You are on page 1of 23

LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien

Nama

: Ny. N

No. RM

: 050663

Umur

: 18 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Alamat

: Jl. Kandea 3 Lr. 1, No. 20

Agama

: Islam

Tanggal masuk

: 10 Desember 2015 pukul 22.00 WITA

II.Anamnesis Terpimpin
G1P0A0
HPHT

: Lupa

TP

:-

Gestasi : Ibu masuk di RSIA Khadijah pada tanggal 10 Desember 2015 dengan keluhan
keluhan nyeri perut tembus belakang disertai riwayat pelepasan lendir (+), darah
(+), dan air (-). Pasien juga mengeluh bengkak pada payudara dan terasa sakit
bila ditekan, yang dirasakan sudah 1 minggu. Riwayat dirawat di RS Pelamonia
selama 1 minggu dengan penyakit bengkak pada payudara.
Riwayat ANC
: 1x di dokter spesialis, Suntik TT : Riwayat Penyakit
: HT (disangkal), DM (disangkal), Asma (disangkal),
Alergi (disangkal).

III.

Riwayat Obstetri
Anak I

:
: Kehamilan sekarang

Riwayat Kontrasepsi

: Belum pernah mengikuti program KB.

Riwayat Operasi

: Belum pernah operasi.

Pemeriksaan Fisik
KU
: Baik/Sadar
Tanda Vital
: TD : 130/90 mmHg
N
: 88x/i
Pemeriksaan Luar
TFU
: 32cm
LP
: 82 cm
Situs
: memanjang
Punggung : Kiri
Bagian terbawah: Kepala
Perlimaan : 4/5
His
: 1x10 (10-15)
DJJ
: 158 x/i
Gerak janin : dirasakan ibu
Anak kesan : tunggal
TBJ
: 2624 gram

IV.

P : 20x/i
S : 36,6oC

Pemeriksaan Dalam Vagina


Vulva
: Tidak ada kelainan
Vagina
: Tidak ada kelainan
Porsio
: Lunak/Tebal
Pembukaan
: 1 cm
Ketuban
: (+)
Bagian Terdepan : Kepala
Penurunan
: Hodge I
UUK
: Sulit dinilai
Panggul dalam kesan cukup
Pengeluaran : Lendir (+), darah (+)

Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Tanggal 10 Desember 2015
Darah Rutin
Hb
: 8,2 g/dl
Leukosit
: 18,8 x 103/ul
Eritrosit
: 3,82 x 103/ul
Trombosit : 235 x 103/ul
Hematokrit : 26,4 %
GDS
: 119 mg/dl

V. Diagnosis
1. G1P0A0 gravid 37 38 minggu inpartu kala I fase laten
2. Mastitis

Gambar 1. Mastitis pada payudara kanan.


VI. Penatalaksanaan
1. IVFD RL 28 tetes/menit
2. Drips Metronidazole / 8 jam/ IV
3. Ceftriaxon 1 gr/ 12 jam/ IV
4. Dexametason 1 amp/ 8 jam/ IV
5. Observasi his, DJJ, kemajuan persalinan
VII. FOLLOW UP
Tanggal
Follow up
pemeriksaan
11/12/2015
06.00

Terapi

S: Nyeri perut tembus belakang disertai

riwayat

IVFD

RL

28

pelepasan tetes/menit

lendir (+), darah (+), dan air (-). - ceftriaxone 1 gr/ 12


Pasien juga mengeluh bengkak jam/ IV
pada payudara dan terasa sakit - Drips Metronidazole/

bila ditekan, yang dirasakan 8 jam/ IV


sudah

minggu.

dirawat

di

selama

penyakit

RS

Riwayat -Observasi his, DJJ,


Pelamonia kemajuan persalinan

minggu

dengan -VT kontrol jam 08.00

bengkak

pada

payudara.
Riwayat ANC : 1x di dokter
spesialis, Suntik TT : Riwayat
Penyakit
(disangkal),
Asma

DM

HT

(disangkal),

(disangkal),

Alergi

(disangkal).
Riwayat Obstetri
Anak I: Kehamilan sekarang
Riwayat

Kontrasepsi:

Belum

pernah mengikuti program KB.


