You are on page 1of 29

Radiasi Pengion

Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Makalah Mata Kuliah


Higiene Industri 2

Dosen Mata Kuliah :


dr. Bing Wantoro MS, SpOk

Oleh :
dr. Ratih Nurdiany Sumirat (1506692913)
dr. Arnold Fernando (1506692844)

MAGISTER KEDOKTERAN KERJA


SUB DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN OKUPASI
DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
JAKARTA
MEI 2016

KATA PENGANTAR

Makalah Radiasi Pengion ini disusun sebagai salah satu bahan tugas
mata kuliah Higiene Industri 2.
Makalah ini dibuat berdasarkan studi literatur ilmiah yang kemudian
dikembangkan lebih lanjut sebagai bahan pembahasan.
Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada dosen
Mata Kuliah Higiene Industri 2, dr. Bing Wantoro MS, SpOk, atas kesempatan
yang telah diberikan kepada penulis untuk menyusun makalah ini sehingga dapat
mempertajam analisis penulis dalam aplikasi penerapan Higiene Industri,
terutama mengenai Identifikasi, Evaluasi dan Pengelolaan Bahaya Radiasi
Pengion di tempat kerja.
Penulis menyadari akan banyaknya kekurangan dalam penyusunan
makalah ini sehingga kritik dan saran yang membangun akan sangat penulis
hargai.

Jakarta, Mei 2016


Penulis,

dr. Ratih Nurdiany Sumirat (1506692913)


dr. Arnold Fernando (1506692844)

ii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
1. PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah .................................................................................................. 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................................... 3
1.3.1 Tujuan Umum .................................................................................................... 3
1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................................................... 3
1.4 Manfaat ..................................................................................................................... 3
1.4.1 Bagi Pekerja ....................................................................................................... 3
1.4.2 Bagi Perusahaan ................................................................................................. 3
2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................. 4
2.1 Definisi dan Terminologi .......................................................................................... 4
2.1.1 Radiasi................................................................................................................ 4
2.1.2 Atom .................................................................................................................. 5
2.1.3 Isotope ................................................................................................................ 6
2.1.4 Radioisotope ...................................................................................................... 6
2.2 Jenis Radiasi.............................................................................................................. 9
2.2.1 Radiasi bukan pengion ....................................................................................... 9
2.2.2 Radiasi pengion .................................................................................................. 9
2.3 Sumber Radiasi Pengion ......................................................................................... 11
2.3.1 Radiasi pengion yang berasal dari alam ........................................................... 11
2.3.2 Radiasi Pengion Artificial ................................................................................ 13
2.4 Identikasi dan Evaluasi dosis radiasi ...................................................................... 14
2.5 Dampak Kesehatan Akibat Paparan Radiasi ........................................................... 19
2.6 Penanggulangan Paparan Radiasi Pengion ............................................................. 21
2.7 Pemantauan dan Pengawasan Kesehatan Tenaga Kerja ......................................... 22
3. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................................... 25
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 25
3.2 Saran ....................................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 26

iii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah keselamatan dan kesehatan kerja secara umum masih sering
terabaikan. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja, baik secara global maupun regional. Menurut data
sensus Amerika Serikat pada tahun 1990, terdapat 12,8 juta orang berusia 16-64
tahun yang mengalami disabilitas akibat pekerjaan selama 6 bulan ataupun lebih.
(Anderrson & Cocchiarella , 2001)
Kewajiban untuk menyelenggarakaan Sistem Manajemen K3 pada
perusahaan-perusahaan besar melalui UU Ketenagakerjaan, baru menghasilkan
2,1% saja dari 15.000 lebih perusahaan berskala besar di Indonesia yang sudah
menerapkan Sistem Manajemen K3. Minimnya jumlah itu sebagian besar
disebabkan oleh masih adanya anggapan bahwa program K3 hanya akan menjadi
tambahan beban biaya perusahaan. Padahal jika diperhitungkan besarnya dana
kompensasi/santunan untuk korban kecelakaan kerja sebagai akibat diabaikannya
Sistem Manajemen K3, yang besarnya mencapai lebih dari 190 milyar rupiah di
tahun 2003, jelaslah bahwa masalah K3 tidak selayaknya diabaikan.
(Wirahadikusumah, 2014)
Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi, manusia telah berhasil
menciptakan banyak peralatan listrik dan elektronik seperti pemancar radio, radar,
telepon seluler, diatermi, pemanas, dll. Peralatan listrik dan elektronik tersebut
banyak digunakan di lingkungan industri, perhubungan, kesehatan, militer dan
lain-lain. Kenyataannya di dalam penggunaannya alat-alat tersebut dapat
memancarkan gelombang elektromagnetik ke lingkungan tempat kerja, sehingga
dapat memaparkan dan membahayakan keselamatan serta kesehatan tenaga kerja.

Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya pengendalian terhadap radiasi gelombang
elektromagnetik tersebut dalam rangka memberikan perlindungan kepada tenaga
kerja, agar tenaga kerja tetap sehat, selamat dan mampu bekerja secara produktif
dan efisien. (Moeljosoedarmo, 2008)
Radiasi adalah energi dalam bentuk gelombang atau pancaran partikel,
disekitar kita ada banyak sekali radiasi. Radiasi gelombang elektromagnetik
secara garis besar dibagi atas radiasi mengion dan radiasi tidak mengion. Radiasi
mengion memiliki kemampuan untuk memecah molekul yang dilaluinya.
Termasuk di dalam jenis radiasi mengion, adalah sinar X dan sinar Gamma.
Pajanan radiasi mengion terhadap pekerja dapat menimbulkan efek somatik dan
efek genetic, sehingga proses pemantauan dan pengawasan kesehatan tenaga kerja
yang terpajan radiasi mengion mutlak diperlukan (Moeljosoedarmo, 2008)
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
pembahasan lebih lanjut mengenai Radiasi Pengion ; Identifikasi, Evaluasi serta
Pengelolaannya di Tempat Kerja.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan tingginya risiko efek samping pajanan radiasi pengion
terhadap pekerja, yang dapat mengakibatkan penurunan kinerja dan produktivitas,
diperlukan penanganan bahaya Radiasi Pengion di tempat kerja yang memadai,
termasuk identifikasi bahaya, evaluasi dan proses pemantauan serta pengendalian
bahaya radiasi pengion yang tepat di tempat kerja. Oleh karena itu, diperlukan
pemahaman yang baik oleh para praktisi keselamatan dan kesehatan kerja dalam
melakukan pengendalian bahaya radiasi pengion di tempat kerja

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui dan Memahami secara komprehensif mengenai Radiasi
Elektromagnetik, terutama Radiasi Pengion di tempat kerja.
1.3.2 Tujuan Khusus

Diketahuinya definisi Radiasi dan komponen penyusunnya

Diketahuinya jenis dan sumber Radiasi

Diketahuinya dampak radiasi pengion terhadap kesehatan

Diketahuinya dosis radiasi pengion dan evaluasi radiasi pengion di tempat


kerja

Diketahuinya cara pengendalian dan perlindungan pekerja terhadapa


paparan radiasi pengion di tempat kerja

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Pekerja

Dapat mengenal bahaya atau penyakit-penyakit yang dapat terjadi akibat


pajanan radiasi di tempat kerja.

Dapat melakukan deteksi dini tanda-tanda penyakit yang dapat terjadi


akibat pajanan radiasi di tempat kerja.

Dapat melakukan langkah perlindungan diri yang tepat terhadap paparan


radiasi pengion.

1.4.2 Bagi Perusahaan

Dapat melindungi pekerja, tempat kerja dan lingkungan di sekitar kerja


dari paparan radiasi pengion.

Dapat menerapkan program keselamatan dan kesehatan kerja yang


komprehensif di tempat kerja.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Terminologi


2.1.1 Radiasi
Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam
bentuk panas, partikel atau gelombang elektromagnetik/cahaya (foton) dari
sumber radiasi. Ada beberapa sumber radiasi yang kita kenal di sekitar kehidupan
kita, contohnya adalah televisi, lampu penerangan, alat pemanas makanan
(microwave oven), komputer, dan lain-lain.
Radiasi dalam bentuk gelombang elektromagnetik atau disebut juga
dengan foton adalah jenis radiasi yang tidak mempunyai massa dan muatan listrik.
Misalnya adalah gamma dan sinar-X, dan juga termasuk radiasi tampak seperti
sinar lampu, sinar matahari, gelombang microwave, radar dan handphone

Gambar 1 Jenis-Jenis Radiasi

2.1.2 Atom
Atom adalah bentuk dasar dari segala sesuatu. Dengan kata lain segala
sesuatu didunia ini terdiri dari Atom, yaitu terdiri dari elemen-elemen seperti
oksigen, hidrogen, dan karbon
Atom sendiri terdiri dari terdiri atas inti atom serta awan elektron
bermuatan negatif yang mengelilinginya. Inti atom terdiri atas proton yang
bermuatan positif, dan neutron yang bermuatan netral (kecuali pada inti atom
Hidrogen-1, yang tidak memiliki neutron). Elektron-elektron pada sebuah atom
terikat pada inti atom oleh gaya elektromagnetik. Sekumpulan atom demikian
pula dapat berikatan satu sama lainnya, dan membentuk sebuah molekul. Atom
yang mengandung jumlah proton dan elektron yang sama bersifat netral,
sedangkan yang mengandung jumlah proton dan elektron yang berbeda bersifat
positif atau negatif dan disebut sebagai ion. Atom dikelompokkan berdasarkan
jumlah proton dan neutron yang terdapat pada inti atom tersebut. Jumlah proton
pada atom menentukan unsur kimia atom tersebut, dan jumlah neutron
menentukan isotope unsur tersebut.

Gambar 2. Ilustrasi model Atom


Atom satu dengan atom elemen yang sama dan atau atom elemen lainnya
dapat bergabung membentuk suatu molekul, misalnya saja molekul air dibentuk
oleh dua atom hidrogen dan satu atom oksigen (H2O). Sedangkan nuklida adalah
tipe spesifik dari atom yang karakteristiknya ditentukan oleh jumlah proton dan

neutron di nukleusnya. Misalnya saja suatu nuklida dengan jumlah 6 proton dan 6
neutron disebut dengan karbon-12
2.1.3 Isotope
Isotope adalah unsur yang memiliki Nomor Atom (Proton) sama tapi
Nomor massanya (Neutron) berbeda. Karena nomor atom merupakan identitas
sebuah unsur, maka Isotope meski mempunyai nomor massa berbeda tetap di
golongkan dalam satu unsur sama. Karena itu dalam tabel periodik, seluruh
Isotope dari sebuah unsur terletak di tempat yang sama. Isotope dari setiap elemen
akan memiliki jumlah elektron valensi yang sama sehingga mau tidak mau akan
memiliki sifat kimia yang sama pula.
Contohnya, hidrogen mempunyai tiga isotope

