You are on page 1of 22

I.

PENDAHULAN
A. Latar Belakang
Masyarakat Madani adalah

tatanan

masyarakat sipil

yang

mandiri dan demokratis, masyarkat madani lahir dari proses


penyemaian demokrasi, yang hubunganya diibaratkan dengan
ikan dan air. Didalam makalah ini saya akan membahas
mengenai masyarakat madani yang biasa dikenal dengan istilah
masyarakat sipil (civil society), mulai dari pengertian, sejarah
pemikiran, karagter, dll.

B. Rumusan Masalah
Jelaskanlah pengertian masyarakat madani ?
Jelaskanlah sejarah Masyarakat madani ?
Sebutkan dan jelaskan karagteristik masyarakat madani ?
Jelaskan mengenai masyarakat madani di indonesia ?

C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini agar pembaca dapat memahami
apa itu masyarakat madani serta sejarah lahirnya masyarakat
madani di indonesia, dan bagaimana posisi masyarakat madani
di indonesia.

II. PEMBAHASAN
A. Konsep Masyarakat Madani
Konsep masyarakat madani merupakan penerjemahan
atau pengislaman konsep civil society. Orang yang pertama
kali mengungkapkan istilah ini adalah Anwar Ibrahim dan
dikembangkan di Indonesia oleh Nurcholish Madjid. Pemaknaan
civil society sebagai masyarakat madani merujuk pada konsep
dan

bentuk

masyarakat

Madinah

yang

dibangun

Nabi

Muhammad. Masyarakat Madinah dianggap sebagai legitimasi


historis ketidakbersalahan pembentukan civil society dalam
masyarakat muslim modern.
Makna Civil Society Masyarakat sipil adalah terjemahan
dari civil society. Konsep civil society lahir dan berkembang dari
sejarah pergumulan masyarakat. Cicero adalah orang Barat
yang pertama kali menggunakan kata societies civilis dalam
filsafat politiknya. Konsep civil society pertama kali dipahami
sebagai negara (state). Secara historis, istilah civil society
berakar dari pemikir Montesque, JJ. Rousseau, John Locke, dan
Hubbes.

Ketiga

orang

ini

mulai

menata

suatu

bangunan

masyarakat sipil yang mampu mencairkan otoritarian kekuasaan


monarchi-absolut dan ortodoksi gereja (Larry Diamond, 2003:
278).

Antara Masyarakat Madani dan Civil Society sebagaimana


yang telah dikemukakan di atas, masyarakat madani adalah
istilah yang dilahirkan untuk menerjemahkan konsep di luar
menjadi

Islami.

Menilik

dari

subtansi

civil

society

lalu

membandingkannya dengan tatanan masyarakat Madinah yang


dijadikan

pembenaran

masyarakat

Muslim

atas

modern

pembentukan
akan

civil

ditemukan

society

di

persamaan

sekaligus perbedaan di antara keduanya.


Perbedaan lain antara civil society dan masyarakat madani
adalah civil society merupakan buah modernitas, sedangkan
modernitas

adalah buah dari gerakan Renaisans; gerakan

masyarakat sekuler yang meminggirkan Tuhan. Sehingga civil


society mempunyai moral-transendental yang rapuh karena
meninggalkan Tuhan. Sedangkan masyarakat madani lahir dari
dalam buaian dan asuhan petunjuk Tuhan. Dari alasan ini Maarif
mendefinisikan masyarakat madani sebagai sebuah masyarakat
yang terbuka, egalitar, dan toleran atas landasan nilai-nilai etikmoral transendental yang bersumber dari wahyu Allah (A. Syafii
Maarif, 2004: 84).
Masyarakat madani merupakan konsep yang berwayuh wajah:
memiliki banyak arti atau sering diartikan dengan makna yang
beda-beda. Bila merujuk kepada Bahasa Inggris, ia berasal dari
kata civil society atau masyarakat sipil, sebuah kontraposisi dari
masyarakat militer. Menurut Blakeley dan Suggate (1997),
masyarakat madani sering digunakan untuk menjelaskan the
sphere of voluntary activity which takes place outside of
government and the market. Merujuk pada Bahmueller (1997).

1 Masykuri Abdillah, Endang Rudiatin. 2007. Dari Civil Society Ke Civil


Religion. MUI: Jakarta.

