You are on page 1of 8

BEBERAPA PEMIKIRAN TENTANG KEBIJAKAN PENDIDIKAN

DALAM SISTEM PENDIDIKAN INDONESIA


MENGHADAPI ERA GLOBALISASI
oleh : Lastiko Runtuwene, S.Ag, M.Pd
(Staf Bimas Katolik Kanwil Dep. Agama Prov. Sulut, Pengajar pada STISIPOL Merdeka Manado, Sekolah
Tinggi Pastoral Don Bosco Tomohon, Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng UPP PGSD Don Bosco)

PENDAHULUAN

Indonesia sebagai negara berkembang dalam memasuki era globalisasi


menghadapi beberapa isu penting tentang sistem pendidikan. Pertanyaan mendasar
adalah sudah siapkah sistem pendidikan Indonesia memasuki era globalisasi ? Di
tinjau dari kesiapan, pada aspek-aspek tertentu sudah siap, misalnya kekuatan
sumber ekonomi, stabilitas keamanan walaupun akhir-akhir ini agak tercabik-cabik
akibat adanya reformasi di segala bidang, dan kesiapan kekuatan sumber daya alam.
Akan tetapi pada aspek lainnya tampaknya belum siap, misalnya mayoritas sumber
daya manusia masih tertingal karena pendidikan yang belum berkualitas karena
sistem pendidikannya belum dipersiapkan secara matang dan terencana

untuk

memasuki era globalisasi.


Tulisan ini mengangkat beberapa masalah seputar kebijakan pendidikan yang
perlu diperhatikan dalam sistem pendidikan Indonesia, yakni :
1. Bagaimanakah menanggulangi kolonialisme pendidikan dan kolonialisme
literatur dalam sistem pendidikan nasional Indonesia ?
2. Bagaimana strategi pendidikan Indonesia dalam memasuki era globalisasi ?
3. Bagaimana keterkaitan antara pendidikan, pekerjaan dan penghasilan dalam
era globalisasi di Indonesia ?
4. Bagaimana kurikulum pendidikan di Indonesia dalam memasuki era
globalisasi ?

1.

KEBIJAKAN MENANGGULANGI KOLONIALSME PENDIDIKAN


DAN LITERATUR

Ketertinggalan pendidikan dan kurangnya literatur galian dari budaya dan


ilmu pengetahuan sendiri masih dihadapi oleh negara-negara berkembang, termasuk
Indonesia. Untuk menanggulangi masalah ini dapat diupayakan : pertama,
meningkatkan peranan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) dan lembagalembaga Pendidikan secara maksimal untuk menghasilkan ilmu pengetahuan khas
Indonesia dengan jalan mengadakan penelitian-penelitian secara intensif, sehingga
dihasilkan ilmu pengetahuan khas Indonesia. Memang ilmu pengetahuan bersifat
universal, akan tetapi upaya-upaya untuk menggali ilmu pengetahuan yang bercorak
khas Indoensia perlu digali dan dikembangkan. Misalnya tentang filsafat Pancasila,
Bahasa dan sastra serta budaya Indonesia, dan ekonomi Pancasila.
Kedua, Diadakan upaya penerjemahan sumber pustaka asing ke dalam
bahasa Indonesia. Kesulitan yang ada sekarang adalah kurangnya sumber pustaka
asing dalam bahasa Indonesia, sehingga hanya sebagian kecil saja yang memiliki
kemampuan memahami pustaka asing. Bagi negara Indonesia, salah satu filter
untuk tetap menjaga jati diri bangsa adalah dengan filsafat Pancasila dan kehidupan
masyarakat yang religius. Namun disadari bahwa penyusunan kebijakan pendidikan
di Indoensia kurang menggali pemikiran-pemikiran cemerlang dari para ahli
pendidikan negara kita antara lain Ki Hajar Dewantara, dan Moh. Syafeii dalam
satu pola nasional. Boleh saja konsep dan pemikiran, ilmu pengetahuan dan
teknologi diimport dan ditransfer dari negara-negara maju, tetapi sistem pendidikan
yang digunakan mestinya bercorak Indonesia.
Ketiga, mengembangkan pendidikan multi kultural, yakni suatu pendidikan
yang memperhatikan pluralitas kebudayaan Indonesia. Paradigma pluralitas perlu
dikedepankan, mengingat bangsa Indonesia terdiri dari perlbagai suku, golongan dan
adat-istiadat dan agama. Mestinya Indonesia dapat memiliki sistem pendidikan yang
khas. Salah satunya adalah sistem pendidikan multikultural.

