You are on page 1of 11

BAB II

TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 19 April 2016, jam 10.30 WIB di Ruang
Poli Onkologi Rumah Sakit Kanker Dharmais.
1.
Biodata
Nama

: Ny.Y

Umur

: 41 tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Tgl. Masuk

: 19 April 2016

No. Register

: 188574

Diagnosa Medis

: carsinoma mamae

2.

Keluhan Utama
Pasien mengeluh takut dengan prosedur tindakan kemoterapi.

3.

Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien pernah melakukan operasi pengangkatan payudara
kanan pada tanggal 11 Januari 2016 lalu, dan sekarang pasien datang
ke poli onkologi karena ingin melakukan pengobatan kemoterapi
kedua. Saat dilakukan pengkajian keperawatan, Ny.Y mengatakan
telah melakukan kemoterapi pertama kali pada akhir Februari 2016,
efek yang dirasakan setelah melakukan kemoterapi yaitu : mual
muntah, nafsu makan berkurang dan rambut rontok. Oleh sebab itu,
pasien merasa takut akan mengalami hal serupa seperti kemoterapi
sebelumnya.
Berdasarkan data objektif didapatkan, pasien dalam keadaan
composmentis (CM), TD : 100/62 mmhg, N : 103 x/mnt, RR : 22
kali/menit, BB : 61 kg. Pasien tampak gelisah dan khawatir. Hasil

laboratorium didapatkan : Hb : 12.1, L : 7.95, Tr : 265, U : 18, K :


0,69.
b. Riwayat kesehatan lalu
Pasien pernah melakukan operasi pengangkatan payudara kanan
pada tanggal 11 Januari 2016 lalu, dan sekarang pasien datang ke
poli onkologi karena ingin melakukan pengobatan kemoterapi kedua.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita
penyakit kanker seperti yang pasien alami. Dalam keluarga juga
tidak ada yang menderita kanker lain seperti kanker ovarium, kanker
serviks maupun kanker lainnya.
4.

Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
1) Pasien dalam kondisi sadar (composmentis).
2) Pasien tampak gelisah dan khawatir.
b. Kesadaran
Tgl/jam

Kesadaran

03-04-2016/10.00

Composmentis

Membuka

Respon

Respon

Total

mata

Motorik
6

verbal
5

GCS
15

c. Tanda-tanda vital
TB
: 160 cm
BB
: 61 kg
TD
: 100/62 mmHg
RR
: 22 kali/menit
N
: 103 kali/menit
d. Mamae
1) Inspeksi
Payudara kanan dan kiri tidak simetris, payudara kanan telah
diangkat.
2) Palpasi
Pasien tidak merasa nyeri pada area payudara.
5.

Pemeriksaan Laboratorium (22 Pebruari 2016)


Parameter
Analyzer hematologi
Hemoglobim
Leukosit

Hasil
12,1
7,95

Satuan
Gr %
ribu/mmk

Nilai nominal
12,00-15,00
4,00-10,00 ml

Trombosit
Kimia klinik
Ureum
Creatinin

265

ribu/mmk

150,00-400,00

18
0.69

Mg/dl
Mg/dl

15-39
0.60-1.30

B. ANALISA DATA
Tgl/Jam
19/4/2016
10.30

Data
Penyebab
DS:
Perubahan
Pasien mengeluh takut dengan status
prosedur
tindakan
kemoterapi. kesehatan
Pasien merasa takut akan mengalami
hal serupa seperti kemoterapi
sebelumnya. Kemoterapi pertama
kali pada akhir Februari 2016. Efek
yang dirasakan setelah melakukan
kemoterapi yaitu: mual muntah,
nafsu makan berkurang dan rambut
rontok.
DO:
Pasien
tampak gelisah dan khawatir.
TTV: TD :
100/62 mmhg, N : 103 x/mnt, RR
: 22 kali/menit, BB : 61 kg.
Hasil
laboratorium (22/04/16) : Hb :
12.1, L : 7.95, Tr : 265, U : 18,
K : 0,69.

Masalah
Ansietas

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan
Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan (00146)
D. RENCANA KEPERAWATAN
Tgl
19/04/1
6
10.30

Tujuan dan kriteria hasil


Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 1x30 menit
ansietas berkurang,
dengan kriteria hasil:
Pasien
mampu
mengungkapkan

Intervensi
Paraf
Anxiety Reduction
Kel I
(penurunan kecemasan):
1.
Ukur tingkat
kecemasan.
2.
Ukur TTV.
3.
Gunakan
pendekatan
yang
menenangkan.

perasaannya,

4.

Pasien
lebih

mengatakan
tenang,
-

5.