Riwayat Operasi: Belum pernah
operasi.
O: TD: 130/90 mmHg
N: 88x/m
P: 20x/m
S: 36,6C
Pemeriksaan Luar
TFU
: 32cm
LP
: 82 cm
Situs
: memanjang
Punggung
: Kiri
Bagian terbawah: Kepala

Perlimaan
: 5/5
His
: 3x10 (40-45)
DJJ
: 145 x/i
Gerak janin : dirasakan ibu
Anak kesan : tunggal
TBJ
: 2624 gram
Pemeriksaan Dalam Vagina
Vulva
: Tidak ada kelainan
Vagina
: Tidak ada kelainan
Porsio
: Lunak/ Tipis
Pembukaan : 8 cm
Ketuban: (+)
Bagian Terdepan: Kepala
Penurunan: Hodge III
UUK : Sulit dinilai
Panggul dalam kesan Cukup
Pengeluaran : Lendir (+), darah (-)
A: G1P0A0 gravid 37 - 38 minggu
inpartu kala I fase aktif + Mastitis
(D)
11/12/2015
07.00

S : ibu ingin meneran


- Observasi DJJ, his,
O : His : 4x10 (40-45)
DJJ : 150 x/i
dan
kemajuan
PDV
v/v : tak/tak
persalinan.
portio : melesap
- VT kontrol pukul
: Lengkap
ket : (-)
05.00
Bagian terdepan : Kepala
UUK : arah jam 12
Penurunan: Hodge IV
Panggul dalam kesan cukup
Pelepasan lendir (+), darah (+)
A: G1P0A0 gravid 37 - 38 minggu
inpartu kala II + Mastitis

11/12/2015

Dengan HIS adekuat dan kekuatan - PPN

07.25

ibu meneran, lahirlah bayi , BBL = - Cek TFU


- Inj. Oxytocin 10 IU/
2650 gr, PB = 47 cm, A/S = 8/10
IV
- Jepit, potong, rawat

07. 30

tali pusat
Plasenta, kotiledon, selaput ketuban
lahir lengkap, tali pusat putih licin,
terpilin, panjang -/+ 50 cm, rupture

perineum tingkat II

Lahirkan plasenta
secara R/A

Masase Uterus

Cek perdarahan

Hacting perineum
tingkat II

11/12/2015
09.30

S: tidak ada keluhan


O:Ku: baik
TD: 120/80 mmHg
N: 82 x/m
P: 18 x/m
S: 36,7C
TFU: setinggi pusat
Mamma: tak/tak
ASI: +/+
Luka perineum : baik
Lokia: kruenta
BAK: lancar
BAB: Belum
A: PPH I + Mastitis (D)

- Cefadroxil 2x500mg
- Asam
mefenamat
3x500 mg
- Inbion 1x1
- Perawatan Payudara

DISKUSI
Pada kasus ini, Ny. N berusia 18 tahun didiagnosis dengan mastitis dextra yang
ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Dari anamnesis di dapatkan bahwa pasien dengan G1P0A0 gravid 37 38
minggu datang dengan ke RSIA St Khadija I dengan nyeri perut tembus ke belakang
dan bengkak pada payudara dan terasa sakit yang di rasakan sudah 1 minggu.
Pelepasan lender (+), darah (+), air (-). Hal tersebut merupakan salah satu dasar
diagnosis Mastitis yang bersifat subjektif. Pemeriksaan kehamilan 1x di dokter
spesialis, serta belum pernah di injeksi TT.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 130/90 mmHg dan
pemeriksaan laboratorium menunjukkan Leukosit :18,8 x 103/ul. Hal ini

