You are on page 1of 10

PRE PLANNING

PENYULUHAN PERAN KELUARGA TERHADAP PELAKSANAAN ROM THERAPY


PADA PASIEN PASCA STROKE

Oleh:
DESTINI PUJI LESTARI
22020111130032

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda atau gejala hilangnya fungsi sistem
saraf pusat fokal (atau global) yang berkembang cepat (dalam detik atau menit). Gejalagejala ini berlangsung lebih dari 24 jam akan menyebabkan kematian (Ginsberg, 2007).
CVA (Cerebro Vascular Accident) atau sering disebut stroke adalah kelainan fungsi otak
yang timbul mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah
otak yang dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja dengan gejala-gejala
berlangsung selama 24 jam yang menyebabkan cacat berupa kelumpuhan anggota gerak,
proses bepikir, daya ingat, dan bentuk-bentuk kecacatan lain (Muttaqin, 2008).
Menurut Anies (2006) di negara industri stroke umumnya merupakan penyebab
kematian nomor tiga pada kelompok usia lanjut, setelah jantung dan kanker. Namun
stroke paling banyak menyebabkan orang cacat pada kelompok usia di atas 45 tahun.
Banyak penderitanya yang menjadi cacat, tidak mampu lagi mencari nafkah seperti
sediakala, menjadi tergantung kepada orang lain dan tidak jarang menjadi beban bagi
keluarganya.
Stroke dapat terjadi pada setiap usia, dari bayi baru lahir sampai usia lanjut.
Namun, angka kejadian storke meningkat dengan bertambahnya usia. Semakin tinggi
usia, semakin banyak kemungkinan untuk terkena stroke. Secara pukul rata dapat
dikatakan bahwa angka kejadia (insiden) stroke adalah 200 per 100.000 penduduk, 200
orang akan mendapat stroke (Anies, 2006).
Stroke menyebabkan penderita mengalami kelemahan pada anggota gerak,
sehingga pasien stroke harus mendapat perawatan total. Pasien yang mengalami
perawatan tirah baring dengan waktu yang lama tanpa melakukan aktivitas apapun sangat
mudah mengalami kontraktur pada otot-otot persendian. Gangguan pemenuhan aktivitas
yang dialami oleh pasien akan menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan
pasien yang lain dimana semua itu akan menghambat proses penyembuhan. Mobilisasi
mengacu pada kemampuan seseorang untuk bergerak bebas dan imobilisasi mengacu
pada ketidakmampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas. Ekstermitas yang tidak
digerakan dalam kurun waktu yang lama dapat mengakibatkan atrofi otot atau pengecilan
massa otot karena otot tidak pernah dipergunakan untuk beraktivtas. Klien dengan
gangguan mobilisasi harus menjadi perhatian tenaga kesehatan dan keluarga untuk
mencegah atrofi otot atau merawat jika telah terjadi atrofi otot pada klien dengan

gangguan mobilisasi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah tenaga kesehatan
adalah memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga pasien pasca stroke dalam
mengintervensi gangguan mobilisasi dan mencegah atrofi dengan memberikan tindakan
Range of Motion (ROM).
B. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan tentang terapi ROM diharapkan keluarga dapat
melakukan terapi ROM pasif pada anggota keluarganya yang terkena stroke.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan tentang pelaksanaan terapi ROM diharapkan keluarga
dapat:
a. Menyebutkan pengertian stroke
b. Menyebutkan tanda gejala stroke
c. Menyebutkan pengertian terapi ROM
d. Menyebutkan peran keluarga selama proses terapi
e. Mendemonstrasikan cara memberikan terapi ROM pasif anggota gerak bagian atas
f. Mendemonstrasikan cara memberikan terapi ROM pasif anggota gerak bagian
bawah
C. SASARAN
Sasaran kegiatan ini adalah keluarga klien pasca-stroke
D. METODE
1. Ceramah dan tanya jawab
2. Demonstrasi terapi ROM pasif
3. Diskusi
E. WAKTU DAN TEMPAT
Kegiatan Penyuluhan terapi ROM Pasif untuk Keluarga
1. Waktu
: Kamis, 20 Januari 2015
2. Tempat
: Balai Warga
F. MEDIA DAN ALAT
Lembar balik dan leaflet yang berisi petunjuk pelaksanaan terapi ROM pasif
G. PROSES KEGIATAN
1. Persiapan lingkungan
2. Menjelaskan materi yang akan disampaikan
3. Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya
4. Mempraktekan Terapi ROM
5. Memberikan feedback
6. Menutup kegiatan
H. SETTING TEMPAT
Kegiatan Penyuluhan Kepada Keluarga
Keterangan:

= Observer

= keluarga klien

= Fasilitator

= pemberi materi

I. STRATEGI PELAKSANAAN
1. Penyuluhan Kepada Keluarga Pasien
Tahap
kegiatan
Pembukaan

Waktu

Kegiatan

5
5 menit

Salam pembuka

Perkenalan

Validasi keadaan peserta


Menyampaikan cakupan
materi
dan
tujuan
pembelajaran
Kontrak waktu
Memberikan
reinforcement positif
Mengulas
(review)
materi :
a. Definisi stroke

b. Tanda dan gejala


stroke
c. Definisi
terapi
ROM
d. Manfaat
terapi
ROM
e. Peran
keluarga
selama proses terapi
f. Demonstrasi terapi
ROM
Memberikan

reinforcement positif
Menyimpulkan kegiatan
Salam penutup

Pelaksanaan

30
menit

Penutup

5 menit

Kegiatan peserta

Metode

Media

Menjawab salam
Memperhatikan
Menyetujui

Ceramah

Menjawab
pertanyaan
Memperhatikan
Mempraktikkan

Diskusi,
Praktik

Menjawab
pertanyaan
Menjawab salam

Diskusi

J. HAL-HAL YANG PERLU DIWASPADAI


1. Kebosanan peserta saat pemberian materi
2. Keluarga kesulitan dalam mengikuti gerakan terapi ROM

Video
Terapi
ROM

K. ANTISIPASI UNTUK MEMINIMALKAN HAMBATAN


1. Menjelaskan maksud dan tujuan terapi ROM
2. Waktu pelaksanaan terapi ROM tidak terlalu lama
3. Menggunakan media yang menarik
4. Melibatkan peran serta dari keluarga
L. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a.
Preplanning sudah disiapkan 2 hari sebelum supervisi
b.
Media telah dipersiapkan
c.
Keluarga siap menerima materi tentang stroke dan terapi ROM
d.
Kontrak waktu dan tempat sudah disepakati
e.
Mahasiswa siap memberikan materi dan mendemonstrasikan terapi ROM
2. Evaluasi Proses
a. Waktu dan tempat sesuai kontrak
b. Warga kooperatif saat dilakukan penyuluhan dan demonstasi terapi ROM
c. Lingkungan kondusif
3. Evaluasi Hasil
a.
Keluarga dapat menyebutkan pengertian stroke
b.
Keluarga dapat menyebutkan tanda dan gejala stroke
c.
Keluarga dapat menyebutkan pengertian terapi ROM
d.
Keluarga mampu menjelaskan perannya saat proses terapi
e.
Keluarga mampu mendemonstasikan terapi ROM

Lampiran Materi
A. Definisi Stroke
Stroke adalah sindrom yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak (GPDO)
dengan awitan akut, disertai manifestasi klinis berupa defisit neurologis dan bukan sebagai
akibat tumor, trauma ataupun infeksi susunan saraf pusat. Stoke merupakan penyebab
kecacatan nomor satu di dunia dan penyebab kematian nomor tiga di dunia. Duapertiga
stroke terjadi di negara berkembang. Pada masyarakat barat, 80% penderita mengalami
stroke iskemik dan 20% mengalami stroke hemoragik. Insiden stroke meningkat seiring
pertambahan usia (Dewanto, 2007).
B. Faktor Resiko
Usia dan jenis kelamin, genetik, ras, mendengkur dan sleep apnea, inaktivitas fisik,
hipertensi, merokok, diabetes mellitus, penyakit jantung, aterosklerosis, dislipidemi,
alkohol dan narkoba, kontrasepsi oral serta obesitas (Dewanto, 2007).
C. Tanda dan Gejala
Menurut Oman (2002) tanda dan gejala stroke bergantung pada daerah otak yang terkena.
Stroke dapat mengenai kemampuan mental, fungsi motorik, atau bicara. Semua gejala
stroke terjadi secara tiba-tiba. Baru-baru ini Brain Attack Coalition of The National
Institute of Neurologic Disorder and Stroke menyepakati tanda-tanda stroke sebagai
berikut:
1. Kebas atau kelemahan pada wajah, lengan atau tungkau, khususnya jika terjadi pada
satu sisi (unilateral)
2. Konfusi, kesulitan dalam bicara atau memahami perkataan
3. Kesulitan melihat dengan satu atau kedua mata