B. Pengertian Masyarakat Madani


Sejarah masyarakat madani atau masyarakat sipil lahir
pertama kalinya dalam perjalanan politik masyarakat sipil di
barat. Istilah masyarakat sipil luas dengan istiliah Civil Society.
Yang didefenisikan oleh para ahli bahwasanya karagter dari
masyarakat sipil sebagai komonitas sosial dan politik pada
umumnya memiliki peran dan fungsi yang berbeda dengan
lembaga negara.
Istilah

Masyarakat

Madanii

dimunculkan

pertama

kalinya di kawasan asia tenggara oleh Cendikiawan Malaysia


yang bernama Anwar Ibrahim. Masyarakat madani berbeda
dengan masyarakat civil barat yang beriorientasi penuh pada
kebebasan individu, menurut mantan perdana mentri malaysia
itu Masyarakat Madani adalah sistem sosial yang tumbuh
berdasarkan prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara
kebebasan individu dan mayarakat yang berupa pemikiran, seni,
pelaksanaan pemerintahan yang berdasarkan undang-undang
dan

bukan

masyarakat

nafsu

keinginan

madani

individu.

memiliki

Ia

ciri-ciri

juga

yang

mngatakan
khas

yaitu

kemajemukan kebudayaan (Multicultural), Hubungan timbal balik


(Reprocity) dan sikap yang saling memahami dan menghargai.
Anwar Menjelaskan watak masyarakat madani yang ia maksud
adalah

guiding

mendasari

ideas,

dalam

keberadaanya

melaksanakan

yaitu

prinsip

ide-ide

moral,

yang

keahlian,

kesamaan, musyawarah dan demokratis.


Dawam

Rahardjo

juga

mengemukakan

defenisi

masyaraakat madani adalah proses penciptaan peradaban yang


mengacu

pada

nilai-nilai

kebijakan

bersama.

Menurutnya
4

masyarakat
membangun

madani

adalah

warga

negara

ikatan

sosial,

jaringan

bekerja

produktif,

samaa

solidaritas

kemanusiaan yang bersifat non negara. Ia juga mengemukakan


dasar utama masyarakat madani adalah persatuan dan integrasi
nasional

yang

didasarkan

pada

suatu

pedoman

hidup,

menghindarkan diri dari konflik permusuhan yang menyebabkan


perpecahan dan hidup dalam suatu persaudaraan.
Sejalan dengan iitu, Azyumardi Azra juga mengemukakan
bahwa

masyarakat

madani

lebih

dari

sekedar

gerakan

prodemokrasi yang mengacu pada pembentukan masyarakat


bekwalitas
cendikiawan

dan

ber-tamaddun

muslim

indonesia

(Civility).
Norcholish

Menurut

tokoh

Madjid

istilah

masyarakat madani mengandung makna toleransi kesediaan


priadi untuk menerima berbagai macam pandangan politik dan
tingkah laku sosial.2
C. Sejarah Singkat Masyarakat Madani
Sejarah Civil Society Tidak terlepas dari filsuf yunani Aris
Toteles (384-322 SM) yang mengandung konsep Civil Society
sebagai sistem kenegaraan atau identik dengan negara itu
sendiri. Pada masa sekarang konsep Civil Society dikenal dengan
Istilah Koinonia Politeke yaitu sebuah koonitas politik tempat
warga negara dapat terlibat lansung dalam peraturan ekonomipolitik dalam mengambil keputusan. Istilah Koinonia Politeke
dikeukakan

Aris

Toteles

untuk

menggambarkan

sebuah

masyarakat politis dan etis dimana warga negara didalamnya


berkedudukan sama didepan hukum. Yang kemudian mengalami

2 Azra, Azyumardi. 1999. Menuju Masyarakat Madani. Cetakan ke-1.


Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

perubahan dengan pengertain Civil Society yaitu masyarakat


sipil diluar dan penyeimbang warga negara.
Seorang negarawan Romawi bernama Marcus Tullius
Cicero (106-43 SM) memiliki pandangan yang berbeda dengan
Aris Toteles. Ia mengistilahkan Masyarakat Sipil dengan societies
cvilies yaitu sebuah komonitas yang mendominasi komonitas
yang

