Professional Documents
Culture Documents
BAB I
SISTEM TENAGA LISTRIK
Sistem tenaga listrik adalah suatu sistem yang berfungsi untuk membangkitkan,
mentransmisikan dan mendistribusikan energi listrik dari pusat pembangkit sampai
konsumen. Gambaran umum suatu sistem tenaga listrik seperti gambar 1.1
2
Tabel Level Tegangan di PT. PLN
No.
Tegangan (kV)
Kelompok Tegangan
1.
500
2.
150
Tegangan Tinggi
3.
70
Tegangan Tinggi
4.
30
Tegangan Tinggi
5.
20
Tegangan Menengah
6.
12
Tegangan Menengah
7.
Tegangan Menengah
8.
0,22/0,38
Tegangan Rendah
Turbin
Generator
STTT
GISU
Pusat Pembangkit
STTM
GISD
SDTR
GD
Transmisi
Konsumen
Distribusi
3
Melalui trafo distribusi yang terbesar di berbagai pusat beban, tegangan distribusi
primer ini diturunkan menjadi tegangan rendah 220/380 V yang akhirnya diterima
pihak pemakai/konsumen listrik.
BAB II
PEMBANGKIT LISTRIK
4
Pembangkit adalah tempat dibangkitkannya energi listrik peralatan utama pada
pembangkit (turbin dan generator). Pembangkit berfungsi untuk mengkonversikan
sumber daya energi primer menjadi energi listrik. Pusat pembangkit listrik
konversional mencakup:
-
Gangguan pada pusat-pusat listrik secara garis besar dapat dibagi atas 4 (empat)
kelompok, yaitu:
a. Gangguan pada sirkit listrik generator
b. Gangguan pada mesin penggerak mula
c. Gangguan pada instalasi yang berhubungan dengan lingkungan seperti instalasi air
pendingin dan saluran air terbuka pada PLTA.
d. Gangguan pada sirkit kontrol.
Dalam instalasi yang dijaga oleh operator seperti Pusat Listrik dan Gardu
Induk ada gangguan yang tidak atau belum dilihat oleh Relai, tapi dilihat oleh
operator yang kemudian berinisiatif men-trip Pemutus Tenaga (PMT) demi
keselamatan instalasi, maka dalam hal ini operator bertindak sebagai relai. Gangguan
Pada Sirkit Listrik Generator yang menyebabkan tripnya PMT, pada umumnya
disebabkan oleh:
a. Gangguan diluar seksi generator tetapi PMT generator ikut trip sebagai akibat
kurang selektifnya relai generator
b. Ada gangguan dalam seksi generator yang disebabkan karena : kerusakan generator
atau alat bantu generator, binatang yang menimbulkan arus hubung singkat, kontakkontak listrik yang belum sempurna.
5
c. Ada gangguan dalam sistem eksitasi generator, biasanya menyangkut pengatur
tegangan otomatis.
d. Ada gangguan pada sistem arus searah khususnya yang diperlukan untuk
mentripkan PMT. Gangguan pada sirkit listrik tersebut di atas berlaku untuk semua
macam Pusat Listrik.
Gangguan Pada Mesin Penggerak Generator (prime mover) merupakan
gangguan yang paling sering terjadi pada semua Pusat Listrik. Hal-hal yang
menyebabkan gangguan mesin penggerak generator secara singkat adalah :
a. Kerusakan pada bagian-bagian yang berputar atau bergeser, seperti bantalan,
batang penggerak, katup-katup khususnya yang jarang bergerak pada waktu
diperlukan malah macet.
b. Kerusakan pada bagian-bagian dimana terdapat pertemuan antara zat-zat yang
berbeda suhunya seperti kondensor PLTU, pemanas udara PLTU. Hal serupa bisa
pula terjadi pada alat-alat pendingin di PLTA atau PLTD.
c. Kerusakan pada pengabut yang bertugas mengubah bahan bakar minyak menjadi
kabut gas. Pengabut semacam ini terdapat pada PLTU, PLTG dan PLTD dan
seringkali merupakan sumber gangguan karena tersumbat.
d. Kebocoran pada perapat dari bagian yang mengandung zat cair atau gas yang
bertekanan tinggi. Kebocoran semacam ini dapat menyebabkan gangguan operasi
dari Pusat Listrik yang bersangkutan. Gangguan pada instalasi yang berhubungan
dengan lingkungan. Pada PLTU gangguan ini misalnya karena air laut yang
berfungsi sebagai pendingin mengandung binatang laut dan kotoran yang
menyumbat instalasi air pendingin atau menyumbat kondensor.
Pada PLTA sering kali terjadi air sungai banyak mengandung kotoran, sehingga
saringan air masuk tersumbat dan mengganggu operasi Pusat Listrik yang
bersangkutan. Masalah kotoran yang dibawa sungai dapat menimbulkan gangguan
pada PLTD yaitu apabila kotoran tersebut menyumbat instalasi air pendingin.
Gangguan pada sirkit kontrol dalam setiap Pusat Listrik selalu terdapat sirkit kontrol
yang mengatur baik sirkit listrik generator, mesin penggerak generator maupun alatalat bantu. Sirkit kontrol dapat berupa sirkit listrik, sirkit mekanik, sirkit pneumatik
ataupun sirkit hidrolik. Dapat pula merupakan kombinasi dari beberapa macam sirkit
kontrol. Seringkali gangguan timbul karena adanya bagian dari sirkit kontrol yang
tidak berfungsi dengan baik. Sebagai contoh kegagalan start dari unit PLTG sering
disebabkan oleh adanya bagian dari sirkit kontrol yang kurang baik kerjanya.
6
Pengamanan Sistem Tenaga Listrik dalam sistem tenaga listrik banyak sekali terjadi
gangguan yang dapat merusak peralatan pembangkit listrik. Untuk melindungi
peralatan listrik terhadap gangguan yang terjadi dalam sistem diperlukan alat-alat
pengaman.
Khusus alat pengaman yang berbentuk relai mempunyai 2 fungsi, yaitu :
a. Melindungi peralatan terhadap gangguan yang terjadi dalam sistem, jangan sampai
mengalami kerusakan
b. Melokalisir akibat gangguan, jangan sampai meluas dalam sistem.
Untuk memenuhi fungsi butir a. alat pengaman harus bekerja cepat agar pengaruh
gangguan dapat segera dihilangkan sehingga pemanasan berlebihan akibat hubung
singkat dapat segera dihentikan. Untuk memenuhi fungsi butir b. alat pengaman
dalam sistem harus dapat dikoordinir satu sama lain, sehingga hanya alat-alat
pengaman yang terdekat dengan tempat gangguan saja yang bekerja.
