You are on page 1of 15

PERANAN NASIONALISME DAN PATRIOTISME

DALAM PENGUATAN IDENTITAS


NASIONAL INDONESIA

MAKALAH
diajukan guna melengkapi tugas
Matakuliah Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh
Kelompok 4
KWN 23

Galih Putri W.

122010101014

Zuliyatul Masnunah

122010101016

Kiki Andari

122010101021

Rinda Yanuarisa

122010101024

Wildan Triana

122010101026

Lucky Puspitasari

122010101028

UNIVERSITAS JEMBER
2014

PRAKATA

Puji syukur ke hadirat Allah Swt. atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Peranan Nasionalisme Dan Patriotisme
Dalam Penguatan Identitas Nasional Indonesia. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
Matakuliah Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Jember.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1.

Bapak Dr. Edy Wahyudi selaku Dosen Pengajar dan Dosen Pembimbing yang telah

2.
3.

meluangkan waktu, pikiran, dan perhatian dalam penulisan makalah ini;


teman-teman KWN 23 yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan makalah ini;
semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menerima kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun masyarakat.


Jember, Septeber 2014

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman
PRAKATA .......................................................................................................

DAFTAR ISI ....................................................................................................

ii

BAB 1. PENDAHULUAN ..............................................................................

1.1

Latar Belakang .........................................................................

1.2

Rumusan Masalah ....................................................................

1.3

Tujuan ......................................................................................

1.4

Manfaat ....................................................................................

BAB 2. LANDASAN TEORI .........................................................................

2.1

Identitas Bangsa........................................................................

2.2

Nasionalisme.............................................................................

2.3

Patriotisme.................................................................................

BAB 3. PEMBAHASAN .................................................................................

3.1

Peranan Nasionalisme dan Patriotisme dalam Penguatan Identitas Nasional Indonesia........................................

11

BAB 4. KESIMPULAN ..................................................................................

30

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB I. PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Berbagai peristiwa sejarah di negeri ini telah menunjukkan bahwa hanya persatuan dan

kesatuanlah yang membawa Indonesia menjadi negara yang besar. Kebesaran selama masa
Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit tidak mengalami proses kejayaan yang cukup lama karena
pada waktu itu persatuan cenderung dipaksakan melalui ekspansi perang dengan
menundukkan negara-negara tetangga sehingga akhirnya

terjadi berbagai macam

pemberontakan dan perang saudara untuk menguasai kerajaan ataupun melepaskan diri dari
kerajaan tersebut dan membentuk negara baru.
Di lain pihak, di masa penjajahan, hampir semua suku bangsa di Indonesia merasakan
penderitaan yang mendalam selama berabad-abad sehingga akhirnya terbentuklah suatu
pergerakan nasional yang dikukuhkan oleh Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.
Momentum sumpah pemuda itulah yang mulai menumbuhkan nasionalisme dalam diri
bangsa Indonesia sebagai saudara sepenanggungan dan seperjuangan yang berkeinginan kuat
untuk bersatu melawan penjajah dan mewujudkan satu cita-cita yaitu bertanah air satu tanah
air Indonesia, berbangsa satu bangsa Indonesia dan menggunakan bahasa Indonesia sebagai
bahasa persatuan. Bermula dari perasmaan itulah, persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia
mulai tumbuh dan bertambah kuat meskipun berbeda-beda suku bangsa.
Nasionalisme berkaitan erat dengan identitas suatu negara, karena dalam nasionalisme
terdapat suatu kesatuan dalam banyaknya perbedaan, dan dari satu kesatuan dengan kesatuan
yang lain pasti muncul perbedaan lagi sehingga akan tampak karakteristik dari tiap negara.
Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa nasionalisme sebagai unsur dari identitas nasional
akan menjadi pembeda antara satu negara dengan negara lain.
Dewasa ini, arus globalisasi semakin deras. Era globalisasi merupakan era yang penuh
dengan kemajuan dan persaingan. Disaat inilah identitas nasional yang kuat dari sebuah
bangsa menjadi hal yang sangat diperlukan untuk memperkenalkan dan mempertahankan
eksistensi suatu bangsa atau negara di mata dunia, tetapi jika negara tersebut kalah dengan
arus globalisasi, identitas negara dan nasionalisme tersebut akan semakin lama semakin pudar
seperti yang terjadi di Indonesia saat ini. Sangat banyak budaya asing yang diserap oleh
Indonesia, tetapi fungsi pancasila sebagai filter tidak selalu digunakan oleh masyarakat
sehingga akhirnya terjadi kesenjangan antara masyarakat Indonesia klasik dengan adat
ketimuran dan masyarakat modern yang berbasis budaya asing, akibatnya terjadi penurunan