lain

dengan

radisi

politik

kota

sebagai

komponen

utamanya. Istilah ini lebih menekankan pada konsep negara kota


(City-state) yaitu menggambarkan kerajaan, kota, dan bentuk
korporasi lainya yang menjelma menjadi entitas dan teorganisir.
Kemudian Rumusan Civil Society dikembangkan oleh
Thomas Hobbes (1588-1679 M) dan Jhon Locke (1632-1704) yang
memandang perkembangan civil society sebagai lanjutan dari
evaluasi masyarakat yang berlansung secara alamiah. Menurut
Hobbes entitas negara civil society mempunyai peranan untuk
meredam konflik dalam masyarakat sehingga ia harus memiliki
kekuasaan mutlak untuk mengontrol dan mengawasi secara
ketat pola-pla interaksi setiap warga negara.
Namun Menurut Jhon Locke, Kehadiran civil society untuk
melindungi kebebasan dan hak milik warga negara. Mengingat
sifatnya

seperti

itu

civil

society

tidak

absolut

dan

tidak

membatasi perananya pada wilayah yang tidak dapat dikelola


warga negara untuk memperoleh haknya secara adil dan
profesional.
Pada tahun 1767 Adam ferguson mengkontektualisasikan
civil society dengan konteks sosial dan politik di skotlandia
dengan perkembangan kapitalisme yang berdampak pada krisis
sosial.

Berbeda

dengan

pndangan

sebelumnya

ia

lebih

menekankan visi etis pada civil society dalam kehidupan sosial.


6

Menurutnya

ketimpangan

sosial

akibat

kapitalisme

harus

dihilangkan. Ia yakin bahwa publik secara alamiah memiliki spirit


solidaritas

sosial

munculnya

dan

kembali

sntimen

despotisme.

moral

yang

menghalangi

Kekhawatiran

ia

semakin

menguatnya sistem individualistis dan berkurangnya tanggung


jawab sosial mayarakat mewarnai paandangan tenag civil society
waktu itu.
Pada 29 januari 1737- 8 juni 1809 aktivis politik Asal
Inggris-Amerika

yang

bernama

Thomas

Paine

civil

society

sebagai suatu yang berlawanan dengan lembaga negara bahkan


ia dianggap sebagai antitetis negara. Berdasarkan paradigma ini
peran negara sudah saatnya untuk dibatasi. menurut paradigma
ini negara tidak lain hanyalah keniscayaan buruk belaka. Konsep
negara yang absah menurut pemikiran ini adalah perwujudan
dari delegasi kekuasaan yang diberikan oleh masyarakat demi
terciptanya

kesejahteraan

bersama.

Dengan

demikian

menurutnya civil society adalah ruang dimana warga negara


dapat mengembangkan kepribadian dan memberi peluang bagi
pemuasan kepentinganya secara bebas dan tanpa paksaan.3
Kemudian pada tahun 1770-1831 G.W.F. Hegel, Karl Max
(1818-1883), dan Antonio Gramsci (1891-1837) mengembangkan
Istilah civil society ialah elemen ideologis keelas dominan.
Pemahaman ini merupakan reaksi atas pandangan paine yang
memisahkan

civil

society

dari

negara.

Berbeda

dengan

pandangan paine, Hegel Memandang civil society sebagai


kelompok subordinatif terhadap negara. Menurut Ryaas Rasyid
seorang pakar politik indonesia, menurutnya pandangan ini erat
3 Azra, Azyumardi. 1999. Menuju Masyarakat Madani. Cetakan ke-1.
Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

kaitanya dengan perkembangan sosial masyarakat borjuasi


eropa yang ditandai dengan pelepasan diri dari cengkraman
dominasi negara.
Selanjutnya hegel menjelaskan bahwa struktur sosial civil
society terdaat tiga entitas sosial : keluarga, masyarakat sipil,
dan negara. Keluarga merupakan ruang sosialisasi pribadi
anggota masyarakat yang bercirikan keharmonisan. Sedangkan
masyarakat sipil merupakan tempat berlansungya percaturan
sebagai kepentingan pribadi dan golongan terutama kepentingan
ekonomi. Menurutnya negara merupaka ide universa yang
bertugas

melindungi

kepentingan

politik

warganya

dan

mempunyai hak penuh untuk intervensi terhadap civil society.


