Professional Documents
Culture Documents
MAKALAH
diajukan guna melengkapi tugas
Matakuliah Pendidikan Kewarganegaraan
Oleh
Kelompok 4
KWN 23
Galih Putri W.
122010101014
Zuliyatul Masnunah
122010101016
Kiki Andari
122010101021
Rinda Yanuarisa
122010101024
Wildan Triana
122010101026
Lucky Puspitasari
122010101028
UNIVERSITAS JEMBER
2014
PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Allah Swt. atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Peranan Nasionalisme Dan Patriotisme
Dalam Penguatan Identitas Nasional Indonesia. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
Matakuliah Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Jember.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1.
Bapak Dr. Edy Wahyudi selaku Dosen Pengajar dan Dosen Pembimbing yang telah
2.
3.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA .......................................................................................................
ii
1.1
1.2
1.3
Tujuan ......................................................................................
1.4
Manfaat ....................................................................................
2.1
Identitas Bangsa........................................................................
2.2
Nasionalisme.............................................................................
2.3
Patriotisme.................................................................................
3.1
11
30
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Berbagai peristiwa sejarah di negeri ini telah menunjukkan bahwa hanya persatuan dan
kesatuanlah yang membawa Indonesia menjadi negara yang besar. Kebesaran selama masa
Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit tidak mengalami proses kejayaan yang cukup lama karena
pada waktu itu persatuan cenderung dipaksakan melalui ekspansi perang dengan
menundukkan negara-negara tetangga sehingga akhirnya
pemberontakan dan perang saudara untuk menguasai kerajaan ataupun melepaskan diri dari
kerajaan tersebut dan membentuk negara baru.
Di lain pihak, di masa penjajahan, hampir semua suku bangsa di Indonesia merasakan
penderitaan yang mendalam selama berabad-abad sehingga akhirnya terbentuklah suatu
pergerakan nasional yang dikukuhkan oleh Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.
Momentum sumpah pemuda itulah yang mulai menumbuhkan nasionalisme dalam diri
bangsa Indonesia sebagai saudara sepenanggungan dan seperjuangan yang berkeinginan kuat
untuk bersatu melawan penjajah dan mewujudkan satu cita-cita yaitu bertanah air satu tanah
air Indonesia, berbangsa satu bangsa Indonesia dan menggunakan bahasa Indonesia sebagai
bahasa persatuan. Bermula dari perasmaan itulah, persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia
mulai tumbuh dan bertambah kuat meskipun berbeda-beda suku bangsa.
Nasionalisme berkaitan erat dengan identitas suatu negara, karena dalam nasionalisme
terdapat suatu kesatuan dalam banyaknya perbedaan, dan dari satu kesatuan dengan kesatuan
yang lain pasti muncul perbedaan lagi sehingga akan tampak karakteristik dari tiap negara.
Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa nasionalisme sebagai unsur dari identitas nasional
akan menjadi pembeda antara satu negara dengan negara lain.
Dewasa ini, arus globalisasi semakin deras. Era globalisasi merupakan era yang penuh
dengan kemajuan dan persaingan. Disaat inilah identitas nasional yang kuat dari sebuah
bangsa menjadi hal yang sangat diperlukan untuk memperkenalkan dan mempertahankan
eksistensi suatu bangsa atau negara di mata dunia, tetapi jika negara tersebut kalah dengan
arus globalisasi, identitas negara dan nasionalisme tersebut akan semakin lama semakin pudar
seperti yang terjadi di Indonesia saat ini. Sangat banyak budaya asing yang diserap oleh
Indonesia, tetapi fungsi pancasila sebagai filter tidak selalu digunakan oleh masyarakat
sehingga akhirnya terjadi kesenjangan antara masyarakat Indonesia klasik dengan adat
ketimuran dan masyarakat modern yang berbasis budaya asing, akibatnya terjadi penurunan
persatuan dan kesatuan, serta rasa nasionalisme dan patriotisme yang berujung pada
lunturnya Identitas Nasional Indonesia.
