You are on page 1of 31

PENGANTAR PENDIDIKAN KEJURUAN

Oleh
Darmawang

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
Desember, 2014

Pendidikan Kejuruan ??????????


Pendidikan kejuruanmemiliki
karakteristik yang berbeda dengan
pendidikan umum.
Perbedaan tersebut dapat dikaji dari
kriteriapendidikan, substansi
pelajaran dan lulusannya.

Bidang Keahlian

Teknologi rekayasa
TIK
Pendidikan Kejuruan
Kesehatan
Bisnis & Manajemen
Agribisnis & Agtek
Seni, kerajianan, Par

Pendidikan kejuruanseyogianya memiliki


kriteria sebagai berikut:

Orientasi pada kinerja individu di dunia kerja


Jastifikasi khusus pada kebutuhan nyata di
lapangan
Fokus kurikulum pada aspek-aspek psikomotor,
afektif dan kognitif
Tolok ukur keberhasilan tidak hanya terbatas di
sekolah, terutama dalam pasar kerja Du/Di
Kepekaan terhadap perkembangan dunia kerja
Memerlukan sarana dan prasarana yang memadai
Adanya dukungan masyarakat

Substansi pelajaran padapendidikan


kejuruanmenurut Nolker dan Shoenfel
(Sonhadji, 2006) harus selalu mengikuti
perkembangan IPTEK, kebutuhan
masyarakat, kebutuhan individu, dan
lapangan kerja.
Lulusan daripendidikankejuruan, minimal
harus memiliki kecakapan atau
kemampuan kerja yang sesuai dengan
tuntutan dunia usaha atau industri yang
dirumuskan dalam standar kompetensi
nasional bidang keahlian.

Pendidikan kejuruanmemiliki peran


untuk menyiapkan peserta didik agar siap
bekerja, baik bekerja secara mandiri
(wiraswasta) maupun mengisi lowongan
pekerjaan yang ada.
Pendidikan Kejuruan merupakan
institusi yang menyiapkan tenaga kerja,
dituntut mampu menghasilkan lulusan
sebagaimana yang diharapkan dunia
kerja.

Tenaga kerja yang dibutuhkan adalah


sumber daya manusia yang memiliki
kompetensi sesuai dengan bidang
pekerjaannya, memiliki daya adaptasi dan
daya saing yang tinggi.
Atas dasar itu, pengembangan kurikulum
dalam rangka penyempurnaan
pendidikan kejuruan harus disesuaikan
dengan kondisi dan kebutuhan dunia
kerja.

Tuntutan peserta didik dan lulusan yang sesuai


dengan kebutuhan dunia kerja perlu dijadikan
sumber pijakan di dalam merumuskantujuan
pendidikan kejuruan.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai bentuk
satuan pendidikan kejuruan sebagaimana
ditegaskan dalam penjelasan Pasal 15 UU
SISDIKNAS, merupakan pendidikan menengah
yang mempersiapkan peserta didik terutama
untuk bekerja dalam bidang tertentu, yang
dirumuskan dalam tujuan umum dan tujuan
khusus sebagai berikut.

Pasal 15
Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan,
akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus.
Pasal 18
(1) Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan
dasar.
(2) Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan
menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan.
(3) Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah
Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK),
atau bentuk lain yang sederajat.
(4) Ketentuan mengenai pendidikan menengah
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat
(3) diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Tujuan Umum Pendidikan Kejuruan

Meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik


kepada Tuhan Yang Maha Esa
Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
warga Negara yang berahlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, demokratis dan bertanggung
jawab.
Mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki
wawasan kebangsaan, memahami dan menghargai
keanekaragaman budaya bangsa Indonesia
Mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki
kepedulian terhadap lingkungan hidup, dengan secara
aktif turut memelihara dan melestarikan lingkungan
hidup, serta memanfaatkan sumber daya alam dengan
efektif dan efisien.

Tujuan Khusus Pendididkan Kejuruan


Menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia
produktif, maupun bekerja mandiri, mengisi lowongan
pekerjaan yang ada di dunia usaha dan industri sebagai
tenaga tingkat kerja menengah, sesuai dengan
kompetensi dalam program keahlian yang dipilihnya.
Menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karir,
ulet dan gigih dalam berkompetisi, beradaptasi di
lingkungan kerja, dan mengembangkan sikap profesional
dalam bidang keahlian yang diminatinya.
Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni, agar mampu mengembangkan diri di
kemudian hari baik secara mandiri maupun melalui
jenjang pendidikan yang lebih tinggi
Membekali peserta didik dengan kompetensi-kompetensi
sesuai dengan program keahlian yang dipilih.