Hidrogen-1 (terdiri dari satu proton dan tidak memiliki neutron)

HIdrogen-2 atau deuterium (terduri dari satu proton dan satu neutron)

Hidrogen-3 atau tritium (terdiri dari satu proton dan dua neutron)

Suatu isotope akan dikatakan stabil apabila jumlah neutron dan protonnya
seimbang. Contohnya dari nuklida yang sabil adalah carbon-12 dimana terdiri dari
6 proton dan 6 neutron sehingga total massanya adalah 12.
2.1.4 Radioisotope
Suatu Isotope yang tidak stabil dan menghasilkan radiasi disebut sebagai
radioisotope atau radioaktif, Dimana radioisotope ini secara spontan akan
menyebabkan radiasi dimana saat terjadi proses radiasi tersebut, atom tersebut
perlahan akan menjadi berkurang radiasinya dan perlahan menjadi stabil. Dan
ketika atom telah mencapai konfigurasi stabilnya, atom tersebut tidak akan
memancarkan radiasi. Hal ini terjadi karena sumber radioaktif berbentuk radiasi
pengion sebagai hasil dari proses peluruhan atom yang tidak stabil, dan akan terus
melemah seiring berjalannya waktu. Sehinga semakin lama radiasi yang
dihasilkan dari aktifitas material tersebut berkurang perlahan hingga menjadi nol

Waktu yang dibutuhkan radioisotope untuk luruh menjadi setengah dari


aktifitas awalnya disebut sebagai radiological half-life yang dilambangkan dengan
t . Setiap radioisotope mempunyai paruh waktu yang berbeda, bisa saja
membutuhkan waktu beberapa detik hingga sampai milyaran tahun. Sebagai
contoh, iodine-131 mempunyai waktu paruh selama 8 hari, sementara plutonium239 mempunyai waktu paruh 24.000 tahun.Suatu radioisotope yang mempunyai
waktu paruh lebih pendek memiliki kemampuan radioaktif lebih tinggi
dibandingkan dengan radioisotope yang paruh waktunya lebih lama
Peluruhan radioaktif dibagi menjadi tiga kategori
1. Peluruhan Alpha
Peluruhan alpha terjadi ketika suatu atom mengeluarkan suatu partikel dari
nukelusnya, dimana nukleus tersebut terdiri dari dua neutron dan dua
proton. Ketika hal ini terjadi jumlah atom berkurang menjadi 2 sedangkan
massa atom berkurang menjadi. Contohnya adalah radium, radon, uranium
dan thorium
2. Peluruhan Beta
Pada peluruhan beta suatu neutron berubah menjadi proton dan suatu
elektron dipancarkan dari nukelus. Sehingga jumlah atom meningkat satu
sedanhgkan massanya hanya berkurang sedikit. Contoh darri peluruhan
beta ini adalah strontium-90, carbon-14, tritium dan sulphur-35
3. Peluruhan Gamma
Peluruhan gamma terjadi akibat adanya energi yang tersisa di nukelus
diikutin dengan peluruhan alpha atau peluruhan beta. Atau juga karena
adanya neutron yang tertangkap (jenis reaksi nuklir) di reaktor nuklir.
Energi sisa ini mekudian terlepas sebagai sinar radiasi gamma. Peluruhan
gamma umumnya tidak mempengaruhi massa dan jumlah atom dari suatu
radioisotope. Contoh dari peluruhan gamma adalah iodine-131, cesium137, cobal-60, radium-226 dan technetium-99m

Jumlah penguraian nuklir pada suatu material radioaktif per unit waktu
disebut dengan aktifitas. Dimana aktifitas ini biasanya diukur berdasarkan jumlah
radionuclide, dan radionuclide tersebut di ukur dalam becquerels (Bq). 1Bq = 1
penguraian per detik
Jika sumber asli dari suatu radioaktif diketahui maka dapat diprediksi
butuh berapa lama waktu peluruhan tersebut. Peluruhan ini sendiri harus melalui
berkali-kali paruh waktu untuk dapat menjadi tidak reaktif. Sehingga walaupun
suatu radioisotop dengan aktifitas yang tinggi telah luruh beberapa kali paruh
waktu. Tingkatan radioaktif yang tersisa belum tentu aman. Pengukuran dari
material aktifitas radioaktif diperlukan suatu perkiraan potensi dari dosis radiasi

Gambar 3. Kurva proses peluruhan carbon-14

2.2 Jenis Radiasi


2.2.1 Radiasi bukan pengion
Radiasi bukan pengion mempunyai energi yang lebih sedikit daripada
radiasi pengion, misalnya radiasi bukan pengion adalah sinar cahaya yang terlihat,
infra merah, gelombang radio, microwaves, dan cahaya matahari.
Gelombang telephon selular, gelombang televisi, gelombang AM dan FM
radio adalah salah satu contoh dari penggunaan tekonologi gelombang bukan
pengion. sedangkan gelombang elektromagnetic seperti pada penggunaan kabel
dan alat listrik termasuk kedalam gelombang Extremly low-frequency (ELF)
sehingga tidak berpotensi berbahaya bagi kesehatan.