Sesuai dengan permasalahan tersebut, makalah ini akan membahas beberapa masalah di
era globalisasi terkait dengan krisis Identitas nasional Indonesia, serta pengembalian rasa
nasionalisme dan patriotisme untuk memperkuat identitas nasional Indonesia.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, rumusan masalah makalah ini adalah
1.3
Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah mengetahui dan mendeskripsikan peranan nasionalisme
Manfaat
Pembuatan makalah tentang peranan nasionalisme dan patriotisme dalam penguatan
khas atau jati diri yang melekat pada seseorang, komunitas atau sesuatu yang menbedakannya
dengan hal-hal lainnya. Kata nasional berasal dari kata nation yang memiliki arti bangsa,
menunjukkan kasatuan komunitas social cultural tertentu yang memiliki semangat, cita-cita,
tujuan, serta ideologi bersama.
Menurut Srijanti dkk (2008), identitas nasional dapat didefinisikan sebagai manifestasi
nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan suatu bangsa
(nation) dengan ciri-ciri khas, dan dengan ciri-ciri khas tadi suatu bangsa berbeda dengan
bangsa yang lain dalam kehidupan.
2.2
sebuah negara dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok
manusia. Nasionalisme dalam pengertian luas dapat diartikan sebagai perasaan cinta dan
bangga terhadap tanah air dan bangsanya tanpa memandang bangsa lain lebih rendah dari
bangsa dan negaranya.
Patriotisme adalah sikap berani, pantang menyerah dan rela berkorban demi bangsa dan
negara. Patriotisme berasal dari kata Patriot dan isme yang berarti sifat kepahlawanan atau
jiwa pahlawan. Pengorbanan ini dapat berupa pengorbanan harta benda maupun jiwa raga.
Patriotisme adalah semangat dan jiwa yang dimiliki oleh seseorang untuk berkorban / rela
berkorban demi nusa bangsa dan negara.
Perbedaan nasionalisme dan patriotisme yaitu dimana nasionalisme lebih bernuansa
dominasi, superioritas atas kelompok bangsa lain. Tingkat nasionalisme suatu kelompok atau
bangsa di tekankan pada adanya perasaan lebih atas bangsa lain sedangkan, patriotisme lebih
berbicara akan cinta dan loyalitas terhadap suatu bangsa.
BAB 3. PEMBAHASAN
3.1
nasional
suatu
bangsa
merupakan
hal
yang
sangat
diperlukan
untuk
memperkenalkan sebuah bangsa atau negara dimata dunia. Adanya globalisasi, identitas
sebuah bangsa dan negara dapat mudah dikenalkan di mata internasional, tetapi identitas
nasional tersebut juga mudah tenggelam karena terpengaruh oleh bangsa dan negara lain.
Saat ini, bangsa Indonesia sedang mengalami krisis identitas yang sangat
membahayakan bagi nilainilai dasar Identitas Bangsa Indonesia. Globalisasi yang terus
berkembang pesat membuat nilainilai budaya Bangsa Indonesia mulai terkikis oleh budaya
budaya barat yang kurang sesuai dengan budaya asli Bangsa Indonesia, seperti budaya
berpakaian. Hal tersebut dapat terjadi karena melemahnya semangat nasionalisme dan
patriotisme di masa transisi menuju era globalisasi sehingga terjadi banyak terjadi
peningkatan pengetahuan di berbagai bidang yang disertai dengan degradasi dalam beberapa
aspek kehidupan berbangsa dan bernegara, seperti menurunnya moral ketimuran bangsa.
Melemahnya
oleh beberapa
berikut:
mendapatkan suatu kesimpulan yang dibutuhkan); memiliki daya ingat yang kuat;
mempunyai kapasitas integratif; keterampilan berkomunikasi (dapat melakukan
hubungan manusiawi efektif); keterampilan mendidik; personalitas dan objektivitas;
pragmatismo (mengarah pada bukti konkrit dan membuktikan pada kebenaran);
mempunyai naluri untuk prioritas; sederhana; berani; tegas, dan sebagainya (Friska,
2008).