Berbeda dengan hegel, karl max memandang civil
society sebagai masyarakat borjuis. Dalam konteks hubungan
produksi kapitalis. Keberadaan civil society merupakan kendala
besar bagi upaya pembebasan manusia dari penindasan kelas
pemiik modal. Oleh karena itu civil society harus dilenyapkan
demi terwujudnya tatanan masyarakat tanpa kelas.
Berbeda dengan max. Antonio Gramsci tidak memandang
masyarakat sipil dalam konteks relasi produksi tetapi lebih pada
sisi idiologis. Gramsci meletakan masyaraakat madani pada
struktur berdampingan degan negara yang disebut sebagai
Political society. Menurutnya civil society merupakan tempat
perebutan posisi hegemoni untuk membentuk konsensus dalam
masyarakat. Ia memberiakan pandangan penting kepada kaum
cendikiawan sebagai aktor dalam proses utama perubahan sosial
dan politik.
Selanjutnya wacana civil society sebagai reaksi terhadap
mazhab hegelian dikembangkan oleh Alexis de Tocqueville (18058

1859 M) yang bersumber dari pengalamanya mengamati budaya


demokrasi america. Menurutnya Tocqueville kekuatan politik
dalam

masyarakat

sipil

merupakan

kekuatan

utama

yang

menjadikan demokrasi amerika mempunyai daya tahan yang


kuat. Berkaca pada budaya amerika yang berciri Plural, Mandiri,
dan kedewasaan berpolitik warga negara manapun mampu
mengimbangi dan mengontrol kekuatan negara.
Berbeda dengan hegelian, pemikiran Tocqueville lebih
menempatkan masyarakat sipil sebagai suatu yang tidak apriori
maupun tersubordinasi lembaga negara. Sebaliknya civil society
bersifat otnom dan memiliki kepastian politik cukip tinggi
sehingga mampu menjadikan kekuatan penyeimbang terhadap
kecenderungan intervensi negara atas warga negara.
Dari sekian banyak pandangan mengenai civil society,
Mazhab Gramscian dan Tocquevillian telah menjadi inspirasi
gerakan prodemokrasi di eropa timur dan eropa tengah pada
dasawarsa 80-an. Pengalaman kawasan ini hidup dibawah
dominasi

negara

terbukti

telah

melumpuhkan

kehidupan

masyarakat sipil.
Tidak hanya di eropa timur dan eropa tengah , muzhab
pemikiran civil society tocquelville juga dikembangkan oleh
cendikiawan muslim indonesia Dawam Rahardjo dengan konsep
masyarakat
peranan

madaninya,

pasar

masyarakat

sangat

madani

rahardjo

mengilustrasikan

menenukan

sedangkan

unsur-unsur

menurut

Wutnow

bahwa
dalam
dalam

hubungan anrata unsur-unsur pokok masyarakat madani faktor


Valuntary sangat menentukan pola interaksi antara negara dan
pasar.

Didalam

tatanan

pemerintahan

yang

demokratis

komponen rakyat disebut masyarakat madani (Civil Society) yang


harus memperoleh peranan utama. Dalam sistem demokrasi
kekuasaan tidak hanya ditangan penguasa melainkan ditangan
rakyat. Jadi peran sektor swasta sangat mendukung terciptanya
proses keseimbangan kekuasaan dalam koridor pemerintahan
yang baik, seketika peran swasta bisa berada diatas ini terjadi
jika pembuatan kebijakan publik berkolusi dan tergoda untuk
memberikan akses yang longgar pada konglomerat ataupun
usahawan.
D. Karakteristik Masyarakat Madani
Munculnya masyarakat madani disebabkan unsur-unsur
sosial dalam tatanan masyarakat. Unsur tersebut merupakan
kesatuan yang saling mengikat dan menjadikan karagter khas
masyarkat madani. Unsur pokok yang harus dimiliki masyarakat
madani yaitu : republik yang bebas, demokrasi, toleransi,
kemajemukan, dan keadilan sosial.
1.

Wilayah Publik Yang Bebas

Merupakan

sarana

untuk

mengemukakan

pendapat

warga

negara, yang mana didalamnya semua warga negara memiliki


posisi dan hak yang sama untuk melakukan transaksi sosial dan
politik tanpa rasatakut dan terancam oleh kekuatan-kekuatan
civil society.
2.

Demokrasi

Demokrasi adalah persyaratan mutlak lainya bagi keberadaan


civil society yang murni. Tanpa demokrasi, masyarakat sipil tidak
akan terwujud yang mana demokrasi adalah suatu tatanan politik

10

sosial yang bersumber dan dilakukan, oleh, dari, dan untuk


warga negara

3.