Pasien
tampak
lebih
tenang/rileks, dan
6.
Pasien
bersedia dan mampu
melakukan manajemen
cemas.
7.

8.

Dorong
pasien
untuk
mengungkapkan perasaan.
Bantu pasien
mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan.
Berikan
pendidikan
kesehatan
mengenai
tindakan
pengobatan dan efeknya.
Berikan
pendidikan
kesehatan
mengenai kecemasan dan
manajemen cemas.
Dorong
keluarga untuk untuk
terlibat dalam tindakan
pengobatan
dan
manajemen cemas.

E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tgl/ Jam
19-04-16/
10.30

Implementasi

Mengukur TTV.
Mengukur
kecemasan.

19-04-16/
10.35

Melakukan
pendekatan
menenangkan.

tingkat

yang

Mendorong
pasien
untuk
mengungkapkan
perasaan.
Membantu
pasien
mengenal situasi yang
menimbulkan

Respon

Paraf

Kel I
S:
Pasien
mengeluh
takut
dengan prosedur tindakan
kemoterapi.
DO:
Pasie
n tampak gelisah dan
khawatir.
TTV:
TD : 100/62 mmhg, N :
103 x/mnt, RR : 22
kali/menit, BB : 61 kg.
S: Pasien merasa takut akan Kel I
mengalami hal serupa seperti
kemoterapi
sebelumnya.
Kemoterapi pertama kali
pada akhir Februari 2016.
Efek yang dirasakan setelah
melakukan kemoterapi yaitu:
mual muntah, nafsu makan
berkurang dan rambut rontok.
O: Pasien terlihat tampak
gelisah dan khawatir.

kecemasan.
Kel I
Memberikan
S:
pendidikan kesehatan Pasie
mengenai
tindakan
n mengatakan kini lebih
pengobatan
dan
memahami
terkait
efeknya.
mengenai
tindakan
pengobatan dan efeknya
Memberikan
serta manajemen cemas.
pendidikan kesehatan Pasie
mengenai kecemasan
n
mengatakan
lebih
dan
manajemen
tenang.
cemas.
O:
Pasie
n
tampak
menerima
informasi yang diberikan
perawat.
Pasie
n tampak kooperatif.
Pasie
n
tampak
lebih
tenang/rileks.
Kel I
Mendorong keluarga S:
Keluarga
mengatakan
bersedia
untuk terlibat dalam
dalam
tindakan
tindakan pengobatan terlibat
pengobatan
dan
manajemen
dan
manajemen
cemas.
cemas.

19-04-16/
10.45

19-04-16/
10.55

O: Pasien dan keluarga tampak


kooperatif
dan
memahami
penjelasan perawat.

F. EVALUASI
Tgl
16-04-16/
11.00

Evaluasi

S:
-

Pasien mengatakan kini lebih


memahami terkait mengenai tindakan pengobatan
dan efeknya serta manajemen cemas.
Pasien mengatakan lebih
tenang.

O:
- Pasien tampak lebih tenang/rileks.
- Pasien dan keluarga tampak kooperatif dan
memahami penjelasan perawat.
A: Masalah keperawatan ansietas teratasi sebagian.

Paraf
Kel I

P: Pertahankan intervensi:
1. Motivasi pasien untuk melakukan manajemen
cemas saat cemas timbul.
2. Dorong keluarga terlibat dalam tindakan
pengobatan dan manajemen cemas.

BAB IV
PEMBAHASAN
A.