persatuan dan kesatuan, serta rasa nasionalisme dan patriotisme yang berujung pada
lunturnya Identitas Nasional Indonesia.
Sesuai dengan permasalahan tersebut, makalah ini akan membahas beberapa masalah di
era globalisasi terkait dengan krisis Identitas nasional Indonesia, serta pengembalian rasa
nasionalisme dan patriotisme untuk memperkuat identitas nasional Indonesia.
1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, rumusan masalah makalah ini adalah

Bagaimana peranan nasionalisme dan patriotisme dalam penguatan identitas nasional


Indonesia?

1.3

Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah mengetahui dan mendeskripsikan peranan nasionalisme

dan patriotisme dalam penguatan identitas nasional Indonesia.


1.4

Manfaat
Pembuatan makalah tentang peranan nasionalisme dan patriotisme dalam penguatan

identitas nasional Indonesia dihararpkan memberi manfaat antara lain:


a)
meningkatkan rasa nasionalisme dan patriotisme sebagai bangsa Indonesia;
b)
meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan sebagai bangsa Indonesia;
c)
memperkuat identitas nasional Indonesia.

BAB 2. LANDASAN TEORI


2.1

Pengertian Identitas Nasional


Identitas berasal dari bahasa inggris identity yang memiliki pengertian ciri-ciri, sifat

khas atau jati diri yang melekat pada seseorang, komunitas atau sesuatu yang menbedakannya
dengan hal-hal lainnya. Kata nasional berasal dari kata nation yang memiliki arti bangsa,
menunjukkan kasatuan komunitas social cultural tertentu yang memiliki semangat, cita-cita,
tujuan, serta ideologi bersama.
Menurut Srijanti dkk (2008), identitas nasional dapat didefinisikan sebagai manifestasi
nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan suatu bangsa
(nation) dengan ciri-ciri khas, dan dengan ciri-ciri khas tadi suatu bangsa berbeda dengan
bangsa yang lain dalam kehidupan.
2.2

Nasionalisme dan Patriotisme


Nasionalisme adalah suatu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan

sebuah negara dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok
manusia. Nasionalisme dalam pengertian luas dapat diartikan sebagai perasaan cinta dan
bangga terhadap tanah air dan bangsanya tanpa memandang bangsa lain lebih rendah dari
bangsa dan negaranya.
Patriotisme adalah sikap berani, pantang menyerah dan rela berkorban demi bangsa dan
negara. Patriotisme berasal dari kata Patriot dan isme yang berarti sifat kepahlawanan atau
jiwa pahlawan. Pengorbanan ini dapat berupa pengorbanan harta benda maupun jiwa raga.
Patriotisme adalah semangat dan jiwa yang dimiliki oleh seseorang untuk berkorban / rela
berkorban demi nusa bangsa dan negara.
Perbedaan nasionalisme dan patriotisme yaitu dimana nasionalisme lebih bernuansa
dominasi, superioritas atas kelompok bangsa lain. Tingkat nasionalisme suatu kelompok atau
bangsa di tekankan pada adanya perasaan lebih atas bangsa lain sedangkan, patriotisme lebih
berbicara akan cinta dan loyalitas terhadap suatu bangsa.