menegaskan bahwa pasien menglami infeksi yang sumber infeksi berasal dari
peradangan pada payudara yang biasa disebut mastitis.
Hal ini sesuai dengan kepustakaan dimana mastitis adalah peradangan
parenkimatosa kelenjar mamaria merupakan penyulit antepartum yang jarang terjadi
biasanya unilateral, tetapi kadang kadang dijumpai selama masa nifas dan
menyusui. Gejala mastitis supuratif jarang muncul sebelum akhir minggu pertama
masa nifas dan biasanya muncul sebelum minggu ke tiga atau keempat. Berdasarkan
lokasinya mastitis terbagi atas yang berada di bawah aerola mammae, di tengah
aearola mammae, dan mastitis yang lebih dalam antara payudara dan otot otot.
Hampir semua kasus mastitis akut terjadi selama menyusui; kebanyakan dari kasus
ini timbul pada bulan pertama menyusui. Minggu minggu pertama menyusui,
payudara rentan terhadap infeksi bakteri akibat terbentuknya fisura dan celah di
putting. Dari tempat masuk ini, biasanya Staphylococcus aureus atau, yang lebih
jarang streptococcus yang menginvasi jaringan payudara. Pasien datang dengan
payudara yang eritematosa dan nyeri serta biasanya disertai demam.
Faktor faktor penyebab dari Ibu :
Masalah dari ibu yang timbul selama menyusui dapat dimulai sejak sebelum
persalinan (periode antenatal), pada masa pasca persalinan dini, dan pasca masa
persalinan lanjut. Masalah menyusui dapat pula diakibatkan karena keadaan khusus.
Selain itu ibu sering benar mengeluhkan bayinya sering menangis, atau menolak
menyusu, dsb yang sering diartikan bahwa ASInya tidak cukup, atau ASInya tidak

enak, tidak baik atau apapun pendapatnya sehingga sering menyebabkan diambilnya
keputusan untuk menghentikan menyusui.
1. Putting Susu datar atau Terbenam
Putting yang kurang menguntungkan seperti ini sebenarnya
tidak selalu menjadi masalah. Secara umum ibu tetap masih dapat
menyusui bayinya dan upaya selama

antenatal umumnya kurang

berfaedah, misalnya dengan memanipulasi Hofman, menarik-nerik


puting, ataupun penggunaan brest shield dan breast shell. Yang paling
efisien untuk memperbaiki keadaan ini adalah isapan langsung bayi
yang kuat. Maka

sebaiknya tidak dilakukan apa-apa, tunggu saja

sampai bayi lahir,


2. Putting susu lecet
Pada keadaan ini seringkali seorang ibu menghentikan menyusui
karena putingnya sakit. Kebanyakan ibu menghindari pengosongan
payudara secara sempurna
3. Bendungan Payudara
Kondisi ini tidak terjadi bila bayi disusui segera setelah lahir,
sehingga bendungan ASI terhindarkan. Pentingnya pengeluaran ASI
yang segera pada tahap awal mastitis, atau kongesti, untuk mencegah
perkembangan penyakit dan pernbentukan abses. Isapan bayi adalah
sarana pengeluaran ASI yang efektif.
4. Sisi yang disukai dan pengisapan yang efisien
Banyak ibu merasa lebih mudah untuk menyusui bayinya pada
satu sisi payudara dibandingkan dengan payudara yang lain, sehingga
drainase payudara tidak sempurna. Selain itu telah dinyatakan bahwa
9

pengisapan yang tidak tepat, yang menyebabkan mastitis, lebih


mungkin terjadi pada sisi payudara yang lebih sulit untuk menyusui.
5. Frekuensi menyusui
Tahun 1952, Illingworth dan Stone secara formal menunjukkan
dalam uji coba dengan kontro1, bahwa insiden dapat dikurangi hingga
setengahnya bila bayi disusui tanpa batas. Hubungan antara
pembatasan frekuensi dan durasi menyusui dan mastitis telah
diuraikan oleh beberapa penulis. Banyak wanita menderita mastitis
bila mereka tidak menyusui atau bila bayi mereka, tidak seperti
biasanya, tertidur semalaman dan waktu antar menyusui semakin
lama.
6. Menggunakan bra yang ketat dan menghambat aliran ASI
Faktor faktor penyebab dari bayi :
Masalah pada bayi umumnya berkaitan dengan manajemen laktasi, sehingga
bayi sering

menjadi bingung puting atau sering menangis, yang sering

diinterprestasikan oleh ibu dan keluarga bahwa ASI tidak tepat untuk bayinya.
1.

Pengisapan pada payudara


Pengisapan yang buruk sebagai penyebab pengeluaran ASI yang tidak
efisien, saat ini dianggap sebagai faktor predisposisi utama mastitis. Nyeri
puting dan puting pecah-pecah sering ditemukan bersama dengan mastitis.

10

Penyebab nyeri dan trauma puting yang tersering adalah pengisapan yang
buruk pada payudara, kedua kondisi ini dapat terjadi bersama-sama. Selain
itu, nyeri puting akan menyebabkan ibu menghindar untuk menyusui pada
payudara yang sakit dan karena itu mencetuskan stasis ASI dan bendungan.