2.2.2 Radiasi pengion


Radiasi pengion adalah kemampuan mengeluarkan elektron dari orbit
atom, sehingga terjadinya gangguan keseimbangan elektron/proton dan membuat
atom memiliki energi positif. Perubahan molekul dan atom ini yang disebut
sebagai ion. Radiasi pengion ini dapat terjadi alami dan juga akibat buatan
manusia melalui material radioactive.
Dimana radiasi pengion ini terdiri dari beberapa jenis yaitu;
2.2.2.1 Radiasi Alpha
Radiasi alpha terdiri dari partikel alpha yang dibuat dari 2 proton dan 2
neutron dimana masing-masing membawa dua energi positif. dimana radiasi ini
memiliki keterbatasan untuk dapat menembus unsur lainnya. Radiasi Alpha dapat
dihentikan oleh sepotong kertas atau juga lapisan kulit terluar yang sudah mati.
Sehingga radiasi alpha yang berasal dari luar tubuh tidak menjadi suatu bahaya
radiasi. Namun ketikan suatu penghasil radiasi alpha ini masuk kedalam tubuh
(misalnya terhirup ke dalam pernafasan atau juga tertelan) energi dari radiasi
alpha ini diserap sepenuhnya oleh jaringan tubuh. Sehingga radiasi alpha ini

hanya akan menyebabkan internal hazard. Sebagai contohnya adalah Radon-222


yang ketika terjadi kerusakan akan menjadi polonium-218
2.2.2.2 Radiasi Beta
Radiasi beta terjadi dari muatan partikel yang keluar dari nukleus atom
dan secara bentuk identik dengan elektron. Partikel beta ini umumnya memiliki
muatan negatif, dimana ukurannya sangat kecil dan dapat menembus lebih dalam
daripada partikel alpha. Meskupun demikian radiasi beta kebanyakan dapat
dihentikan oleh sejumlah kecil pelindung, misalnya adalah selembar pelastik,
gelas, ataupun metal. Ketika sumber radiasi berada diluar tubuh dan memiliki
cukup energi dapat menembus lapisan luar kulit dan akan perlahan akan tersimpan
didalam sel kulit yang aktif. Substansi penghasil radiasi beta dapat berbahaya jika
masuk kedalam tubuh. Salah satu contoh dari penghasil radiasi beta adalah
Tritium (Hidrogen-3) yang akan luruh menjadi helium-3 Radiasi Gamma
2.2.2.3 Radiasi Photon (gamma dan X-ray)
Radiasi photon adalah radiasi elektromagnetik. Dimana terdapat dua tipe
dari radiasi photon yaitu gamma dan X-ray. Radiasi Gamma terjadi akibat photon
yang berasal dari nukleus, sedangkan radiasi X-ray terjadi akibat photon yang
berasa dari luar nukleus dan biasanya memiliki energi yang lebih lemah daripada
radiasi gamma. Radiasi photon dapat menembus sangat dalam sehingga terkadang
hanya dapat dikurangi oleh material yang cukup padat dan tebal seperti timah atau
baja. Umumnya radiasi photon dapat mempunyai jangkaun area yang lebih luas
daripada radiasi alpha dan beta. Dan dapat menembus jaringan tubuh dan organ
ketika sumber radiasi berada diluar tubuh. Radiasi photon juga berbahaya jika zat
penghasil radiasi tersebut masuk kedalam tubuh. Sebagai contoh zat nuklir
penghasil pancaran photon adalah cobalt-60 dimana peluruhannya akan
menghasilkan nickel-60
2.2.2.4 Radiasi Neutron
Selain dari akibat radiasi kosmik, pembelahan spontan adalah satu-satunya
sumber penghasil neutron. Umumnya penghasil neutron adalah reaktor nuklir.

10

Dimana dengan membelah nukelus uranium atau nukleus plutonium disertai


dengan pancaran neutron. Neutron yang dipancarakan dari suatu pembelahan
dapat menyerang nukelus dari atom yang berdekatan dan menyebabkan
pembelahan lainnya, sehingga memicu terjadi reaksi berantai. Produksi energi
nuklir berdasarkan dari prinsip ini.
Neutron dapat menembus jaringan kulit, otot dan organ tubuh manusia
ketika sumber radiasi berada diluar tubuh. Neutron juga dapat berbahaya jika zat
yang memancarkan nuklir mengendap didalam tubuh. Perlindungan terbaik
terhadap radiasi neutron adalah menggunakan materi pelindung atau materi
penyerap seperti yang mengandung atom hidrogen, contohnya adalah paraffin
wax dan plastik. Hal ini karena neutron dan atom hidrogen memiliki kemiripan
berat atom dan mudah terjadinya tumbukan keduanya.

Gambar 4. Kemampuan penetrasi dari radiasi pengion

2.3 Sumber Radiasi Pengion


2.3.1 Radiasi pengion yang berasal dari alam
Radiasi selalu hadir disekitar kita dan memiliki banyak bentuk. Kehidupan
sendiri telah berkembang dengan adanya radiasi pengion dimana tubuh manusia
telah beradaptasi untuk hal tersebut. Banyak radioisotope muncul karena proses
alami dan berasal akibat pembentukan sistemt tata surya dan melalui interaksi
sinar kosmis dengan molekul di atmosfer. Tritium misalnya adapah suatu
radioisotope yang dibentuk oleh sinar kosmis yang berinteraksi dengan molekul

11

atmosfer. Beberapa radioisotope seperti uranium dan thorium terbentuk ketika


sistem tata surya terbentuk dan memiliki paruh waktu satu milyar tahun, dan
hingga saat ini masih ada di lingkungan kita.
Menurut United Nations Scientific Committee on the Effects of Atomic
Radiation (UNSCEAR) membagi radiasi alami menjadi 4 sumber utama, yaitu

