You are on page 1of 29

Peningkatan Produksi Tanaman

Kakao (Theobroma cacao L.)

Onicius Tua Siregar


150510110009

I. PENDAHULUAN
Latar Belakang

Tanaman Kakao
(Theobroma
cacao L.)

Produksi Kakao
di Indonesia

Permasalahan
Tanaman Kakao

Solusi
Permasalahan
Tanaman Kakao

Tujuan
Untuk
aspek

mengetahui
teknik

segala
budidaya

rekayasa organ target akar


agar

memperluas

wawasan

masyarakat tentang tanaman


dengan organ target akar.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Tanaman Kakao
2.1.1 Klasifikasi dan
Morfologi

Klasifikasi Kakao (Plantamor,2015) :


Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas
: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo
: Malvales
Famili
: Sterculiaceae
Genus
: Theobroma
Spesies
: Theobroma cacao L.

Akar

Batang

Bunga

Buah

Daun

Syarat Tumbuh Tanaman Kakao

Tanaman kakao dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 0 600


meter diatas permukaan laut, dengan penyebaran meliputi 20 LU dan
20 LS. Daerah yang ideal untuk pertumbuhannya berkisar antara 10
LU dan 10 LS (Suyoto dan Djamin, 1983).

Pertumbuhan dan produksi kakao banyak ditentukan oleh ketersediaan air


sehingga kakao dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di tempat yang
jumlah curah hujannya relatif sedikit tetapi merata sepanjang tahun (Erdy,
2012).

Tanah mempunyai hubungan erat dengan sistem


perakaran tanaman kakao, karena perakaran tanaman
kakao sangat dangkal dan hampir 80% dari akar
tanaman kakao berada disekitar 15 cm dari
permukaan tanah,

Pedoman Budidaya Tanaman Kakao

Pembibitan

Penyiangan dan Pemupukan

Penanaman

Panen

Penanaman Pohon Pelindung

Pemeliharaan

III. HASIL DAN PEMBAHASAN JURNAL

Peningkatan Produksi Buah Kakao (Theobroma cacao L.) melalui


Pemberian Zat Pengatur Tumbuh Paclobutrazol pada Berbagai
Konsentrasi.
Tujuan
Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh
pemberian paclobutrazol terhadap pertumbuhan flush,
perkembangan pentil (cherelle), dan produksi buah kakao.

Bahan dan Metode


Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Institut
Pertanian Bogor, Cikabayan, Darmaga, Bogor mulai bulan
Desember 2007 sampai Mei 2008.

Alat dan Bahan


Kakao varietas Upper Amazone Hybrid (UAH) yang berumur kurang lebih 10 tahun, zat
pengatur tumbuh paclobutrazol dengan nama dagang Labana 255 C, pupuk, knapsack
sprayer, ember, meteran, gelas ukur, label pengamatan, plang perlakuan, alat tulis, blangko
pengamatan, alat pangkas, dan lain-lain.

Metode Penelitian
Percobaan ini disusun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan satu faktor
perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan terdiri atas 5 taraf konsentrasi Labana 255 C, yaitu kontrol
(P0), 2.5 ml (P1), 5 ml (P2), 7.5 ml (P3), dan 10 ml (P4) per liter per pohon. Dengan demikian
terdapat 15 satuan percobaan, dengan 2 tanaman contoh dari setiap satuan percobaan, sehingga
tanaman yang diperlukan seluruhnya sebanyak 30 tanaman.

Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Peubah yang Diamati

Hasil dan Pembahasan


Tabel 1. Keadaan Iklim Selama
Percobaan Berlangsung

Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Sidik


Ragam Peubah yang Diamati

Gambar 2. Gejala
Serangan Helopeltis
antonii pada Buah Kakao

Gambar 3. Buah
yang Terserang
Semut

Gambar 4. Buah
yang Diserang
Tupai

Tabel 3. Rata-rata Intensitas Pembentukan Pucuk (IPP)


pada Lima Taraf Konsentrasi Paclobutrazol pada Umur
2 hingga 20 MSPP

Gambar 4. Grafik Intensitas


Pembentukan Pucuk pada Lima Taraf
Konsentrasi
Paclobutrazol

Tabel 5. Rata-rata Jumlah Kumulatif Pentil Kakao Terbentuk


pada Lima Taraf Konsentrasi Paclobutrazol pada Umur 2
hingga 20 MSPP.

Tabel 6. Rata-rata Jumlah Kumulatif Pentil Kakao Layu pada Lima


Taraf Konsentrasi Paclobutrazol pada Umur 2 hingga 20 MSPP.

Tabel 9. Rata-rata Jumlah Buah Kakao Masak yang Dipanen


pada Lima Taraf Konsentrasi Paclobutrazol pada Umur 19
hingga 24 MSPP

Tabel 8. Sifat fisika-kimia enam nomor calon varietas unggul akarwangi


di Desa Cinta Negara, Kecamatan Cigedug, Kabupaten Garut

Tabel 7. Rata-rata Jumlah Kumulatif Pentil Kakao Sehat pada Lima Taraf
Konsentrasi Paclobutrazol pada Umur 2 hingga 20 MSPP

Tabel 8. Rata-rata Jumlah Kumulatif Buah Kakao Muda pada Lima Taraf
Konsentrasi Paclobutrazol pada Umur 2 hingga 20 MSPP.