Sumber, Mastitis : penyebab dan penatalaksanaan, WHO.


2. Bayi bingung putting (Nipple Confusion)
Nipple Confusion adalah keadaan yang terjadi karena bayi mendapat
susu formula dalam botol berganti-ganti dengan menyusu pada ibu. Terjadi
karena mekanisme menyusu pada puting berbeda dengan botol. Tanda-tanda :

11

mengisap puting seperti menghisap dot, menghisap terbutus-putus

dan

sebentar, bayi menolak menyusu.


3. Bayi dengan lidah pendek (Lingual Frenulum)
Keadaan ini jarang terjadi, dimana bayi mempunyai jaringan ikat
penghubung lidah dan dasar mulut yang tebal dan kaku, sehingga membatasi
gerak lidah, dan bayi

tidak dapat menjulurkan lidah untuk menangkap

putting. Frenulum yang pendek (tounge tie) pada bayi mengganggu


pengisapan pada payudara dan menyebabkan puting luka dan pecah-pecah.
Hal ini juga mengurangi efisiensi pengeluaran ASI dan predisposisi untuk
mastitis.
Diagnosis mastitis ditegakkan berdasarkan kumpulan gejala sebagai berikut:

Payudara (biasanya unilateral) keras, memerah, tegang, panas, bengkak, dan


terasa sangat nyeri.

Dapat disertai demam > 38 C

Paling sering terjadi di minggu ke 3 dan ke 4 postpartum, namun dapat


terjadi kapan saja selama menyusui

Peningkatan kadar natrium dalam ASI yang membuat bayi menolak menyusu
karena ASI terasa asi.

12

Penanganan Mastitis
Jika dengan semua usaha pencegahan, mastitis tetap terjadi, maka ia harus
ditangani dengan cepat dan adekuat. Bila penanganan ditunda, penyembuhan kurang
memuaskan. Terdapat peningkatan risiko abses payudara dan kekambuhan. Prinsipprinsip utama penanganan mastitis adalah:
1. Konseling suportif
Mastitis merupakan pengalaman yang sangat nyeri dan membuat frustrasi, dan
membuat banyak wanita merasa sangat sakit. Selain dengan penanganan yang efektif
dan pengendalian nyeri, wanita membutuhkan dukungan emosional. Ia mungkin telah
mendapat nasihat yang membingungkan dari petugas kesehatan, mungkin disarankan
untuk berhenti menyusui, atau tidak diberi petunjuk apapun. Ia dapat menjadi
bingung dan cemas, dan tidak ingin terus menyusui. Ibu harus diyakinkan kembali
tentang nilai menyusui yang aman untuk diteruskan, bahwa ASI dari payudara yang
terkena tidak akan membahayakan bayinya, dan bahwa payudaranya akan pulih baik
bentuk maupun fungsinya. Ia memerlukan dukungan bahwa perlu sekali untuk
berusaha melampaui kesulitan ini. Ia membutuhkan bimbingan yang jelas tentang
semua tindakan yang dibutuhkan untuk penanganan, dan bagaimana meneruskan
menyusui atau memeras ASI dari payudara yang terkena. Ia akan membutuhkan
tindak lanjut untuk mendapat dukungan terus-menerus dan bimbingan sampai ia
benar-benar pulih.

13

2. Pengeluaran ASI dengan efektif


Hal ini merupakan bagian terapi terpenting. Antibiotik dan terapi simtomatik
membuat wanita merasa lebih baik untuk sementara waktu, tetapi kondisi tersebut
akan memburuk atau berulang walaupun sudah diberikan antibiotik kecuali
pengeluaran ASI diperbaiki.
- Bantu ibu memperbaiki pengisapan bayi pada payudara,
- Dorong untuk sering menyusui, sesering dan selama bayi menghendaki, tanpa
pembatasan.
- Bila perlu peras ASI dengan tangan atau dengan pompa atau botol panas,
sampai menyusui dapat dimulai lagi.
3. Terapi Antibiotik
Terapi antibiotik diindikasikan pada:
- hitung sel dan koloni bakteri dan biakan yang ada serta menunjukkan infeksi
- gejala berat sejak awal
- terlihat puting pecah-pecah
- gejala tidak membaik setelah 12-24 jam setelah pengeluaran ASI diperbaiki.