Radiasi kosmis

Radiasi radiasi dari bumi

Inhalasi

Ingesti

Gambar 5. Sumber radiasi dari alam

12

2.3.2 Radiasi Pengion Artificial


Seiring dengan perkembangan teknologi manusia juga membuat suatu
radiasi untuk berbagai tujuan yang melibatkan material radioaktif. Radioisotopes
diproduksi melalui suatu reaktor nuklir dan radioisotope generator seperti
cyclotrons. Banyak dari radioisotop buatan manusia ini digunakan dalam
kedokteran nuklir, biokimia, industri pabrik dan pertanian. Berikut ini adalah
contoh sumber radiasi yang paling sering dipakai;
2.3.2.1 Radiasi dari bidang Kedokteran
Salah satu sumber radiasi terkemuka yang diciptakan oleh manusia adalah
energi tinggi yang dikeluarkan oleh Particle Accelerator. Akselerator seperti ini
dapat menimbulkan suatu bahaya radiasi potensial yang bermacam-macam
tergantung pada partikel yang dipercepat, interaksi dengan target dan mode
percepatan. Namun, selain dari bahaya yang ditimbulkan, akselerator ini dapat
menghasilkan sinar X yang dapat digunakan dalam dunia kedokteran.
Radiasi telah banyak digunakan dalam kedokteran.yang paling terkenal
adalah penggunaan sinar-X, dimana prosesnya menggunakan radiasi untuk
mengetahui adanya kerusakan tulang atau mendiagnosis suatu penyakit. Contoh
lainnya adalah nuclear medicine, dimana menggunakan isotop radioaktif untuk
mendiagnosis dan memberikan pengobatan seperi kanker.

Gambar 6. Gamma camera yang digunakan pada tekonologi nuclear medicine


untuk menegakan diagnosis

13

2.3.2.2 Radiasi dari bidang industri


Sumber radiasi buatan manusia yang banyak digunakan dalam industri
adalah reaktor nuklir sebagai tenaga pembangkit listrik, ataupun industri uranium
yang banyak digunakan dalam pertambangan, pabrik penggilingan, fabrikasi dan
pemrosesan ulang bahan bakar.
Secara praktis Radiasi telah digunakan dalam berbagai jenis industri,
misalnya untuk membangun suatu jalan dan mengukur kerapatan dan
ketebalannya, material radioaktif juga digunakan pada smoke detectors, material
glow-in-the dark pada tanda keluar darurat, memperkirakan cadangan minyak
yang ada dilapangan ataupun penggunaan dalam proses sterilisasi juga
menggunakan proses radiasi ini.

2.4 Identikasi dan Evaluasi dosis radiasi


Radiasi tidak dapat dilihat, didengar, dicium, dirasakan atau diraba. Indera
manusia tidak dapat mendeteksi radiasi sehingga seseorang tidak dapat
mengetahui kapan ia dalam bahaya atau tidak. Radiasi hanya dapat diketahui
dengan menggunakan alat, yang disebut monitor radiasi. Monitor radiasi terdiri
dari detektor radiasi dan rangkaian elektronik penunjang. Pada umumnya, monitor
radiasi dilengkapi dengan alarm yang akan mengeluarkan bunyi jika ditemukan
radiasi. Bunyi alarm semakin keras apabila tingkat radiasi yang ditemukan
semakin tinggi. Monitor radiasi umumnya digunakan hanya untuk mengetahui ada
atau tidaknya radiasi. (BATAN, 2015)
Monitor radiasi yang digunakan untuk mengukur jumlah radiasi atau dosis
yang diterima oleh seseorang disebut dosimeter perorangan dan monitor radiasi
yang digunakan untuk mengukur kecepatan radiasi atau laju dosis di suatu area
dikenal dengan survaimeter. Alat-alat tersebut dapat disamakan dengan indikator
jarak dan speedometer pada mobil. Indikator jarak menunjukkan berapa km atau
mil yang telah dijalani oleh mobil, seperti halnya dosimeter perorangan
menunjukkan berapa dosis radiasi yang telah diterima oleh seseorang.

14

Speedometer menunjukkan pada kita beberapa km atau mil kecepatan mobil


perjam, seperti survaimeter menunjukkan berapa laju dosis radiasi. (BATAN,
2015)
Salah satu cara untuk mengukur dosis radiasi pada dosimeter perorangan
adalah berdasarkan pada tingkat kehitaman film jika terkena radiasi. Dengan
memproses film dan mengukur tingkat kehitamannya, dosis radiasi yang diterima
oleh seseorang dapat diperkirakan. (BATAN, 2015)
Cara lain untuk mengukur dosis adalah berdasarkan pada jumlah cahaya
yang dihasilkan pada bahan tertentu akibat oleh radiasi setelah dilakukan proses
pemanasan. Dosimeter perorangan ini disebut TLD (Thermo Luminescence
Dosimeter). TLD lebih peka dan akurat daripada dosimeter film dan dapat
digunakan kembali setelah dilakukan proses pembacaan dosis.
Berbeda dengan dosimeter perorangan yang memberikan informasi dosis
radiasi yang telah diterima, survaimeter memberikan informasi laju dosis radiasi
pada suatu area pada suatu saat. Hasil perkalian antara laju dosis yang ditunjukkan
survaimeter dan lama waktu selama berada di area merupakan perkiraan jumlah
radiasi atau dosis yang diterima bila berada di suatu area selama waktu tersebut.
Dengan survaimeter ini seseorang dapat menjaga diri agar tidak terkena radiasi
yang melebihi batas yang diizinkan.
Sebagai tujuan dari perlindungan terhadap suatu radiasi, kuantitas dosis di
gambarkan menjadi 3 cara yaitu dosis absobsi, dosis ekuivalen dan dosis efektif
terhadap kesehatan (BATAN, 2015)
1. Dosis Absorpsi
Ketika radiasi pengion menembus tubuh manusia atau objek, radiasi
tersebut menyimpat energi. Energi yang di absorpsi dari paparan radiasi
yang disebut dosis yang diserap. Dosis ini diukuran dalam satuan unit gray
(Gy). Dosis dari satu gray ini setara dengan satu unit energi (joule) yang
tersimpa didalam 1 kilogram suatu zat