BAB 3. PEMBAHASAN

3.1

Peranan Nasionalisme Dan Patriotisme Dalam Penguatan Identitas Nasional


Indonesia
Secara umum globalisasi adalah suatu perubahan sosial dalam bentuk semakin

bertambahnya keterkaitan antara masyarakat dengan faktor-faktor yang terjadi akibat


transkulturasi dan perkembangan teknologi modern. Globalisasi meningkatan saling
keterkaitan antara seseorang atau satu bangsa dengan bangsa lainnya dan menggiring dunia
ke arah pembentukan desa global. Desa global merupakan kenyataan sosial yang saling
terpisah secara fisik tapi saling berhubungan dan memengaruhi secara nonfisik.
Era globalisasi merupakan era yang penuh dengan kemajuan dan persaingan, sedangkan
identitas

nasional

suatu

bangsa

merupakan

hal

yang

sangat

diperlukan

untuk

memperkenalkan sebuah bangsa atau negara dimata dunia. Adanya globalisasi, identitas
sebuah bangsa dan negara dapat mudah dikenalkan di mata internasional, tetapi identitas
nasional tersebut juga mudah tenggelam karena terpengaruh oleh bangsa dan negara lain.
Saat ini, bangsa Indonesia sedang mengalami krisis identitas yang sangat
membahayakan bagi nilainilai dasar Identitas Bangsa Indonesia. Globalisasi yang terus
berkembang pesat membuat nilainilai budaya Bangsa Indonesia mulai terkikis oleh budaya
budaya barat yang kurang sesuai dengan budaya asli Bangsa Indonesia, seperti budaya
berpakaian. Hal tersebut dapat terjadi karena melemahnya semangat nasionalisme dan
patriotisme di masa transisi menuju era globalisasi sehingga terjadi banyak terjadi
peningkatan pengetahuan di berbagai bidang yang disertai dengan degradasi dalam beberapa
aspek kehidupan berbangsa dan bernegara, seperti menurunnya moral ketimuran bangsa.
Melemahnya

semangat nasionalisme Indonesia disebabkan

oleh beberapa

permasalahan antara lain:

kualitas SDM masih rendah;


militansi bangsa yang mendekati titik kritis;
jati diri bangsa Indonesia yang sudah luntur.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, strategi yang harus dilakukan adalah sebagai

berikut:

meningkatkan kualitas kepemimpinan;


merevitalisasi/mereaktualisasi nasionalisme;

meningkatkan militansi bangsa;


meneguhkan jati diri bangsa sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa.
Selain hal tersebut, yang tidak kalah penting yang perlu dilakukan adalah meneguhkan

dan mengaktualisasikan kembali nilai-nilai budaya bangsa yang diyakini mampu


meningkatkan semangat kebangsaan, dan menetralisir nilai-nilai budaya yang kurang
mendukung semangat kebangsaan.
a)
Meningkatkan Kualitas Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kekuasaan untuk mempengaruhi seseorang, baik dalam
mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan sesuatu. Kepemimpinan diperoleh sejak
lahir atau memang melekat sebagai bakat seseorang maupun melalui pengalaman
(pendidikan dan kesempatan) dengan melakukan pengembangan karakteristik
kepemimpinan secara terus-menerus. Secara umum syarat untuk menjadi pemimpin
yang baik adalah sebagai berikut: pendidikan umum yang luas (intelegensi cukup);
genoralist (memiliki pandangan ke masa yang akan datang dan berpikir ke depan);
kemampuan berkembang secara mental;

ingin tahu; kemampuan analistis (untuk

mendapatkan suatu kesimpulan yang dibutuhkan); memiliki daya ingat yang kuat;
mempunyai kapasitas integratif; keterampilan berkomunikasi (dapat melakukan
hubungan manusiawi efektif); keterampilan mendidik; personalitas dan objektivitas;
pragmatismo (mengarah pada bukti konkrit dan membuktikan pada kebenaran);
mempunyai naluri untuk prioritas; sederhana; berani; tegas, dan sebagainya (Friska,
2008).
Untuk mendapatkan kualitas pemimpin seperti yang telah dijelaskan di atas,
diperlukan peningkatan kualitas kepemimpinan. Seseorang tersebut harus senantiasa
membiasakan diri untuk melakukan ha-hal sebagai berikut.