Ditinjau dari letaknya dalam sistem ketenagalistrikan ada 5 kategori pengamanan,
yaitu :
a. Pengaman generator
b. Pengaman saluran transmisi
c. Pengaman transformator dalam GI
d. Pengaman sistem distribusi.
e. Pengaman penggerak mula (PLTA,PLTD,PLTP,PLTG,PLTU)
Pengaman Generator Generator sebagai sumber energi listrik dalam sistem
ketenagalistrikan, perlu diamankan jangan sampai mengalami kerusakan, karena
kerusakan generator akan sangat mengganggu jalannya operasi sistem tenaga listrik.
Oleh karenanya generator perlu dilindungi terhadap semua gangguan yang dapat
merusak generator.
Pengaman generator secara garis besar terdiri dari :
a. Pengaman terhadap gangguan diluar generator, yaitu gangguan dalam sistem yang
dihubungkan dengan generator. Gangguan diluar generator yang belum diamankan
adalah gangguan di rel, pengamanan yang dibutuhkan bersifat back-up. Oleh karena
itu untuk gangguan di rel yang langsung berhubungan dengan generator pengamanan
yang terpenting adalah relai arus lebih. Untuk generator yang besar perlu ditambah
relai arus urutan negatip
b. Pengamanan terhadap gangguan yang terjadi didalam generator
7
Gangguan dalam generator secara garis besar ada 5 macam, yaitu : hubung singkat
antara fasa atau hubung singkat fasa ke tanah, suhu tinggi, penguatan hilang, hubung
singkat dalam sirkit rotor.
c. Pengamanan terhadap gangguan dalam mesin penggerak yang memerlukan
pelepasan PMT generator. Gangguan dalam mesin penggerak ada kalanya
memerlukan trip dari PMT generator, misalnya apabila tekanan minyak terlalu rendah
maka mesin penggerak perlu segera dihentikan karena tekanan minyak terlalu rendah
dapat menimbulkan kerusakan bantalan. Untuk menghindarkan tetap berputarnya
generator sebagai akibat daya balik yang merubah generator menjadi motor, maka
PMT generator perlu ditripkan. Begitu pula apabila suhu air pendingin pada mesin
PLTD atau PLTU menjadi terlalu tinggi maka mesin PLTD atau PLTU tersebut perlu
segera dihentikan dan PMT generator harus juga di trip-kan. Trip dari PMT generator
karena tekanan minyak pelumas terlalu rendah, atau karena suhu air pendingin terlalu
tinggi dilakukan oleh relai mekanik. Pengaman Saluran Transmisi adalah bagian dari
sistem ketenagalistrikan yang paling sering mengalami gangguan. Oleh karena itu
pengamanan saluran transmisi ini merupakan masalah paling sulit dalam pengamanan
sistem tenaga listrik. Pengaman Transformator terdiri dari:
a. Pengaman terhadap gangguan diluar transformator
b. Pengaman terhadap gangguan di dalam transformator
Untuk pengaman transformator terhadap gangguan luar dipakai relai arus lebih atau
relai hubung tanah. Untuk pengaman transformator terhadap gangguan didalam trafo,
seperti halnya pada generator dipakai relai differensial. Sedangkan untuk gangguan
hubung tanah dipakai Restricted Earth Fault Relay. Disamping itu untuk
transformator tegangan tinggi umumnya ada Relai Bucholz yang bekerja atas dasar
timbulnya gelembung-gelembung gas dari minyak trafo. Transformator distribusi
yang daya terpasangnya relatif kecil, sering hanya diamankan dengan sekering lebur
atau memakai Load Break Switch. Pengaman sistem distribusi dan pengaman jaringan
distribusi, untuk mengamankan feeder distribusi yang keluar dari GI yang terpenting
adalah :
a. Relai arus lebih
b. Relai arus hubung tanah.
Pada kondisi diujung penyulang (feeder) distribusi ada Pusat Listrik, maka relai arus
lebih dan relai arus hubung tanah tersebut harus bersifat power directional. Karena
jumlah gangguan per km jaringan per tahun pada jaringan tegangan menengah adalah
8
tinggi, maka untuk dapat melokalisir gangguan secepat mungkin sering kali jaringan
tegangan menengah dibagi atas beberapa seksi, gangguan tidak akan merembet pada
seksi didepannya. Pengaman Penggerak Mula Peralatan pengaman untuk mesin
penggerak mula (PLTD, PLTA, PLTG, PLTU, dll) berbeda antara satu dengan yang
lain. Oleh karena banyaknya variasi, dan masih berkaitan dengan Komisioning Pusat
Listrik maka sengaja tidak dibahas disini. Komisioning pusat listrik sebelum pusatpusat listrik dioperasikan masuk ke dalam Jaringan Sistem Tenaga Listrik, peralatan
pengaman yang dipasang perlu di uji untuk membuktikan telah sesuai dengan
perencanaannya. Pada masa-masa pengujian peralatan pengaman Unit Pembangkit
Listrik yang baru, dilakukan juga uji unjuk kerja Unit Pembangkit Listrik dan uji
unjuk kerja alat-alat bantunya. Serangkaian uji-uji dari uji peralatan pengaman Pusat
Listrik sampai uji unjuk kerja Unit Pembangkit Tenaga Listrik biasa disebut
Komisioning. Jadi jelas bahwa Komisioning Pusat Listrik merupakan inti dari
Keamanan Peralatan Ketenagalistrikan. Seperti sudah sering dilaksanakan di PT. PLN
(Persero), Komisioning Pusat Listrik sudah dijadikan syarat kelaikan operasi unit
Pembangkit Listrik yang baru untuk memasuki jaringan Sistem Tenaga Listrik. Untuk
dapat dinyatakan laik operasi Unit Pembangkit Listrik yang baru setelah di uji
hasilnya harus memenuhi syarat-syarat/kriteria tertentu.
BAB III
SALURAN TRANSMISI DAN GARDU INDUK
9
I. Saluran Transmisi
Saluran transmisi
adalah
sistem
bagian
tenaga
dari
listrik
yang berfungsi untuk mengirim atau mentransmisikan energi listrik (tegangan tinggi
dan menengah) dari pusat pembangkit sampai pada gardu distribusi. Saluran
transmisi dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Saluran transmisi tegangan tinggi
2) Saluran transmisi tegangan menengah
komponen-komponen utama dari saluran transmisi udara, terdiri dari:
1. MENARA TRANSMISI atau tiang transmisi, beserta pondasinya. Menara atau
tiang transmisi adalah suatu bangunan penopang saluran transmisi yang bisa berupa
menara baja, tiang baja, tiang beton bertulang dan tiang kayu. Menurut penggunannya
diklasifikasikan menjadi:
a. Tiang baja, tiang beton bertulang dan tiang kayu, umumnya digunakan untuk
saluran-saluran transmisi dengan tegangan kerja yang relatif rendah (dibawah 70 kV).
b. Menara baja, digunakan untuk saluran transmisi yang tegangan kerjanya tinggi
(SUTT) dan tegangan ekstra tinggi (SUTET).