15

2. Dosis ekuivalen
Ketika suatu radiasi terserap oleh suatu mahluk hidup, dampak biologis
dapat saja diamati, namun begitu kesetaraan dosis yang di absorbsi tidak
selalu menghasilkan gangguan biologis yang bermakna. Hal ini
dikarenkan bergantung terhadap jenis radiasinya (misalnya alpha, beta,
gamma). Contohnya 1 Gy dari alpha radiation lebih berbahaya daripada 1
Gy radiasi beta. Untuk mendapatkan dosis padanan yang setara, dosis
absorbsinya dikalikan oleh alat specified radiation weightng factor.

Tabel 1- Nilai Faktor Bobot-Radiasi

3. Dosis efektif
Setiap jaringan dan organ memiliki sensitifitasi terhadap radiasi yang
berbeda, misalnya sumsum tulang lebih radiosensitif dibandingkan otak
dan jaringan saraf. Untuk dapat mengetahui berapa besarkah paparan
radiasi yang dapat membahayakan diri. Pengukuran ini dengan cara
mengalikan penjumlahan dari dosis ekivalen yang diterima oleh setiap
organ utama tubuh dengan tissue weigthing factor (wT). Biasanya
berhubungan dengan risiko dari pada bagian jaringan tertentu dan
efektifitas dosisnya. Satuan unit untuk dosis efektif ini disebut dengan
sievert

16

Tabel 2- Niali Faktor bobot organ

Adapun menurut ACGIH, Nilai Ambang Batas (NAB) dosis efektif radiasi
pengion yang dapat diterima pekerja dalam setahun adalah sbb; (ACGIH, 2015)

Tabel 3 Nilai Ambang Batas Dosis Radiasi

17

Terdapat tiga prinsip utama dalam proteksi terhadap radiasi pengion, diantaranya
adalah; (ACGIH, 2015)

Justifikasi
Seluruh kegiatan yang melibatkan paparan radiasi pengion harus memiliki
keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan kerugian yang mungkin
diterima oleh pekerja ataupun masyarakat sekitar.

Optimisasi
Paparan Radiasi Pengion harus dipertahankan serendah mungkin, As Low As
reasonably Achievable (ALARA).

Limitasi
Dosis efektif radiasi yang diterima dari semua sumber tidak boleh memiliki
risiko menginduksi terjadinya kanker lebih dari 10-3 per tahun selama masa
hidup pekerja yang terpajan. Risiko ini berdasarkan ICRP (2007) dan NCRP
(1993) yang mengestimasi terjadinya 5% risiko terjadinya kanker setiap
pajanan 1 Sv dan rata-rata pajanan pekerjaan 20 mSv per 5 tahun.
Di Indonesia, berdasarkan nilai yang dikeluarkan oleh Badan Pemantauan

Tenaga Nuklir (BAPETEN), nilai batas dosis dalam satu tahun untuk pekerja
radiasi adalah 50 mSv (5 rem), sedang untuk masyarakat umum adalah 5 mSv
(500 mrem). Menurut laporan penelitian UNSCEAR, secara rata-rata setiap orang
menerima dosis 2,8 mSv (280 mrem) per tahun, berarti seseorang hanya akan
menerima sekitar setengah dari nilai batas dosis untuk masyarakat umum.
(BATAN, 2015)
Ada dua catatan yang berkaitan dengan nilai batas dosis ini. Pertama,
adanya anggapan bahwa nilai batas ini menyatakan garis yang tegas antara aman
dan tidak aman. Hal ini tidak seluruhnya benar. Nilai batas ini hanya menyatakan
batas dosis radiasi yang dapat diterima oleh pekerja atau masyarakat, sejauh
pengetahuan yang ada hingga saat ini. Yang lebih penting dari pemakaian nilai
batas ini adalah diterapkannya prinsip ALARA pada setiap pemanfaatan radiasi.
Kedua, adanya perbedaan nilai batas dosis untuk pekerja radiasi dan masyarakat
umum. Nilai batas ini berbeda karena pekerja radiasi dianggap dapat menerima

18

risiko yang lebih besar (dengan kata lain, menerima keuntungan yang lebih besar)
daripada masyarakat umum, antara lain karena pekerja radiasi mendapat
pengawasan dosis radiasi dan kesehatan secara berkala. (BATAN, 2015)