Landasan filosofis yang mendasaripendidikan


kejuruan, harus mampu menjawab dua
pertanyaan :pertama,Apa yang harus diajarkan
? dankedua,Bagaimana harus mengajarkan ?
(Calhoun dan Finch, 1982).
Chalhoun dan Finch menegaskan bahwa sumber
prinsip-prinsip fundamentalpendidikan
kejuruanadalah individu dan perannya dalam
suatu masyarakat demokratik, serta peran
pendidikandalam transmisi standar sosial.

Secara filosofis, penyusunan


kurikulum pendidikan kejuruan perlu
mempertimbang-kan perkembangan
psikologis peserta didik dan
perkembangan atau kondisi sosial
budaya masyarakat.

a. Perkembangan psikologis peserta didik


Manusia, secara umum mengalami
perkembangan psikologis sesuai dengan
pertambahan usia dan berbagai faktor
lainnya; yaitu latar belakangpendidikan,
ekonomi keluarga, dan lingkungan
pergaulan, yang mengkibatkan perbedaan
dalam dimensi fisik, intelektual, emosional,
dan spiritual. Pada kurun usia peserta didik
di SMK, mereka memiliki kecenderungan
untuk mencari identitas atau jati diri.

Fondasi kejiwaan yang kuat


diperlukan peserta didik agar berani
menghadapi, mampu beradaptasi
dan mengatasi berbagai masalah
kehidupan, baik kehidupan
profesional maupun kehidupan
keseharian, yang selalu berubah
bentuk dan jenisnya serta
meningkatkan diri dengan mengikuti
pendidikan yang lebih tinggi.

b. Kondisi sosial budaya


Pendidikanmerupakan tanggung jawab
bersama antara keluarga, masyarakat
dan pemerintah. Pendidikan yang
diterima dari lingkungan keluarga
(informal), diserap dari masyarakat
(nonformal), maupun yang diperoleh dari
sekolah (formal) akan menyatu dalam diri
peserta didik, menjadi satu kesatuan
yang utuh, saling mengisi dan diharapkan
dapat saling memperkaya secara positif.

Pertemuan Pertama

Peserta didik pendidikan kejuruan berasal dari


anggota berbagai lingkungan masyarakat yang
memiliki budaya, tata nilai, dan kondisi sosial
yang berbeda.
Pendidikan kejuruanmempertimbangkan
kondisi sosial, maka segala upaya yang dilakukan
harus selalu berpegang teguh pada keharmonisan
hubungan antar sesama individu dalam
masyarakat luas yang dilandasi dengan akhlak
dan budi pekerti yang luhur, serta keharmonisan
antar sistem pendidikan dengan sosial budaya.

Ditinjau dari perspektif


perkembangan kebutuhan
pembelajaran dan aksesibilitas duia
usaha/industri, sekurang-kurangnya
tiga dimensi pokok yang menjadi
tantangan bagi Pendidikan
Kejuruan, baik dalam konteks
regional maupun nasional

Tiga Dimensi Pokok Pendidikan


Kejuruan
1. Implementasi programpendidikandan
pelatihan harus berfokus pada pendayagunaan
potensi sumber daya lokal, sambil
mengoptimalkan kerjasama secara intensif
dengan institusi pasangan
2. Pelaksanaan kurikulum harus berdasarkan
pendekatan yang lebih fleksibel sesuai dengan
trend perkembangan dan kemajuan teknologi
agar kompetensi yang diperoleh peserta didik
selama dan sesudah mengikuti program diklat,
memiliki daya adaptasi yang tinggi

3. Program pendidikan dan pelatihan


sepenuhnya harus berorientasimastery
learning(belajar tuntas) dengan
melibatkan peran aktif partisipatif
parastakeholderspendidikan, termasuk
optimalisasi peran Pemerintah Daerah
untuk merumuskan pemetaan kompetensi
ketenagakerjaan di daerahnya sebagai
input bagi SMK dalam penyelenggaraan
diklat berkelanjutan.

Untuk mencari solusi dari tantangan tersebut


di atas, SMK sebagai salah satu lembaga
penyelenggara pendidikan dan pelatihan
kejuruan harus mampu memberikan layanan
pendidikan terbaik kepada peserta didik
walaupun kondisi fasilitasnya sangat beragam.
Seperti diketahui, bahwa investasi dan
pembiayaan operasional terbesar yang
dilakukan oleh pemerintah dalampendidikan
kejuruanadalah pada sistem SMK. Dengan
fenomena ini, apakah SMK masih diperlukan ?