14

Antibiotik yang tepat harus digunakan, Antibiotik B-laktamase harus


ditambahkan agar efektif terhadap Staph. aureus. Untuk organisme gram negatif,
sefaleksin atau amoksisilin mungkin paling tepat. Jika mungkin, ASI dari payudara
yang sakit sebaiknya dikultur dan sensitivitas bakteri antibiotik ditentukan. Antibiotik
terpilih harus diberikan dalam jangka panjang. Saat ini dianjurkan pemberian 10-14
hari oleh kebanyakan ahli. Pemberian jangka pendek berkaitan dengan insiden
kekambuhan yang tinggi.
Antibiotik untuk pengobatan mastitis infeksiosa
Antibiotik

Dosis

Eritromisin

250-500 mg setiap 6 jam

Flukloksasilin

250 mg tiap 6 jam

Dikloksasilin

125-500 mg setiap 6 jam per oral

Amoksasilin

250-500 mg setiap 8 jam

Sefaleksin

250-500 mg setiap 6 jam

4. Terapi Simtomatik
Nyeri sebaiknya diterapi dengan analgesik. Ibuprofen dipertimbangkan
sebagai obat yang paling efektif, dan dapat membantu mengurangi inflamasi dan
nyeri. Parasetamol merupakan alternatif yang tepat. Istirahat sangat penting

15

dipertimbangkan dan seharusnya ditempat tidur jika mungkin. Selain membantu ibu
sendiri, tirah baring dengan bayinya sangat berguna untuk meningkatkan frekuensi
menyusui, sehingga dapat memperbaiki pengeluaran susu. Tindakan lain yang
dianjurkan adalah penggunaan kompres hangat pada payudara yang akan
menghilangkan nyeri dan membantu aliran ASI, dan yakinkan bahwa ibu minum
cukup cairan.
Manajemen Laktasi
Manajemen laktasi merupakan segala daya upaya yang dilakukan untuk
membantu ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Usaha ini dilakukan
terhadap ibu dalam 3 tahap,yaitu pada masa kehamilan(antenatal), sewaktu ibu dalam
persalinan sampai keluar rumah sakit (perinatal), dan pada masa menyusui
selanjutnya sampai anak berumur 2 tahun(postnatal).
Manajemen laktasi adalah suatu upaya yang dilakukan oleh ibu, ayah dan
keluarga untuk menunjang keberhasilan menyusui. Dan ruang lingkup manajemen
laktasi dimulai pada masa kehamilan,setelah persalinan,dan masa menyusui bayi.
a. Masa kehamilan (Antenatal)
Hal yang perlu diperhatikan dalam menejemen laktasi sebelum kelahiran adalah:
1) Ibu mencari informasi tentang keunggulan ASi, manfaat menyusui bagi ibu dan
bayi, serta dampak negative pemberian susu formula.
2) Ibu memeriksakan kesehatan tubuh pada saat kehamilan kondisi puting
payudara,dan memantau kenaikan berat badan saat hamil.

16

3) Ibu melakukan perawatan payudara sejak kehamilan berumur 6 bulan hingga ibu
siap untuk menyusui, ini bermaksut agar ibu mampu memproduksi dan memberikan
ASI yang mencukupi kebutuhan bayi.
4) Ibu senantiasa mencari informasi tentang gisi dan makanan tambahan sejak
kehamilan trimester ke-2.makanan tambahan saat hamil sebanyak 1 1/3 kali dari
makanan yang dikonsumsi sebelum hamil.
b. Masa Persalinan (Perinatal)
Hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen laktasi saat kelahiran adalah :
1) Masa persaliinan merupakan masa yang paling penting dalam kehidupan bayi
selanjutnya,bayi harus menyusui yang baik dan benar baik posisi maupun cara
melekatkan bayi pada payudara ibu.
2) Membantu ibu kontak langsung dengan bayi selama 24 jam agar menyusui dapat
dilakukan tanpa jadwal.
3) Ibu nifas diberi kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 IU) dalam waktu 2 minggu
setelah melahirkan.
c. Masa Menyusui (Postnatal)
Hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen laktasi setelah kelahiran adalah:
1) Setelah bayi mendapatkan ASI pada minggu pertama kelahiran,ibu harus menyusui
bayi secara eksklusif selama 4 bulan pertama setelah bayi lahir dan saat itu bayi
hanya di beri ASI tanpa makanan tambahan.
2) Ibu mencari informasi yang tentang gisi makanan ketika masa menyusui agar bayi
tumbuh sehat.
17