Menara baja itu sendiri diklasifikasikan berdasarkan fungsinya, menjadi:
a. menara dukung.
b. menara sudut.
c. menara ujung.
d. menara percabangan.
e. menara transposisi.
10
2. ISOLATOR, jenis isolator yang digunakan pada saluran transmisi adalah jenis
porselin atau gelas.
Menurut penggunaan dan konstruksinya, isolator diklasifikasikan menjadi:
a. Isolator jenis pasak.
b. Isolator jenis pos-saluran.
c. Isolator gantung.
Isolator jenis pasak dan isolator jenis pos-saluran digunakan pada saluran transmisi
dengan tegangan kerja relatif rendah (kurang dari 22-33 kV), sedangkan isolator
gantung dapat digandeng menjadi rentengan/rangkaian isolator yang jumlahnya dapat
disesuaikan dengan kebutuhan.
11
dimana jarak antara menara/tiang berjauhan, mencapai ratusan meter, maka
dibutuhkan kuat tarik yang lebih tinggi, untuk itu digunakan kawat penghantar
ACSR.
Kawat penghantar aluminium, terdiri dari berbagai jenis, dengan lambang
sebagai berikut:
a. AAC (All-Aluminium Conductor), yaitu kawat penghantar yang seluruhnya terbuat
dari aluminium.
b. AAAC (All-Aluminium-Alloy Conductor), yaitu kawat penghantar yang
seluruhnya terbuat dari campuran aluminium.
c. ACSR (Aluminium Conductor, Steel-Reinforced), yaitu kawat penghantar
aluminium berinti kawat baja.
d. ACAR (Aluminium Conductor, Alloy-Reinforced), yaitu kawat penghantar
aluminium yang diperkuat dengan logam campuran.
ACSR
XLPE
12
Gambar 3.4 Penghantar Pentanahan
13
pembangkit tenaga listrik motor berubah menjadi generator dan suatu saat
generator menjadi motor atau menjadi beban dengan generator berubah funsi
menjadi motor yang memompakan air kembali ke kolam utama.
3. Gardu Induk Pengatur Tegangan
Gardu Induk jenis ini biasanya terletak jauh dari pusat pembangkit sehingga
tegangan jatuh (voltage drop) transmisi sangat besar sehingga diperlukan alat
penaik tegangan seperti bank capasitor sehingga tegangan menjadi lebih baik.
4. Gardu Induk Penurun Tegangan
Adalah gardu induk yang berfungsi menurunkan tegangan seperti tegangan sistem
primer menjadi tegangan yang lebih rendah yaitu tegangan distribusi.
5. Gardu Induk Penaik Tegangan
Gardu induk penaik tegangan adalah gardu induk yang mempunyai fasilitas untuk
menaikkan tegangan yaitu tegangan pembangkit (generator) dinaikkan menjadi
tegangan sistem untuk efisiensi sehingga dapat dihubungkan dengan pusat beban
yang lokasinya sangat jauh.
6. Berdasarkan isolasi yang digunakan, Gardu Induk dibedakan menjadi:
6.1. Gardu Induk SF 6
Gardu induk seperti ini sangat hemat tempat sebab menggunakan gas SF 6
sebagai isolasi antara bagian yang bertegangan dan ditempatkan didalam
suatu selubung besi. Sering disebut Gardu Induk SF 6 atau disingkat GIS.
14
15
PMS
SEKSI
Rel A
Rel B
PMS Rel B
PMS Rel A
PMT PHT
CT
PT
LA
TRAFO
PMT PHT
CT
PMS Line
LA
PT
CT
CT
PT
LA
PT
LA
16
PMT A1
PMT A2
CT
LA
PT
PMT AB1
PMT B1
PMT AB2
PMT B2
REL B
17
B. Bagian-Bagian Gardu Induk dan Peralatannya
1. Switch Yard
Adalah suatu tempat yang luas dimana peralatan utama instalasi tenaga listrik
terpasang. Jika terpasang dilapangan maka disebut dengan switch yard sedangkan
bila peralatan utama terpasang didalam ruangan sering disebut sebagai switch
gear. Padahal switch gear artinya adalah peralatan yang ada di switch yard.
1.1. Peralatan (switch gear) di switch yard
a. Transformator/Trafo Tenaga
Berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik dari tegangan sistem menjadi
tenaga listrik dengan sistem tegangan yang lain, disamping untuk
pengaturan tegangan.
PETUKANGAN
I
II
CAWANG
I
II
T-2 60 MVA T-1 60 MVA
150/20 kV 150/20 kV
LA
PT
CT
PMT
SEKSI
I
PMS
II
BSUBAR / REL
II
CIMANGGIS
II
KEMANG
18
19
c. PMT / Pemutus Tenaga
Saklar yang dapat digunakan untuk menghubungkan atau memutuskan
arus sesuai ratingnya maupun gangguan dan dilengkapi dengan pemadam
busur api (minyak, udara dan gas).
d. PMS / Pemisah
Alat untuk memisahkan tegangan pada instalasi tenaga listrik.
20
e. BUSBAR / REL
Titik pertemuan / hubungan trafo-trafo tenaga, SUTT, SKTT dan peralatan
listrik lainnya untuk menerima dan menyalurkan tenaga/daya listrik.
f. LIGHTNING ARRESTER / LA :
Alat pengaman peralatan listrik pada instalasi dari gangguan tegangan
lebih akibat sambaran petir (lightning surge) maupun oleh surja hubung
(Switching Surge).
2.
21
h. TRAFO TEGANGAN/PT (Potential Transformer)
1. Memperkecil besaran tegangan listrik pada sistem tenaga listrik
menjadi besaran tegangan untuk sistem pengukuran dan proteksi.
2. Mengisolasi rangkaian sekunder terhadap rangkaian primer, yaitu
memisahkan instalasi pengukuran dan proteksi tegangan tinggi.
i. GEDUNG KONTROL
Pusat Aktivitas pengoperasian Gardu Induk, dimana operator bekerja
mengontrol dan mengoperasikan peralatan-peralatan yang berada di Gardu
Induk.
PANEL KONTROL
PANEL PROTEKSI
BATERRY & RECTIFIER
PEMBAGI CATU AC/DC
PLC & SCADATEL
SEL 20 KV
SARANA PENDUKUNG
* Fire Alarm / Apar
* Emergency Lamp
* Pendingain udara
22
1. PANEL KONTROL
Tempat tombol-tombol komando operasional PMT, PMS dan
alat ukur besaran listrik dan announciator, satu ruangan dengan tempat
operator bekerja.