Toleransi

Merupakan
perbedaan

sikap

saling

pendapat.

menghargai

Menurut

dan

Nurcholish

menghormati

Madjid

toleransi

adalah persoalan ajaran dan kewajiban melaksanakan ajaran itu.


Jika

toleransi

menghasilkan

tata

cara

pergaulan

yang

menyenangkan antara kelompok yang berbeda-beda maka hasil


itu dipahami sebagai hikmah atau manfaat dari ajaran yang
benar.

Toleransi

bukan

hanya

tuntutan

sosial

masyarakat

majemuk saja , tapi juga menjadi bagian terpenting pelaksanaan


ajaran moral.
4.

Kemajemukan

Disebut juga pluralisme

yang tidak hanya dipahami seagai

sebatas sikap harus mengakui dan memahami kenyataan sosial


yang beragam, tetapi harus disertai dengan sikap ttulus untuk
menerima kenyataan pandangan sebagai suatu yang alamiah
dan

rahmat

tuhan

yang

bernilai

positif

bagi

kehidupan

masyarakat.
5.

Keadilan Sosial

Keadilan sosial adalah adanya keseimbangan dan pembagian


yang propersional atas hak dan kewajiban warga negara yang
mencakup

segala

aspek

kehidupan

ekonomi,

politik,

pengetahuan, dan pelengkapan. Dengan pengertian lain keadilan


sosial adalah hilangnya monopoli dan pemusatan salah satu

11

aspek kehidupan yang dilakukan oleh kelompok atau golongan


tertentu.

E. Masyarakat Madani di Indonesia


Indonesia memiliki tradisi kuat civil society, jauh
sebelum

bangsa

indonesia

berdiri,

masyarakat

sipil

telah

berkembang pesat yang diwakili oleh kiprah beragam organisasi


sosial keagamaan dan penggerakan nasional dalam merebut
kemerdekaan. Selain berperan sebagai organisasi peejuang
penegak HAM dan perlawanan terhadap kekuasaan kolonial.
Organisasi berbasis islam seperti syariakat islam (SI), Nahdatul
Ulama (NU), dan muhammdadiyah telah menunjukan kiprahnya
sebagai

komponen

civil

society

yang

penting

dalam

perkembangan masyarakata sipil indonesia.


Terdapat strategi yang ditawarkan kalangan ahli tentang
bagaimana seharusnya bangunan masyarakat madani yang bisa
tterwujud di indonessia :
1.

Pandangan integrasi nasional dan politik. Menyatakan

bahwa sistem demokrasi tidak mungkin berlansung dalam


kenyataan hidup sehari-hari dalam masyarakat sebelum memiliki
kesadaran berbangsa dan bernegara yang kuat. Bagi pengikut
pandangan ini praktik demokrasi ala barat hanya akan berakibat
konflik antara sesama warga bangsa.
2.

Pandangan Reformasi Sistem Politik Demokrasi merupakan

pandangan

yang

menekankan

bahwa

untuk

membangun

demokrasi tidak usah terlalu bergantung pada kepentingan


ekonomi. Pembangunan institusi demokratis lebih diutamakan
oleh warga negara dibanding pembangunan ekonomi.
12

3.

Paradigma pembangunan masyarakat madani sebagai

basis utama pembangunan demokrasi. Ini merupakan alternatif


diantara dua pandangan yang pertama yang dianggap gagal
dalam

pembangunan

demokrasi.

Pandangan

ini

lebih

menekankan proses pendidikan dan penyadaran poitik warga


negara, khusus kalangan kelas menengah. Hal itu mengingatkan
demokrasi membutuhkan topangan kultural sselain mendukung
struktural.
Bersandar dari tiga paradigma diatas pengembangan demokrasi
masyarakat madani selayaknya tidak hanya tergantung pada
salah satu pandangan tersebut. Sebaliknya untuk mewujudkan
masyarakat madani yang seimbang dengan kekuatan negara
dibutuhkan gabungan strategi dan paradigma. Tiga paradigma
diatas dapat dijadikan acuan dalam pengembangan demokrasi
dimasa transisi sekarang melalui :
1. Memperluas
kesempatan

golongan
bagi

menengah

kelas

melalui

menegah

untuk

pemberian
berkembang

menjadi kelompok masyaraat madani yang mandiri secara


politik dan ekonomi.
2. Mereformasikan
sistem

politik

demokratis

melalui

pemberdayaan lembaga-lembaga demokrasi yang ada


berjalan sesuai prinsip-prinsip demokrasi.
3. Penyelenggaraan
pendidikan
politik

(pendidikan

demokrasi) bagi warga negara secara keseluruhan.