2.

KEBIJAKAN

STRATEGI

PENDIDIKAN

GLOBALISASI

MEMASUKI

ERA

Memasuki era globalisasi, di samping tetap menjaga dan mengembangkan


jati diri bangsa, sistem pendidikan Indonesia perlu beradaptasi dengan situasi
perkembangan era global saat ini. Globalisasi di satu pihak membawa dampak
positif tetapi di lain pihak berdampak negatif. Dampak positif antara lain semakin
cepat dan mudahnya orang berinteraksi dan berkomunikasi. Dampak negatifnya
antara lain adalah masuknya nilai-nilai asing yang tidak sesuai dengan jati diri
bangsa. Sudah saatnya sistem dan strategi pendidikan Indonesia mengarah pada
orientasi penyediaan sumber daya manusia yang unggul dalam jati diri bangsa dan
unggul juga dalam interkasi dan pergaulan global.
Ada beberapa faktor yang dapat menjadi penunjang pengembangan strategi
pendidikan memasuki era globalisasi, antara lain sumber daya alam yang kaya,
jumlah penduduk yang besar, mulai meningkatnya jumlah orang Indonesia yang
menimbah ilmu di luar negeri dan adanya sistem informasi dan komunikasi yang
sudah menjangkau sampai ke pelosok tanah air. Strategi yang dapat dikembangkan
menghadapi era globalisasi adalah dengan mengembangkan secara maksimal sistem
pendidikan terbuka. Sistem pendidikan yang inklusif dan tertutup harus
ditinggalkan. Sistem pendidikan terbuka di sini dimaksudkan sistem pendidikan
yang menerima segala unsur yang positif dari luar dan bersedia bekerja-sama untuk
tukar-menukar informasi dan transfer ilmu pengetahuan dan teknologi. Pertukaran
guru/dosen dan siswa/mahasiswa perlu dikembangkan dan ditingkatkan. Dialog dan
komunikasi antara negara dan komunitas yang berbeda menjadi sarana yang unggul
untuk mengembangkan sistem pendidikan terbuka. Sistem pendidikan terbuka
mengandaikan juga adanya pengakuan dan pengahargaan terhadap nilai-nilai
kebenaran yang dapat berasal dari pelbagai sumber, budaya dan negara.

3. KEBIJAKAN

MENGEMBANGKAN

RELEVANSI

ANTARA

PENDIDIKAN DAN DUNIA KERJA DALAM ERA GLOBALISASI

Relevansi pendidikan (efisiensi eksternal) suatu sistem pendidikan antara


lain diukur dari keberhasilan dalam memasok tenaga-tenaga terampil dalam jumlah
yang memadai bagi sektor-sektor pembangunan (Tilaar, 2004: 152). Akan tetapi

sangat kasat mata bahwa meningkatnya angka pengangguran di Indonesia karena


kualitas sumber daya manusia Indonesia sebagai hasil dari sistem pendidikan
Indonesia selama ini sangat rendah. Sistem pendidikan di Indonesia selama ini
memiliki kecenderungan menghantar peserta didik untuk memiliki banyak
pengetahuan tetapi kurang terampil dalam dunia kerja.
Ada dua hal penting yang dapat dikemukan di sini soal relevansi pendidikan
dan dunia kerja. Pertama, soal ketrampilan tenaga kerja Indonesia. Banyak tenaga
kerja Indonesia di kirim ke luar negeri akan tetapi bukan tenaga ahli (spesialis),
tetapi lebih pada tenaga kerja dengan pengetahuan dan keterampilan terbatas. Bila
dibandingkan dengan Filipina, tenaga kerja mereka yang di kirim ke luar negeri
adalah tenaga kerja terdidik dan terlatih. Sehingga tidak heran devisa terbesar negara
Filipina adalah dari sektor tenaga kerja yang di kirim ke luar negeri. Kedua, soal
relevansi lulusan pendidikan dengan kekuatan sumber-daya alam Indoenesia.
Sumber daya alam Indonesia yang terbesar adalah dari sektor pertanian dan
perikanan (laut dan darat). Akan tetapi sistem pendidikan Indonesia saat ini secara
umum tidak memberikan perhatian terhadap kemampuan dan keterampilan
(kompetensi) untuk mengolah sumber daya alam. Sekolah-sekolah kejuruan dan
teknik sangat kurang dibandingkan dengan sekolah umum. Di Perguruan Tinggi,
minat mahasiswa pada bidang pengelolaan sumber daya alam seperti pertanian,
perikanan, perkebunan dan kelautan sangat jauh dibandingkan dengan minat
mahasiswa yang masuk pada bidang ekonomi dan hukum. Kebijakan yang menutup
sekolah-sekolah menengah kejuruan menjadi sekolah umum pada tingkat SMP
sampai SMA barangkali perlu ditinjau kembali. Dalam konteks ini mestinya perlu
dikembangkan dan diperbanyak sekolah-sekolah kejuruan dan teknik perikanan,
pertanian, perkebunan dan kelautan sampai di perguruan tinggi.

