Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN INDIVIDU
Untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Profesi Ners Departemen Surgical
di Ruang Operasi RS. Panti Nirmala
Oleh :
YEPY HESTI RIANI
NIM 115070207131007
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang
utuh, yang biasanya disebabkan oleh trauma/rudapaksa atau tenaga fisik yang
ditentukan jenis dan luasnya trauma.
Fraktur adalah pemecahan suatu bagian khususnya tulang, pecahan atau ruptur
pada tulang.
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya. (Smeltzer dan Bare,2001)
Fraktur femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang disebabkan
oleh trauma langsung, kelemahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti
degenerasi tulang atau osteoporosisi. (Muttakin, 2005:98)
Collum Femur adalah tempat yang paling sering terkena pada manula sebagian
Hip joint merupakan sendi yang arah gerakannya sangat luas atau yang biasa
disebut dengan Ball and Socked joint. Hip joint juga bagian terpenting dalam
pembentuk postur seseorang dan berperan penting dalam setiap aktivitas terutama
dalam berjalan. Hip joint ini terbentuk atas beberapa tulang, ligamen, dan otot
dimana kesemuanya itu saling berhubungan dan saling menguatkan.
Beberapa tulang pembentuk hip joint :
1. Acetabulum
Acetabulum merupakan pertemuan antara os ilium, os ischium, dan os pubis
yang bertugas sebagai mangkuk sendi. Dilapisi hyalin cartilage dan tertutup lagi
acetabulum labrium yang merupakan fibro cartilage, keduanya tebal ditepi dan tipis
di center
2. Os Femur
Pada bagian Os femur terdapat dua bagian yang sangat terkait dalam
pergerakan sendi Hip Joint, bagian itu adalah :
a. Caput femur
Caput femur merupakan tulang yang berbentuk setengah bola dilapisi hyalin
cartilage, kedistal sebagai collum femoris (sering fraktur), kedistal terdapat
trochanter mayor dan minor, selanjutnya kedistal sebagai (shaff of) femur.
b. Collum Femur
Collum femur merupakan processus tulang yang berbentuk piramidal yang
menghubungkan corpus dengan caput femur dan membentuk sudut pada
bagian medial. Sudut terbesar terjadi pada saat bayi dan akan berkurang
seiring dengan pertumbuhan, sehingga pada saat pubertas akan membentuk
suatu kurva pada aksis corpus kurva. Pada saat usia dewasa, collum femur
membentuk
sudut
sebesar
1250
dan
bervariasi
tergantung
pada
itu ligament ini mengandung arteria yang menuju caput femoris yang datang
dari r.acetabuli arteria abturatoria. Caput femoris disuplai oleh A circumfleksa
medialis dan A circumfleksa lateralis.
2. Ligamentum Pubofemoral
Berasal dari crista obturatoria dan membrana obturatoria yang berdekatan.
Ligament ini memamcar kedalam capsula articularis zona orbicularis pada
khususnya melanjukan diri melalui jalan ini ke femoris.
3. Tranverse Acetabulum Ligament
Ligament ini berfungsi menjembatani incisura acerabuli dan seluruh
permukaan caput femoris.
4. Iliofemoral Ligament
Berasal dari spina iliaca anterior inferior dan pinggiran acetabulum serta
membentang ke linea intertrochanterica. Ligament ini mempunyai daya
rengang sebesar 350 kg.
5. Ischiofemoral Ligament
Berasal dari ischium di bawah dan berjalan hampir horizontal melewati
collum femoris menuju ke perlekatan pars lateralis ligament iliofemoral.
Ligamnet ini mencegah rotasi medial paha.
Osteokinematik Hip Joint
Hip merupakan sendi Ball and Socked joint sehingga gerakan sendinya sangat
luas kesegala arah, adapun gerakan yang terjadi pada hip joint adalah :
1. Fleksi
Otot penggerak utamanya adalah :
a. Iliacus :
Origonya : Superior 2/3 dari fossa iliaca crest, anterior crest, anterior
sacroiliaca, dan iliolumbal ligament, ala of sacrum.
Insersionya : tendon dari psoas major, dan body of femur
b. Psoas mayor :
Origo : sides of vertebral bodies dan conesponding intervertebralis disc of
T12-L5 dan procesus transversus dari L1-L5.