Untuk mendapatkan kualitas pemimpin seperti yang telah dijelaskan di atas,
diperlukan peningkatan kualitas kepemimpinan. Seseorang tersebut harus senantiasa
membiasakan diri untuk melakukan ha-hal sebagai berikut.
Kemampuan mewujudkan dan membina kerja sama pada dasarnya berarti mampu
mendorong dan memanfaatkan partisipasi anggota organisasi secara efektif dan
efisien.
Menggali dan meningkatkan kreativitas
Kreativitas berasal dari kata kreatif, yang artinya memiliki daya cipta, memiliki
kemampuan untuk mencipta, dan bersifat daya cipta.
Hal ini dilakukan dengan SWOT, yaitu Strength, Weakness, Opportunities, dan
Threats. Metode ini dapat dilakukan dengan menuliskan hal yang dirasa
kekuatan, kelemahan, dan sebagainya, dan kemudian meminta orang lain
memberikan opini terhadap hal tersebut. Hal ini dapat menciptakan aliran ide
serta dapat melihat masalah yang mungkin tidak disadari.
b)
fakta tersebut, jelas bahwa nasionalisme bangsa Indonesia pada saat ini benar-benar
dalam kondisi terpuruk sehingga kita harus merevitalisasi dan mereaktualisasi
Nasionalsime demi mengembalikan Identitas Nasional Indonesia.
Nilai nasionalisme ditanamkan secara umum melalui beberapa tahapan, yaitu
indoktrinasi (penanaman nilai), evaluasi, kristalisasi dan berdampak. Pada tahap
indoktrinasi, penanaman sistem nilai diberikan, misalnya dari orang tua kepada anak,
maupun dari pemimpin kepada pengikut. Dalam tahapan ini, belum banyak terjadi
perdebatan. Selanjutnya, nilai-nilai yang ditanamkan akan melalui tahapan evaluasi
dengan melihat apakah nilai yang ditanamkan tersebut bermanfaat dan relevan dengan
kondisi saat ini. Pada tahapan ini, perdebatan mulai banyak terjadi. Selanjutnya adalah
kristalisasi dimana ada nilai-nilai yang menguat dan semakin mengakar, tetapi ada pula
nilai-nilai yang tereliminasi. Nilai-nilai yang tetap eksis dan mengakar adalah nilai-nilai
yang telah teruji pada tahap evaluasi. Fase terakhir adalah berdampak, dimana sistem
nilai yang telah teruji akan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Semakin
berhasil proses penanaman nilai, maka semakin berdampak dan terimplementasi dalam
kehidupan sehari-hari.
Ketika menanamkan nasionalisme, kita dapat meniru prinsip-prinsip dalam
menanam tumbuhan. Ketika kita menanam pohon, tentu kita ingin pohon tersebut
survive, mengakar, bertumbuh dan berbuah. Demikian pula kalau kita menanamkan
nasionalisme, kita juga ingin nasionalisme itu survive atau tetap eksis, mengakar,
bertumbuh dan berbuah. Berikut beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam
penanaman dan memperkokoh nilai-nilai nasionalisme kebangsaan:
pula
dalam
penanaman
dan
pemeliharaan
nilai-nilai
nasionalisme. Cara memaksa tidak akan efektif. Pada tahap awal penanaman
nilai atau indokstrinasi nilai-nilai nasionalisme, perlu didorong adanya
pemahaman bahwa nasionalisme adalah kebutuhan bersama dan penting.
Bagaimana dampaknya bila tidak ada nasionalisme, serta apa manfaatnya.
Apabila kesadaran akan kebutuhan nasionalisme sudah muncul, maka proses
selanjutnya akan lebih mudah, dimana penolakan-penolakan dalam tahapan
indoktrinasi dapat dieliminir.