4. KEBIJAKAN KURIKULUM MEMASUKI ERA GLOBALISASI

Berbicara tentang pendidikan sangat terkait erat dengan sistem kurikulum


yang berlaku. Masalah yang dihadapi oleh bangsa Indonesia salah satunya adalah
keterampilan dalam persaingan bekerja dan hidup. Ada kecenderungan kurikulum
yang diterapkan mulai dari SD sampai PT nampaknya lebih berorintasi pada transfer

ilmu pengetahuan. Kurang memberi perhatian pada soal keterampilan dalam bekerja
dan keterampilan hidup. Banyak lulusan lembaga pendidikan memiliki banyak
pengetahuan tetapi kurang terampil. Di samping itu juga kurikulum Indonesia
nampaknya kurang menghantar para lulusan untuk belajar secara mandiri. Semuanya
tergantung pada apa yang didapat dan didengar dari para guru/dosen. Strategi
pengembangan pendidikan ke depan mestinya berusaha mendidik para peserta didik
untuk dapat memiliki kemampuan (bukan hanya sekedar memiliki kompetensi)
untuk dapat secara mandiri dapat belajar sendiri dan dapat berusaha dan bekerja
secara mandiri. Maka pendidikan kewirausahawan perlu mendapat perhatian
(Danim, 2003: 142).
Untuk itu kebijakan yang dapat diambil dalam sistem pendidikan Indonesia
adalah dengan mengubah paradigma yang (hanya) menekankan segi kognif saja
(misalnya mutu pendidikan hanya diukur dari hasil Ujian Nasional saja) menuju
pendidikan yang (juga) menekankan keterampilan dan pengembangan seluruh aspek
kemanusiaan yang lebih utuh. Dari sistem pendidikan dan pembelajaran yang lebih
menekankan keaktifan guru menuju kepada pembelajaran yang lebih menekankan
siswa aktif untuk mengembangkan diri dan mengkontruksi pengetahuan mereka.
Dari kurikulum yang lebih berorientasi pada banyak materi menuju kurikulum yang
lebih memperhatikan konsep dasar, tantangan zaman dan kebutuhan global dan lokal
(Suparno, 2002: 107).
Problematika akses informasi dalam kurikulum nampaknya masih menjadi
tantangan bangsa Indoensia. Era globalisasi menuntut setiap orang untuk dapat
mengakses sebanyak mungkin informasi dari pelbagai sumber dengan pelbagai
sarana komunikasi dan informasi. Dapat dikatakan bahwa sebagian besar para siswa
di Indonesia saat ini masih buta dengan sistem informasi. Strategi ke depan adalah
dengan mengembangkan sistem informasi sampai ke tingkat sekolah dasar, yakni
dengan program dan proyek pengadaan sarana informasi (komputer, internet, media
publikasi, dll) ke sekolah-sekolah. Sistem pembelajaran juga mestinya merangsang
para siswa secara mandiri untuk dapat menemukan pelbagai informasi ilmu
pengetahuan dari pelbagai sumber dan sarana yang tersedia. Tidak hanya berpuas
diri saja dengan apa yang didapatkannya melalui buku pegangan di sekolah. Lebih

dari pada itu pihak sekolah dan guru untuk merangsang para siswa untuk dapat
mengakses informasi sebanyak-banyaknya dari pelbagai media yang tersedia.

5.

