You are on page 1of 3

Pada setiap sistem politik Negara-negara dunia, akan selalu dijumpai adanya struktur politik.

Struktur politik di dalam suatu negara adalah pelembagaan hubungan organisasi antara
komponen-komponen yang membentuk bangunan politik. stuktur politik sebagai bagian dari
struktur yang pada umumnya selalu berkenaan dengan alokasi nilai-nilai yang bersifat otoratif,
yaitu yang dipengaruhi oleh distribusi serta penggunaan kekuasaan.
Permasalahan politik menurut Alfian, dapat dikaji melalui berbagai pendekatan, yaitu didekati
dari sudut kekuasaan, struktur politik, komunikasi politik, konstitusi, pendidikan dan sosialisasi
politik, pemikiran dan kebudayaan politik. Sistem politik yang pada umumnya berlaku di setiap
negara meliputi dua struktur kehidupan politik, yakni, infrastrukur politik dan suprastruktur
politik.
1. Infrastrukur politik
Didalam suatu kehidupan politik rakyat (the sosial political sphere), akan selalu ada keterkaitan
atau keterhubungan dengan kelompok-kelompok lain ke dalam berbagai macam golongan yang
biasanya disebut kekuatan sosial politik masyarakat. Kelompok masyarakat tersebut yang
merupakan kekuatan politik riil didalam masyarakat, disebut infrastruktur politik. Berdasakan
teori politik, infrastruktur politik mencakup 5 (lima) unsur atau komponen sebagai berikut :
a. Partai politik (political party ),
b. kelompok kepentingan (interst group),
c. kelompok penekan (pressure group),
d. media komunikasi politik (political communication media) dan
e. tokoh politik (political figure). Awal kebangkitan orde baru (1966) dalam melakukan
pembelahan institusi politik, tetap berpandang bahwa jumlah partai politik yang terlalu banyak
tidak menjamin stabilitas politik. Usaha pertama disamping memulihkan partai-partai yang tidak
secara resmi dilarang, adalah menyusun undang-undang tentang pemiluyang dianggap sesuai
dengan perkembangan masyarakat saat itu. Dan pemilu yang direncanakan dilaksanakan dalam
waktu dekat, ternyata baru terlaksana tahun 1971 dengan peserta sebanyak 10 partai politik.
(Golkar, Parmusi, NU, PSII, Partai Islam, Parkindo, Partai Katolik, PNI, Murba, dan IPKI).
b. Kelompok kepentingan (interest group)
Kelompok kepentingan (interest group), dalam gerak langkahnya akan sangat tergantung pada
sistem kepartaian yang diterapkan dalam suatu negara. Aktivitas kelompok kepentingan
umumnya menyangkut tujuan-tujuan yang lebih terbatas, dengan sasaran-sasaran yang monolitis
dan intensitas usaha yang tidak berlebihan.

Kelompok penekan merupakan salah satu institusi politik yang dapat dipergunakan oleh rakyat
untuk menyalurkan aspirasi dan kebutuhannya dengan sasaran akhir adalah untuk mempengaruhi
atau bahkan membentuk kebijakan pemerintah. Kelompok penekan dapat terhimpun
dalambeberapa asosiasi yang mempunyai kepentingan sama, antara lain :
a. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
b. Organisasi-organisasi sosial keagamaan
c. Organisasikepemudaan
d. Organisasi Lingkungan Kehidupan
e. Organisasi pembela Hukum dan HAM
2. Suprastruktur Politik
Suprastruktur politik (elit pemerintah) merupakan mesin politik resmi di suatu negara sebagai
penggerak politik formal. Kehidupan politik pemerintah bersifat kompleks karena akan
bersinggungan dengan lembaga-lembaga negara yang ada, fungsi, dan wewenang/kekuasaan
antara lembaga yang satu dengan yang lainnya. Suasana ini pada umumnya dapat diketahui
didalam konstitusi atau Undang-Undang Dasar dan peraturan perundang-undangan suatu negara.
Dalam perkembangan ketatanegaraan modern, pada umunya elit politik pemerintah dibagi dalam
kekuasaan eksekutif (pelaksana undang-undang), legislative (pembuat undang-undang), dan
yudikatif (yang mengadili pelanggaran undang-undang), dengan sistem pembagian kekuasaaan
atau pemisahan kekuasaan.
Suprastruktur politik di negara Indonesia sejak bergulirnya gerakan reformasi tahun 1998 sampai
dengan tahun 2006 telah membawa perubahan besar di dalam sistem politik dan ketatanegaraan
Republik Indonesia. Era reformasi disebut juga sebagai Era kebangkitan Demokrasi.
Reformasi di bidang politik dan hukum ketatanegaraan, yaitu dilaksanakannya amandemen
Undang-Undang Dasar 1945 selama 4 (empat kali) dari tahun 1999-2002. Amandemen pertama
disahkan (19 Oktober1999), kedua ( 18 Agustus 2000), ketiga (10 November 2001), dan keempat
(10 Agustus 2002). Amandemen UUD 1945 tersebut telah mengubah struktur suprapolitik di
Indonesia.

kesimpulan
Suprastukur dan infrastruktur politik sangat diperlukan bagi berkembangnya suatu
negara dalam menjalankan suatu pemerintahannya khususnya suprastruktur dan
infrastuktur politik yang ada di indonesia. Dalam hal ini yang dimaksud
suprastruktur politik adalah Lembaga-Lembaga Negara. Yang dimana suprastruktur
sebagai penggerak politik formal yang bersangkut paut dengan kehidupan lembagalembaga negara yang ada, fungsi, dan wewenang antar lembaga negara yang satu
dengan yang lainnya. Lembaga-lembaga tersebut di Indonesia diatur dalam UUD
1945 yakni MPR, DPR, DPD, Presiden dan Wakil Presiden, Mahkamah Agung,
Mahkamah Konstitusi, Komisi Yudisial. Lembaga-lembaga ini yang akan membuat
keputusan-keputusan yang berkaitan dengan kepentingan umum. Sedangkan
infrastruktur yang bersangkut paut dengan pengelompokan warga negara atau
anggota masyarakat ke dalam berbagai macam golongan yang biasa disebut
dengan kekuatan sosial politik dalam masyarakat. Yaitu badan yang ada di
masyarakat seperti Parpol, Ormas, media massa, Kelompok kepentingan (Interest
Group), Kelompok Penekan (Presure Group), Alat/Media Komunikasi Politik, Tokoh
Politik (Political Figure), dan pranata politik lainnya adalah merupakan infrastruktur
politik, melalui badan-badan inilah masyarakat dapat menyalurkan aspirasinya.
Tuntutan dan dukungan sebagai input dalam proses pembuatan keputusan. Dengan
adanya partisipasi masyarakt diharapkan keputusan yang dibuat pemerintah sesuai
dengan aspirasi dan kehendak rakyat.Pada dasarnya negara tidak boleh dikuasai
oleh satu tangan saja oleh karena itu dalam menjalankan suatu pemerintahan perlu
adanya pembagian tugas.

You might also like