2.5 Dampak Kesehatan Akibat Paparan Radiasi


Aman bagi seseorang belum tentu juga aman bagi orang lain, sehingga
aman ini dipersepsikan sebagai ketidak adaanya risiko atau ancaman, meskipun
demikian kenyataan yang ada adalah hampir segala sesuatu memiliki risiko.
Misalnya saja batas kecepatan di jalan agar mendapatkan kemanan yang maksimal
walaupun begitu masih saja dapat terjadi kecelakaan padahal batas kecepatan
sudah dipenuhi.
Begitu pula dengan penggunaan radiasi. Paparan radiasi tentunya akan
membawa dampak bagi kesehatan, sehingga perlu untuk mengetahui risikonya
dan regulasi radiasi tersebut di tubuh sheingga dapat ditentukan berapakah batasan
dosis paparan yang masih dapat diterima dan ditoleransi oleh tubuh dalam batasan
tingkatan risiko yang dimana cenderung tidak menyebabkan bahaya.
Salah satu keuntungan yang penting dari mengetahui bahaya radiasi terhadap
kesehatan adalah untuk emngetahui kimia atau zat racun lainnya. Sejak abad ke
20, efek radiasi telah dipelajari lebih mendalam baik di laboratorium dan juga di
populasi manusia
Paparan radiasi akan mempengaruhi kesehatan melalui adanya kerusakan
pada molekul deoxyribonucleic acid (DNA), DNA adalah suatu rantai panjang
asam amino yang mempunyai pola bentuk bagaimana suatu sel hidup dan
berfungsi, adanya suatu radiasi merusak rantai tersebut sehingga dapat terjadi tiga
kemungkinan berikut
1. DNA pulih kembali seperti semula
Pada kasus ini sel pulih dengan sempurna dan melanjurkan fungsinya
dengan normal, kerusakan DNA wajar terjadi setiap detik dalam tiap

19

harinya, dan sel mempunyai kemampuan alami untuk memperbaiki


kerusakan tersebut
2. DNA mengalami kerusakan yang berat sehingga sel tersebut menjadi mati
(deterministic effect)
Ketika DNA atau bagian kritis dari suatu cell mengalami radiasi dalam
dosis yang besar, akan dapat menyebabkan kematian sel atau kerusakan
yang tidak mampu pemulihan. Jika hal ini terjadi pada banyak sel didalam
jaringan tubuh atau organ maka akan muncul gejala awal dari radiasi. Efek
inilah

yang

disebut

sebagai

deterministic

effects

dan

tingkata

keparahannya bergantung terhadap berapa jumlah dosis radiasi yang


dialami. Misalnya adalah luka bakar, katarak, dan pada beberapa kasus
ekstrim terjadinya kematian
Misalnya pada kasus kecelakaan chernobyl nuclear plant (1986)
dimanalebih dari 130 pekerja dan pemadam kebakaran mengalami radiasi
dosis tinggi (800 hingga 16999 mSv) dan menderia penyakit radiasi berat.
Dua dari orang yang terpapar meninggal dalam beberapa hari, dan lebih
dair 30 pekerja dan pemadam kebakaran meninggal dalam waktu 3 bulan
3. Sel tersebut pulih namun tidak sempurna, dan tetap bertahan hidup
(stochastic effects)
Pada beberapa kasus ada bagian DNA didalam sel yang mengalami
kerusakan akibat radiasi, namun tidak sembuh/pulih smpurna. Sel tersebut
mungkin dapat berlanjut hidup dan mungkin juga dapat bereproduksi dan
membelah diri. Akan tetapi pada kejadian tersebut kerusakan yang tidak
dapat di pulihkan pada rantai DNA akan menggambarkan kondisi fungsi
dari sel dan turunannya. Sehingga dapat menyebabkan kecacatan yang
juga dapat diturunkan pada generasi berikutnya.

20

Tabel 4 Dosis Radiasi yang dapat mempengaruhi kesehatan

2.6 Penanggulangan Paparan Radiasi Pengion


Dekontaminasi adalah suatu proses untuk menghilangkan bahan
radioaktif dari benda (termasuk udara lingkungan dan air) atau orang-orang yang
terkontaminasi, Sumber penyinaran atau radiasi dapat berasal dari luar ataupun
dari dalam. Radiasi yang berasal dari luar, misalnya sinar gamma atau radiasi
sinar beta dari radionukleotida yang bernergi tinggi atau berasal dari benda
(=pakaian) atau udara/air yang telah terkontaminasi oleh bahan radioaktif. Radiasi
yang berasal dari dalam, misalnya disebabkan oleh masuknya bahan yang
terkontaminasi melalui mulut, saluran pernafasan atau kulit. (Moeljosoedarmo,
2008)
Cara-cara dekontaminasi dapat dilakukan sebagai berikut ;

Dekontaminasi mekanis, menghilangkan lapisan radioaktif dengan scrubbing,


sand blasting, mencuci dengan air dan sebagainya

Dekontaminasi secara fisik (penguapan, pengenceran, menyaring, Ultrasonik,


dsb)

21

Dekontaminasi secara kimia, dengan menggunakan senyawa-senyawa yang


tidak dapat terkontaminasi dengan menggunakan larutan asam atau basa,
senyawa kompleks, resin penukar ion atau bahan lainnya.