4. Kesulita berjalan, vertigo, dan kehilangan keseimbangan atau koordinasi


5. Sakit kepala tanpa penyebab yang jelas
D. Pengertian Range of Motion (ROM)
1. Pengertian
Range of motion adalah latihan gerak sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi
dan pergerakan otot, dimana klien menggerakan masing-masing persendiannya sesuai
gerakan normal baik secara aktif maupun pasif (Potter and Perry, 2006).
2. Tujuan
a. Memelihara dan mempertahankan kekuatan otot
b. Memelihara mobilitas persendian
c. Menstimulasi persendian
d. Mencegah kontraktur sendi
3. Indikasi
a. Pasien tirah baring lama
b. Pasien yang mengalami penurunan tingkat kesadaran
c. Pasien dengan kasus fraktur
d. Pasien dnegan post operasi yang kesadarannya belum pulih
4. Prosedur ROM
a. Leher, spina, serfikal
1) Fleksi: menggerakan dagu menempel ke dada, rentang 45
2) Ekstensi: mengembalikan kepala ke posisi tegak, rentang 45
3) Hiperekstensi: menekuk kepala ke belakang sejauh mungkin, rentang 40-45
4) Fleksi lateral: memiringkan kepala sejauh mungkin ke arah setiap bahu, rentang
40-45
5) Rotasi: memutar kepala sejauh mungkin dalam gerakan sirkuler, rentang 180
6) Ulangi gerakan bertutut-turut sebanyak 4 kali
b. Bahu
1) Fleksi: menaikkan lengan dari posisi di samping tubuh ke depan ke posisi di
atas kepala, rentang 180
2) Ekstensi: mengembalikan lengan ke posisi di samping tubuh, rentang 180
3) Hiperekstensi: menggerakan lengan ke belakang tubuh, siku tetap lurus, siku
rentang 45-60
4) Abduksi: menaikan lengan ke posisi samping di atas kepala dengan telapak
tangan jauuh dari kepala, rentang 180
5) Adduksi: menurunkan lengan ke samping dan menyilang tubuh sejauh mungkin,
rentang 320
6) Rotasi dalam: dengan siku fleksi, memutar bahu dengan menggerakan lengan
sampai ibu jari menghadap ke dalam dan ke belakang, rentang 90
7) Rotasi luar: dengan siku fleksi, menggerakan lengan sampai ibu jari ke atas dan
samping kepala, rentang 90
8) Sirkumduksi: menggerkan lengan dengan lingkungan penuh, rentang 360
9) Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.