KEBIJAKAN SISTEM PENDIDIKAN YANG KOLABORATIF DAN


INTEGRATIF

Sistem pendidikan di Indonesia perlu ada keseimbangan antara bidang studi


akademik dan non akademik. Bidang sudi akademik mencakup matematika, IPA,
IPS dan seterusnya. Sedangkan bidang studi non akademik meliputi : creative
thinking, decision making, problem solving, learning by doing, learning how to lern,
collaboration, and self management (Marzano, Pickering, Mc. Tighe, 1999).
Kebijakan pendidikan di era globalisasi menurut UNESCO haruslah didasarkan pada
empat pilar, yakni 1) Learning to think, artinya proses belajar sepanjang hayat
diarahkan pada bagaimana belajar untuk berpikir. 2) Learning to do, artinya belajar
bagaimana mengerjakan. 3) Learning to be, artinya belajar bagaimana secara sadar
untuk tetap hidup. 4) Learning to live together, di era informasi saat ini manusia
semakin dekat satu dengan yang lain, sebab itu manusia harus belajar untuk dapat
hidup bersama secara berdampingan.
Dalam perspektif gagasan tersebut maka kebijakan pendidikan dan
pembelajaran Indonesia perlu mengembangkan secara progresif, kolaboratif dan
integratif seluruh aspek kemanusiaan peserta didik. Untuk itu pengembangan mutu
pendidikan secara menyeluruh (total) menjadi tuntutan yang sangat mendesak.
Kebijakan sistem pendidikan yang berorientasi kualitas yang menyeluruh dapat
ditempuh dengan menerapkan Total Quality Management (TQM). Edward Deming,
Paine, dkk (1982) menegaskan bahwa TQM dalam pendidikan adalah filosofi
perbaikan terus-menerus di mana lembaga pendidikan menyediakan seperangkat
sarana atau alat untuk memenuhi bahkan melampaui kebutuhan, keinginan dan
harapan pelanggan saat ini dan di masa mendatang. TQM Merupakan suatu
pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya
saing lembaga pendidikan dan para lulusannya melalui perbaikan terus-menerus atas
produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan.

PENUTUP
Era globalisasi telah menjadi suatu fenomena yang mempengaruhi semua
aspek kehidupan manusia. Tak terkecuali dunia pendidikan di Indonesia. Memasuki
era globalisai yang sangat kompetitif, sangat menuntut adanya kebijakan-kebijakan
pendidikan yang terarah, kompetible, relevan dan berdaya saing, bukan hanya
sekedar menghabiskan anggaran negara. Dapat ditegaskan lagi beberapa kebijakan
dalam sistem pendidikan Indonesia yang dapat dikembangkan antara lain :
1)

Menanggulangi kolonialisme pendidikan dengan mengembangkan


jati diri dan ciri khas pendidikan Indonesia.

Antara lain

mengembangkan pendidikan filsafat pendidikan yang khas Indoensia


yang berdasarkan pada filsafat Pancasila, pendidikan khas Indonesia
seperti bahasa dan sastra Indonesia.
2)

Mengembangkan pendidikan terbuka, yakni pendidikan yang


inkulsif, artinya pendidikan yang terbuka dan bersikap kritis dengan
segala masukan dari luar.

3)

Mengembangkan pendidikan multikultural, artinya pendidikan yang


menghargai pluralitas keanekaan budaya bangsa Indonesia dan
budaya asing.

4)

Mengembangkan pendidikan yang relevan dengan dunia kerja dan


dunia pasar. Perlu dikembangkan suatu strategi pendidikan yang
mengarahkan para lulusan lembaga pendidikan memiliki pengetahuan
dan keterampilan untuk terjun dalam dunia kerja.

5)

Mengembangkan kurikulum yang progresif, kolaboratif, integral dan


menyeluruh menyangkut seluruh aspek kemanusiaan.

KEPUSTAKAAN
Edward dan Sallis, 2004, Total Quality Management in Education (Manajemen Kualitas Total Dalam
Pendidikan, diterjemahkan oleh Kambey C. Daniel, Program Pascasarjana Universitas Negeri Manado.
Danim Sudarwan, 2003, Menjadi Komunitas Pembelajar,Kepemimpinan Transformasional dalam Komunitas
Organisasi Pembelajaran, Jakarta : Bumi Aksara.
Senduk J.F., 2006, Isu dan Kebijakan Pendidikan, Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Manado.
Tilaar, H.A.R., 2004, Manajemen Pendidikan Nasional, Kajian Pendidikan Masa Depan, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Soetopo Hendyat, 2005, Pendidikan dan Pembelajaran, Teori, Permasalahan dan Praktek, Universitas Negeri
Malang.
Suparno Paul, dkk, 2002, Reformasi Pendidikan, Yogyakarta : Kanisius.
Suryosubroto B., 2004, Manajemen Pendidikan di Sekolah, Jakarta : PT. Rineka Cipta.

You might also like