Dekontaminasi secara biologis, didasarkan pada absorbs permukaan sel


bakteri (active slime, biological film) yang dilarutkan dalam bahan organic
atau koloid yang mengandung kontaminan. Cara ini digunakan dalam bentuk
gabungan dengan cara lain untuk melakukan dekontaminasi terhadap saluran
pembuangan.
Cara-cara

dan

bahan-bahan

yang

digunakan

untuk

mengadakan

dekontaminasi dipilih sesuai dengan macam kontaminan serta tipe benda yang
terkontaminasi, kondisi fisik dan sifat fisik maupun kimia dari bahan radioaktif
(cairan, padat, isotop pendek atau panjang umurnya, pemancar sinar alpha, beta,
atau beta-gamma) dan aspek ekonomi dari dekontaminasi. (Moeljosoedarmo,
2008)

2.7 Pemantauan dan Pengawasan Kesehatan Tenaga Kerja


Proteksi radiasi sangat berkaitan dengan program pengawasan lingkungan
kerja dan usaha menjamin bahwa perisai penahan radiasi yang memadai tersedia.
Meskipun demikian, sama pentingnya ialah pemantauan tenaga kerja secara
berkala yang harus dilaksanakan secara terus menerus untuk menjamin agar para
pekerja tidak menerima penyinaran yang tidak perlu dan untuk menjamin bahwa
tindakan proteksi memang telah memadai.
Mengingat panca indra manusia tidak dapat mengetahui ada tidaknya
radiasi, dan untuk mengetahui tingkat penyinaran yang diterimanya memerlukan
instrument, maka program pemantauan yang baik harus merupakan bagian yang
terpadu dari program proteksi radiasi di industry yang mempergunakan bahan
radioaktif.
Pemantauan perorangan (Personal Dosimeter) adalah pengukuran nilai
penyinaran total yyang diterima oleh seorang tenaga kerja selama jangka waktu

22

tertentu yang pengukurannya menggunakan alat ukur yang selalu dibawa oleh
tenaga kerja yang bersangkutan. Tujuan utama dari penggunaan alat tersebut ialah
untuk mengetahui penerimaan dosis radiasi dari setiap tenaga kerja karena itu
merupakan dasar yang terbaik bagi tenaga kerja untuk menilai risiko sebenarnya
dari pekerjaannya.
Sudah seharusnya semua tenaga kerja diberitahu sebelumnya mengenai
pentingnya tingkat penyinaran sehingga hal ini akan menghindarkan kegelisahan
atau perasaan tidak aman yang sebenarnya tidak perlu. Dosimeter saku yang
terbaik ialah yang dilengkapi dengan elektrometer yang memungkinkan
pembacaan langsung, sehingga seluruh sistem dapat dibuat tanpa bocor. Hal ini
akan dapat memberikan peringatan dini bila bekerja dalam kondisi yang
membahayakan. (Moeljosoedarmo, 2008)

Gambar 7 Personal Dosimeter

23

Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dimulai saat seseorang tenaga kerja


akan mulai bekerja di suatu tempat kerja dan secara berkala diulangi. Hal ini
dimaksudkan agar dapat ditentukan derajat kesehatan tenaga kerja cukup memadai
dengan tugas yang dilaksanakan para tenaga kerja yang mempunyai kemungkinan
menerima penyinaran lebih dari dosis yang dianjurkan, memerlukan pengawasan
yang lebih teliti dengan cara pemeriksaan darah tepi secara teratur.

24

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan

Radiasi pengion adalah kemampuan mengeluarkan elektron dari orbit atom,


sehingga terjadinya gangguan keseimbangan elektron/proton dan membuat
atom memiliki energi positif. Perubahan molekul dan atom ini yang disebut
sebagai ion.

Radiasi pengion terdiri dari radiasi alpha, beta, photon (Gamma dan X-Ray)

Sumber radiasi pengion bisa berasal dari alam ataupun buatan manusia yang
digunakan dalam berbagai macam industri (Kedokteran, pertambangan,
sumber daya energy, dll)

Monitor radiasi yang digunakan untuk mengukur jumlah radiasi atau dosis
yang diterima oleh seseorang disebut dosimeter perorangan dan monitor
radiasi yang digunakan untuk mengukur kecepatan radiasi atau laju dosis di
suatu area dikenal dengan survaimeter.

Apabila dosis yang diterima oleh pekerja melebihi batas yang diperkenankan,
paparan radiasi pengion dapat menimbulkan efek kesehatan, yaitu efek
deterministic dan stokastik

Dekontaminasi adalah suatu proses untuk menghilangkan bahan radioaktif


dari benda (termasuk udara lingkungan dan air) atau orang-orang yang
terkontaminasi, bisa dilakukan dengan cara mekanis, fisik, kimia atau
biologis.

3.2 Saran
Proteksi radiasi sangat berkaitan dengan program pengawasan lingkungan kerja
dan usaha menjamin bahwa perisai penahan radiasi yang memadai tersedia.
Pemantauan tenaga kerja secara berkala yang harus dilaksanakan secara terus
menerus untuk menjamin agar para pekerja tidak menerima penyinaran yang tidak
perlu dan untuk menjamin bahwa tindakan proteksi memang telah memadai.

25

DAFTAR PUSTAKA

ACGIH. (2015). Threshold Limit Values for Chemical Substances and Physical Agents &
Biological Exposure Indices. Cincinnati: ACGIH.
Anderrson , G., & Cocchiarella , L. (2001). AMA Guides to the evaluation of Permanent
Impairment. 5th edition. Chicago: America Medical Association.
BATAN. (2015, May 19). BATAN. Retrieved from
http://www.batan.go.id/pusdiklat/elearning/proteksiradiasi/pengenalan_radiasi
/2-1.htm
Moeljosoedarmo, S. (2008). Higiene Industri. Jakarta: Balai Penerbit FK Universitas
Indonesia.
Wirahadikusumah, R. (2014). Tantangan Masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja
pada Proyek Konstruksi di Indonesia. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

26

You might also like