Berfikir efektif dalam menetapkan keputusan


Seorang pemimpin harus mampu menampilkan kualitas berfikir yang tinggi,
sebagai gambaran bahwa prosesnya berlangsung secara kritis, logis, rasional,

kreatif, dan produktif.


Mengkomunikasikan hasil berfikir
Pemimpin harus mampu membuat komitmen atau keputusan di dalam proses
berfikir dan menterjemahkan menjadi gagasan, prakarsa, inisistif, kreativitas,
pendapat, saran, perintah, dan lainnya, baik secara lisan maupun tulisan agar

diketahui oleh orang lain.


Meningkatkan partisipasi dalam memecahkan masalah

Kemampuan mewujudkan dan membina kerja sama pada dasarnya berarti mampu
mendorong dan memanfaatkan partisipasi anggota organisasi secara efektif dan

efisien.
Menggali dan meningkatkan kreativitas
Kreativitas berasal dari kata kreatif, yang artinya memiliki daya cipta, memiliki
kemampuan untuk mencipta, dan bersifat daya cipta.

Mengetahui peran kepemimpinan dalam pekerjaan


Seorang pemimpin harusnya menginspirasi dan memotivasi serta memastikan
timnya bekerja, dan dapat menyelesaikan massalah yang ada.
Menganalisa kekuatan & kelemahan untuk meningkatkan kualitas kepemimpinan

Hal ini dilakukan dengan SWOT, yaitu Strength, Weakness, Opportunities, dan
Threats. Metode ini dapat dilakukan dengan menuliskan hal yang dirasa
kekuatan, kelemahan, dan sebagainya, dan kemudian meminta orang lain
memberikan opini terhadap hal tersebut. Hal ini dapat menciptakan aliran ide
serta dapat melihat masalah yang mungkin tidak disadari.

Menggunkan perasaan pribadi untuk mengetahui kekurangan kualitas standar


kepemimpinan
Dengan ini dapat mengetahui kekurangan diri sendiri. Menyelesaikan masalah
yang ada dengan membangun kualitas pada fondasi dan memperbaiki ataupun
menyingkirkan bagian yang rusak dalam struktur tim.

b)

Merevitalisasi / Mereaktualisasi Nasionalisme


Pada saat ini, nasionalisme di Indonesia sedang mengalami degradasi. Banyak
terjadi bukti empiris seperti oknum pemimpin negeri dan kelompok masyarakat telah
banyak mengabaikan kepentingan bangsa, cenderung berorientasi jangka pendek dan
hanya egois mementingkan diri sendiri dan kelompok. Maraknya mafia peradilan,
money politics, dan korupsi merupakan dampak dari degradasi nasionalisme di
Indonesia.
Timor Timur telah lepas dari pangkuan tanah air akibat kebijakan keliru dari
pemerintah. Berbagai konflik bernuansa SARA juga masih menghantui, seperti kasus
Ambon, dan kasus Dayak-Madura. Banyak yang mengatakan bahwa bangsa Indonesia
sedang mengalami demoralisasi, seperti hilangnya budaya ketimuran dan tergantikan
oleh budaya barat yang cenderung lebih individualis, materialis, dan kapitalis, serta
timbul kebiasaan memakai pakaian yang mengekspos tubuh. Berdasarkan beberapa