Tabel 9. Rata-rata Jumlah Buah Kakao Masak yang Dipanen pada Lima Taraf Konsentrasi
Paclobutrazol pada Umur 19 hingga 24 MSPP

Kesimpulan

Perlakuan paclobutrazol berpengaruh nyata terhadap jumlah kumulatif pentil kakao


sehat pada umur 18 MSPP, yaitu meningkatkan pembentukan pentil kakao sehat.
Pemberian paclobutrazol cenderung menekan pembentukan pentil layu pada umur 8
MSPP. Pada umur 2, 4, 6 dan 10 MSPP pemberian paclobutrazol dengan konsentrasi
7.5 ml/l cenderung menekan jumlah kumulatif pentil kakao terbentuk rata-rata
sebesar 87.84 %. Pemberian paclobutrazol tidak mempengaruhi pembentukan pucuk
(IPP), jumlah buah kakao muda yang terbentuk dan jumlah buah masak yang
dipanen mulai awal hingga akhir pengamatan. Berdasarkan percobaan ini belum
diperoleh dosis optimum paclobutrazol yang dapat menghasilkan perkembangan
reproduktif dengan produksi kakao yang maksimum.

3.1.2. Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Kakao (Theobroma


cacao L.) di Kebun Rumpun Sari Antan I, PT Sumber Abadi
Tirtasantosa, Cilacap, Jawa Tengah.

Tujuan
Mengkaji aspek teknis pengelolaan pemangkasan
tanaman kakao dalam pencapaian target produksi.
Metode
Kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan budidaya tanaman kakao dan
manajerial kebun. Metode yang dilaksanakan adalah bekerja langsung sebagai
buruh harian lepas (BHL) selama sepuluh minggu, sebagai pendamping mandor
selama tiga minggu, dan sebagai pendamping asisten afdeling atau sinder selama
tiga minggu.

Tabel 1. Pengaruh Alat Pangkas yang Digunakan terhadap


Keberhasilan Pemangkasan

Tabel 2. Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Keberhasilan


Pemangkasan di Afdeling C

Kesimpulan
Aspek-aspek yang menunjang kegiatan pengelolaan tanaman kakao di Kebun Rumpun
Sari Antan I tidak hanya meliputi aspek teknis melainkan juga aspek manajerial. Baik
aspek teknis di lapangan maupun aspek manajerial pelaksanaannya selalu berdasarkan
perencanaan yang telah dibuat dengan tujuan dapat mencapai target yang telah ditetapkan
oleh perusahaan.
Masih banyak ditemukan kesalahan teknik memangkas sehingga menghasilkan kerusakan
tanaman akibat pemangkasan. Kerusakan yang ditimbulkan berupa cabang atau ranting
pecah dan kulit terkelupas akibat pemangkasan.
Hal tersebut menyebabkan pemangkasan yang dilakukan tidak optimal. Selain itu,
pemangkas banyak melakukan kesalahan dengan memangkas cabang-cabang yang masih
produktif.

3.1.3. Keefektifan Pemupukan Kalium Lewat Daun Terhadap


Pembungaan dan Pembuahan Tanaman Kakao

Tujuan
Untuk mengetahui keefektifan pemupukan kalium lewat daun terhadap
pembungaan dan pembuahan pada tanaman kakao. Diharapkan hasilnya
dapat membantu upaya menekan masalah kerontokan bunga dan kelayuan
pentil pada tanaman kakao.

Bahan dan Metode


Bahan penelitian berupa areal per- tanaman kakao klon UIT 1 umur 12
tahun dengan tingkat pembungaan cukup baik, pada tanah Glei humik
rendah (Hardjono et al., 1970). Beberapa ciri tanah di lokasi penelitian
disajikan pada Tabel 1.

Metode
Percobaan disusun dengan rancangan perlakuan
faktorial 2 x 3 dengan 4 ulangan secara acak
kelompok, sehingga secara keseluruhan ada 24
unit percobaan.

Hasil Dan Pembahasan

Tabel 1. Hasil analisis tanah pendahuluan

Tabel 2. Pengaruh interaksi pemupukan kalium lewat tanah (P) dan lewat daun (K)
terhadap pembentukan bunga

Gambar 1. Pengaruh aplikasi pupuk KCl (K1) dan KNO3 (K2) lewat daun terhadap
jumlah bunga baru/3 dompol/pohon dalam periode 2-mingguan

Gambar 2. Pengaruh pemupukan KCl lewat tanah


(P1) terhadap jumlah bunga baru/3 dompol/ph
dalam periode 2 mingguan.

Tabel 3. Hasil uji varians perlakuan pupuk lewat tanah (P), lewat
daun (K)dan interaksinya (PxK) terhadap jumlah bunga baru
yang muncul dalam periode 2 mingguan

Tabel 4. Pengaruh pemupukan kalium lewat tanah dan daun


terhadap pembentukan pentil baru per 3 dompol per pohon

Gambar 3. Pengaruh pemupukan KCl


lewat tanah (P1) terhadap jumlah
pentil baru per 3 dompol per pohon
dalam periode 2 mingguan.

Tabel 5. Pengaruh pemupukan kalium lewat tanah dan daun terhadap


pembentukan pentil jadi per 3 dompol per pohon

Tabel 6. Pengaruh pemupukan kalium lewat daun dan


lewat tanah terhadap kadar hara K daun.

Kesimpulan
1. Pemberian pupuk lewat daun lebih efektif dan respons tanaman lebih cepat dalam
meningkatkan pembentukan bunga baru; sebaliknya pemberian pupuk lewat tanah
pengaruhnya lebih lambat.
2. Pemupukan kalium lewat daun disertai pemupukan kalium lewat tanah lebih
efektif dalam bentuk KNO3 daripada dalam bentuk KCl dalam meningkatkan
pembentukan bunga baru.
3. Dosis aplikasi pupuk kalium lewat daun 1,38 g K2O/l/ph tidak mampu
meningkatkan pembentukan pentil baru meskipun jumlah bunga baru meningkat.
4. Aplikasi kalium 85 g KCl/ph lewat tanah mampu meningkatkan pembentukan
pentil baru secara nyata.

You might also like