c. Siku
1) Fleksi: menggerakan siku sehingga lengan bahu bergerak ke depan sendi bahu
dan tangan sejajar bahu, rentang 150
2) Ekstensi: meluruskan siku dengan menurunkan tangan, rentang 150
d. Lengan Bawah
1) Supinasi: memutar lengan bawah dan tangan sehingga telapak tangan
menghadap ke atas, rentang 70-90
2) Pronasi: memutar lengan bawah sehingga telapak tangan menghadap bawah,
rentang 70-90
3) Ulangu gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali
e. Pergelangan Tangan
1) Fleksi: menggerakan telapak tangan ke sisi bagian dalam lengan bawah, rentang
80-90
2) Ekstensi: menggerakan jari-jari tangan sehingga jari-jari tangan, lengan bawah
berada dalam rentang 80-90
3) Hiperekstensi: membawa permukaan tangan dorsal ke belakang sejauh
mungkin, rentang 89-90
4) Abduksi: menekuk pergelangan tangan miring ke ibu jari, rentang 3
5) Adduksi: menekuk pergelangan tangan miring ke arah lima jari, rentang 30-50
6) Ulang gerajan berturut-turut sebanyak 4 kali
f. Jari-Jari Tangan
1) Fleksi : membuat genggaman, rentang 90
2) Ekstensi: meluruskan jari-jari tangan, rentang 90
3) Hiperekstensi: menggerakan jari-jari tangan ke belakang sejauh mungkin,
rentang 30-60
4) Abduksi: meregangkan jari-jari tangan yang satu dengan yang lain, rentang 30
5) Adduksi: merapatkan kembali jari-jari tangan
g. Ibu Jari
1) Fleksi: Menggerakan ibu jari menyilang permukaan telapak tangan, rentang 90
2) Ekstensi: menggerakan ibu jari lurus menjauh dari tangan, rentang 90
3) Abduksi: menjauhkan ibu jari ke samping, rentang 30
4) Adduksi: menggerakan ibu jari ke depan tangan, rentang 30
5) Oposisi: menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari tangan pada tangan yang sama
6) Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali
h. Pinggul
1) Fleksi: menggerakan tungkai ke depan dan atas, rentang 90-120
2) Ekstensi: menggerakan kembali ke samping tungkai yang lain, rentang 90-120
3) Hiperekstensi: menggerakan tungkai ke belakang tubuh, rentang 30-50
4) Abduksi: menggerakan tungkai ke samping menjauhi tubuh, rentang 30-50
5) Adduksi: menggerakan tungkai kembali ke posisi media dan melebihi jika
mungkin, rentang 30-50
6) Rotasi dalam: memutar kaki dan tungkai ke arah tungkai lain, rentang 90

7) Rotasi luar: memutar kaki dan tungkai menjauhi tungkai lain, rentang 90
8) Sirkumduksi: menggerakan tungkai melingkar
9) Ulangi gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali
i. Lutut
1) Fleksi: menggerakan tumit ke arah belakang paha, rentang 120-130
2) Ekstensi: mengembalikan tungkai ke lantai, rentang 120-130
3) Ulangi gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali
j. Mata Kaki
1) Dorsofleksi: menggerakan kaki sehingga jari-jari kaki menekuk ke atas, rentang
20-30
2) Plantarfleksi: menggerakan kaki sehingga jari-jari kaki menekuk ke bawah,
rentang 45-50
3) Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali
k. Kaki
1) Inversi: memutar telapak kaki ke samping dalam, rentang 10
2) Eversi: memutar telapak kaki ke samping luar, rentang
3) Ulang gerakan berturut-turut
l. Jari-jari kaki
1) Fleksi: menekukan jari-jari kaki ke bawah, rentang 30-60
2) Ekstensi: meluruskan jari-jari kaki, rentang 30-60
3) Abduksi: menggerakan jari-jari kaki satu dengan yang lain, rentang 15
4) Adduksi: merapatkan kembali bersama-sama, rentang 15
5) Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali
E. Peran Keluarga Selama Proses Terapi
Selama proses terapi, keluarga berperan sebagai pelaksana terapi ROM pasif dan
mendampingi pasien untuk melakukan ROM pasif.

DAFTAR PUSTAKA

Anies. 2006.Waspada Ancaman Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Elex Media Komputindo
Dewanto, George. 2007. Panduan Praktis Diagnosis & Tata Laksana Penyakit Saraf. Jakarta:
EGC
Khakim, Moh Lukman. 2013. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Range of Motion Kepada
Keluarga Pasien dengan Stroke Terhadap Kemandirian Keluarga Melatih Range of Motion di
Wilayah Kerja Puskesmas 1 Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan.
NANDA, 2005, Nursing diagnoses; Definitions & Classification, Nanda Internasional,
Philadelphia.
Oman, Kathleen S. 2002. Emergency Nursing Secrets. Jakarta: EGC
Triyanto, E. 2006. Range of Motion. Modul skill lab keperawatan edisi 3 Universitas Jenderal
Soedirman

You might also like