Menurut

Rahardjo

masyarakat

madani

indonesia

masih

merupakan sisitem-siste yang dihasilkan oleh sister politik


represif.

Ciri

kritisnya

lebih

menonjol

dibandingkan

ciri

struktifnya. Menurutnya lebih banyak melakukan protes daripada


mengajukan solus, lebih banyak menuntut daripada memberi
sumbangan terhadap pemecahan masalah.
13

Mahasiswa merupakan salah satu komponen strategis bangsa


indonesia dalam pembanguunan demokrasi dan masyarakat
madani. Peran startegis mahasiswa dalam proses perjuangan
demokrasi menumbangkan rezim otorier seharusnya ditindak
lanjuti dengan keterlibatan mahasiswa dalam proses demokrasi
bangsa

dan

pembangunan

masyarakat

demokrasi

madani

indonesia. Karenaa mahasiswa merupakan bagian dari kelas


menengah, ia memiliki tanggung jawab terhadap nasib masa
depan demokrasi dan masyarakat madani indonesia.
Sikap demokratis diekspressikan melalui peran aktif mahasiswa
dalam proses pendemokrasian masyarakat melalui cara analogis,
santun, dan bermartabat. Adapun sikap kritis mahasiswa dapat
dilakukan

dengan

mengaamati,

mengkritik,

mengontrol

pelaksanaan kebijakan pemerintah atau lembaga publik terkait,


khususnya pada kebijakan yang menyangkut dengan masa
depan bangsa.

F. Ciri-Ciri Masyarakat Madani dan Kesejahteraan Umat


Masyarakat madani memiliki ciri-ciri dan karakteristik sebagai
berikut :
a) Free public sphere (ruang publik yang bebas)
Ruang publik yang diartikan sebagai wilayah dimana
masyarakat sebagai warga negara memiliki akses penuh
terhadap setiap kegiatan publik, warga negara berhak
melakukan kegiatan secara merdeka dalam menyampaikan
pendapat, berserikat, berkumpul serta memublikasikan
pendapat, berserikat, berkumpul serta memublikasikan
informasi kepada publik.

14

b) Demokratisasi
Menurut

Neera

Candoke,

masyarakat

sosial

berkaitan dengan wacana kritik rasional masyarakat yang


secara

ekspisit

mensyaratkan

tumbuhnya

demokrasi.,

dalam kerangka ini hanya negara demokratis yang mampu


menjamin masyarakat madani.
c) Toleransi
Toleransi adalah kesediaan individu untuk menerima
pandangan-pandangan

politik

dan

sikap

sosial

yang

berbeda. Toleransi merupakan sikap yang dikembangkan


dalam masyarakat madani untuk menunjukan sikap saling
menghargai dan menghormati pendapat serta aktivitas
yang dilakukan oleh orang atau kelompok masyarakat yang
lain yang berbeda.
d) Pluralisme
Pluralisme adalah sikap mengakui dan menerima
kenyataan disertai sikap tulus bahwa masyarakat itu
majemuk. Kemajemukan itu bernilai positif dan merupakan
rahmat tuhan.
e) Keadilan Sosial (Social justice)
Keadilan yang dimaksud adalah

keseimbangan

dan

pembagian yang proporsional antara hak dan kewajiban


setiap warga dan negara yang mencakup seluruh aspek
kehidupan.
f) Partisipasi Sosial
Partisipasi sosial yang benar-benar bersih dari rekayasa
merupakan awal yang baik bagi terciptanya masyarakat
madani. Partisipasi sosial yang bersih dapat terjadi apabila
tersedia iklim yang memunkinkan otonomi individu terjaga.
g) Supermasi hukum
h) Penghargaan terhadap supermasi hukum merupakan
jaminan terciptanya keadilan, keadilan harus diposisikan

15

secara

netral,

artinya

tidak ada pengecualian untuk

memperoleh kebenaran di atas hukum.


i) Terintegrasinya individu-individu dan kelompok-kelompok
ekslusif kedalam masyarakat melalui kontrak sosial dan
aliansi sosial.
j) Menyebarnya

kekuasaan

sehingga

kepentingan-

kepentingan yang mendominasi dalam masyarakat dapat


dikurangi oleh kekuatan-kekuatan alternatif.
k) Dilengkapinya program-program pembangunan
didominasi

oleh

negara

dengan

program-program

pembangunan yang berbasis masyarakat.