Insersio : Leser trochanter of femur
Sedangkan otot lain yang berhubungan dengan gerak fleksi adalah
c. Sartorius :
Semitendinosus :
Origo : ishial tuberositas
Insersio : Proksimal aspect of medial surface tibia
Semimembrannosus
Origo : ischial tuberositas
Insersio : Medial condilus tibia
Biceps Femoris :
Origo : Ischial tuberositas, lateral tip of linea aspec femur dan lateral
intermuscular septum
Insersio : Lateral aspect of head fibula
3. Abduksi
Gluteus medius
Origo : outer surface ilium antara dan posterior dan anterior gluteal lines
Insersio : Greater trohanter femur
Gluteal Minimus :
Origo : outer surface ilium antara anterior dan posterior gluteal lines
Insersio : greater trohanter femur
Sedangkan otot lain yang berhubungan dengan gerakan ini adalah :
4. Adduksi
Adductor Magnus
Origo : inferior rami of pubis dan ischium ischial tuberosity
Insertio:a line fro great trochanter
Fraktur Femur
Fraktur collum femur
a. Fraktur intrakapsuler (Fraktur collum femur) fraktur femur yang terjadi di
dalam tulang sendi, panggul dan kapsula.
b. Fraktur extrakapsuler (Fraktur intertrochanter femur) adalah Terjadi di luar
sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang lebih besar/yang lebih
S :Swelling
B : Bruising (memar)
Gejala umum fraktur menurut Reeves (2001) adalah rasa sakit, pembengkakan,
dan kelainan bentuk.
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
dimobilisasi.
2. Setelah terjadi fraktur, bagian- bagian yang tak dapat digunakan dan
cenderung bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa) bukannya
tetap rigid seperti normalnya. Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau
tungkai menyebabkan deformitas (terlihat ataupun teraba) ekstremitas yang
bisa diketahui dengan membandingkan ekstremitas normal.
3. Pada fraktur tulang panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya
karena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur.
Fragmen saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5- 5 cm (1- 2 inchi).
4. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan , teraba adanya derik tulang
dinamakan krepitus, yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan
lainnya.
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat
trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa baru terjadi
setelah beberapa jam atau hari setelah cedera.
Etiologi Fraktur
Smeltzer dan Bare (2001) membagi penyebab fraktur menjadi tiga.
1. Cidera Traumatik.
Dapat disebabkan oleh:
- Cidera langsung dimana terjadi pukulan langsung pada tulang,
-
yang kuat.
2. Fraktur Patologik
Fraktur ini disebabkan oleh suatu penyakit. Diantaranya adalah tumor
tulang (ganas dan jinak), infeksi seperti osteomielitis, rakhitis serta lainnya.
3. Secara Spontan
Disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus, misalnya pada
penyakit polio dan orang yang bertugas kemiliteran.
atau
pukulan
yang
berakibat
patah
tulang.
kalau terdapat banyak pergeseran. Pada manula pasokan yang tersisa dalam
ligamentum teres sangat kecil dan, pada 20% kasus tidak ada. Itulah yang
menyebabkan tingginya insidensi cecrosis avaskuler pada fraktur colum femur yang
disertai dislokasi.
Fraktur transcervical, menurut definisi, bersifat intracapsular. Fraktur ini
penyembuhannya
2. Bila pasien yang mengalami cedera harus dipindahkan dari kendaraan sebelum
dapat dilakukan pembidaian, ekstremitas harus disangga di atas dan di bawah
tempat patah untuk mencegah gerakan rotasi maupun angulasi.
4. Nyeri sehubungan dengan fraktur sangat berat dan dapat dikurangi dengan
menghindari gerakan fragmen tulang dan sendi sekitar fraktur. Pembidaian yang
memadai sangat penting untuk mencegah kerusakan jaringan lunak oleh
fragmen tulang.
lengan dapat dibebatkan ke dada, atau lengan bawah yang cedera digantung
pada sling.
8. Pada fraktur terbuka, luka ditutup dengah pembalut bersih (steril) untuk
mencegah kontaminasi jaringan yang lebih dalam. Jangan sekali-kali melakukan
reduksi fraktur, bahkan ada fragmen tulang yang keluar melalui luka. Pasanglah
bidai sesuai yang diterangkan di atas.
fragmen
dengan
tulang
manipulasi
tertutup
keposisinya
dan
traksi
dilakukan
(ujung-ujungnya
manual.
dengan
saling
Ekstremitas
dipertahankan dalam posisi yang diinginkan, sementara gips, bidai dan alat
lain dipasang oleh dokter. Alat immobilisasi akan menjaga reduksi dan
menstabilkan ekstremitas untuk penyembuhan tulang. Sinar-x harus
dilakukan
ii.
untuk
mengetahui
apakah
fragmen
tulang
telah
dalam
iii.
melanjutkan imobilisasi.
Reduksi Terbuka.