2. PANEL PROTEKSI
Tempat almari relai-relai pengaman yang dikelompokan dalam
bay sehingga mudah dalam pengontrolan dan operasionalnya. Alat
pendingin sangat diperlukan untuk mempertahankan karakteristik
relay tersebut. Setiap relai yang terpasang dalam panel proteksi
diberi nama sesuai dengan fungsinya.
BATTERY
o Alat yang menghasilkan sumber tenaga listrik arus searah
dari hasil proses kimia.
o Sumber DC untuk menggerakan peralatan kontrol, relai
pengaman, motor penggerak PMT, PMS, dll.
o Selalu terhubung dengan rectifier serta selalu diperiksa
kondisi air, kebersihan dan berat jenisnya.
RECTIFIER
o Alat listrik yang mengubah arus bolak-balik menjadi searah
sesuai
dengan
(kapasitas batere).
sesuai
kapasitas
yang
dikehendaki.
23
o Selalu terhubung dengan batere dan selalu diperiksa
kondisi baterenya secara periodik.
24
25
+
CT
OCR
Tripping coil
PMT
beban
Gambar 3.22 Bagan / Rangkaian Proteksi Relay Over
Current
RELAY DIFFERENTIAL
2.
Berfungsi mengamankan trafo dari gangguan hubung singkat yang terjadi didalam
daerah pengaman trafo.
3.
Berfungsi
untuk
mengamankan
trafo
terhadap
tanah
didalam
daerah pengaman trafo khususnya untuk gangguan didekat titik netral yg tidak dapat
dirasakan oleh relay Differential.
4.
26
5.
RELAY SUHU
Berfungsi untuk mendeteksi suhu minyak dan kumparan secara langsung yang
RELAY JANSEN
Berfungsi untuk mengamankan pengubah tap ( Tap Changer ) dari trafo.
9.
RELAY BUCHOLZ
Berfungsi mendeteksi adanya gas yang ditimbulkan oleh loncatan bunga api dan
27
dipasang relay tekanan mendadak yang dipasang pada tangki dan bekerja dengan
pertolongan membrane.
28
3. RELAY ARUS LEBIH BERARAH
Berfungsi mengamankan SUTT dari gangguan antar fasa, dan hanya bekerja pada
satu arah, rele ini dapat membedakan arah arus gangguan.
4. RELAY ARUS LEBIH
Berfungsi mengamankan sutt dari gangguan antar fasa maupun gangguan hubung
tanah.
5. RELAY TEGANGAN LEBIH
Berfungsi memproteksi SUTT atau SKTT terhadap tegangan lebih.
6. RELAY GANGGUAN TANAH
Berfungsi memproteksi SUTT terhadap gangguan hubung tanah.
7. RELAY PENUTUP BALIK
Berfungsi menormalkan kembali SUTT akibat gangguan hubung singkat temporer.
29
Pemeliharaan yang dilaksanakan untuk mencegah terjadinya kerusakan
peralatan secara tiba-tiba dan untuk mempertahankan unjuk kerja peralatan
yang optimum sesuai umur teknisnya.
2. Pemeliharaan Predictive :
Pemeliharaan yang dilakukan dengan cara memprediksi kondisi suatu
peralatan, apakah dan kapan kemungkinannya peralatan listrik tersebut
menuju kegagalan. Dengan memprediksi kondisi tersebut dapat diketahui
gejala kerusakan sedini mungkin.
3. Pemeliharaan Corrective :
Pemeliharaan yang dilakukan dengan berencana pada waktu-waktu
tertentu ketika peralatan listrik mengalami kalainan atau unjuk kerja yang
rendah
pada
saat
menjalankan
fungsinya,
dengan
tujuan
untuk
30
BAB IV
SISTEM DISTRIBUSI DAN GARDU DISTRIBUSI
Saluran distribusi berfungsi untuk mendistribusikan energi listrik dari gardu distribusi
ke konsumen dengan menggunakan tegangan rendah. Sistem distribusi di
kelompokkan dalam dua tingkat yaitu:
1. Jaringan Distribusi Primer (Jaringan Distribusi Tegangan Menengah/JDTM)
2. Jaringan Distribusi Sekunder (Jaringan Distribusi Tegangan Rendah/JDTR)
Jaringan Distribusi Primer (JDTM) merupakan suatu jaringan yang letaknya sebelum
gardu distribusi dan berfungsi menyalurkan tenaga listrik tegangan menengah (6 kV
atau 20 kV). Hantaran dapat berupa listrik bertegangan rendah (220 V/380 V).
Hantara berupa kabel tanah atau kawat udara dari gardu distribusi (sisi sekunder trafo
distribusi) ke konsumen atau pemakai (industri atau rumah tinggal). Sedangkan gardu
distribusi sendiri adalah suatu tempat/sarana, dimana terdapat transformator step
down yaitu transformator yang menurunkan tegangan dari tegangan menengah
menjadi tegangan rendah (sesuai kebutuhan konsumen).
Jaringan Distribusi Primer atau JTM dapat berupa fasa-tiga; fasa-tunggal atau
Single Wire Earth Return (SWER). Jaringan Distribusi Sekunder atau Jaringan
Tegangan Rendah (JTR) dapat berupa fasa-tunggal ; fasa-tiga dengan empat kawat
atau fasa-tunggal tiga kawat dari sistem JTM SWER.
31
A.
Sistem Distribusi
Merupakan sistem listrik tenaga yang diawali dari sisi tegangan menengah
pada GI (GI - sisi sekunder) sampai dengan tiang akhir jaringan distribusi tegangan
rendah yang berfungsi untuk mendistribusikan tenaga listrik pada pemanfaat tenaga
listrik.
BB-GI
PMT
GD
JTM
GD
JTM
GD
JTM
JTM
PBO
JTR
JTR
JTR
GI - SISI SEKUNDER
Keterangan :
BB-GI
PBO
PMT
JTM
GD
JTR
B. Tegangan Distribusi
Tegangan distribusi yang digunakan di Indonesia :
-
20 KV
380 V
220 V
C. Jaringan Distribusi
Jaringan distribusi diklasifikiasikan atas :
1.
32
b. Pengaman Tegangan Lebih :
-
Lightning Aresster
Relay Bucholz
33
- OCR (Over Current Relay)
- FR (Frequensi Relay)
- TC (Triping Coil)
- Storage Batery
OVR
DGR
FR
TC
+
Storage Batery
PBO
CC
(ROCLOSING
SWITCH)
JTM
34
Distribusi Jawa Timur Cabang Banyuwangi
Automatic Vacuum Switch (AVS) atau disebut juga sectionalizer
merupakan sakelar seksi otomatis (SSO) yang berfungsi sebagai alat pemutus
secara otomatis untuk membebaskan seksi-seksi yang terganggu dari suatu
sistem distribusi atau dengan kata lain dapat melokalisir gangguan pada seksi
yang terganggu sehingga seksi yang sehat tetap mendapatkan catu daya listrik.