l) Terjembataninya kepentingan-kepentingan
negara

karena

keanggotaan

yang

individu

dan

organisasi-organisasi

volunter mampu memberikan masukan-masukan terhadap


keputusan-keputusan pemerintah.
m) Meluasnya kesetiaan (loyalty) dan kepercayaan (trust)
sehingga

individu-individu

mengakui

keterkaitannya

dengan orang lain dan tidak mementingkan diri sendiri.


n) Adanya pemisahan kekuasaan
o) Adanya tanggung jawab dari pelaksana kegiatan atau
pemerintahan.
Civil Society atau masyarakat Madani tersusun atas berbagai
organisasi kemasyarakatan, yang mempunyai cirri-ciri:
1)
2)

Lahir secara mandiri


Keanggotannya bersifat sukarela,atau atas kesadaran

masingmasing anggota
3)
Mencukupi kebutuhannya sendiri (swadaya) sehingga
bergantung pada bantuan Negara atau pemerintah
4)
Bebas atau mandiri dari kekuasaan Negara, sehingga
berani mengontrol penggunaan kekuasaan Negara
5)
Tunduk pada aturan hukum yang berlaku atau
seperangkat nilai/norma yang diyakini bersama

16

G. Proses Demokratis Menuju Masyarakt Madani


Hubungan antara masyarakat madani dengan demokrasi
(demokratisasi) menurut M. Dawam Rahadjo, bagaikan dua sisi
mata

uang.

Keduanya

bersifat

ko-eksistensi

atau

saling

mendukung. Hanya dalam masyarakat madani yang kuatlah


demokrasi dapat ditegakkan dengan baik dan hanya dalam
suasana demokratislah masyarakat madani dapat berkembang
secara

wajar.

mengenai

Nurcholish

keterkaitan

demokratisasi.

Madjid

antara

Menurutnya,

memberikan

masyarakat

masyarakat

penjelasan

madani

madani

dengan

merupakan

tempat tumbuhnya demokrasi. Pemilu merupakan simbol bagi


pelaksanaan demokrasi.
Masyarakat madani merupakan elemen yang signifikan
dalam membangun demokrasi. Salah satu syarat penting bagi
demokrasi adalah terciptanya partisipasi masyarakat dalam
proses-proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh
negara atau pemerintahan. Masyarakat madani mensyaratkan
adanya civic engagement yaitu keterlibatan warga negara dalam
asosiasi-asosiasi sosial. Civic engagement ini memungkinkan
tumbuhnya sikap terbuka, percaya, dan toleran antara satu
dengan lainnya. Masyarakat madani dan demokrasi menurut
Ernest Gellner merupakan dua kata kunci yang tidak dapat
dipisahkan. Demokrasi dapat dianggap sebagai hasil dinamika
masyarakat

yang

menghendaki

adanya

partisipasi.Proses

demokratisasi menuju masyarakat madani merupakan faktor


pendrong bgi negara untuk selalu mengusahakan perbaikn terus
menerus dan menjaga agar tidak terjadi kemeosotan demi
kesejahteraan rakyat.

17

Proses menuju masyarakat madani pada dasarnya tidaklah


mudah, harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi yang tercermin
antara lain dari kemampuan tenaga-tenaga profesionalnya
untuk

memenuhi

kebutuhan

pembangunan

serta

penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.


2. Memiliki kemampuan memenuhi kebutuhan pokok sendiri
(mampu

mengatasi

ketergantungan)

agar

tidak

menimbulkan kerawanan, terutama bidang ekonomi .


3. Semakin
mantap
mengandalkan
sumber-sumber
pembiayaan dalam negeri (berbasis kerakyatan) yang
berarti ketergantungan kepada sumber pembangunan dari
luar negeri semakin kecil atau tidak ada sama sekali.
4. Secara umum telah memiliki kemampuan ekonomi, sistem
politik, sosial budaya dan pertahanan keamanan yang
dinamis, tangguh serta berwawasan global.
Dalam rangka menuju masyarakat madani (civil society), melalui
beberapa
terencana

proses

dan

dengan

tahapan-tahapan

matang,

serta

yang

adanya

konkret
upaya

dan
untuk

mewujudkan dengan sungguh-sungguh. Langkah pertama yang


perlu diwujudkan adalah adanya pemerintahan yang baik (good
governance). Pemerintahan yang baik dalam rangka menuju
kepada masyarakat madani adalah berorientasi kepada dua hal,
sebagai berikut :4
1.