Penanaman nasionalisme dapat dilakukan kepada setiap warga negara dan
diharapkan memiliki efek bola salju atau multiplier effect. Upaya penanaman
sama dan dengan penanaman nilai-nilai luhur bangsa Indonesia diharapakan dapat
meningkatkan nasionalisme dan mengembalikan Identitas Nasional Indonesia sehingga
menjadi bangsa dan negara yang maju dan hebat di mata dunia internasional. Semua hal
tersebut juga harus disertai dengan jiwa patriotime yang senantiasa loyal dan selalu
cinta pada negara apapun yang terjadi, serta selalu berani membela bangsa dan pantang
mencuri perhatian mata dunia. Adanya jati diri itu, menciptakan falsafah yang disebut dengan
Pancasila yang menjadi identitas atau ciri khas dari bangsa Indonesia. Semua perilaku dan
tindakan rakyat, tercantum di dalam Pancasila. Sebab, Pancasila merupakan pedoman bagi
bangsa Indonesia untuk terwujudnya harapan serta cita-cita negara Indonesia
Tetapi, seiring dengan perkembangan dan kemajuan zaman, jati diri itu kini mulai
terkikis. Memudarnya jati diri bangsa saat ini tidak hanya dipengaruhi dari faktor-faktor
internal seperti kurangnya kesadaran warga dan sikap skeptis warga terhadap ideologi bangsa
saat ini, tetapi faktor eksternal seperti globalisasi juga menjadi poin penting di dalamnya. Di
era globalisasi seperti saat ini, dengan mudahnya warga dari tiap negara masuk ke negara
lain. Akibatnya bagi bangsa Indonesia yang sarat dengan budaya dan jati diri yang luhur tentu
menjadi imbasnya. Kebebasan yang merupakan implikasi dari globalisasi ini tentu
memberikan cultural shock dan cultural lag bagi bangsa kita.
Degradasi jati diri bangsa ini dapat dilihat dari perilaku generasi yang semakin bobrok.
Misalnya mengenai pendidikan. Dulu untuk mendapatkan suatu pendidikan, orang kesulitan
dan rela untuk bekerja keras. Prasarana dan sarana pendidikan minim, tempat pendidikan
jauh dari tempat tinggal, dan akses untuk ke tempat pendidikan pun memprihatinkan. Hal itu
tetap mereka lakukan hanya untuk satu tujuan, yaitu demi bisa mendapatkan suatu ilmu
pendidikan. Berkat kesulitan itulah, kebanyakan dari mereka bisa sukses. Setelah sukses,
mereka tidak mengabaikan begitu saja kenangan masa lalu. Mereka berusaha untuk
membantu orang lain untuk bisa mendapatkan sesuatu yang lebih berharga, misalnya mau
memikirkan pembenahan kemiskinan. Hal itu dilakukan pastilah karena pernah mengerti
tentang apa dan bagaimana menjadi orang kecil.
Jika Pancasila masih dijunjung tinggi dan nilai-nilai diterapkan dalam kehidupan, maka
sudah bisa dipastikan akan adanya kemakmuran dan kesejahteraan bangsa Indonesia. Jika
sebaliknya, sudah tentu dan tak akan lama lagi, bangsa Indonesia akan mengalami stagnasi
atau justru menjadi degradasi di segala aspek, baik individu, kelompok, berbangsa dan
bernegara yang mengakibatkan adanya kehancuran untuk bangsa Indonesia.
BAB 4. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Friska. 2004. Kepemimpinan dalam Organisasi. Universitas Sumatra Utara: Medan.
Mantiri. 2010. Revitalisasi Nasionalisme Indonesia. Jakarta.
Prabowo, Agung Setyo. 2013. Kaderisasi dan Kualitas Pemimpin. http://agung-setyoprabowo.blogspot.com/2013/03/kaderisasi-dan-kualitas-kepemimpinan.html.
[28
September 2014].
Rahayu Astika dkk. 2012. Identitas Nasional. Universitas Negeri Jakarta.
http://www.docstoc.com/docs/102791044/NASIONALISME-DAN-PATRIOTISME
Zanic, Frajul. 2013. Cara Meningkatkan Kualitas Kepemimpinan. http://segiempat.com/tipsdan-cara/umum/pengembangan-diri/cara-meningkatkan-kualitas-kepemimpinan/. [28
September 2014].