AVS atau SSO di pasang di PLN distribusi Jawa Timur merupakan AVS
dengan prinsip deteksi tegangan. AVS juga dilengkapi dengan pengaturan
waktu (Timer) dengan seting t-1 = 0,5 detik, t-2 = 5 detik dan t-3 = 10 detik.
AVS terdiri dari dari dua jenis yaitu AVS tree type dan AVS loop type.
Pemasangan AVS Pada Jaringan Menggunakan Sistem Radial Murni :
BB-GI
PMT
Seksi A
PENYULANG
PBO
AVS 1
Seksi B
AVS 2
Seksi C
AVS 3
t-1 = 10 detik
t-2 = 5 detik
t- 3 = 0,5 detik
Cara Kerja :
Titik B kita anggap terjadi gangguan, sehingga PMT trip dan seksi A,
seksi B, seksi C, seksi D tidak bertegangan. AVS 1, AVS 2, AVS 3 akan membuka
setelah selang waktu t-3 = 0,5 detik. PBO 1 bekerja dan setelah mencapai waktu 60
detik, PMT Penyulang masuk kembali (Reclose 1), kemudian selang waktu t-1 = 10
detik setelah AVS 1 merasakan tegangan maka AVS 1 akan menutup. Karena di seksi
B masih ada gangguan maka PMT Penyulang trip lagi. AVS 1 & AVS 2 langsung
mengunci karena waktu merasakan tegangan cepat sekali (lebih kecil dari waktu t-2 =
5 detik). PBO 2 bekerja dan setelah mencapai waktu 180 detik , PMT Penyulang
masuk kembali (Reclose 2) dan seksi A bertegangan. Seksi B, seksi C dan seksi D
tidak bertegangan / padam. Aliran daya dari Penyulang hanya pada seksi A saja.
Seksi D
35
Selain dipasang AVS yang dioperasikan secara otomatis
juga banyak
digunakan LBS yang dioperasikan secara manual dan mempunyai fungsi yang sama
yaitu sebagai alat pemutus yang dapat melokalisir seksi jaringan yang terganggu
sehingga tidak mempengaruhi seksi jaringan yang lain.
36
JTM 20 KV
CO Fuse
ARRESTER
Cara Pemasangan
Pembumian Arrester
TRAFO
LV Panel
MCB
NH Fuse
Kabel
Flexible
Line 1
Line 2
37
d. Arrester berfungsi sebagai pengaman tegangan surja/petir atau
tegangan switching.
e. Pembumian Arrester berfungsi untuk menyalurkan arus ke bumi akibat
tegangan surja atau switching.
f. Pembumian titik netral trafo berfungsi membatasi kenaikan tegangan
fasa yang tidak terganggu saat terjadi gangguan satu fasa ke bumi
akibat beban tidak seimbang.
g. Pembumian badan trafo dan LV Panel berfungsi :
38
BOOM
Tanpa Pembumian
Tiang JTM
Pembumian Tiang
JTM
Pembumian sempurna
(Pembuangan arus ke bumi).
Keuntungannya :
mengurangi flash over
voltage pada arrester
39
ke gardu induk atau dari gardu induk ke beban. Kawat ini ditarik antara tower ke
tower tanpa pelindung, sehingga overhead lines terbuka secara langsung, baik
terhadap lingkungan maupun cuaca. Pada overhead lines ini konduktor yang biasa
dipakai umumnya adalah Allumunium Conductor Steel Reinforced (ACSR), tetapi
karena mahalnya harga baja, sekarang dipakai All Allumunium Alloy Conductor
(AAAC).
3. Sectionalizer/Keypoint
Sakelar seksi otomatis/Sectionalizer/Keypoint berfungsi untuk memisahkan
saluran utama menjadi beberapa seksi-seksi, sehingga apabila terjadi gangguan pada
salah satu seksi, luas daerah gangguan hanya terjadi pada seksi yang terganggu.
Pengoperasian dari keypoint selalu bersama-sama dengan penutup balik otomatis
recloser. Keypoint selalu melakukan deteksi tegangan pada seksi kerjanya. Ketika
tidak ada tegangan maka keypoint akan membuka, dan jika mendeteksi adanya
tegangan, maka keypoint akan menutup. Keypoint mempunyai tiga macam waktu
yaitu : waktu pembukaan (opening time), waktu penutupan (closing time) dan waktu
pendeteksian (detecting time). Jika keypoint mendeteksi adanya tegangan dalam
jangka waktu yang lebih kecil daripada waktu pendeteksiannya (detecting time), maka
keypoint akan mengunci secara otomatis.
4. Recloser
Penutup balik (recloser) adalah alat pengaman arus lebih yang diatur waktu
memutus dan menutup kembali secara otomatis, terutama untuk membebaskan dari
gangguan yang bersifat temporer (sementara). Recloser dilengkapi dengan sarana
indikasi arus lebih, pengatur waktu operasi, serta penutupan kembali secara otomatis.
Desain dari recloser memungkinkan untuk dapat membuka kontak-kontaknya secara
tetap dan terkunci/lock out, sesuai pemrogramannya setelah melalui beberapa kali
operasi buka-tutup. Pada gangguan yang bersifat sementara, recloser akan membuka
dan menutup kembali bila gangguan telah hilang. Jika gangguannya bersifat tetap/
permanen, maka recloser akan membuka kontak-kontaknya secara tetap dan terkunci
/lock out . Apabila gangguan telah dihilangkan, maka recloser dapat ditutup kembali
Recloser dioperasikan pada pangkal penyulang di Gardu Induk yang akan melakukan
penutupan sebanyak dua kali dimana recloser akan beroperasi bersamaan dengan
bekerjanya Circuit Breaker dalam memutus beban secara otomatis (trip ke I) yang
disebabkan oleh gangguan hubung tanah atau hubung singkat.
5. Fault Section Indicator
40
Fault Section Indicator (FSI) ini dalam pengoperasiannya ditempatkan pada
pangkal penyulang pada Gardu Induk yang dikoordinasikan dengan waktu operasi
Automatic Vaccum Switch / Saklar Seksi Otomatis pada jaringan distribusi. FSI
digunakan untuk menunjukkan seksi yang terganggu pada jaringan distribusi. FSI
mulai bekerja untuk menunjukkan seksi-I pada saat Circuit Breaker menutup (recloseI), kemudian dengan selang waktu T1 (selang waktu AVS merasakan bertegangan
kemudian menutup), FSI akan menunjukkan seksi berikutnya dan kembali ke posisi
semula ( menunjukkan angka nol ) apabila setelah CB reclose-I penyaluran daya
listrik kembali normal oleh karena gangguan sementara. FSI akan berhenti dan tetap
menunjukkan seksi yang terganggu pada saat CB mengalami trip-II atau membuka
setelah reclose-I, karena terjadi gangguan permanen. Dengan digunakannya FSI
tersebut, seksi yang terganggu akan segera diketahui sehingga perbaikan dari
gangguan yang bersifat tetap tersebut akan lebih cepat dilaksanakan.