PENGKAJIAN

Ny.Y dengan carcinoma mamae telah dilakukan operasi pengangkatan


payudara kanan pada 11 Januari 2016. Pengkajian keperawatan dilakukan
pada tanggal 19 April 2016 pukul 10.30 WIB di Poli Onkologi RS Kanker
Dharmais. Pasien datang ke Poli Onkologi karena ingin melakukan
pengobatan kemoterapi kedua.
Hasil pengkajian keperawatan didapatkan Ny.Y mengeluh takut
dengan prosedur tindakan kemoterapi. Pasien merasa takut akan mengalami
hal serupa seperti kemoterapi sebelumnya. Adanya sel tumor kanker pada
Ny.Y menyebabkan perubahan status kesehatan, yaitu payudara membesar
dan nyeri hebat karena adanya benjolan dari sel kanker tersebut. Oleh sebab
itu, pasien dilakukan mastektomi, yang mana telah dilakukan pada beberapa
bulan lalu. Keadaan yang terjadi pada pasien merupakan hal yang sesuai
dengan teori kanker payudara. Menurut KNPK (2015), salah satu
penatalaksanaan kanker payudara ialah mastektomi. Lebih lanjut, mastektomi
adalah tindakan pembedahan pengangkatan payudara.
Setelah dilakukan tindakan pembedahan pengangkatan payudara,
pasien dilakukan pemeriksaan tumor marker post op mastektomi. National
Cancer Institute/ INH (2015) menjelaskan tumor marker adalah subtansi yang
diproduksi oleh sel kanker dan/atau sel lain dalam tubuh yang berespon
terhadap adanya kanker. Substansi ini dapat ditemukan dalam darah, urin,
tinja, jaringan tumor dan/atau jaringan lain tubuh pada pasien dengan kanker.
Salah satu tujuan dari pemeriksaan tumor marker ialah untuk untuk
mengetahui kondisi sel kanker pada pasien setelah dilakukan tindakan. Lebih
lanjut, pemeriksaan tumor marker yang biasa dilakukan pada pasien kanker
payudara ialah CA 15-3 / CA 27.29. Penjelasan teori diatas sesuai dengan
kondisi pasien.
Hasil tumor marker CA 15-3 pasien ialah diatas normal. Oleh sebab
itu, pasien dianjurkan untuk tindakan penatalaksanaan lanjutan, yaitu
kemoterapi. Kemoterapi pertama kali telah dilakukan pada akhir Februari
2016. Efek yang dirasakan setelah melakukan kemoterapi yaitu: mual,
muntah, nafsu makan berkurang dan rambut rontok. Kondisi pada pasien
merupakan hal yang wajar terjadi pasien post kemoterapi. Hal ini didukung

dengan penelitian yang dilakukan oleh Wardani (2014) yang menyatakan


bahwa respon fisik pasien dengan kemoterapi meliputi mual dan muntah,
konstipasi, penurunan berat badan, neuropati perifer, kelelahan (fatigue),
penurunan nafsu makan, toksisitas kulit (perubahan warna vena), nyeri dan
perubahan rasa.
Kondisi sebagaimana dijelaskan diatas, menyebabkan pasien takut
dengan prosedur tindakan kemoterapi. Pasien merasa takut akan mengalami
hal serupa seperti kemoterapi sebelumnya. Kondisi perubahan status
kesehatan lebih lanjut (mual, muntah, nafsu makan berkurang dan rambut
rontok) ini merupakan hal yang umum menjadi penyebab terjadinya ansietas.
Hal ini didukung dengan sebuah penelitian yang dilakukan oleh Wardani
(2014) yang menyatakan bahwa respon psikologis yang ditemukan pada
pasien dengan kemoterapi meliputi kecemasan, berjuang untuk menjadi
normal, harga diri (self esteem) negatif, kesedihan dan kepasrahan. Selain itu,
Nanda International (2014) menjelaskan ansietas ialah perasaan tidak nyaman
atau kekhawatiran yang samar disertai respon autonom; perasaan takut yang
disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Lebih lanjut, batasan
karakteristik ansietas antara lain perilaku (gelisah, kontak mata buruk,
mengekspresikan kekhawatiran, dan lain-lain), afektif (gelisah, ketakutan,
bingung, khawatir, ragu/tidak percaya diri, dan lain-lain), fisiologis (wajah
tegang, tremor, suara bergetar, dan lain-lain), simpatik (peningkatan tekanan
darah, peningkatan denyut nadi, jantung berdebar-debar, peningkatan
frekuensi pernapasan, lemah, anoreksia, diare, dan lain-lain), parasimpatik
(letih, mual, diare, sering berkemih, dan lain-lain), dan kognitif (ketakutan,
gangguan perhatian, khawatir, melamun, dan lain-lain). Selain itu,
B.
ANALISA DATA
Nanda International (2014) menjelaskan ansietas ialah perasaan tidak
nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon autonom; perasaan
takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Lebih lanjut, batasan
karakteristik ansietas antara lain perilaku (gelisah, kontak mata buruk,
mengekspresikan kekhawatiran, dan lain-lain), afektif (gelisah, ketakutan,
bingung, khawatir, ragu/tidak percaya diri, dan lain-lain), fisiologis (wajah

tegang, tremor, suara bergetar, dan lain-lain), simpatik (peningkatan tekanan


darah, peningkatan denyut nadi, jantung berdebar-debar, peningkatan
frekuensi pernapasan, lemah, anoreksia, diare, dan lain-lain), parasimpatik
(letih, mual, diare, sering berkemih, dan lain-lain), dan kognitif (ketakutan,
gangguan perhatian, khawatir, melamun, dan lain-lain).
Hal ini sesuai dengan kondisi pasien yaitu, secara subjektif pasien
mengeluh takut dengan prosedur tindakan kemoterapi. Pasien merasa takut
akan mengalami hal serupa seperti kemoterapi sebelumnya. Lebih lanjut,
secara objektif pasien tampak gelisah dan khawatir, serta perubahan pada
TTV (TD : 100/62 mmhg, N : 103 x/mnt, dan RR : 22 kali/menit).
C.