Orientasi ideal negara yang diarahkan pada pencapaian

tujuan nasional, yaitu mengacu pada de- mokratisasi dengan


elemen:

legitimasi,

akuntabilitas,

otonomi,

devolusi

4 Budiman, Arief.1990. State And Civil Society. Clayton : Monash Paper


Southeast Asi No.22

18

(pendelegasian wewenang) kekuasaan kepada daerah, dan


adanya mekanisme kontrol oleh masyarakat.
2.

Pemerintahan yang berfungsi secara ideal, yaitu secara

efektif dan efisien melakukan upaya pencapaian tujuan nasional.


Hal ini tergantung pada sejauh mana pemerintah memiliki
kompetensi, struktur dan mekanisme politik serta administrasi
yang berfungsi secara efektif dan efisien.
Dalam kehidupan demokrasi, agar masyarakat dapat hidup
secara madani harus mempunyai tiga syarat, yaitu sebagai
berikut :
1.

Ketertiban dalam pengambilan suatu keputusan yang

2.

menyangkut kepentingan bersama.


Adanya kontrol masyarakat dalam jalannya proses

3.

pemerintahan.
Adanya kemerdekaan memilih pemimpinnya.

Ketiga hal tersebut merupakan sarana untuk mewujudkan


kehidupan

yang

demokratis,

yaitu

kehidupan

yang

dalam

pemerintahannya bersumber dari, oleh, dan untuk rakyat itu


sendiri.

19

III. PENUTUP
Kesimpulan
Masyarakat madani merupakan sistem sosial yang subur
berdasarkan prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara
kebebasan individu dengan kestabilan masyarakat akan berupa
pemikiran seni, pelaksanaan pemerintahan yang berdasarkan
undang-undang dan bukan nafsu atau keinginan individu.
Untuk

mewujudkan

masyarakat

madani

dan

agar

terciptanya kesejahteraan umat maka kita sebagai generasi


penerus

supaya

dapat

membuat

suatu

perubahan

yang

signifikan. Selain itu, kita juga harus dapat menyesuaikan diri


dengan apa yang sedang terjadi di masyarakat sekarang ini.
Agar di dalam kehidupan bermasyarakat kita tidak ketinggalan
berita. Adapun beberapa kesimpulan yang dapat saya ambil dari
pembahasan materi yang ada di bab II ialah bahwa di dalam

20

mewujudkan

masyarakat

madani

dan

kesejahteraan

umat

haruslah berpacu.
Selain memahami apa itu masyarakat madani kita juga
harus melihat pada potensi manusia yang ada di masyarakat,
khususnya di Indonesia. Potensi yang ada di dalam diri manusia
sangat mendukung kita untuk mewujudkan masyarakat madani.
Karena semakin besar potensi yang dimiliki oleh seseorang
dalam membangun agama Islam maka akan semakin baik pula
hasilnya. Begitu pula sebaliknya, apabila seseorang memiliki
potensi yang kurang di dalam membangun agamanya maka
hasilnya pun tidak akan memuaskan. Oleh karena itu, marilah
kita berlomba-lomba dalam meningkatkan potensi diri melalui
latihan-latihan spiritual dan praktek-praktek di masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Azra, Azyumardi. 1999. Menuju Masyarakat Madani. Cetakan ke1. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Budiman, Arief.1990. State And Civil Society. Clayton : Monash
Paper Southeast Asi No.22
Culla, Adi Suryadi. 1999. Masyarakat Madani Pemikiran : Teori
dan Relevasinya Dengan Cita-cita Reformasi. Jakarta : Raja
Grafindo Persada
21

Deden, M. Ridwan, dan Nurjulianti, Dewi (penyuting). 1999


Pembangunan Masyarakat Madani dan Tantangan Demokratisasi
di Indonesia. Cetakan Ke-1, Jakarta : LP3ES
Suito, Deny. Forum Ilmiah pada acara Festival Istiqlal, 26
September 1995 : Jakarta
Masykuri Abdillah, Endang Rudiatin. 2007. Dari Civil Society Ke
Civil Religion. MUI: Jakarta.

22

You might also like