3) Ibu harus cukup istirahat untuk menjaga kesehatannya dan menenangkan pikiran
serta menghindarkan diri dari kelelahan yang berlebihan agar produksi ASI tidak
terhambat.
4) Ibu selalu mengikuti petunjuk petugas kesehatan(merujuk posyandu atau
puskesmas). Bila ada masalah dalam proses menyusui.
5) Ibu tetap memperhatikan gisi/makanan anak,terutama pada bayi usia 4 bulan
Manfaat menyusui
Jika seorang ibu memberikan air susu ibu (ASI) kepada bayinya,hal ini dapat
menguntungkan baik bagi bayinya maupun ibu,antara lain:

a. Manfaat ASI bagi bayi:


1) Sebagai makanan tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan bayi
sampai usia 6 bulan.
2) Meningkatkan daya tahan tubuh karena mengandung berbagai zat anti kekebalan
sehingga akan lebih jarang sakit.
3) Melindungi anak dari serangan alergi.
4) Mengandung asam lemak yang diperlukan untuk pertumbuhan otak sehingga bayi
lebih pandai.
5) Meningkatkan daya penglihatan dan kepandaian berbicara.
6) Membantu pembentukan rahang yang bagus.
7) Menunjang perkembangan motorik sehiingga bayi akan cepat bias berjalan(Roesli,
2005, p.6).
18

b. Manfaat ASI bagi ibu:


1) Mengurangi perdarahan setelah melahirkan.
2) Mengurangi terjadinya anemia
3) Menjarangkan kehamilan
4) Mengecilkan rahim
5) Ibu lebih cepat mengalami penurunan berat badan
6) Mengurangi kemungkinan menderita kanker
7) Lebih ekonomis dan murah
8) Tidak merepotkan dan hemat waktu
9) Lebih praktis dan portable
10) Memberi kepuasan bagi ibu tersendiri.
c. Manfaat ASI bagi Lingkungan:
1) Mengurangi bertambahnya sampah dan polusi di dunia
2) Tidak menambah polusi udara karena pabrik-pabrik yang mengeluarkan asap.
d. Manfaat ASI bagi keluarga
1) Aspek ekonomi: ASi tidak perlu dibeli dan membuat bayi jarang sakit sehingga
dapat mengurangi biaya berobat
2) Aspek psikologis: menjarangkan kelahiran,dan mendekatkan hubungan bayi
dengan keluarga.
3) Aspek kemudahan : Sangat praktis sehingga dapat di berikan dimana saja dan
kapan saja dan tidak merepotkan orang lain. 15
C. Manajemen laktasi pada ibu bekerja
19

Manajemen laktasi pada ibu bekerja adalah upaya yang dilakukan ibu
mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya khususnya pada ibu yang bekerja.

1. Tehnik yang dianjurkan antara lain:


a. Sebelum berangkat kerja ibu tetap menyusui bayinya
b. ASI yang berlebihan dapat diperas atau di pompa,kemudian disimpan dilemari
pendingin untuk diberikan pada bayi saat ibu bekerja
c. Selama ibu bekerja ASi dapat diperas atau di pompa dan di simpan di lemari
pendingin di tempat kerja,atau diantar pulang.
d. Bayi dapat di titipkan ke tempat penitipan bayi apabila kantor atau instansi
menyediakan tempat.
e. Setelah ibu di rumah,perbanyak menyusui yaitu saat malam hari Perawat bayi
dapat membawa bayi ketempat ibu bekerja bila memungkinkan.
f. Ibu dianjurkan untuk istirahat, minum cukup,makan dengan gizi cukup untuk
menambah produksi ASI.
2. ASI Perah
ASI perah adalah ASI yang diambil dengan cara diperas dari payudara untuk
kemudian disimpan dan nantinya akan diberikan untuk bayi.
Cara memerah ASI dengan tangan/jari secara manual adalah :
a. Cara yang pertama ibu dianjurkan untuk mengambil sebuah mangkuk atau gelas
yang bersih dan diisi dengan air mendidih kedalamnya,lalu biarkan tertutup selama
beberapa menit,setelah itu ditiriskan.
20