fakta tersebut, jelas bahwa nasionalisme bangsa Indonesia pada saat ini benar-benar
dalam kondisi terpuruk sehingga kita harus merevitalisasi dan mereaktualisasi
Nasionalsime demi mengembalikan Identitas Nasional Indonesia.
Nilai nasionalisme ditanamkan secara umum melalui beberapa tahapan, yaitu
indoktrinasi (penanaman nilai), evaluasi, kristalisasi dan berdampak. Pada tahap
indoktrinasi, penanaman sistem nilai diberikan, misalnya dari orang tua kepada anak,
maupun dari pemimpin kepada pengikut. Dalam tahapan ini, belum banyak terjadi
perdebatan. Selanjutnya, nilai-nilai yang ditanamkan akan melalui tahapan evaluasi
dengan melihat apakah nilai yang ditanamkan tersebut bermanfaat dan relevan dengan
kondisi saat ini. Pada tahapan ini, perdebatan mulai banyak terjadi. Selanjutnya adalah
kristalisasi dimana ada nilai-nilai yang menguat dan semakin mengakar, tetapi ada pula
nilai-nilai yang tereliminasi. Nilai-nilai yang tetap eksis dan mengakar adalah nilai-nilai
yang telah teruji pada tahap evaluasi. Fase terakhir adalah berdampak, dimana sistem
nilai yang telah teruji akan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Semakin
berhasil proses penanaman nilai, maka semakin berdampak dan terimplementasi dalam
kehidupan sehari-hari.
Ketika menanamkan nasionalisme, kita dapat meniru prinsip-prinsip dalam
menanam tumbuhan. Ketika kita menanam pohon, tentu kita ingin pohon tersebut
survive, mengakar, bertumbuh dan berbuah. Demikian pula kalau kita menanamkan
nasionalisme, kita juga ingin nasionalisme itu survive atau tetap eksis, mengakar,
bertumbuh dan berbuah. Berikut beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam
penanaman dan memperkokoh nilai-nilai nasionalisme kebangsaan:

Benih yang berkualitas


Keberhasilan petani tergantung dari pemilihan benih yang berkualitas. Dalam hal
ini, benih yang akan kita tanam adalah nilai-nilai nasionalisme. Agar benihnya berkualitas, maka kita perlu melakukan kajian secara kritis terhadap nilainilai nasionalisme yang akan ditanamkan kepada generasi muda.

Lahan yang subur dan cocok (Lingkungan)


Kita perlu menciptakan lingkungan yang cocok dan subur untuk bertumbuhnya
nasionalisme. Para elit harus memberikan teladan (role model) kepada generasi
muda mengenai aplikasi nilai-nilai nasionalisme. Prinsip good governance harus
dijalankan secara konsisten. Supremasi hukum harus ditegakkan. Pemberantasan
korupsi harus dilakukan secara intensif dan konsisten. Pemerintah harus

mendorong pembangunan yang berorientasi untuk meningkatkan kesejahteraan


rakyat dan memperhatikan prinsip keadilan sosial.
Selain itu, kita harus menghilangkan dikotomi yang dapat menyebabkan berbagai
komponen bangsa terpecah, seperti dikotomi jawa-non jawa, muslim-non muslim,
nasionalis-islam, sipil-militer, pribumi-non pribumi, serta putera daerah-bukan
putera daerah. Selama paradigma dikotomi ini terus dipertahankan, kita akan sulit
bersatu. Penghargaan harus didasarkan kepada kompetensi, bukan SARA.

Budaya persaingan sehat harus dikedepankan.


Metode penanaman dan pemeliharaan yang tepat
Keberhasilan seorang petani tergantung penguasaan teknik bercocok tanam yang
benar. Demikian

pula

dalam

penanaman

dan

pemeliharaan

nilai-nilai

nasionalisme. Cara memaksa tidak akan efektif. Pada tahap awal penanaman
nilai atau indokstrinasi nilai-nilai nasionalisme, perlu didorong adanya
pemahaman bahwa nasionalisme adalah kebutuhan bersama dan penting.
Bagaimana dampaknya bila tidak ada nasionalisme, serta apa manfaatnya.
Apabila kesadaran akan kebutuhan nasionalisme sudah muncul, maka proses
selanjutnya akan lebih mudah, dimana penolakan-penolakan dalam tahapan
indoktrinasi dapat dieliminir.
Penanaman nasionalisme dapat dilakukan kepada setiap warga negara dan
diharapkan memiliki efek bola salju atau multiplier effect. Upaya penanaman

nasionalisme dapat dilakukan melalui kurikulum, seminar, dsb.