41
Berdasarkan sifat gangguan pada SUTM dibagi menjadi:
a) Gangguan temporer, yaitu gangguan yang bersifat sementara karena dapat hilang
dengan sendirinya dengan cara memutuskan bagian yang terganggu sesaat, kemudian
menutup balik kembali ( Recloser ). Bila terjadi berulang-ulang dapat menyebabkan
gangguan permanen.
b) Gangguan permanen, yaitu gangguan yang bersifat tetap, sehingga untuk
membebaskannya perlu tindakan perbaikan atau penghilangan penyebab gangguan.
Gangguan yang sering terjadi pada sistem distribusi dapat dibagi menjadi tiga
kategori, antara lain:
1. Gangguan shunt, karena hubung singkat ataupun beban shunt tidak simetris
2. Gangguan seri, karena kawat putus atau fuse putus
3. Gangguan tegangan surja.
1. Gangguan Shunt
Gangguan shunt bila ditinjau dari fasa yang terganggu dapat dibedakan menjadi
4 (empat) kategori, yaitu:
1. Gangguan satu fasa ke tanah, antara lain disebabkan oleh:
a) Satu isolator pecah
b) Satu kawat fasa terkena ranting/dahan pohon
c) Terkena benang layang-layang
2. Gangguan dua fasa ke tanah, antara lain disebabkan oleh:
a) Sambaran petir pada kedua kawat fasa
b) Dua kawat fasa terkena ranting/dahan pohon
3. Gangguan antar fasa, antara lain disebabkan oleh:
a) Sambaran petir pada kedua kawat fasa
b) Kedua kawat fasa terkena ranting/dahan pohon
4. Gangguan tiga fasa simetri, antara lain disebabkan loeh:
a) Sambaran petir pada ketiga kawat
b) Ketiga kawat fasa terkena ranting/dahan pohon
2. Gangguan Seri
Gangguan seri yang dapat terjadi antara lain:
42
1. Satu fasa terbuka karena satu kawat/fuse terputus
2. Dua fasa terbuka karena dua kawat/fuse terputus
3. Gangguan Tegangan Lebih Surja
Gangguan terjadi karena tembusnya tingkat ketahanan isolasi yang menyebabkan
isolator tembus arus ( breakdown ). Penyebab gangguan tegangan lebih surja antara
lain:
1. Proses transient switching
2. Sambaran petir pada saluran
4. Kegagalan Koordinasi Relai Proteksi Distribusi
Pada sistem di PLN, ada jaringan distribusi 20 kV dipasok dari Gardu Induk 150
kV/20 kV dan ada yang lain dipasok dari PLTD. Tiap penyulang di Gardu Induk atau
di PLTD telah disiapkan Over Current Relay (OCR) dan Ground Fault Relay (GFR)
yang berfungsi sebagai pengaman gangguan hubung singkat dan gangguan tanah di
jaringan. Jaringan distribusi 20 kV bisa ditarik panjang melampaui batas ketentuan
teknis (20 Km) dan bercabang-cabang. Percabangan bisa dilakukan di Gardu Hubung
(GH) atau di tiang distribusi. Percabangan di tiang pada umumnya menggunakan Fuse
(istilah yang biasa dikenal di lingkungan distribusi dengan Fuse Cut Out).
Cabang jaringan distribusi PLN yang panjang bisa menjadi salah satu
penyumbang kemungkinan terjadinya gangguan hubung singkat. Dengan adanya
pengaman Fuse ini, diharapkan hanya cabang jaringan yang mengalami gangguan
hubung singkat saja yang mengalami pemadaman, sementara saluran utama distribusi
20 kV dan percabangan lainnya tetap teraliri listrik. Tetapi dalam praktek di lapangan,
sering terjadi relai pengaman (OCR) di Gardu Induk juga ikut bekerja men-trip-kan
PMT, walaupun fuse di jaringan juga putus, sehingga seluruh beban yang terdapat di
penyulang itu mengalami pemadaman. Pada kondisi ini terkesan koordinasi antara
fuse di jaringan dan relai proteksi di Gardu Induk tidak betul. Dengan cara sederhana,
berikut ini dicoba menelaah penyebab kegagalan koordinasi pengaman yang
berdampak pemadaman luas.
5. Kegagalan Koordinasi OCR dan Fuse
Pemadaman yang luas tidaklah diinginkan, mengingat kesempatan penyaluran
k-Wh menjadi berkurang dan PLN berusaha untuk mengurangi kemungkinannya.
43
Indikasi pengaman yang bekerja adalah OCR atau GFR di pangkal penyulang pada
Gardu Induk dan fuse di jaringan. Perhitungan koordinasi pengaman OCR/GFR dan
pilihan rating fuse yang dievaluasi selektif menjadi terkesan tidak selektif lagi.
Informasi dari lapangan diketahui bahwa fuse yang terpasang adalah fuse yang tidak
berisi pasir peredam arc. Rata-rata fuse yang terpasang memang tidak berisi pasir
peredam arc. Pada jaringan dengan fuse yang berisi pasir peredam arc sejak awalnya,
masalah ketidakselektifan akibat gangguan hubung singkat di percabangan tidak
terjadi, tetapi setelah penggantian fuse masalah ini baru muncul.
Panjang tabung fuse yang dipakai di instalasi 20 kV biasanya berkisar antara
20 s/d 25 Cm. Fuse yang putus/lebur karena arus listrik selalu terbentuk api arc mulai
dari titik yang lebur kemudian dengan cepat sekali menjalar sampai ke ujung-ujung
terminalnya. Pasir yang ada di dalam tabung fuse 20 kV sepanjang 20-25 Cm
dianggap cukup efektif memadamkan api arc yang terjadi dan selanjutnya
memutuskan arus yang mengalir di antara terminal fuse itu.
Kalau arus yang mengalir itu adalah arus gangguan hubung singkat, maka titik
gangguan di percabangan jaringan distribusi dapat dipisahkan dengan baik oleh fuse
terhadap jaringan utamanya yang masih sehat, sehingga pemadaman hanya terjadi di
percabangan yang terganggu saja. Tetapi bila pasir peredam arc itu tidak ada, artinya
hanya berisi udara, maka api arc akan terus bertahan didalam tabung diantara terminal
fuse, sampai jaringan utama distribusi (penyulang) dibebaskan dari tegangan di Gardu
Induk.