Pembukaan dan penutupan suatu


SMK pada dasarnya sangat
tergantung pada tuntutan kebutuhan
pengembangan sumber daya
manusia di wilayah atau daerah
setempat.
Pembukaan institusi SMK baru sangat
dimungkinkan jika terdapat tuntutan
kebutuhan sumber daya manusia
yang terkait dengan peran dan fungsi

Sebagaimana yang dikemukakan


Djojonegoro (1998), bahwa : Secara
teoritikpendidikan
kejuruansangat dipentingkan
karena lebih dari 80% tenaga kerja di
lapangan kerja adalah tenaga kerja
tingkat menengah ke bawah dan
sisanya kurang dari 20% bekerja
pada lapisan atas. Oleh karena itu,
pengembangan pendidikan kejuruan

Penutupan suatu institusi SMK hanya


dimungkinkan jika secara hukum tidak
dapat dipertahankan atau karena adanya
tuntutan masyarakat yang sama sekali
tidak dapat dipertahankan atau dihindari.
Namun pada dasarnya, tidak ada alasan
untuk menutup SMK selama institusi
tersebut masih dapat menjalankan peran
dan fungsi serta tidak bertentangan
dengan hukum yang berlaku.

Upaya untuk mempertahan SMK yang


dapat menjawab tuntutan kebutuhan
masyarakat, dalam hal ini SMK harus
mampu menjalankan peran dan fungsinya
dengan baik.
Dalam menjalankan peran dan fungsinya
tersebut, maka pendidikan dan pelatihan
di SMK perlu memperhatikan prinsipprinsippendidikan kejuruanyang
dikemukakan Prosser (Djojonegoro, 1998);

Prinsip Pendidikan Kejuruan (1)


Pendidikan kejuruanakan efisien jika
lingkungan dimana siswa dilatih merupakan
replika lingkungan dimana nanti ia akan bekerja.
Pendidikan kejuruanyang efektif hanya
dapat diberikan dimana tugas-tugas latihan
dilakukan dengan cara, alat dan mesin yang
sama seperti yang ditetapkan di tempat kerja.
Pendidikan kejuruanakan efektif jika dia
melatih seseorang dalam kebiasaan berpikir
dan bekerja seperti yang diperlukan dalam
pekerjaan itu sendiri

Prinsip Pendidikan Kejuruan (2)


Pendidikan kejuruanakan efektif jika dia dapat
memampukan setiap individu memodali minatnya,
pengetahuannya dan keterampilannya pada tingkat
yang paling tinggi
Pendidikan kejuruanyang efektif untuk setiap
profesi, jabatan atau pekerjaan hanya dapat diberikan
kepada seseorang yang memerlukannya, yang
menginginkannya dan yang dapat untung darinya
Pendidikan kejuruanakan efektif jika pengalaman
latihan untuk membentuk kebiasaan kerja dan
kebiasaan berfkir yang benar diulangkan sehingga pas
seperti yang diperlukan dalam pekerjaan nantinya

Prinsip Pendidikan Kejuruan (3)


Pendidikan kejuruanakan efektif jika
gurunya telah mempunyai pengalaman yang
sukses dalam penerapan keterampilan dan
pengetahuan pada operasi dan proses kerja
yang akan dilakukan
Pada setiap jabatan ada kemampuan minimum
yang harus dipunyai oleh seseorang agar dia
tetap dapat bekerja pada jabatan tersebut
Pendidikan kejuruanharus memperhatikan
permintaan pasar (memperhatikan tanda-tanda
pasar kerja)

Prinsip Pendidikan Kejuruan (4)


Proses pembinaan kebiasaan yang efektif
pada siswa akan tercapai jika pelatihan
diberikan pada pekerjaan yang nyata
Sumber yang dapat dipercaya untuk
mengetahui isi pelatihan pada suatu
okupasi tersebut
Setiap okupasi mempunyai ciri-ciri isi
(body of content) yang berbeda-beda
satu dengan yang lainnya

Prinsip Pendidikan Kejuruan (5)


Pendidikan kejuruanakan merupakan layanan sosial
yang efisien jika sesuai dengan kebutuhan seseorang
yang memang memerlukan dan memang paling efektif
jika dilakukan lewat pengajaran kejuruan
Pendidikan kejuruanakan efisien jika metode
pengajaran yang digunakan dan hubungan pribadi
dengan peserta didik mempertimbangkan sifat-sifat
peserta didik tersebut
Administrasipendidikan kejuruanakan efisien jika
dia luwes dan mengalir daripada kaku dan terstandar
Pendidikan kejuruanmemerlukan biaya tertentu dan
jika tidak terpenuhi maka pendidikan kejuruan tidak
boleh dipaksakan beroperasi.

You might also like