Sarana yang efisien dan efektif
Pemilihan sarana yang efektif dan efisien sangat penting. Demikian pula dalam
penanaman nasionalisme, memerlukan sarana yang efisien dan efektif. Oleh
karena itu, diperlukan anggaran yang efektif dan efisien. Kebiasaan mark up perlu

direformasi. Korupsi anggaran juga harus diberantas.


Kerja keras, keuletan dan konsistensi
Hal yang terakhir adalah action. Kerja keras, keuletan dan disertai konsistensi
sangat diperlukan dalam penanaman nasionalisme. Penanaman nasionalisme
adalah pekerjaan jangka panjang (Mantiri, 2010).
Nilai apapun yang ingin kita tanam, metode atau langkah yang kita gunakan tetap

sama dan dengan penanaman nilai-nilai luhur bangsa Indonesia diharapakan dapat
meningkatkan nasionalisme dan mengembalikan Identitas Nasional Indonesia sehingga
menjadi bangsa dan negara yang maju dan hebat di mata dunia internasional. Semua hal
tersebut juga harus disertai dengan jiwa patriotime yang senantiasa loyal dan selalu
cinta pada negara apapun yang terjadi, serta selalu berani membela bangsa dan pantang

menyerah dalam mengembangkan bangsa dan negara sesuai Identitas Nasional


Indonesia.
c) Meningkatkan militansi bangsa
Menurut KBBI, militansi adalah ketangguhan dalam berjuang (menghadapi,
kesulitan, berperang, dsb). Secara makna, militan berarti bersemangat, disiplin, dan
berkompeten.

Krisis karakter militant tentunya menjadi keprihatinan bersama seluruh komponen


bangsa. Hilangnya karakter akan berakibat pada keterpurukan yang akhirnya berujung pada
keterprukan bangsa. Untuk itu menjadi penting untuk segera membangun sebuah karakter
bangsa yang militant. Artiya, mengembangkan sebuah karakter yang gigih, tidak menyerah
oleh keadaan yang bagaimanapun beratnya, keberanian untuk tetap bertahan menghadapi
rintangan, berjuang membela prinsip-prinsip kebenaran dan kebaikan sampai titik darah
penghabisan.
d) Meneguhkan jati diri bangsa sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa
Jati diri bangsa merupakan suatu hal yang berkaitan dengan identitas atau ciri khas
yang telah mendarah daging dan bersatu di jiwa suatu bangsa. Dulu nama bangsa Indonesia
menggema ketenarannya di dunia karena Indonesia merupakan bangsa yang lugu, santun, dan
berbudaya luhur. Hal itu memang jati diri bangsa Indonesia, yang berasal dari pola perilaku
masyarakat sehingga melahirkan berbagai nilai kebaikan dan kebudayaan yang mampu

