: Cor

Respiratory Rate = 20x/menit


Suhu = 36,7 0C

: dalam batas normal

Pulmo : dalam batas normal


Laktasi (+)

33

Abdomen

: Supel, nyeri tekan (-), TFU teraba di pertengahan pusatSOP, luka operasi kering, pus (-), darah (-), peristaltik (+)

Genital

: Perdarahan (-)
Lochia (+)

Diagnosa

: Post SCTP emergensi atas indikasi Fetal Distress, DKP


oleh karena panggul sempit pd multigravida h.postdate,
d.p kala I fase laten pb 2jam dg riwayat SC 7 th yang lalu
dph 6

Terapi

:
1.Amoxicillin 3x1
2.Metronidazole 3x1
3.Vit C 3x1
4.Prednison 3x1
5.Sakaneuron 2x1
6.Medikasi

Tanggal 1 Oktober 2006


Keadaan umum : Baik, cm, gizi kesan cukup
Tanda vital

: T = 120/80 mmHg
N = 68x/menit

Respiratory Rate = 16x/menit


Suhu = 36,4 0C

Mata

: Conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)

Thorax

: Cor : dalam batas normal


Pulmo : dalam batas normal

34

Laktasi (+)
Abdomen

: Supel, nyeri tekan (-), TFU teraba di pertengahan pusatSOP, luka operasi kering, pus (-), darah (-), peristaltik (+)

Genital

: Perdarahan (-)
Lochia (+)

Diagnosa

: Post SCTP emergensi atas indikasi Fetal Distress, DKP


oleh karena panggul sempit pd multigravida h.postdate,
d.p kala I fase laten pb 2jam dg riwayat SC 7 th yang lalu
dph 7

Terapi

:
1.Amoxicillin 3x1
2.Metronidazole 3x1
3.Vit C 3x1
4.Prednison 3x1
5.Sakaneuron 2x1

BAB IV
ANALISA KASUS
A.

Analisa Status
Pada pembuatan status ini dijumpai beberapa kekurangan diantaranya
perlunya anamnesis yang lebih lanjut mengenai keteraturan ibu melakukan
pemeriksaan kehamilan (ANC). Selain itu dalam status ini tidak dilakukan
pemeriksaan ultrasonografi (USG) dan os born test

35

Analisa Kasus Diagnosa


1. Fetal Distress
Indikasi-indikasi fetal distress adalah:
a) bradikardi
b) takikardi
c) variabilitas
d) pola deselerasi
e) Mekonium dalam cairan ketuban (masih kontroversi)
Pada kasus ini kriteria yang mendukung kearah fetal distress yaitu :
a) DJJ bradikardi irreguler (96 x/menit)
b) pada hasil CTG didapatkan deselerasi dini dan CST(+)
Fetal distress yang terjadi disebabkan karena kehamilan postdate yang
menyebabkan risiko terjadinya degenerasi vaskuler, hipoplasi pada
plasenta (insufisiensi plasenta) dan kompresi tali pusat, disertai adanya
infeksi intrapartum yang ditunjukkan dengan AL yang meningkat.

Hamil post date


Suatu kehamilan disebut hamil post date apabila setelah melewati
waktu hari perkiraan kelahiran, yaitu 280 hari,

namun belum terjadi

persalinan.
Pada kasus ini diagnosa ditegakkan dari :
Anamnesa : Didapatkan keterangan
HPMT : 10 Desember 2005
HPL

: 17 September 2006

36

UK

: 41 minggu

Disproporsi Kepala Panggul


DKP adalah tidak adanya keseimbangan antara kapasitas jalan lahir
dan besarnya kepala janin. Penyebab pada kasus ini adalah faktor janin
yaitu presentasi kepala janin yang tidak normal.
Pada kasus ini diagnosa ditegakkan dari :
a.

Anamnesis :
Adanya riwayat SC 7 tahun yang lalu,TB = 145cm

b.

Pemeriksaan Obstetri :
Ukuran panggul dalam kesan sempit ditunjukkan dengan
pemeriksaan dalam didapatkan promontorium teraba, linea
terminalis teraba >1/3 bagian, spina ischadica tidak menonjol,
arcus pubis <90 sudut MKM tumpul.

c.

Setelah bayi lahir :


Tampak caput suksedaneum di daerah ubun-ubun besar, yang
menunjukkan kelainan presentasi janin, sehingga mengakibatkan
terjadinya ketidakseimbangan cephalopelvic.

B.