PRIORITAS MASALAH
Ny.Y mengalami satu permasalahan keperawatan yang merupakan prioritas
masalah keperawatan juga, yaitu ansietas. Ansietas ini terjadi karena adanya
perubahan status kesehatan pada pasien.

D.
Perencanaan

tindakan

PERENCANAAN
keperawatan disusun menurut

Nursing

Interventions Classification/NIC (Bulechek, GM; et al. 2004) dan disesuaikan


dengan kondisi pasien. Berdasarkan data kondisi Ny.Y, perencanaan tindakan
keperawatan yang dipilih ialah Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kecemasan pasien. Beberapa
tindakan keperawatan yang dilakukan antara lain:
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Ukur tingkat kecemasan,


Ukur TTV,
Gunakan pendekatan yang menenangkan,
Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,
Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan,
Berikan pendidikan kesehatan mengenai tindakan pengobatan dan

efeknya,
g. Berikan pendidikan kesehatan mengenai kecemasan dan manajemen
cemas, dan
h. Dorong keluarga untuk terlibat dalam tindakan pengobatan dan
manajemen cemas. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Susilawati (2013) menyatakan bahwa terdapat hubungan kuat antara

dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan penderita kanker serviks


paliatif. Oleh sebab itu, perawat turut melibatkan keluarga dalam
penatalaksaan pengobatan terhadap pasien.
E.

IMPLEMENTASI

DAN

EVALUASI
Implementasi keperawatan Ny.Y memiliki tujuan utama yaitu ansietas
pasien berkurang. Kriteria hasil yang ingin dicapai anatra lain pasien mampu
mengungkapkan perasaannya, mengatakan lebih tenang, bersedia dan mampu
melakukan manajemen cemas, serta pasien tampak lebih tenang/rileks.
Proses implementasi keperawatan langsung dilakukan sejak
ditemukan keperawatan dan dilakukan selama 30 menit di Poli Onkologi.
Proses ini berjalan dengan baik dan lancar tanpa ditemukan hambatan yang
berarti. Tindakan keperawatan yang telah dilakukan untuk menangani
ansietas, antara lain: mengukur tingkat kecemasan, mengukur TTV,
melakukan pendekatan yang menenangkan, mendorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan, membantu pasien mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan, memberikan pendidikan kesehatan mengenai
tindakan pengobatan dan efeknya, memberikan pendidikan kesehatan
mengenai kecemasan dan manajemen cemas, dan mendorong keluarga untuk
untuk terlibat dalam tindakan pengobatan dan manajemen cemas.
Metode yang digunakan dalam proses implementasi ini adalah
pendidikan kesehatan (diskusi singkat dan tanya jawab). Penelitian yang
dilakukan Hapsari (2012) tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
efek kemoterapi pada anak, menyatakan bahwa tingkat pendidikan dan
informasi sebelumnya mempunyai hubungan yang kuat dengan tingkat
pengetahuan dan sikap. Pendidikan kesehatan (pendkes) yang diberikan ialah
terkait tindakan pengobatan dan efeknya, serta kecemasan dan manajemen
cemas.
Evaluasi tindakan keperawatan langsung dilakukan setelah dilakukan
tindakan keperawatan dan/atau sebelum pasien pulang. Hasil evaluasi tersebut

menunjukkan tujuan yang ingin dicapai dari masalah keperawatan ansietas


telah teratasi sebagian, yang dibuktikan dengan:
1. Pasien mengatakan kini lebih memahami terkait mengenai tindakan
pengobatan dan efeknya serta manajemen cemas,
2. Pasien mengatakan lebih tenang,
3. Pasien tampak lebih tenang/rileks, dan
4. Pasien dan keluarga tampak kooperatif dan memahami penjelasan
perawat.
F.

PERSIAPAN PASIEN PULANG


Sebelum pasien pulang, perawat melakukan discharge planning pada Ny.Y,
antara lain:
1.

Perawat memotivasi pasien untuk melakukan manajemen

cemas saat cemas timbul.


2.
Perawat mendorong keluarga terlibat dalam tindakan
3.

pengobatan dan manajemen cemas.


Perawat memotivasi pasien untuk tetap mempertahankan
intake makan yaitu dengan makan sedikit demi sedikit, namun sering.

4.

Selain itu, hindari makanan berlemak dan/atau bersantan.


Perawat juga mendorong keluarga untuk turut memotivasi
dan membantu pasien dalam mempertahankan intake makan.

You might also like