mencuri perhatian mata dunia. Adanya jati diri itu, menciptakan falsafah yang disebut dengan
Pancasila yang menjadi identitas atau ciri khas dari bangsa Indonesia. Semua perilaku dan
tindakan rakyat, tercantum di dalam Pancasila. Sebab, Pancasila merupakan pedoman bagi
bangsa Indonesia untuk terwujudnya harapan serta cita-cita negara Indonesia
Tetapi, seiring dengan perkembangan dan kemajuan zaman, jati diri itu kini mulai
terkikis. Memudarnya jati diri bangsa saat ini tidak hanya dipengaruhi dari faktor-faktor
internal seperti kurangnya kesadaran warga dan sikap skeptis warga terhadap ideologi bangsa
saat ini, tetapi faktor eksternal seperti globalisasi juga menjadi poin penting di dalamnya. Di
era globalisasi seperti saat ini, dengan mudahnya warga dari tiap negara masuk ke negara
lain. Akibatnya bagi bangsa Indonesia yang sarat dengan budaya dan jati diri yang luhur tentu
menjadi imbasnya. Kebebasan yang merupakan implikasi dari globalisasi ini tentu
memberikan cultural shock dan cultural lag bagi bangsa kita.
Degradasi jati diri bangsa ini dapat dilihat dari perilaku generasi yang semakin bobrok.
Misalnya mengenai pendidikan. Dulu untuk mendapatkan suatu pendidikan, orang kesulitan
dan rela untuk bekerja keras. Prasarana dan sarana pendidikan minim, tempat pendidikan
jauh dari tempat tinggal, dan akses untuk ke tempat pendidikan pun memprihatinkan. Hal itu
tetap mereka lakukan hanya untuk satu tujuan, yaitu demi bisa mendapatkan suatu ilmu
pendidikan. Berkat kesulitan itulah, kebanyakan dari mereka bisa sukses. Setelah sukses,
mereka tidak mengabaikan begitu saja kenangan masa lalu. Mereka berusaha untuk
membantu orang lain untuk bisa mendapatkan sesuatu yang lebih berharga, misalnya mau
memikirkan pembenahan kemiskinan. Hal itu dilakukan pastilah karena pernah mengerti
tentang apa dan bagaimana menjadi orang kecil.
Jika Pancasila masih dijunjung tinggi dan nilai-nilai diterapkan dalam kehidupan, maka
sudah bisa dipastikan akan adanya kemakmuran dan kesejahteraan bangsa Indonesia. Jika
sebaliknya, sudah tentu dan tak akan lama lagi, bangsa Indonesia akan mengalami stagnasi
atau justru menjadi degradasi di segala aspek, baik individu, kelompok, berbangsa dan
bernegara yang mengakibatkan adanya kehancuran untuk bangsa Indonesia.

BAB 4. KESIMPULAN

Peran nasionalisme dan patriotisme dalam penguatan identitas nasional Indonesia


adalah:
1. sebagai pemersatu seluruh kalangan masyarakat Indonesia;
2. sebagai pembangunan bangsa agar setiap elemen bangsa bekerja dan berjuang keras
mencapai jati diri dan kepercayaan diri sebagai sebuah bangsa yang bermartabat;
3. dan sebagai filter untuk membendung derasnya arus globalisasi yang dapat membawa
pengaruh buruk terhadap identitas nasional bangsa Indonesia.
Dengan adanya semangant nasionalisme dan patriotisme, bangsa Indonesia akan
senantiasa berinovasi dan berinvensi dalam berbagai bidang kehidupan sesuai dengan
Identitas Nasional Indonesia dengan tidak meninggalkan adat ketimuran sehingga Indonesia
dapat mengimbangi arus globalisasi yang masuk di Indonesia tetapi tetap dikenal di dunia
dengan ciri khas budaya Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Friska. 2004. Kepemimpinan dalam Organisasi. Universitas Sumatra Utara: Medan.
Mantiri. 2010. Revitalisasi Nasionalisme Indonesia. Jakarta.
Prabowo, Agung Setyo. 2013. Kaderisasi dan Kualitas Pemimpin. http://agung-setyoprabowo.blogspot.com/2013/03/kaderisasi-dan-kualitas-kepemimpinan.html.
[28
September 2014].
Rahayu Astika dkk. 2012. Identitas Nasional. Universitas Negeri Jakarta.
http://www.docstoc.com/docs/102791044/NASIONALISME-DAN-PATRIOTISME
Zanic, Frajul. 2013. Cara Meningkatkan Kualitas Kepemimpinan. http://segiempat.com/tipsdan-cara/umum/pengembangan-diri/cara-meningkatkan-kualitas-kepemimpinan/. [28
September 2014].

You might also like