Analisa Kasus Penatalaksanaan


Penatalaksanaan untuk kasus ini dengan diagnosa fetal distress,
disproporsi kepala panggul oleh karena panggul sempit, pada multigravida
hamil postdate dalam persalinan kala 1 fase laten persalinan berlangsung 2
jam dengan riwayat Sectio Caesaria 7 tahun yang lalu adalah Re-SCTP
emergency. Pemilihan Re-SCTP sudah cukup tepat dikarenakan prognosis
persalinan ini adalah buruk.
1. Indikasi Ibu, karena adanya DKP yang dapat menyebabkan:
o Kelelahan ibu yang dapat menyebabkan bahaya pada ibu yaitu
dehidarasi, asidsosis, infeksi intrapartum
o Timbul regangan pada segmen bawah rahim dan pembentukan
lingkaran retraksi patologis yang disebut ruptur uteri iminens.
o Inersia uteri sekunder.
2. Indikasi Janin, adanya fetal distress dan DKP yang dapat menyebabkan :

37

o Kematian perinatal.
o Prolaps funikuli
o Robekan pada tentorium cerebelli dan perdarahan intrakranial.
3. Indikasi Obstetri
o Adanya DKP dan riwayat SC
Sehingga penatalaksanaan pada kasus ini, SCTP adalah pilihan yang terbaik untuk
ibu maupun bayinya.

38

BAB V
SARAN

1.

Edukasi
pengetahuan

tentang

penyakit,

kepada
gejala,

pasien
dan

mengenai

komplikasinya,

penatalaksanaannya.
2.

39

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Bari, S. 2003. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi. PB
POGI, FKUI, Jakarta. Pp : 35-45
Allan, H., et all. 1994. Current Obstetric & Ginecologic Diagnosis and Treatment.
8th edition. Appleton, Norwak, Connecticut.
Brandon dkk , 2002. The Johns Hopkins Manual of Gynecology and Obstetrics
2nd edition The Johns Hopkins University Department By Lippincott
Williams & Wilkins Publishers
Chrisdiono M. A. 2004. Kehamilan Postterm. Dalam : Prosedur Tetap Obstetri
dan Ginekologi. EGC. Jakarta. Pp: 32-33.
Cunningham, Mac Donald, Gant, Levono, Gilstrap, Hanskin, Clark. 1997.
Williams Obstretics 20th edition. Prentice-Hall International Inc. Pp :
773-818
James R., Md. Scott, Ronald S., Md. Gibbs, Beth Y., Md. Karlan, Arthur F., Md.
Haney, David N Danforth's Obstetrics and Gynecology, 9th Ed:.
Danforth By Lippincott Williams & Wilkins Publishers; 9th edition.
Joy, Satu and Lyon, Deborah.
2005. Diagnosis of Abnormal Labor.
http://www.emedicine.com/med/topic3488.htm
Merck. 2005. Problem in the First and Second Stage of Labor. The Merck Manual
of Diagnosis and Therapy.
http://www.merck.com/mrkshared/mmanual/section18/chapter253/25
3g.jsp
Neville, dkk. 2001. Esential Obstetri dan Gynecologi. Hipokrates, Jakarta. Pp :
20-30
Price dan Wilson. 1995. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Edisi 4. EGC. Pp : 722-23
Repke JT, Johnson TR, Ludmir J. 2005. Diagnosis of Abnormal Labor.
http://www.cgmh.org.tw/intr/intr5/c6700/OBGYN/f/web/Abnormal
%20Labor/
Rustam Mochtar. 1998. Kelainan Pada Letak Kepala. Dalam : Sinopsis Obstetri
Jilid 1. Editor: Delfi Lutan, EGC, Jakarta. Pp: 339-340.

40

S. Martohoesodo dan R. Hariadi. 1999. Distosia Karena Kelainan Letak dan


Bentuk Janin. Dalam Wiknjosastro H, Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga
Cetakan Kelima. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo,
Jakarta. Pp : 597-598.
S. Martohoesodo dan R. Hariadi. 1999. Distosia Karena Kelainan Panggul.
Dalam Wiknjosastro H, Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga Cetakan
Kelima. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. Pp :
641-645.
SMF Obsgin RSDM. 2004. Disproporsi Kepala Panggul. Dalam : Prosedur Tetap
Pelayanan Profesi Kelompok Staf Medis Fungsional Obstetri &
Ginekologi. RSUD Dr. Moewardi, Surakarta. Pp : 36-37.

41

You might also like