Pada fraktur tertentu memerlukan reduksi terbuka. Dengan pendekatan
bedah, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin,
kawat, sekrup, plat paku, atau batangan logam digunakan untuk
mempertahankan fragmen tulang dalam posisnya sampai penyembuhan
tulang yang solid terjadi. Alat ini dapat diletakkan di sisi tulang atau
langsung ke rongga sumsum tulang (Gbr. 64-3); alat tersebut menjaga
Segala upaya
diarahkan pada penyembuhan tulang dan jaringan lunak. Reduksi dan imobilisasi
harus dipertahankan sesuai kebutuhan. Status neurovaskuler (mis. pengkajian
peredaran darah, nyeri, perabaan, gerakan) dipantau, dan ahli bedah ortopedi
diberitahu segera bila ada tanda gangguan neurovaskuler. Kegelisahan, ansietas
dan ketidaknyamanan dikontrol dengan berbagai pendekatan (mis. meyakinkan,
perubahan posisi, strategi peredaan nyeri, termasuk analgetika).
pengembalian
kekuatan
penuh
dan
mobilitas
mungkin
ii.
iii.
iv.
v.
walker).
Pasien diajari mengenai bagaimana menggunakan alat tersebut
vi.
dengan aman.
Perencanaan dilakukan untuk membantu pasien menyesuaikan
lingkungan rumahnya sesuai kebutuhan dan bantuan keamanan
vii.
kemungkinan
profesional
masalah
dan
perlunya
ii.
iii.
iv.
v.
vi.
vii.
viii.
ix.
anaerob.
Luka yang sangat terkontaminasi sebaikhya tidak dijahit, dibalut
dengan pembalut steril, dan tidak ditutup sampai ketahuan bahwa
x.
xi.
: 8 minggu
2. Fraktur femur
: 10 minggu
3. Ante brachii
: 4 minggu
3. Posfor
4. Protein
5. Vitamin D
6. Penyakit sistemik penyakit pada vaskuler menurunkan suplai
darah pada saat penyembuhan.
7. Penurunan estrogen
Austin-moore Prothesis
Definisi Austin-Moore Prothesis
Austin Moore Prothesis adalah operasi dengan mengganti atau memindahkan
hanya satu dari permukaan sendi dengan bentuk yang sama, sedangkan pada
fraktur collum femur yang diganti adalah caput femur. Dengan cara memasukkan
batang protese kedalam saluran tulang sumsum (medularycanal) dari tulang femur,
biasanya juga menggunakan semen sebagai fiksasi sehingga permukaan sendi
yang normal tidak terganggu.
Kondisi Lokal
a. Trauma akut seperti: Fraktur sub capital
b. Trauma terdahulu (fraktur, dislokasi yang tidak direduksi atau reposisi )
c. Infeksi arthritis (Pyogenic)
d. Artritis seperti remathoid dan osteoartrosis
e. Tuberculosis sendi Hip
f. Tumor Jaringan lunak sebagaimana atau menyeluruh
9. Kekuatan Otot
Biasanya terjadi karena bagian hip yang dioperasi jarang sekali digerakan
sehingga otot yang berada disekitarnya menjadi tidak berkontraksi atau
beraktifitas jika terus didiamkan akan mengakibatkan atropi dan kekuatan dari
otot tersebut menjadi berkurang.
Komplikasi Fraktur
Komplikasi fraktur dibedakan menjadi komplikasi awal dan lambat.
1. Komplikasi awal
a. Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya
nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar,
dan dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi
splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan
pembedahan.
b. Kompartement Syndrom
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi
karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam
jaringan parut. Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang
menekan otot, saraf, dan pembuluh darah. Selain itu karena tekanan
dari luar seperti gips dan embebatan yang terlalu kuat.
c. Fat Embolism Syndrom
Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang sering
terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel
lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran darah
dan menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang ditandai
dengan gangguan pernafasan, tachykardi, hypertensi, tachypnea,
demam.
d. Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada
trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke
dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga
karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan
plat.
e. Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak
atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali
dengan adanya Volkmans Ischemia.
f. Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas
kapiler
yang
bisa
menyebabkan
menurunnya
dan
dengan
DAFTAR PUSTAKA
Lukman, Nurma Ningsih. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Sistem Musculoskeletal. Salemba Medika : Jakarta.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius
NANDA International. 2010. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 20092011. Jakarta : EGC
Reksoprodjo, Soolarto (Ed). 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah Cetakan 1 Bagian
Ilmu Bedah FKUI / RSCM. Jakarta: Binarupa Aksara
Sjamsuhidayat R & Wim de Wong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi 2. Jakarta :
EGC
Smeltzer C.S & Bare Brenda. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth, Alih bahasa, Agung Waluyo, (et.all). Editor edisi bahasa Indonesia,
Monica Ester. Ed. 8. Jakarta : EGC