6. Konstruksi Fuse
Untuk memahami maksud dari uraian dalam masalah kegagalan koordinasi
OCR dan fuse yang disebabkan oleh pemakaian fuse tanpa peredam arc, berikut
diambil contoh tipikal satu penyulang distribusi 20 kV PLN dipasok dari suatu Gardu
Induk yang jaringan distribusinya mempunyai banyak cabang dan tiap cabang
diamankan dengan fuse. Oleh arus yang mengalir, arc di antara material fuse yang
putus tidak dapat padam sendiri, karena udara yang dialiri arc menjadi terionisasi.
Gangguan hubung singkat di cabang-cabang yang menggunakan fuse tanpa
peredam arc tidak dapat dipisahkan dari sistem yang masih sehat, karena arc yang
timbul akibat konduktor yang lebur di dalam tabung fuse tidak ada yang
memadamkan, dan melalui arc itu, arus dari sumbernya di Gardu Induk tetap
mengalir ke titik gangguan, sehingga OCR/GFR di penyulang di Gardu Induk bekerja
44
men-trip-kan PMT, akibatnya seluruh percabangan penyulang distribusi 20 kV ini
terpaksa mengalami pemutusan pasokan listrik (seluruh konsumen di penyulang itu
padam).
K. Kandalan Sistem Distribusi
Pada suatu sistem distribusi tenaga listrik, tingkat keandalan adalah hal yang
sangat penting dalam menentukan kinerja sistem tersebut. Hal ini dapat dilihat dari
sejauh mana suplai tenaga listrik dilaksanakan secara kontinyu dalam satu tahun ke
konsumen. Dengan tumbuhnya daerah kawasan yaitu: industri, bisnis dan pemukiman
berakibat makin tingginya permintaan. Suplai tenaga listrik yang kontinyu dan andal.
Tingkat keandalan pelayanan antara lain tergantung dari lamanya pemadaman atau
SAIDI (Sistem Average Interruption Duration Index) dan kerapnya/frekuensi
pemadaman atau SAIFI (Sistem Average Interruption Frequency Index) yang terjadi
setiap tahun.
Faktor-faktor yang mempengaruhi indeks keandalan
Beberapa definisi ini diberikan untuk memahami faktor-faktor yang
mempengaruhi indeks keandalan dalam suatu sistem distribusi sesuai antara lain :
Gangguan/Outage . Keadaan dimana suatu komponen tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya, diakibatkan karena terjadi sesuatu yang berhubungan
langsung dengan komponen tersebut. Suatu outage dapat atau tidak dapat
mengakibatkankan pemadaman, hal ini masih tergantung pada konfigurasi sistem.
Kegagalan/Failure. Keadaan dimana suatu komponen tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya, diakibatkan karena terjadi malfunction pada komponen
tersebut. Failure pada suatu komponen mengakibatkan outage pada komponen
tersebut, tetapi outage pada suatu komponen dapat terjadi tanpa terjadinya failure
pada komponen tersebut.
Rata-rata Gangguan/Outage Rate. Rata-rata jumlah outage per komponen selama
periode tertentu, untuk klasifikasi outage dan jenis komponen tertentu.
Lama Gangguan/Outage Duration. Periode dari saat suatu komponen mulai
mengalami outage sampai saat dapat dioperasikan kembali sesuai dengan
fungsinya.
Switching Time. Periode dari saat suatu operasi switching diperlukan akibat forced
outage sampai saat operasi switching tersebut dilakukan.
45
Pemadaman/Interruption of Supply. Terhentinya pelayanan pada satu atau lebih
konsumen, akibat dari satu atau lebih komponen mendapat gangguan.
Lama pemadaman/Interruption Duration. Waktu dari saat terjadinya pemadaman
sampai saat menyala kembali. Pemadaman diklasifikasikan berdasarkan lamanya
pemadaman: Momentary Interruption. Pemadaman yang lamanya dibatasi oleh
periode yang dibutuhkan untuk menyalakan kembali secara otomatis, atau melalui
operasi switching secara supervisory controlled/manual yang dilakukan oleh
operator dengan batas waktu tertentu misalnya 5 menit. Sustained Interruption.
Pemadaman diluar kriteria Momentary Interruption
Jumlah total komsumen terlayani/Total Number of Customer Served. Jumlah total
dari konsumen yang terlayani sesuai dengan periode laporan terakhir .
Periode laporan. Periode laporan diasumsikan sebagai satu tahun.
Indeks
Frekuensi
Gangguan
Sistem
Rata-rata
tiap
tahun,
46
3. CAIDI (Customer Average Interruption Duration Index)
Adalah
Indeks
Durasi
Gangguan
Konsumen
Rata-rata
tiap
tahun,
menginformasikan tentang waktu rata-rata untuk penormalan kembali gangguan tiaptiap konsumen dalam satu tahun.
4. AENS (Average Energy Not Supplied)
Adalah jumlah rata-rata energi listrik yang tidak tersalurkan dalam suatu
sistem distribusi tiap tahun, menginformasikan tentang banyaknya energi yang hilang
karena gangguan pada sistem .
M. Otomasi Sistem Distribusi
Ada dua cara untuk memperbaiki keandalan sistem distribusi tenaga listrik.
Cara pertama adalah mengurangi frekuensi terjadinya gangguan, dan kedua adalah
dengan mengurangi durasi gangguan. Untuk mengurangi durasi gangguan disadari
pentingnya otomasi sistem distribusi untuk memastikan pemulihan pasokan tenaga
listrik secara cepat pada konsumen yang akan memperbaiki keandalan sistem secara
signifikan.
Untuk menunjang program peningkatan pelayanan pada pelanggan, mutu dan
keandalan yang tinggi dalam pendistribusian tenaga listrik, maka PT.PLN (Persero)
Distribusi telah menginvestasikan sejumlah peralatan keypoint untuk otomasi jaringan
distribusi. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan pada konsumen
dengan cara melokalisir lokasi gangguan dan mempercepat pencarian gangguan,
terutama daerah pelanggan VIP, Industri dan Bisnis.
1. Teori Dasar Keypoint
Keypoint atau Saklar Seksi Otomatis (SSO) adalah suatu peralatan switching
di jaringan distribusi tegangan menengah yang terpasang di sepanjang jaringan.
Umumnya jaringan yang digunakan adalah Overhead Line atau saluran udara
tegangan menengah.
1.1. Fungsi dan Tujuan Pemasangan Keypoint
Keypoint berfungsi untuk melokalisir area yang terganggu oleh hubung
singkat atau hubung tanah yang bersifat permanen/tetap. Peralatan tersebut bekerja
berdasarkan sensor tegangan dengan tujuan untuk melokalisir/memisahkan daerah
terputusnya aliran listrik/padam karena gangguan.