b. Mencuci tangan ibu dengan air dan sabun


c. Ibu dianjurkan untuk duduk dan berdiri di tempat yang terang dan nyaman dan
dekatkan mangkok ke payudara ibu
d. Memegang payudara dengan meletakkan ibu jari diatas areola
sampai putting susu, dan jari telunjuk tepat di bawahnya.
e. Menekan dengan lembut payudara diantara ibu jari dan jari telunjuk ke belakang
kearah tulang dada
f. Diteruskan dengan menekan ibu jari dan jari telunjuk serta melepaskannya secara
bergantian,setelah dilakukan berulangulang ASI akan mulai mengalir.
3. Cara penyimpanan ASI
ASI adalah cairan hidup,selain makanan ASI mengandung zat anti infeksi,cara
penyimpanan ASI perah akan menentukan kualitas antiinfeksi dan makanan yang di
kandungnya.
a. Anti infeksi yang terkandung dalam ASI membantu ASI tetap segar dalam waktu
yang lebih lama karena akan menghambat pertumbuhan bakteri jahat dalam ASI
perah yang disimpan.
b. Setelah di cairkan ASI harus habis dalam waktu 1 jam, dan sisa ASI tidak boleh
dimasukkan lagi dalam lemari es.
c. Tulis jam, hari dan tanggal saat diperah 4. Lama Penyimpanan ASI
a. Dalam ruangan dengan suhu 27-32oC kolostrum dapat disimpan selama 12 jam
b. ASI bisa bertahan pada suhu ruangan atau di udara luar selama 6-8 jam
c. ASI bisa bertahan dalam termos es selama 24 jam
21

d. ASI dapat bertahan 6 bulan pada freezer (Roesli, 2005, p.83)


5. Cara memberikan ASI perah dengan gelas ataupun sendok adalah:
a. Pangku bayi dengan posisi setengah duduk di pangkuan ibu
b. Tempelkan tepi cangkir/sendok kecil berisi ASI perah,pada bibir bawah bayi
sehingga ASI menyentuh bibir bayi dan akan meminum dengan dorongan lidahnya
c. Jangan menuangkan ASI kedalam mulut bayi,pegang saja cangkir atau sendok
diatas bibir bayi dan biarkan bayi meminumnya sendiri
d. Jika bayi merasa cukup kenyang ia akan menutup mulutnya .
6. Cara Memberikan ASI yang sudah didinginkan pada bayi
a. ASI dipanaskan dengan cara membiarkan botol di aliri air panas yang bukan
mendidih yang keluar dari keran.
b. Merendam botol di dalam baskom atau mangkok yang berisi air panas atau bukan
mendidih. 18
c. Ibu tidak boleh memanaskan botol dengan cara mendidihkannya dalam panci atau
alat pemanas lainnya kecuali menggunakan alat khusus untuk memanaskan botol
berisi simpanan ASI.
d. Susu yang sudah di panaskan tidak bisa di simpan lagi.

22

DAFTAR PUSTAKA
1. Obstetri Williams / pengarang, F. Gary Cunningham. [et al.]; alih bahasa,
Brahm U. editor edisi bahasa Indonesia, Rudi Setia, [et al]. Ed 23. Jakarta:
EGC. 2012
2. Rayburn dan ginekologi / oleh William F. Rayburn, J. Christopher Carey; alih
bahasa Indonesia, H. TMA Chalik, Jakarta; Widya Medika, 2001
3. Rustam Mochtar synopsis obstetric : obstetric fisiologi, obstetric patologi.
Penulis, Amru Sofyan; editor penyelaras, Loi Indra. Ed. 3. Jakarta : EGC.
2011
4. Buku Obstetri dan Ginekologi / Ralph C. Benson, Martin L, Pemoll; alih
bahasa, Susiani Wijaya ; editor bahasa Indonesia, Srie Sisca Primarianti. Ed 9.
Jakarta ; EGC, 2008
5. Price, Sylvia Anderson. Patofisiologi ; konsep klinis proses proses
penyakit / Sylvia Anderson Price, alih bahasa, Brahm U. [et al]; editor edisi
bahasa Indonesia, Huriawati Hartanto [et al]. Ed 6. Jakarta : EGC, 2005
6. Buku Saku. Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan / Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Edisi Pertama. 2013.
www.gizikia.depkes.go.id

23

You might also like