1.2. Jenis Keypoint
47
Keypoint yang dipasang oleh PT.PLN (Persero) Distribusi umumnya terdiri
dari AVS (Automatic Vaccum Switch) dan AGS (Automatic Gas Switch). Untuk
memudahkan penjelasan, diambil contoh dari AVS dengan cara kerja yang sama
dengan AGS. Ditinjau dari macamnya adalah :
AVS Tree Type (dengan 1 trafo dan 2 trafo)
AVS Loop Type
1.3. Cara Kerja
Fungsi keypoint untuk melokalisir gangguan baik pada penyulang Radial
maupun Open Loop adalah berbeda baik setting waktu maupun area yang dilokalisir.
Untuk menjamin keandalan sistem kelistrikan digunakan sistem proteksi pada GI-sisi
sekunder, yaitu:
- CB (Circuit Break) / PMT
- DS (Disconection Switch)
- PBO / Recloser :
CC (Closing Coil)
- CT (Current Tranformator) :
DGR
OCR (Over Current Relay)
FR (Frequensi Relay)
- TC (Triping Coil)
- Storage Batery
- FCO (Fuse Cut Out)
- Arrester
48
BAB V
SISTEM PROTEKSI DAN PENTANAHAN
proteksi itu sendiri, sistem pentanahan juga merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dalam sistem proteksi itu sendiri. Misalnya ada gangguan fasa yang bocor ke tanah,
maka bila sistem pentanahan tidak sesuai dengan sistem distribusi yang diproteksi,
maka alat proteksi tidak akan bekerja dengan benar, sehingga dapat merusak peralatan
jaringan maupun membahayakan keselamatan manusia.
49
Sistem pentanahan pada kenyataan di PLN terdapat beberapa pola, sehingga
sistem proteksinya juga berbeda-beda.Pada perencanaan konstruksi jaringan distribusi
untuk menentukan komponen jaringan, misalnya penghantar, harus dipertimbangkan
besarnya arus gangguan hubung singkat ke tanah dan selanjutnya sistem proteksi yang
sesuai, sehingga tujuan membangun konstruksi jaringan distribusi yang aman dan
menguntungkan dapat tercapai.
A.1 Prinsip Kerja Sistem Proteksi
Secara umum, prinsip kerja dari sistem proteksi adalah:
- Melakukan koordinasi dengan tegangan sistem tegangan tinggi (GI, Transmisi,
Pembangkitan)
- Mengamankan peralatan dari kerusakan dan gangguan
- Menghindari kemungkinan terjadinya kecelakaan
- Melokalisir gangguan
- Secepatnya membebaskan pemadaman karena gangguan (manuver)
- Mengurangi frekwensi pemutusan
A.2 Syarat-Syarat Sistem Proteksi
Sistem proteksi sebagai sistem yang berfungsi melindungi dan mengamankan sistem
instalasi, harus memenuhi bebberapa syarat antara lain:
Peka (sensitif)
Cermat (selektivitas)
Andal (reliability)
Cepat
50
Pada SUTM (Saluran Utama Tegangan Menengah), jenis gangguan yang terjadi
antara lain:
Sebagian besar dari luar: angin dan pohon, kegagalan pengaman, peralatan
rusak, hujan dan cuaca, manusia, binatang benda-benda asing (benang layanglayang), sambaran petir
Sifat gangguan: gangguan sementara dan permanen
Gangguan simpatik
Pengaman: FCO (Fuse Cut Out) , arc fuse (Peredam Bunga Api)
Relai arus lebih dipasang pada PMT (Pemutus), PBO (Pemutus Balik
Otomatis), SSO (Switch Selektor Otomatis)
2.
Kawat tanah
Sela batang
Rod gap
Arrester
51
Tegangan
Impedansi
Jenis gangguan
Tahanan pentanahan
Faktor daya
Arus gangguan hubung singkat antara fasa dan tanah cukup besar (max
:1000 A untuk SUTM dan 300 A untuk SKTM)
Karakteristik relai arus yang digunakan pada PMT utama adalah jenis
waktu tetap (definite time)
52
Sistem seperti ini terdapat pada sistem distribusi di Jatim. Besar tahanan yang
dihubungkan seri dengan pentanahan adalah 500 untuk SUTM maupun SKTM.
Pengaruh dari sistem ini terhadap pola pengamanan arus lebih adalah sebagai berikut:
-
Pengaman arus lebih pada PMT harus dilengkapi relai gangguan tanah
terarah
- Pelebur dapat dipasang pada titik percabangan saluran utama, saluran cabang tanpa
SSO (Selektor Switch Otomatis) dan sisi primer trafo
C.2.3. Sistem pentanahan langsung
Sistem seperti ini terdapat pada sistem distribusi di Jateng. Pentanahan
dihubungkan langsung tanpa melalui tahanan. Pada jaringan terdapat hantaran netral
yang sekaligus merupakan hantaran netral sistem tegangan rendah (disebut multi
grounded). Pengaruh dari sistem ini terhadap pola pengamanan arus lebih adalah
sebagai berikut:
-
53
bekerja memutus arus gangguan sebelum peralatan yang diamankan mengalami
kerusakan (percepatan penuaan).
Kondisi yang aman, adalah bila selisih waktu antara bekerjanya alat pengaman
dengan alat yang diamankan adalah 25 %.
Batas ketahanan penghantar, menurut SPLN 64 : 1985:
Batas
ketahanan
penghantar
telanjang:
Kurva pelunakan untuk penghantar AAC (All Aluminium Conductor) dan AAAC
(All Aluminium Alloy Conductor) dengan persamaan:
( untuk penghantar AAC )
( untuk penghantar AAAC)
Kurva saat leleh untuk penghantar ACSR (Aluminium Conductor Steel Reinforced)
dimana:
A = luas penampang penghantar
I = arus hubung singkat (kA)
T = lamanya hubung singkat (detik)
54
Kemampuan pemutusan
55
o
KHA pelebur
Tipe
dan
K:
1,5
In
(untuk
pelebur
6,3
s/d
100
A)
1,3
In
(untuk
pelebur
125
s/d
160
A)
b.
3 x In (selama 10 detik)
6 x In (selama 1 detik)
Kurva arus waktu ketahanan peralatan jaraknya kurang dari 25 % dari kurva
pengaman
b.
c.
56
Sambungan terminal bushing kurang kencang, sering kena surja petir,
a.
terjadi karena:
Transient: mempunyai frekwensi yang tidak ada hubungannya dengan
berlangsung sampai waktu yang lama dengan penyebabnya hubung singkat satu
fasa bumi.
Tegangan lebih hubung dapat terjadi karena:
Penutupan / penutupan kembali saklar pada hantaran panjang yang
terbuka
o
57
Dari luar sistem dengan jenis gangguan surya petir (lightning surge):
b.
58
a. Kerusakan pada arrester:
c.
Kotor
Retak/pecah
Trafo:
d.
e.